Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN REFLEKSI

ASUHAN REMAJA DAN PERIMENOPAUSE


PADA NY. E UMUR 47 TAHUN PERIMENOPAUSE DENGAN
GANGGUAN MENSTRUASI

Disusun Oleh :
SISKA MARIANA
225491517068

UNIVERSITAS NASIONAL FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI BIDAN PROFESI
2022/2023
ESSAY REFLEKSI

A. Introduction
Essay pada kasus ini menggunakan Gibss Reflection Cycle (1988). Melalui
refleksi ini semoga dapat sebagai bahan untuk pengembangan diri dan
pengetahuan kami dimasa yang akan datang. Kasus yang dibahas adalah Asuhan
pada Remaja dan Perimenopause dengan identifikasi kesehatan reproduksi pada
masa klimakterium.
1. Deskripsi
Sebagai mahasiswi profesi bidan saya menjalani beberapa stase di
PMB Pada stase KB dan Pelayanan Kontrasepsi ini saya diberi kesempatan
untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dan melakukan
identifikasi kesehatan reproduksi pada masa klimakterium dengan keluhan
gangguan menstruasi. Pada refleksi kasus ini saya menemukan klien bernama
Ny. E umur 47 tahun mengatakan menstruasi tidak teratur, pada bulan ini
baru mendapatkan haid 3 hari yang lalu, riwayat haid pada awal bulan
Desember (tanggal lupa) volume darahnya sedikit dan lamanya haid 3-4 hari,
dibulan Januari tidak mendapatkan haid sama sekali pada bulan Februari 2
kali mendapatkan haid yaitu tanggal 5 dan ditanggal 24 Februari 2023,
volume darahnya sedikit dan lamanya 4-5 hari serta mengeluh ibu kadang
merasakan ada panas badan hilang timbul pada malam hari susah tidur dan
tidak nyaman dengan keadaannya. Ibu merasa khawatir dan cemas dengan
keadaannya saat ini. Kemudian ibu tidak pernah menderita penyakit apapun
serta tidak memiliki riwayat penyakit menular seksual, tidak ada riwayat
tumar jinak rahim dan kanker genetalia, tidak pernah mengalami dismenorhea
berat yang membutuhkan analgetik atau istirahat dan tidur, tidak memiliki
riwayat alergi obat, dan tidak pernah menjadi akseptor KB apapun.
Hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, berat badan 62 kg, 158 cm, pemeriksaan tanda-tanda vital
dalam batas normal yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 84 x/I,
pernapasan 22x/I dan suhu 36,5 °C, pemeriksaan antopometri didapatkan BB:
62 kg dan TB: 158 cm serta pemeriksaan fisik terfokus didapatkan wajah
tampak cemas, tampak pengeluaran darah berwarna agak kecoklatan terlihat
dari pembalut, tidak ada pengeluaran darah yang tidak diketahui
penyebabnya, tidak ada keputihan yang abnormal, Ekstremitas atas dan
bawah simetris kiri dan kanan, tidak ada varices, serta tidak ada oedema.
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. E adalah membina
hubungan baik dengan klien dan bersikap ramah serta melakukan informed
consent sesuai prosedur. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
Memberikan informasi kepada ibu tentang perimenopause, memberitahu ibu
tentang menstruasi yang dialaminya ini merupakan hal normal dan
merupakan salah satu gejala yang umum terjadi saat mendekati masa
menopause, memberikan penjelasan kepada ibu bahwa ini tidak memerlukan
tindakan yang serius karena diusianya yang sekarang merupakan hal yang
normal sehingga terjadinya ketidakstabilan hormone. memberitahu ibu untuk
tidak cemas dan khawatir dengan kondisi yang sedang dialami karena ini
bersifat alamiah serta memberitahu suami dan keluarga untuk tetap
memberikan semangat dan motivasi kepada ibu dalam menghadapi masa
perimenopause. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bahan tipis dan
penutup alas tidur dari bahan katun, memberitahu ibu untuk mengonsumsi
makanan yang mengandung fitoestrogen seperti papaya, kacang kedelai, the
hijau dan tempe bertujuan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi
dimasa perimenopause, Menganjurkan ibu untuk rutin berolahraga,
Memberikan Health Education pada ibu, Memberikan dukungan psikologis
dan motivasi kepada ibu.

