Disusun oleh :
Nama : Novia Sari Nur Hidayah
NIM : PO.62.24.2.20.348
Disusun oleh:
Nama : Novia Sari Nur Hidayah
NIM : PO.62.24.2.20.348
Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan II Semester I
Disetujui:
Pembimbing Lapangan
Tangggal : November 2020
Di: Palangka Raya Hellen S.Tr.Keb
NIP.19791015200604 2029
Pembimbing Institusi
Tangggal : November 2020
Di: Palangka raya
Herlinadianingsih,SST.,M.Kes
NIP. 19800807 200501 2 003
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga Laporan
Kasus Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Persalinan dan BBL terselesaikan.
Laporan Kasus ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas dari kegiatan Praktik
Kebidanan Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Persalinan Dan BBL pada
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Pendidikan profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya. Laporan Kasus ini terwujud berkat bimbingan, arahan dan
bantuan dari Pembimbing Institusi yang meluangkan waktu dan pikirannya sehingga
penulis bisa menyelesaikan proses pembuatan Laporan Kasus ini. Penulis menyadari
banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Kasus ini sehingga penulis terbuka
terhadap saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan laporan kasus ini
dan semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam proses pembelajaran ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
D. Manfaat...................................................................................................... 5
E. Waktu dan tempat pelaksanaan asuhan..................................................... 6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penentuan prioritas masalah...................................................................... 70
B. Alternatif penyelesaian masalah................................................................ 70
iii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 71
B. Saran.......................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Judul Hlm.
Tabel 3.1 catatan implementasi kala 1.............................................................. 56
Tabel 3.2 catatan implementasi kala 2.............................................................. 60
Tabel 3.3 catatan implementasi kala 3.............................................................. 63
Tabel 3.4 catatan implementasi kala 4.............................................................. 69
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat dapat dinilai dan dilihat dari beberapa
indikator. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kedua indikator
tersebut juga digunakan sebagai tolak ukur berhasilnya pelayanan kesehatan
dalam suatu wilayah.Menurut Damayanti, dkk., (2015), kehamilan, persalinan
dan nifas adalah suatu kondisi yang normal, namun memerlukan pengawasan
supaya tidak berubah menjadi yang abnormal. Kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam
prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa
ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam 25 tahun terakhir angka kematian ibu di 171 dari 183 negara turun
37,89% terhitung dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun
1990 angka kematian ibu 380 per 100.000 kelahiran hidup, 25 tahun
kemudian tepatnya pada tahun 2015 angka tersebut turun sebanyak 37,89%
menjadi 216 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015, sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara
berkembang, 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin. AKI
diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan AKB
turun 47% antara tahun 1990-2015, yaitu dari 36/1000 KH menjadi 19/1000
KH pada tahun 2015 (WHO, 2015).
Mengacu pada target kesepakatan global, Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO),
relatif masih banyak target MDGs yang belum terpenuhi, khususnya bidang
kesehatan. Oleh karena itu Sustainable Development Goals (SDGs) pun
dicetuskan pada September 2015 untuk meneruskan, memantapkan tujuan
sekaligus menindaklanjuti target yang belum tercapai. SDGs tepatnya pada
Goal ketiga: “Kesehatan yang Baik”, memiliki target pada tahun 2030 untuk
menurunkan angka kematian ibu hingga 70/100.000 kelahiran hidup dan
menurunkan Angka Kematian Bayi baru lahir (nenonatal) pada tahun 2030
menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup (Direktorat Bina Gizi dan KIA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013), masih
tingginya AKI dan AKB juga dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang
mendasari timbulnya risiko maternal dan neonatal, yaitu faktor- faktor
penyakit, masalah gizi dari wanita usia subur (WUS), serta faktor 4T (terlalu
muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak
kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi
tersebut diatas lebih di perparah lagi oleh adanya keterlambatan penanganan
kasus emergensi/ komplikasi maternal dan neonatal akibat oleh kondisi 3T
(terlambat), yaitu terlambat mengambil keputusan merujuk, terlambat
mengakses fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan terlambat
memperoleh pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten.
Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telah
dilakukan, salah satunya dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu
hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas
pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti
hamil dan melahirkan, dan pelayanan KB. Gambaran upaya kesehatan ibu
terdiri dari; pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan imunisasi Tetanus
Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin,
pelayanan kesehatan ibu nifas, puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan
pelayanan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2017).
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan
2007, yaitu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359/100.000 per 100.000 kelahiran hidup. Tidak jauh berbeda pada
tahun 2015 berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) AKI
305/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Begitu pula dengan AKB di
Indonesia berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 mengalami penurunan yaitu
32/1000 kelahiran hidup dan pada hasil SUPAS 2015 menunjukkan AKB
sebesar 23/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).
Di Provinsi Kalimantan Tengah sendiri kasus kematian ibu maternal
dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 80 kasus. Pada tahun 2016 menurun menjadi 74 kasus. Jumlah
kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat
komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit.
Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami
penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang
berkecimpung di bidang kesehatan. (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya,
2017). Di tingkat kota, AKI di Kota Palangka Raya terus mengalami
penurunan dari tahun ketahunnya. Pada tahun 2015 dilaporkan AKI di Kota
Palangka Raya sebesar 52,99 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian pada
tahun 2016 menurun menjadi 19,65 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini kembali mengalami penurunun pada tahun 2017 menjadi 19,15 per
100.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2017).
Selaras dengan penurunan AKI dunia, AKB dunia pun mengalami
penurunan. Pada tahun 1990 AKB adalah 39 per 1.000 kelahiran hidup, 25
tahun kemudian, tepatnya tahun 2015 AKB di dunia turun sampai dengan
51,28% menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup (United Nations Children's
Emergency Fund, 2015).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
(2017), AKB mengalami fluktuasi dari dalam kurun waktu 2003-2017.
Menurut data dari SDKI yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan bahwa di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2003 terdapat AKB sebesar 40/1000
kelahiran hidup kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar
30/1000 kelahiran hidup dan kembali mengalami penurunan yang signifikan
pada tahun 2010 sebesar 23/1000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan hasil
SDKI tahun 2012 angka kematian bayi mengalami peningkatan cukup besar
menjadi 49/1000 kelahiran hidup, dan terakhir berdasarkan hasil SUPAS
tahun 2015 menunjukan angka kematian bayi mengalami penurunan menjadi
24.6 (25)/1000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya,
2017).
Pada kasus Kematian Bayi di Provinsi Kalimantan Tengah dalam
beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2015 berjumlah
407 kasus, jumlah ini kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 392 kasus.
Dan pada tahun 2017 jumlah kasus kematian bayi mengalami penurunan yaitu
sebanyak 368 kasus. Indikator AKB terkait langsung dengan target
kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial-ekonomi,
lingkungan tempat tinggal dan kesehatannya. Pneumonia dan diare merupakan
penyakit infeksi yang menjadi penyebab utama kematian bayi di Indonesia
(Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2017).
Di tingkat kota AKB di Palangka Raya pada tahun 2015 tercatat 3 per
1000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2016 turun menjadi 1,18 per 1000
kelahiran hidup. Dan mengalam penurunan kembali pada tahun 2017 menjadi
1,34 per 1000 kelahiran hidup. Dengan penyebab kematian antara lain Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah (BBLR), asfiksia berat, sepsis, dan anemia (Dinas
Kesehatan Kota Palangka Raya, 2017).
Di Kalimantan Tengah sendiri, pemerintah mencanangkan beberapa
program yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal
yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai;
2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan
terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) pelayanan
emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif
(PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang
membutuhkan (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dilaksanakannya Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. NUsia 18
tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 40Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif di
PMB Hellen, S. Tr. Keb dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Konsep dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Ny. N Usia 18 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 40 Minggu
Inpartu Kala I Fase Aktif di Polindes Bamban
b. Untuk Mengetahui Evidence Based MidwiferyAsuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin Ny. NUsia 40 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 40
Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif di PMB Hellen, S. Tr. Keb
c. Untuk memberikan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. NUsia
18 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 40Minggu Inpartu Kala I Fase
Aktif di PMB Hellen, S. Tr. Keb
C. Manfaat
1. Klien
Klien Mendapatkan pelayanan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin di
Polindes Bambansecara komprehensif yang sesuai dengan Evidence
Based Midwifery
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan dan dapat
mengaplikasikan/ menerapkan sesuai dengan Evidence Based
Midwiferyasuhan kebidanan fisiologi holistik Pada ibu bersalinsecara
komprehensif
3. Lahan Praktik
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program diPolindes bambandalam menyusun perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program-program KIA
Ada lima aspek dasar atau LIMA BENANG MERAH, yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai
aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun
patologis. Menurut Sulisdian (2017), LIMA BENANG MERAH tersebut
adalah :
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Tujuh langkah dalam dalam membuat keputusan klinik:
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan.
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi.
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah.
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensiuntuk solusi
masalah.
6) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih
7) Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi
b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip
dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persal inan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu
selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran
yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan
(ekstraksi vakum, cunam, dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
3) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
4) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
5) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya, dan menenteramkan
perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
6) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota
keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
7) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran
bayinya.
8) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
9) Menghargai privasi ibu.
10) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi.
11) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan
bila ia menginginkannya.
a) Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik
tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.
b) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).
c) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.
d) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
e) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik,
bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan.
Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap
kelahiran bayi.
c. Pencegahan Infeksi Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:
1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit. Setiap
orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
2) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan atau bendabenda lainnya
yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak
utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap
terkontaminasi, sehingga harus diproses secara benar.
3) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatanatau benda lainnya
telah diproses, maka semua itu harus dianggaap masih
terkontaminasi.
4) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat
dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
d. Pencatatan (rekam medis) aspek-aspek penting dalam pencatatan:
1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.
2) Identifikasi penolong persalinan.
3) Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua
catatan.
4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan
jelas, dan dapat dibaca.
5) Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien.
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.
e. Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal,tetapi sekitar
10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan
dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan
merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga
penolong/fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan
terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir. Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :
bidan, alat, keluarga, surat, obat, kendaraan, uang, darah, doa
7. Enam Puluh Langkah Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan kebidanan pada persalinan
normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan yaitu 37-42 minggu, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Tujuan APN atau Asuhan Persalinan Normal adalah menjaga hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, memulai
berbagai upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan. Keterampilan yang diajarkan dalam
pelatihan APN harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua
ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setipa penolong persalinan
dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi
di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Adapun untuk melakukan APN
dirumuskan ke dalam 60 langkah asuhan persalinan normal (APN) sebagai
berikut:
1) Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
c) Perineum menonjol
d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk sekali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa
mengkontaminasi tabung suntik).
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perieneum, atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan
jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangsn tersebut dengan
benar di dalam larutan terkontaminasi)
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomy.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 ×/menit).
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dekontaminasikan
temuan-temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran.
b) Mendukung dan memberi semangan atas usaha ibu untuk meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f) Menilai DJJ setiap lima menit
g) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60
menit (1 jam ) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak
mempunyai keinginan untuk meneran
h) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan
ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu
16) Membuka partus set
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan
yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi. Jika tali
pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hungga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangam tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-hati membantu
kelahiran bayi.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang
memungkinkan) Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu -bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk memeluk
bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilakn uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu
mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan
lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali
pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm, dari vulva. Jika plasentaya tidak lepas setelah melakukan penegangan
tali pusat selama 15 menit :
a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m
b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kanding kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkankelahiran plaenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
melakukan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik
atau tempat khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan sgera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan
klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan
tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan
kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin
0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepala. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
e) Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selamam satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pascapersalinan
a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.
2. Kala II
a. Pengaruh pemberian kurma terhadap kemajuan persalinan kala II
Menurut penelitian Anddini et al (2020),dari populasi seluruh ibu bersalin
yang melakukan persalinan di RS Aura Syifa diperoleh hasil penelitian
bahwa ibu bersalin yang diberikan kurma sebanyak 100 gram diketahui
semuanya mengalami kemajuan persalinan kala II normal. Kurma selain
mengandung sumber gula yang tinggi juga dapat memberikan perasaan
rileks dan tenang. Asam lemak pada kurma selain menghasilkan energi juga
membantu menyediakan prostagalndin sehingga dapat membantu
menyimpan energi serta memperkuat otot rahim. Menurut pendapat
Cashion, Perry, Lowdermilk dkk (2013) Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses persalinan adalah power. Kekuatan berasal dari
perubahan fisiologis ibu bersalin itu sendiri dan dari tenaga meneran ibu.
Seorang ibu bersalin memerlukan tenaga meneran yang kuat untuk
membantu memperlancar proses persalinannya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan oleh Kordi et.al (2014) dalam penelitiaannya menunjukkan
bahwa kurma kaya akan karbohidrat sebagai sumber tenaga, mempengaruhi
kemajuan persalinan, spontanitas dalam persalinan dikarenakan karbohidrat
yang terdapat dalam kurma sebagai penguat ini adalah gula yang diserap dan
digunakan oleh sel tubuh tidak lama setelah dikonsumsi. Proses kemajuan
kala II selain dipengaruhi oleh faktor tenaga juga didukung oleh faktor
psikologi, penolong persalinan, jalan lahir yang normal serta posisi atau
letak janin serta plasenta yang normal.
b. Pemijatan Perineum
Menurut penelitian Wewet, dkk. (2015)tentangPengaruh Pemijatan
Perineum pada Primigravida terhadap Kejadian Ruptur Perineum saat
Persalinan di Bidan Praktik Mandiri di Kota Bengkulu. Persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Perineum adalah salah satu jalur yang dilalui pada saat proses persalinan
dapat robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna
melebarkan jalan keluarnya bayi (episiotomi). Laserasi atau ruptur selama
persalinan adalah penyebab perdarahan masa nifas yang nomor dua
terbanyak ditemukan.
Pijat perineum adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran
darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot dasar panggul. Teknik ini, jika
dilatih pada tahap akhir kehamilan (mulai minggu ke-34) sebelum
persalinan, juga akan membantu mengenali dan membiasakan diri dengan
jaringan yang akan dibuat rileks dan bagian yang akan dilalui oleh bayi. pijat
perineum dalam periode antenatal dapat membantu mengurangi tindakan
untuk episiotomi dan risiko laserasi kedua dan ketiga.
