Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI


ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN PERSIAPAN
PERNIKAHAN IMUNISASI TT TAHUN AKADEMIK 2022
Dosen Pembimbing Pendidikan :

Disusun oleh :
Tasya Firdausia Rohmatullah
21101106048

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROFESI


BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TA 2022
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN PERSIAPAN


PERNIKAHAN IMUNISASI TT TAHUN AKADEMIK 2022
Dosen Pembimbing Pendidikan :

Disusun oleh :
Tasya Firdausia Rohmatullah
21101106048

Yogyakarta, Maret 2022


Pemimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

i
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................
BAB I PENDHULUAN....................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................
A. Definisi Imunisasi TT...........................................................................................
B. Manfaat Imunisasi TT..........................................................................................
C. Tujuan Imunisasi TT............................................................................................
D. Jadwal pemberian Imunisasi TT.........................................................................
E. Penatalaksanaan....................................................................................................
BAB III DOKUMENTASI SOAP...................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................
BAB V SIMPULAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

ii
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan ibu dan bayi pada proses persalinan sampai dengan pasca
persalinan sangat perlu mendapat perhatian. Salah satu masalah yang dihadapi
pada tahap tersebut adalah penyakit tetanus pada bayi (Neonatal tetanus).
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus
menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril,
terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan
kematian bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Di negara-negara
maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian
akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Antibodi dari ibu kepada bayinya juga
mencegah neonatal tetanus. Oleh karena itu salah satu upaya untuk mencegah
dengan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bagi wanita dimulai dari masa anak-
anak sampai dengan pada masa kehamilan. (Sukmara, 2017)
Program imunisasi TT diperlukan kerja sama yang baik antar
kementerian yang terkait maupun antar staf dalam satu kementerian.
Kemenkes menganut asas kementeriantalisasi dan regionalisasi, dengan tujuan
agar program kesehatan dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan baik.
Kementeriantalisasi yaitu dibentuknya Direktorat Jendral, jajaran organisasi
Kemenkes pusat, subdinas, serta seksi-seksi di dinas kesehatan provinsi,
kabupaten dan kota. Regionalisasi adalah dibentuknya jajaran organisasi
kesehatan mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat kecamatan dan desa serta
puskesmas pembantu sampai posyandu.(Sukmara, 2017)
Pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin, Kemenkes
menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama. Hal tersebut dilakukan
karena sasaran dari program ini adalah calon pengantin yang biasanya sudah