2. Feelings
Setelah tatalaksana pada klien, saya merasakan kecemasan yang dialami
oleh klien, namun disaat yang bersamaan saya juga merasa tidak khawatir karena
apa yang dialami oleh klien merupakan hal yang normal dan tidak ada tanda
penyakit pada klien. Kemudian timbul pertanyaan dalam diri saya :
a. Apakah penatalaksanaan yang saya berikan sudah sesuai prosedur?
b. Apakah KIE & konseling yang diberikan sudah tepat dan mudah
dimengerti oleh klien?
3. Evaluation
Setelah dilakukan konseling dengan memberikan informasi pada klien
tentang perimenopause dengan menstruasi tidak teratur merupakan hal wajar
yang dialami wanita perimenopause pada usia 45-55 tahun yang ditandai
dengan siklus haid yang tidak teratur, hot flushes, kekeringan vagina,
gangguan mood serta gangguan tidur. Klien mengerti bahwa ini merupakan
hal normal dan merupakan salah satu gejala yang umum terjadi saat
mendekati masa menopauseserta hal ini tidak memerlukan tindakan yang
serius karena diusianya yang sekarang merupakan hal yang normal sehingga
terjadinya ketidakstabilan hormone. Klien merasa tidak cemas dan khawatir
lagi dengan kondisi yang sedang dialami karena ini bersifat alamiah. Klien
juga akan menggunakan bahan tipis dan penutup alas tidur dari bahan katun
sesuai anjuran, memberitahu ibu untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung fitoestrogen seperti papaya, kacang kedelai, the hijau dan tempe,
klien akan rutin berolahraga ringan seperti jalan-jalan pagi setiap empat kali
dalam seminggu selama 45 menit dan tetap mengomsumsi makanan yang
bergizi seperti makanan yang mengandung fitoestrogen untuk mencegah
keluhan-keluhan yang terjadi pada ibu perimenopause.
.
4. Analysis
Setelah melakukan pemeriksaan pada Ny. E yang pendekatannya
melalui manajemen kebidanan dan pemahaman tinjauan teoritis maka
diagnosa yang ditegakkan adalah Ny. E usia 47 tahun perimenopause dengan
menstruasi tidak teratur.
Diagnose ibu perimenopause dengan menstruasi tidak teratur yaitu
biasanya terjadi pada umur 45 – 55 tahun yang di tandai dengan siklus haid
yang tidak teratur, hot flushes, insomnia, gangguan psikologis dan gangguan
mood yang terjadi langsung pada kondisi fisik tubuh maupun organ
reproduksi serta psikis yang mengalami perubahan hormon estrogen.
Menurunnya kadar hormone yang menyebabkan terjadinya perubahan
menstruasi tidak teratur seperti haidnya sedikit, jarang yang disebabkan oleh
timbulnya selaput rahim akibat rendahnya hormone estrogen. (Salim, 2015).
Perimenopause merupakan masa transisi antara pramenopause dan
pacsamenopause, fase ini ditandai dengan siklus yang tidak teratur dan
banyak wanita mengalami siklus menstruasi >38 hari dan sisanya wanita
mengalami siklus menstruasi anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar
progesreron tetap rendah sedangkan kadar FSH, LH dan estrogen sangat
bervariasi (Lubis, 2016).
Oligomenore adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari
normalnya yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada syndrome ovarium
polikistik yang disebabkan oleh peningkatan hormone androgen sehingga
terjadi ovulasi. Oligomenore dapat juga terjadi pada stress fisik dan
emosional, penyakit kronis, tumor dapat juga disebebkan ketidak seimbangan
hormonal seperti pada awal pubertas serta masa sebelum menopause
(Prawirohardjo, 2017). Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan berdasarkan teori, penelitian atau studi kasus.
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. E ini tidak memerlukan
tindakan yang serius karena diusianya yang sekarang merupakan hal yang
normal sehingga terjadinya ketidakstabilan hormone. Pada langkah ini, bidan
atau dokter mengidentifikasi suatu kondisi yang memungkinkan kolaborasi
dan tindakan segera dengan tim medis lain berdasarkan kondisi klien. Namun
menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien, Ny. E tidak ada data
pendukung yang memerlukan tindakan kolaborasi atau segera. Pada tahap ini,
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam hal memutuskan
tindakan atau kolaborasi segera.
Memberitahu ibu untuk tidak cemas dan khawatir dengan kondisi yang
sedang dialami karena ini bersifat alamiah serta memberitahu suami dan
keluarga untuk tetap memberikan semangat dan motivasi kepada ibu dalam
menghadapi masa perimenopause. Menganjurkan ibu untuk menggunakan
bahan tipis dan penutup alas tidur dari bahan katun, memberitahu ibu untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen seperti papaya,
kacang kedelai, the hijau dan tempe bertujuan untuk mengurangi keluhan-
keluhan yang terjadi dimasa perimenopause, Menganjurkan ibu untuk rutin
berolahraga, Memberikan Health Education pada ibu, Memberikan dukungan
psikologis dan motivasi kepada ibu.
Menurut Kasdu (2015) masa klimakterium berlangsung secara
bertahap sebagai berikut :