Menurut Aprillia (2010) mengemukakan bahwa robekan perineum dapat
terjadi karena pada saat ibu dilakukan pemijatan perineum, jaringan pada
perineum menjadi rileks sehingga dapat menyebabkan peningkatan
elastisitas jalan lahir yang dapat mempermudah proses melahirkan serta
mengurangi kejadian robekan perineum.
Manfaat pemijatan perineum yang dapat membantu melunakkan jaringan
perineum sehingga jaringan tersebut akan membuka tanpa resistensi pada
saat persalinan, untuk mempermudah lewatnya bayi. Pemijatan perineum ini
memungkinkan untuk melahirkan bayi dengan perineum tetap utuh.
Pemijatan perineum adalah teknik memijat perineum pada waktu hamil atau
beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan aliran darah ke
daerah ini dan meningkatkan elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas
perineum akan mencegah kejadian robekan perineum maupun episiotomi.
c. Hypnotherapy For Intrapartum Pain Management
Menurut penelitian A. Steel art (2016) yang berjudul The characteristics of
women who use hypnotherapy for intrapartum pain management:
Preliminary insights from a nationally-representative sample of Australian
women. Di samping dukungan untuk perluasan pilihan bagi perempuan
untuk mengelola rasa sakit saat melahirkan, termasuk integrasi
Complementary Medicine (CM) lebih lanjut, ada pengakuan akan pentingnya
pandangan psikologis dalam persepsi, dan respon terhadap, nyeri tenaga
kerja. Dr. Grantly DickRead, seorang dokter kandungan dari tahun 1950-an,
menggambarkan sindrom 'takut-tension-pain 'sebagai penyebab utama
bagi pengalaman perempuan nyeri saat melahirkan.
Praktik hipnosis selama periode antenatal dan intrapartum juga dikenal
sebagai 'hypnobirthing' untuk meminimalkan tingkat ketakutan perempuan
dan dengan demikian mengurangi rasa sakit telah tumbuh dari pekerjaannya
dan mencapai minat dan kontroversi di kalangan wanita, penyedia perawatan
bersalin dan peneliti.
Wanita yang menggunakan hipnosis selama periode antenatal dan
intrapartum melaporkan tingkat yang lebih rendah dari ketakutan dan
kecemasan selama persalinan dibandingkan dengan tingkat yang diharapkan
sebelum persalinan.
Wanita yang melaporkan menggunakan hypnobirthing lebih cenderung
berkonsultasi dengan ahli akupunktur atau naturopath, atau telah mengikuti
kelas yoga/meditasi Mereka juga lebih cenderung telah menggunakan
berbagai produk/perawatan komplementer medis termasuk obat- obatan
herbal, minyak aromaterapi, homeopati, teh herbal, dan esens bunga, serta
berlatih yoga/meditasi di rumah.
Perempuan menggunakan berbagai Complementery Medicine (CM) selama
kehamilan dan terlibat dengan praktisi CM dari berbagai disiplin ilmu.
Karena prinsip hypnobirthing menekankan kelahiran sebagai proses alami,
mungkin perempuan yang menggunakan hypnobirthing secara aktif mencari
tenaga kesehatan dengan pandangan yang selaras terhadap perawatan
bersalin., dengan penelitian yang menunjukkan dokter kandungan lebih
memilih metode penghilang rasa sakit farmakologis Disonansi yang
dirasakan potensial antara pandangan kedua kelompok ini dapat
mengakibatkan wanita yang menggunakan hipnoterapi selama persalinan
merasa tidak pasti apakah seorang dokter kandungan akan memberikan
perawatan yang menghormati pilihan dan pandangan mereka tentang
kehamilan, persalinan dan kelahiran.
d. Pengaruh posisi tegak terhadap Intensitas nyeri persalinan
Menurut Purnama et al (2019), Persalinan dengan rasa nyeri terdapat 85-90
persen pada seluruh persalinan, hanya 10-15 persen persalinan tanpa nyeri.
Persepsi tentang nyeri bervariasi tergantung individu, intensitas nyeri
persalinan memengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan, dan
kesejahteraan janin. Nyeri persalinan merupakan suatu rangsangan nyeri
yang terjadi akibat kontraksi uterus selama proses persalinan.