1
2

mendaftarkan diri di kantor urusan agama (KUA). Baik Dinas Kesehatan


maupun KUA setempat, masing-masing saling membentuk divisi atau bagian
yang bertanggung jawab menangani program tersebut. (Hadianti, 2017) Data
menunjukkan bahwa di negara Indonesia masih banyak terjadi kasus tetanus
baik pada bayi maupun ibu setelah melahirkan. Jadi sangat wajar apabila
pemerintah melalui Kantor Urusan Agama (KUA) mewajibkan agar para
wanita yang akan menikah untuk diberikan imunisasi TT. Tempat persalinan
yang kurang bersih dan steril menjadi penyebab utama terjadinya tetanus. Jadi
pada dasarnya, tujuan imunisasi TT sebelum nikah dilakukan agar ketika
bunda hamil lalu melahirkan ditempat yang tidak bersih dan steril tidak
mengakibatkan terkena tetanus saat tali pusar bayi diputuskan.
Untuk mencapai sasaran dilakukan kemitraan dengan program
kesehatan lainnya seperti pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), gizi,
UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Khususnya hambatan yang berupa rumor
dan isu-isu negatif tentang imunisasi, maka diperlukan penyampaian
informasi bahwa vaksin yang disediakan pemerintah aman, telah melalui
tahapan-tahapan uji klinik dan izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM). Vaksin yang dipakai program imunisasi juga sudah
mendapat pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ
(praqualifikasi).”
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai standar
pelayanan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dengan metode
SOAP
3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Imunisasi TT
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan melakukan imunisasi kuman
atau produk kuman yang sudah dimasukkan diharapkan bisa menjadi hal yang
bisa melemahkan dan melawan kuman maupun bibit penyakit yang masuk
kedalam tubuh.
Imunisasi Tetanus Toxoid ialah imunisasi untuk mencegah penyakit
tetanus. Imunisasi TT Pada ibu Hamil dalah upaya yang dilakukan untuk
memperoleh kekebalan pada ibu hamil terhadap infeksi tetanus yaitu dengan
menyuntikan vaksin tetanus toxoid. (Rinaldi, 2016)
Tetanus adalah penyakit yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (tetanus
neonatorum) maupun pada anak atau orang dewasa. Kuman tetanus banyak
terdapat dalam usus kuda. Pada bayi baru lahir infeksi tetanus terjadi melalui tali
pusar yang dipotong dengan alat yang tidak bersih (tidak steril) atau pusar yang
dibubuhi obat tradisional atau bahan ramuan yang tercemar kuman tetanus. Pada
anak dan orang dewasa infeksi tetanus terjadi melalui luka tusuk yang dalam atau
yang kotor.
Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium sulfat. Thimeroksal 0,1
mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung
potensi sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah penyakit tetanus
pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (ibu hamil dan calon
pengantin) dan juga untuk pencegahan tetanus pada ibu.

4
5

B. Manfaat Imunisasi TT
Menurut (Sukmara, 2017) manfaat imunisasi TT yaitu :
a. Mencegah tetanus pada bayi baru lahir (diberikan pada wanita uisa
subur atau ibu hamil).
b. Mencegah tetanus pada ibu bayi
c. Dapat digunakan oleh siapa saja yang terluka seperti terkena benda
berkarat, jatuh di jalan raya.

C. Tujuan Imunisasi TT
Tujuan diberikannya imunisasi tetanus toksoid antara lain untuk
(Rinaldi, 2016) : meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi tetanus pada
perempuan yang hendak menikah, melindungi bayi baru lahir dari tetanus
neonatorum, melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka,
pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman tetanus,
serta untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Selain itu
Imunisasi TT juga bertujuan sebagai Salah satu yang harus dipenuhi dan
merupakan aturan wajib dari pemerintah adalah Vaksin Tetanus Toksoid (TT).

D. Jadwal pemberian Imunisasi TT


Penentuan status imunisasi WUS dibedakan kelahiran WUS pada
tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 dan WUS yang lahir setelah tahun
1993, dimana tahun 1979 adalah tahun dimulainya program imunisasi dasar
lengkap dan tahun 1993 adalah tahun dimulainya Bulan Imunisasi Anak
Sekolah. Untuk WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993
dan ingat jika pada saat sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status
imunisasinya :
a. TT I adalah waktu imunisasi di klas I SD;
b. TT II adalah waktu imunisasi di klas II SD;
c. TT III adalah waktu imunisasi calon pengantin (caten) ;
d. TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
6

e. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.


WUS yang lahir pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 namun tidak
ingat pada waktu sekolah SD dilakukan imunisasi, maka status imunisasinya :
a. TT I adalah waktu imunisasi caten pertama;
b. TT II adalah satu bulan setelah TT I;
c. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
d. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS
Balita dan kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
a. TT I adalah waktu imunisasi caten pertama;
b. TT II adalah satu bulan setelah TT I;
c. TT III adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
d. TT IV adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993 yang tidak mempunyai KMS
Balita namun mempunyai kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
a. TT I adalah waktu imunisasi di klas I SD;
b. TT II adalah waktu imunisasi di klas II SD;
c. TT III adalah waktu imunisasi caten yang pertama;
d. TT IV adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil; dan
e. TT V adalah waktu imunisasi kedua pada saat hamil.
WUS yang lahir yang lahir setelah tahun 1993, mempunyai KMS Balita dan
mempunyai kartu TT di SD, maka status imunisasinya :
TT I sampai dengan TT IV dapat dilihat di KMS dan kartu TT; dan TT
V adalah waktu imunisasi pertama pada saat hamil..
7