a. Premenopause
Masa sebelum berlangsungnya peri menopause, yaitu sejak fungsi
reproduksinya mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-
tanda menopause. mulai pada usia 40 tahun. Perdarahan terjadi karena
menurunnya kadar hormon esterogen, insufisiensi corpus lutheum,
kegagalan proses ovulasi, sehingga bentuk kelainan haid dapat
bermanifestasi seperti amenorrhae, polimenorrhae serta hipermenorrhae.
b. Perimenopause
Periode dengan keluhan memuncak ,rentang 1-2 tahun sebelum dan 1-2
tahun sesudah menopause. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya
haid sampai berhenti sama sekali. Pada masa ini menopause masih
berlangsung. Keluhan sistimatik berkaitan dengan vasomotor, keluhan
yang sering dijumpai adalah berupa gejolak panas (hot flushes),
berkeringat banyak, depresi , serta perasaan mudah tersinggung.
c. Post menopause
Masa setelah menopause sampai senilis. Masa berlangsung kurang lebih
3-5 tahun setelah menopause. Keluhan lokal pada sistim urogenital
bagian bawah, atrofi vulva dan vagina menimbulkan berkurangnnya
produksi lendir atau timbulnya nyeri senggama.
Setelah periode klimakterium selesai, selanjutnya wanita akan
mengalami periode postmenopause, yang selanjutnya periode senilis (Kasdu,
2015). Pascamenopause adalah fase di mana ovarium tidak berfungsi sama
sekali. Kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon
gonadotropin meningkat. Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan
oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam
jumlah yang cukup. Folikel memproduksi inhibin dalam jumlah yang cukup
dan inhibin inilah yang menekan sekresi FSH, bukan sekresi LH pada usia
reproduksi. Kadar estradiol yang rendah mengakibatkan endometrium
menjadi atropik dan tidak mungkin muncul haid lagi (Baziad, 2016).
Haid tidak akan muncul lagi pada masa klimakteium, yang mencakup
seluruh proses perubahan hormonal, dari saat ketika hormone esterogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh indung telur mulai menurun-biasanya
sebelum klimakterium yang sesungguhnnya terjadi – sampai beberapa tahun
setelah menstruasi terakhir terjadi (Wirakusumah, 2015)
Perubahan psikis yang terjadi pada kejadian klimakterium sering
menyebabkan perasaan tertekan,depresi dan cepat marah. (Wirakusumah,
2013). Gangguan sistim psikis dan neurotik berupa depresi,kelelahan
fisik,insomatik, susah tidur serta rasa sakit.
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika memasuki
klimakterium adalah mudah tersinggung,kecemasan,perubahan mood,
gangguan tidur, depresi dan perubahan kognitif (Nelson,2018). Ada juga
yang merasa kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan
seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka
,serta merasa kehilangan feminimitas karena fungsi reproduksi yang hilang.
Bagi banyak wanita kehilangan fungsi reproduksi yang merupakan awal
klimakterium atau awal berhentinya haid bukanlah sekedar tanda berakhirnya
masa kemapuan memiliki anak,ia juga pengalaman yang menyakitkan
perasaanya.Penelitian menunjukan 10 hingga 15 % wanita klimakterium
meningkat kegelisahannya.Mereka mengalami insomnia (sulit tidur) dan
depresi (merasa sangat tertekan dan sedih.
Keluhan keluhan ketidak nyamanan yang timbul dalam kehidupan
sehari hari:
a. Hot flushes (perasaan panas)
Adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas
(seperti leher dan dada). Dengan perabaan tangan akan terasa adanya
peningkatan suhu pada daerah tersebut.gejala ini timbul sering pada
malam hari menyebabkan sulit tidur (Kasdu,2002).
Episode ini digambarkan sebagai sensasi panas yang berfariasi pada
frekwensi,durasi, dan tingkat keparahan, kadang-kadang berulang , dan
biasanya berlangsung kurang dari 5 menit. Hal ini dapat dipicu oleh
lingkungan,makanan , minuman dan stress (Nelson, 2008).
b. Keringat berlebihan
Karena pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang
mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya ,suhu
udara yang semula dirasakan nyaman mendadak menjadi terlalu panas
dan tubuh mulai menjadi panas sehingga mengeluarkan keringat untuk
mendinginkan diri.
c. Vagina kering akibat perubahan pada organ reproduksi sehingga
menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim.
d. Tidak dapat menahan air seni yaitu ketika usia bertambah tua, air seni
sering tidak dapat ditahan pada saat bersin atau batuk. Hal ini akibat
esterogen yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah
inkontinentia urin.
e. Hilangnya jaringan penunjang
Karena rendahnya kadar esterogen dalam tubuh berpengaruh pada
jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang jaringan
tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut
terbelah belah,rontok, gigi mudah goyang, dan gusi berdarah.sariawan,
kuku rusak, serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada persendian.
f. Penambahan berat badan.
Saat wanita menginjak usia 40 tahun ,biasanya tubuhnya mudah menjadi
gemuk,tetapi sebaliknya sangat sulit untuk menurunkan ada
hubungannya dengan turunnya esterogen dan gangguan pertukaran zat
dasar metabolisme lemak.
g. Gangguan mata
Kurang dan hilangnya esterogen mempengaruhi produksi kelenjar air
mata sehingga mata terasa kering dan gatal.
h. Nyeri tulang dan sendi
Seiring meningkatnya usia maka beberapa organ tidak lagi mengadakan
remodeling, diantaranya tulang.Bahkan mengalami proses penurunan
karena pengaruh dari perubahan organ lain (Kasdu, 2015).
5. Conclusion
Berdasarkan kasus Ny. E pengkaji menyimpulkan bahwa asuhan atau
konseling dan tatalaksana pada kasus Ny. E sudah sesuai dengan prosedur
dalam penatalaksanaan asuhan. Pengkaji memberikan asuhan kebidanan
dengan melakukan penatalaksanaan memberikan konseling pada klien
tentang perimenopause dengan menstruasi tidak teratur merupakan hal wajar
yang dialami wanita perimenopause pada usia 45-55 tahun yang ditandai
dengan siklus haid yang tidak teratur, hot flushes, kekeringan vagina,
gangguan mood serta gangguan tidur. Klien mengerti bahwa ini merupakan
hal normal dan merupakan salah satu gejala yang umum terjadi saat
mendekati masa menopauseserta serta hal ini tidak memerlukan tindakan
yang serius karena diusianya yang sekarang merupakan hal yang normal
sehingga terjadinya ketidakstabilan hormone. Ny. E tidak cemas dan khawatir
lagi dengan kondisi yang sedang dialami.