Penanggulangan nyeri persalinan sangat penting karena dapat memperbaiki
keadaan fisiologi, psikologi ibu dan bayi. Salah satu metode non
farmakologis untuk mengurangi nyeri berdasarkan teori Gate Control
melalui mobilisasi dan posisi tegak pada saat persalinan. Posisi tegak dapat
menimbulkan relaksasi yang menurunkan ketokolamin dan meningkatkan
pelepasan β endorfin yang memblok transmisi stimulus nyeri. posisi Tegak
dapat mengurangi nyeri persalinan pada primipara dengan memfasilitasi
perubahan posisi setiap tahapan dalam proses persalinan yang menimbulkan
relaksasi dan menurunkan persepsi nyeri sehingga tercipta peningkatan rasa
nyaman pada ibu bersalin. Sudut posisi tegak yaitu diatas 45° dari
horizontal. Posisi ini dapat memfasilitasi relaksasi karena dapat menurunkan
ketegangan otot abdomen dan meningkatkan ventilasi melalui pelebaran
dinding dada. Relaksasi dipercaya dapat meningkatkan pelepasan endorfin
yang memblok transmisi stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf
berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan transmisi implus nyeri
melalui serabut kecil A-delta dan serabut saraf C. Hal ini sejalan dengan
penelitian Harkens dan Dinker, menyatakan bahwa relaksasi pada pasien
dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan emosional serta
mengurangi nyeri persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik
relaksasi dapat mengurangi nyeri pada persalinan kala satu fase aktif
persalinan, relaksasi dapat meringankan rasa nyeri dan tingkat nyeri sangat
berbeda pada wanita yang tidak melakukan relaksasi, relaksasi efektif
mengurangi nyeri pada semua tahapan persalinan. Posisi tegak
memanfaatkan keuntungan
3. Kala III
a. Penundaan pemotongan tali pusat terhadap kadar Hb BBL.
Menurut Susilowati (2009), dalam Rochmaedah et al, (2019) Penundaan
pemotongan tali pusat akan meningkatkan jumlah eritrosit yang
ditransfusikan ke bayi, hal tersebut tercermin dalam peningkatan kadar
hemoglobin bayi baru lahir. Transfusi plasenta adalah proses atau sistem
yang bertugas menyediakan barbagai kebutuhan bayi seperti sel darah
merah, sel induk dan sel kekebalan tubuh. Dengan dilakukannya penundaan
penjepitan dan pemotongan tali pusat ini memberikan waktu yang lebih
banyak kepada plasenta untuk mengalirkan darah dan memastikan
kecukupan kadar oksigen pada bayi sehingga bayi terhindar dari anemia.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan rerata
kadar Hb bayi dengan p value 0.03 < 0.05 dan tidak terdapat perbedaan lama
pelepasan tali pusat dengan p value 0.06 > 0.05. Kesimpulan & saran:
Penundaan penjepitan tali pusat berpengaruh terhadap kadar Hb bayi dan
tidak berpengaruh terhadap lama pelepasan tali pusat. Penundaan penjepitan
tali pusat dapat dijadikan alternatif kebijakan dalam manajemen aktif kala III
persalinan.
4. Kala IV
The effect of mother and newborn early skin-to-skin contac on initiation
of breasfeeding.
Safari et al international Breastfeeding journal (2018), The relationship
between SSC and time to initiate breastfeeding, duration of third stage of
labor, success of breastfeeding, newborn hypothermia, and temperature of
the newborn 30 min after birth.Skin-to-skin contact provides an appropriate
and affordable yet high quality alternative to technology. It is easily
implemented, even in small hospitals of very low-income countries, and has
the potential to save newborns’ and mothers’ lives. It is necessary to
prioritize training of health providers to implement essential newborn care
including SSC. Community engagement is also needed to ensure that all
women and their families understand the benefits of SSC and early initiation
of breastfeeding Logistic regression modelling was used to examine the
effect of SSC and conventional care on outcomes of the study by adjusting
for potential confounders like mother’s age, education level, occupation,
parity, and newborn gender. To reduce the current prevalence of high
neonatal morbidity and mortality rate in Iraq, there is a dire need for simple
and cost-effective prevention and (complementary) intervention methods
that are easily accessible to mothers and can be applied immediately after
birth. Mother and newborn SSC is a low-cost intervention that would be
accessible, simple, and feasible for most mothers in developing countries. In
order to accomplish this goal, the old paradigms of labor and delivery care
need to be changed and immediate, uninterrupted SSC after birth should be
practiced.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. NUsia40 tahun G1P0A0 Usia
Kehamilan 40 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif di PMB Hellen, S. Tr. Keb
B. Pelaksanaan Asuhan
1. Hari/ tanggal : Sabtu,16November 2020
2. Pukul : 09.20 WIB
3. Tempat : di PMB
4. Pengkaji : Novia Sari Nur Hidayah
C. Identitas Pasien
1. Nama Ibu : Ny. N Nama Ayah : Tn. H
2. Umur :18 tahun Umur : 32 tahun
3. Suku : Dayak Suku : Dayak
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
6. Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wiraswasta
7. Alamat : Jl.Tingang 28
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan
1. Kala 1
a. Data Subjektif
- Ny. N Usia 18 Tahun G1P0A0
- Mengeluh sakit pinggang hingga menjalar ke perut, ada
pengeluaran pervaginam lendir bercampur darah
- HPHT :07 Maret 2020
- TP: 14 Desember 2020
b. Data Obyektif
- K/u : baik, Kesadaran : Composmentis
- TD : 120/70mmHg, N :81x/m, R:25x/m, S :36,7oc
- BB : 60 kg, TB : 150 cm, IMT : 26, LILA :24,7cm
- Abdomen : tidak ada bekas luka SC, His teratur 4x/10 menit
lama 35 detik, DJJ : 140x/m
- Leopold I : 3 jari dibawah px, Mc.D: 30cm
- Leopold II : PUKA
- Leopold III : Preskep
- Leopold IV : sudah masuk PAP (Divergen)
- VT : pembukaan 8 cm, ket (+), HII, Portio tipis lunak
c. Assasment
- Ny. NUsia 18 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 40Minggu Inpartu
Kala I Fase Aktif
- Masalah : ibu cemas menghadapi persalinan
- Kebutuhan : KIE cara mengatasi cemas pada ibu bersalin
d. Planning
1) Membina hubungan interpersonal antara klien dengan bidan
Rasional: interaksi bidan dengan pasien, bidan menunjukkan rasa
hormat, sopan, santun, ramah, menjaga privasi dan empati
dengan bersikap sabar, menghargai klien, dan mendorong klien
untuk percaya diri sehingga klien mau bicara terbuka, petugas
juga akan menjaga rahasia klien.