E. Manfaat
a. Melindungi calon bayi yang akan lahir dari penyakit tetanus neonatorum
b. Melindungi calon pengantin/ calon ibu terhadap kemungkinan tetanus
apabila terluka.
F. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif/ imunisasi aktif terhadap tetanus.
G. Cara pemberian dan dosis
1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen
2) Vaksin disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam
3) Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum
dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuscular dengan
interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan
berikutnya.
4) Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka
dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah
dosis ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat.
Imunisasi TT dapat diberikan elama kehamilan, bahkan pada periode
trimester pertama.
5) Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka boleh digunakan
selama 4 minggu, dengan ketentuan :
a) Vaksin belum kadaluarsa, VVM masih dalam kondisi A dan B
b) Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8oC
c) Tidak pernah terendam air
6) Sedangkan diposyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2017).
8

H. Kekebalan vaksin tetanus terhadap tubuh


Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95 % .

Antibody yang terbentuk pada calon pengantin yang nantinya akan

menjadi ibu, selain memberi perlindungan pada ibu, juga memberikan

perlindungan pada calon bayi yang akan lahir. Plasenta meneruskan

antibody tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap kemungkinan

masuknya toksin tetanus melalui luka pada tali pusat atau luka ditempat

lain yang dapat tercemar spora tetanus. Transfer antibodi ibu ke bayi

mencapai maksimal pada trimester akhir kehamilan (Depkes RI 2017

dalam Sukmara, 2017).

Tabel 2. 1
Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia
Subur

Jenis Pemberian Interval pemberian Persentase Masa Perlindungan Dosis


Imunisasi Imunisasi minimal proteksi

Imunisasi TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc


Tetanus TT2 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun 0,5 cc
Toxoid
TT3 6 bulan setelah TT2 95 % 5 tahun 0,5 cc

wanita
TT4 1 tahun setelah TT3 99 % 10 tahun 0,5 cc

usia subur
(WUS) TT5 1 tahun setelah TT4 99 % Seumur hidup atau 0,5 cc
selama usia subur/
(25 tahun)
Sumber :Kep. MenKes no. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005 tentang pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi dalam Petunjuk Teknis Imunisasi TT, 2005.
9

Tabel 2.2
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan
calon pengantin
Sasaran Jumlah Interval waktu Saran
vaksinasi pemberian minimal
Ibu Hamil 2x 4 minggu Bila ibu hamil belum pernah divaksinasi TT,
diberikan 2x selama kehamilan
Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah
bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud
memberikan perlindungan untuk kehamilan
selanjutnya
1x - Bila ibu hamil pernah mendapat imunisasi TT 2x
pada waktu catin atau pada kehamilan
sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT
1x
Calon 2x 4 minggu Sebelum akad nikah (waktu melapor atau waktu
Pengantin menerima nasehat perkawinan)
Wanita
Sumber : Depkes RI. Vaksin dan waktu pemberiannya, dalam Sukmara, 2017.

I. Keefektifan vaksin Tetanus Toxoid


Efektifitas imunisasi TT sebesar 60% - 90% proteksi dari
penyakit tetanus neonatorum selama 3 tahun terhadap calon pengantin
yang melakukan imunisasi TT sebanyak 2x (Purwanto, 2002). Hal tersebut
dibuktikan dalam penelitian Lilly indrawati, 1998, yang menyebutkan
bahwa ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak imunisasi
TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih beresiko bayinya menderita
tetanus neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT
lengkap.
10