6. Action Plan
Berdasarkan pengalaman dari kasus ini, maka bila ada kasus seperti ini
lagi pengkaji akan melakukan :
a. Penatalaksanaan sesuai dengan prosedur asuhan kebidanan
b. Akan tetap memberikan KIE & konseling tentang masa klimakterium.
c. Akan tetap menganjurkan ibu untuk rutin berolahraga, memberikan
dukungan psikologis dan motivasi kepada ibu serta menganjurkan
mengonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen.
d. Akan menginformasikan media social yang bisa diakses oleh klien
agar memudahkan dalam melakukan edukasi dan konsultasi mengenai
masa klimakterium.
PETA KONSEP
KIE pada ibu tentang perimenopause dengan
menstruasi tidak teratur. Penyebab dari
perimenopause umumnya terjadi hormone
Pasien datang ke estrogen dan progesteron naik dan turun tidak
teratur sehingga tidak terjadi ovulasi, serta siklus
PMB untuk
menstruasi pun berubah hingga memanjang dan
melakukan
memendek. Gejala umum dari perimenopause
konsultasi dan yaitu siklus haid menjadi tidak teratur, kondisi ini
pemeriksaan Bidan melakukan terjadi karena ovulasi (pengeluaran sel telur)
KIE & Konseling tidak dapat diprediksi, lamanya waktu menstruasi
perimenopause dapat lebih lama dari siklus normalnya. Dimana
gejala lain dari perimenopause yaitu hot flushes,
dan keluhan yang
insomniaa, menstruasi tidak teratur, cemas serta
Bidan melakukan dialami oleh klien depresi.
anamnesa
PENJELASAN BIDAN