(Sumber : Erba, Fardila. 2020. Hubungan Tingkat Kepuasan Ibu
Hamil Dengan Pemeriksaan kehamilan Di Puskesmas
Jatinangor. Jurnal Sehat Masada Volume XI Nomor 2 juli
2020)
2) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan suami klien tentang
pemeriksaan
Rasional : Hak pasien atas informasi merupakan sesuatu yang
paling awal dibutuhkan oleh pasien saat berada dirumah sakit.
Saat seseorang sakit, mereka cenderung ingin mengetahui
tentang kondisi penyakitnya, hasil dari pengkajian yang
dilakukan, termasuk diagnosis penyakitnya dan rencana asuhan.
Selain itu, pasien ingin mengerti tentang proses asuhan, tes
pemeriksaan, prosedur, dan tindakan yang harus mendapat
persetujuan (consent) dari mereka
(Fakhrina, Dara. 2018. Pemenuhan hak pasien atas informasi
oleh perawat. JIM FKep Volume III No. 3 2018)
3) KIE persalinan
Rasional : proses yang ditandai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan penipisan, dilatasi, serviks daan mendorong
janin keluar, melalui jalan lahir sehingga menimbulkan sensasi
nyeri yang dirasakan ibu
(Sulistyawati, Rini. 2017. Efektivitas kompres hangat terhadap
intensitas nyeri kala I. Jurnal kebidanan khatulistiwa)
4) Inform concentsebelum tindakan pertolongan persalinan
Rasional: Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medik, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan informed
consent atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebut
(Wandira, ayu. 2019. Persetujuan Tindakan Medik (Informed
Concent) Dalam Pelayanan Kontrasepsi. Dinamika jurnal ilmiah
ilmu hukum vol 25 no 11 tahun 2019)
5) Berikan dukungan psikologis pada ibu untuk mengurangi rasa
cemas
Rasional : Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan
salah satu kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang perlu
diperhatikan bidan. Keadaan psikologis ibu bersalin sangat
berpengaruh pada proses dan hasil akhir persalinan. Kebutuhan
ini berupa dukungan emosional dari bidan sebagai pemberi
asuhan, maupun dari pendamping persalinan baik suami/anggota
keluarga ibu. Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi
tingkat kecemasan pada ibu bersalin yang cenderung meningkat.
Dukungan psikologis yang dapat diberikan bidan untuk dapat
mengurangi tingkat kecemasan ibu adalah dengan membuatnya
merasa nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan: membantu ibu
untuk berpartisipasi dalam proses persalinannya dengan tetap
melakukan komunikasi yang baik, memenuhi harapan ibu akan
hasil akhir persalinan, membantu ibu untuk menghemat tenaga
dan mengendalikan rasa nyeri, serta mempersiapkan tempat
persalinan yang mendukung dengan memperhatikan privasi ibu.
Secara terperinci, dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat
diberikan dengan cara: memberikan sugesti positif, mengalihkan
perhatian terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan selama
persalinan, dan membangun kepercayaan dengan komunikasi
yang efektif.
(Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir. Pusdik SDM kesehatan Cetakan pertama, Desember
2016)
6) KIE ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara mengajarkan
ibu teknik benafas yang benar
Rasional: Saat dilakukan teknik relaksasi nafas dalam, pasien
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran
darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik.
Kemudian juga mampu merangsang tubuh untuk melepaskan
opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin, yang mana
opoiod ini berfungsi sebagai (analgesik alami) untuk memblokir
resptor pada sel-sel saraf sehingga mengganggu transmisi sinyal
rasa sakit. Maka dapat menyebabkan frekuensi nyeri pada pasien
operasi sectio caesarea dapat berkurang. Periode relaksasi yang
teratur dapat membantu untuk mengatasi keletihan dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis yang
meningkatkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2010). Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri teknik nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah,
tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres
baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan (Joko, 2010).