J. Efek samping

Dalam buku pedoman teknis imunisasi , vaksin TT adalah


vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontraindikasi dalam
pemberiannya kecuali bagi klien yang mengalami reaksi anafilaksis
setelah pemberian dosis pertama. Meskipun demikian, imunisasi TT tidak
boleh diberikan kepada:
1) WUS dengan riwayat alergi terhadap imunisasi TT yang lalu.
2) WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS
tersebut dapat diimunisasi segera setelah sembuh.
K. Penatalaksanaan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,
pusing, mual, sampai sinkope. Hal ini adalah peristiwa yang normal dialami
oleh tubuh ketika jaringan mengalami cedera, yang dalam hal ini diakibatkan
penggunaan jarum suntik. Peristiwa ini disebut dengan reaksi radang akut
yang memiliki 5 tanda khas, yaitu rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor
(nyeri), tumor (pembengkakan), dan fungsio laesa (perubahan fungsi). Namun
munculnya tanda-tanda tersebut setelah pemberian imunisasi membuat ibu
takut dan menganggap anaknya berada dalam bahaya, sehingga ibu menjadi
enggan untuk memberikan imunisasi. (Fitria & Luthfiah, 2018)
11

BAB III
DOKUMENTASI SOAP

Asuhan Kebidanan pada Remaja dan Pranikah pada Nn.A Usia 24 Tahun dengan Suntik TT Caten

Identitas Pasien Deskripsi Kegiatan Respon TTD


Pembimbing CI
No Rm: 07848 Tanggal : Senin, 18 April 2022 TTD Mahasiswa
Jam : 10.00 WIB
Pasien
Ny.A TTD CI
Data Subjektif
24 Tahun
Nn.A usia 24 tahun mengatakan ingin imunisasi TT sebagai
Islam
untuk kelengkapan persiapan pernikahan. Nn.A mengatakan
Jawa/ INA TTD
tidak ada keluhan, dan Nn.A ingin mendapatkan konseling
SMA Pembimbing
terkait pra nikah dan ingin melakukan imunisasi TT. PKK
Srimulyo Data Objektif
Ku : Baik
Vital sign : TD : 90/80 mmHg S: 36,70C
TB : 159 cm BB : 50 kg LLA : 26 cm
PP Test : Negatif (-) Hb : 12,2 gr/dl
GDS : 106
Analisa
12

Nn.A Usia 20 Tahun dengan Suntik TT Caten


Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan, semua dalam batas
normal
2. KIE tentang imunisasi caten, Efek samping dan
keuntungan
3. Mengambil vaksin TT sesuai Kebutuhan (0,5 cc)
4. Mengeluarkan udara dari tabung spuit
5. Bersihkan area penyuntikan dengan kapas DTT
6. Melakukan Penyuntikan pada lengan atas kiri ± 2-3 jari
dari pangkal lengan atas dengan sudut 45° dan lubang
jarum menghadap atas
7. Mencabut suntikan dan mengusap bekas suntikan
dengan kapas DTT
8. Membeikan dukungan psikologis agar tidak cemas
selama dirumah
13

BAB IV
PEMBAHASAN
Nn.A usia 20 tahun mengatakan ingin imunisasi TT caten. Nn.A
mengatakan tidak ada keluhan, dan Nn.A ingin mendapatkan konseling
terkait pra nikah dan ingin melakukan imunisasi TT. Imunisasi TT akan
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus toksoid. Vaksin TT
juga salah satu syarat yang harus dipenuhi saat mengurus surat-surat atau
kelengkapan administrasi di KUA. Kepada calon pengantin Wanita
imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu.
Imunisasi TT diberikan kepada caten wanita dengan tujuan untuk
melindungi bayi yang akan dilahirkan dari penyakit tetanus neonatrium
Bila pasangan usia subur melakukan imunisasi TT1 dan TT2, jika dalam
waktu tiga tahun ia melahirkan, bayi yang dilahirkan akan terlindung dari
tetanus neonaturum. Sedangkan bila ia melakukan imunisasi sampai
dengan TT5, ia akan memberi perlindungan selama 25 tahun atau seumur
hidup. Imunisasi TT dapat dilakukan ditempat pelayanan kesehatan
pemerintah, praktek bidan atau RS. Sebenarnya target pemberian
imunisasi TT ini adalah bukan wanita yang akan menikah saja, tapi adalah
wanita usia subur.
Imunisasi TT mencegah penyakit tetanus yaitu penyakit yang
menyerang system syaraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin
yang dihasilkan oleh clostridium tetani. Penyakit ini masuk melalui luka
yang dimasuki kuman gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas
gigitan dan pemotongan tali pusat. Toksin yang dihasilkan seperti
tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan pada tubuh.
Gejala-gejala atau efek samping imunisasi TT ringan saja seperti
nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping
tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan
tindakan atau pengobatan.
14