Jika pasien paham Pasien paham


Pasien dengan dengan
mengetahui hasil penjelasan bidan penjelasan bidan
pemeriksaan maka bidan untuk dan akan
melakukan melakukan sesuai
kontrol ulang anjuran

Jika pasien tidak


paham dengan Bidan melakukan
penjelasan bidan pendokumentasia
maka bidan n
lakukan konseling
ulang atau
berikan
kesempatan
untuk bertanya
DAFTAR PUSTAKA

Widiastuti, R., & Rohani, T. (2020). Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang


Premenopouse Dan Menopouse Pada Masa Klimakterium. Jurnal Ilmu
Kebidanan, 6(2), 96-101.

Febriyanti, H., Utami, I. T., Saputri, A. Y., Anafika, A., Antika, A., & Rahayu, S.
(2023). UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN
WANITA MENOPAUSE TENTANG PERUBAHAN PADA MASA
KLIMAKTERUM. SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Berkemajuan, 7(1), 636-639.

AH, I. A. (2022). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perubahan menopous


pada wanita klimakterium dikelurahan kelapa tiga kota bandar
lampung. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi
Penelitian, 20(1), 28-34.

Mukti, A. S. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Tingkat Kecemasan


Dalam Menghadapi Masa Klimakterium Di RSUD
Tasikmalaya. Journal of Midwifery and Public Health, 1(2).

Dinarsi, H., & Rhomadona, S. W. (2022). GAMBARAN PENGETAHUAN IBU


TENTANG MASA KLIMAKTERIUM DI KELURAHAN GUNUNG
ANYAR, SURABAYA. Jurnal Kebidanan, 11(1), 11-15.

Rokayah, Y., Inayanti, E., & Rusyanti, S. (2021). Buku Ajar Kesehatan


Reproduksi & Keluarga Berencana (KB). Penerbit NEM.

Anda mungkin juga menyukai