(Amita, dita. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesarea Di Rumah Sakit Bengkulu. Jurnal Kesehatan Holistik
(The Journal of Holistic Healthcare), Volume 12, No.1, Januari
2018: 26-28)
7) KIE Atur posisi ibu untuk miring kiri supaya janin mendapatkan
suplai oksigen dan mempercepat penurunan kepala bayi
Rasional : Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya
perubahan tekanan darah selama proses kontraksi. Rasa
sakit/nyeri, takut, dan cemas juga dapat meningkatkan tekanan
darah. Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk
membantu mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu
dalam meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan cerviks,
pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah. Pada kala I
ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa,
duduk, berbaring miring ataupun merangkak. Hindari posisi
jongkok, ataupun dorsal recumbent maupun lithotomi, hal ini
akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang selama
persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu
berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan
placenta akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan
menyebabkan turunnya suplai oksigen utero-placenta. Hal ini
akan menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga dapat
menghambat kemajuan persalinan
(Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir. Pusdik SDM kesehatan Cetakan pertama, Desember
2016)
8) KIE ibu untuk makan dan minum jika tidak ada HIS
Rasional : Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu
selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan
persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan
makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang cukup
(makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber
dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk
sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan
mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang
kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin.
(Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir. Pusdik SDM kesehatan Cetakan pertama, Desember
2016)
9) Lakukan persiapan persalinan, seperti alat-alat partus (klem,
gunting tali pusat, chort klem, setengah koher, kateter metal,
under pad, tempat plasenta dan alat heating), alat perlindungan
diri (apron, sepatu boat, handscoon, masker), alat-alat bayi
(bedong, Celana dalam, gurita, baju, topi, kasa steril) dan obat-
obatan (Vit.K, oksitosin, salep mata (tetrasiklin 1%).
Rasional :Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan
pertolongan persalinan terstandar dimulai dari penerapan upaya
pencegahan infeksi. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir dapat mengurangi risiko penularan infeksi pada ibu
maupun bayi. Dilanjutkan dengan penggunaan APD (alat
perlindungan diri) yang telah disepakati. Tempat persalinan perlu
disiapkan dengan baik dan sesuai standar, dilengkapi dengan alat
dan bahan yang telah direkomendasikan Kemenkes dan IBI.
Ruang persalinan harus memiliki sistem pencahayaan yang
cukup dan sirkulasi udara yang baik. Dalam melakukan
pertolongan persalinan, bidan sebaiknya tetap menerapkan APN
(asuhan persalinan normal) pada setiap kasus yang dihadapi ibu.
Lakukan penapisan awal sebelum melakukan APN agar asuhan
yang diberikan sesuai. Segera lakukan rujukan apabila
ditemukan ketidaknormalan
(Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir. Pusdik SDM kesehatan Cetakan pertama, Desember
2016)
e. Catatan implementasi
Pukul Kegiatan
09.30 wib 1) Membina hubungan antara bidan dan klien agar
tercipta suasa yang nyaman
Hubungan antara bidan dan klien tercipta dengan
baik
2) Menjelaskan hasil pemeriksaan
09.40 wib
Hasil dalam keadaan normal
3) KIE ibu tentang persalinan bahwa persalinan
adalah hal yang alamiah yangmana proses yang
ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan penipisan, dilatasi, serviks daan
09.50 wib
mendorong janin keluar, melalui jalan lahir
sehingga menimbulkan sensasi nyeri yang
dirasakan ibu
Ibu mengerti tentang persalinan
4) Melakukan inform concent sebelum tindakan
10.00 wib pertolongan persalinan normal
Ibu bersedia menandatangani inform concent
5) Memberikan dukungan psikologis untuk ibu agar
10.10 wib ibu jauh merasa lebih tenang dan mengurasi rasa
cemas akibat persalinan
6) Mengajarkan ibu cara relaksasi pernapasan
disela-sela kontraksi yaitu dengan menarik napas
10.20 wib panjang dari hidung dan mengeluarkan lewat
mulut untuk mengurangi rasa nyeri persalinan
dan cemas.
7) Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar janin
10.25 wib mendapatkan suplai oksigen dan membantu
proses penurunan kepala bayi lebih cepat
8) KIE makan dan minum di sela-sela kontraksi agar
10.30 wib
ibu mempunyai tenaga pada saat proses meneran
10.30 wib 9) Melakukan persiapan alat dan bahan persalinan
Tabel 3.1 catatan implementasi kala I
2. Kala 2
a. Data Subjektif
- Ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan disertai adanya
dorongan untuk meneran
b. Data Obyektif
- K/u : baik, Kesadaran : Composmentis
- TD :120/80 mmHg, N :80x/m, R:22x/m, S :37oc
- Abdomen : His teratur 5x/10 menit lama 50 detik, DJJ : 143x/m
- Genetalia luar: cairan lender darah(+), perineum menonjol,
tekanan pada anus, vulva terbuka.