BAB V
SIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian dan penyusunan laporan Case Base
Discussion didapatkan kesimpulan Nn.A usia 20 tahun dengan suntik TT
caten. Dalam pelaksanaan diharapkan mendapatkan konseling pra nikah
yang diinginkan. Setelah diberikan KIE Nn.A memahami penjelasan
petugas kesehatan dan bersedia melaksanakan saran petugas kesehatan
terkait imunisasi TT caten dan konseling Pra nikah, dianjurkan untuk
kembali lagi jika ada keluhan.
Para petugas kesehatan dan petugas KUA umumnya mengetahui tentang
pengertian, manfaat, sasaran dan jadwal pelaksanaan program imunisasi TT bagi
calon pengantin wanita. Sedangkan menurut para calon pengantin manfaat dari
program ini belum mengetahui dengan jelas. Hal tersebut membuktikan belum
efektifnya penyampaian informasi yang dilakukan oleh para petugas.
Petugas kesehatan sudah melaksanakan pemberian imunisasi TT, hanya
saja sosialisasi program ini masih kurang efektif dikarenakan media sosialisasi
yang kurang dimanfaatkan dan waktu untuk penyuluhan saat penataran calon
pengantin di KUA yang relatif singkat sehingga informasi yang diberikan masih
kurang efektif tersampaikan. Hambatan dalam program ini lebih banyak berasal
dari diri calon pengantin diantaranya karena kurangnya pengetahuan, takut untuk
disuntik dan masih adanya issue negatif tentang imunisasi TT bagi calon
pengantin.
B. Saran
1. Untuk Petugas Kesehatan
a. Sebagai penyuluh, pengetahuan petugas harus terus ditambah dan
metode dalam penyuluhan harus lebih menarik dan interaktif agar
informasi yang diberikan dapat tersampaikan dengan lebih baik.
15

b. Penyediaan ruang konseling untuk calon pengantin perlu di


pertimbangkan.
c. Pertahankan dan tingkatkan kerja sama dengan kader, tokoh
masyarakat setempat dan teman sejawat baik lintas program
maupun lintas sektoral.
2. Untuk Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi gambaran atau acuan untuk
dijadikan pertimbangan meneliti dengan metode kuantitatif. Peneliti
selanjutnya disarankan untuk meneliti tentang cara sosialisasi yang
paling efektif untuk pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon
pengantin.
3. Untuk Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan terkait
program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita yang masih belum
tersosialisasikan dengan baik.
16

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. E., & Luthfiah, A. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu
Hamil terhadap Imunisai tetanus Toxoid di puskesmas Lubuk Buaya Padang
Tahun 2018.
Hadianti, D. N. (2014). Buku Ajar Imunisasi (E. Muliati (ed.)). Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Rinaldi, S. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Imunisasi tetanus
Toxoid di puskesmas Bungus.
Sitinjak, H. L. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Calon Pengantin Wanita
Terhadap Pentingnya Pemberian Suntikan Tetanus Toxoid Pra Menikah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandis Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Dan Sains
Terapan, 2(1), 21–28.
Sukmara, U. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Statu Imunisasi Tetanus
Toxoid di Puskesmas kabupaten Bogor.

Anda mungkin juga menyukai