- VT : pembukaan 10 cm, ket (-) Jernih, HIV, Portio tidak teraba,
moulase (-), UUK Kiri depan
c. Assasment
- Ny. NUsia 18 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 40Minggu
Inpartu Kala I Fase Aktif
- Masalah : Ibu Mengatakan perut sakit dan ingin meneran
- Kebutuhan : Pimpin persalinan
d. Planning
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan suami klien tentang
pemeriksaan
Rasional : Hak pasien atas informasi merupakan sesuatu yang
paling awal dibutuhkan oleh pasien saat berada dirumah sakit.
Saat seseorang sakit, mereka cenderung ingin mengetahui
tentang kondisi penyakitnya, hasil dari pengkajian yang
dilakukan, termasuk diagnosis penyakitnya dan rencana asuhan.
Selain itu, pasien ingin mengerti tentang proses asuhan, tes
pemeriksaan, prosedur, dan tindakan yang harus mendapat
persetujuan (consent) dari mereka
(Fakhrina, Dara. 2018. Pemenuhan hak pasien atas informasi
oleh perawat. JIM FKep Volume III No. 3 2018)
2) Berikan dukungan psikologis pada ibu untuk mengurangi rasa
cemas dan rasa sakit
Rasional : Dukungan psikologis yang dapat diberikan bidan
untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu adalah dengan
membuatnya merasa nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan:
membantu ibu untuk berpartisipasi dalam proses persalinannya
dengan tetap melakukan komunikasi yang baik, memenuhi
harapan ibu akan hasil akhir persalinan, membantu ibu untuk
menghemat tenaga dan mengendalikan rasa nyeri, serta
mempersiapkan tempat persalinan yang mendukung dengan
memperhatikan privasi ibu. Secara terperinci, dukungan
psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan dengan cara:
memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa
sakit dan ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun
kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.
(Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi
baru lahir. Pusdik SDM kesehatan Cetakan pertama, Desember
2016)
3) Persiapan posisi persalinan
Rasional :posisi meneran ada beberapa macam antara lain posisi
merangkak/tidur miring, posisi jongkok atau berdiri, posisi
duduk/setengah duduk dan posisi terlentang/supine. Meneran
dengan posisi miring dapat mengurangi risiko terjadinya ruptur
perineum. Sedangkan meneran dengan posisi terlentang risiko
terjadinya ruptur perineum lebih besar
(Wahyuni, Sri. 2016. Hubungan Posisi Meneran Dengan Ruptur
Perineum Di Rb Kartini Putra Medika Klaten. Jurnal Involusi
Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016)
4) Lakukan pimpinan meneran saat ada kontraksi
Rasional : Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan
meneran bila pembukaan sudah lengkap. Pada proses meneran
yang tidak maksimal bias mengakibatkan terjadinya robekan
perineum. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin
ibu bersalin melakukan meneran untuk mencegah terjadinya
ruptur perineum, diantaranya: 1) Menganjurkan ibu untuk
meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
2) Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat
meneran. 3) Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk
meneran jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, menarik
lutut ke arah ibu, dan menempelkan dagu ke dada. 4)
Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat
meneran. 5) Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk
membantu kelahiran bayi. Dorongan ini dapat meningkatkan
resiko distosia bahu dan ruptur uteri. 6) Pencegahan ruptur
perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan terutama saat
kelahiran kepala dan bahu.
(Nugrahini, Evi yunita. 2017. Hubungan Teknik Meneran
Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Primigravida Di
Polindes Sayang Ibu (Kecamatan Dawar Blandong Mojokerto).
Jurnal Penelitian Kesehatan)
e. Catatan Implementasi
Pukul Kegiatan
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan
11.00 wib
Hasil dalam keadaan normal
2) Memberikan dukungan psikologis untuk ibu agar
11.05 wib ibu jauh merasa lebih tenang dan mengurasi rasa
cemas akibat persalinan
3) Mempersiapkan posisi persalinan dan ibu
11.10 wib
memilih posisi litotomi
11.20 wib 4) Melakukan pimpinan meneran saat ada his
dengan cara menarik napas panjang kemudian
tahan menggunakan perut:
- Menolong kelahiran bayi agar defleksi tidak
terlalu cepat
- Menahan perineum dengan satu tangan
lainnya
- Mengusap kepala bayi untuk membersihkan
dari kotoran/ lender
- Periksa tali pusat. Tidak ada lilitan tali pusat
di leher bayi
- Melahirkan bahu bayi dan anggota
seluruhnya dengan ke dua tangan
ditempatkan pada sisi kepala dan leher bayi,
kemudian melakukan tarikan lembut
kebawah untuk melahirkan bahu atas
- Melakukan tarikan lembut keatas untuk
melahirkan bahu, menyelipkan satu tangan
ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
11.25 wib sambil menyangga kepala dan menyelipkan
satu tangan lainnya kepunggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya, tetap
menjaga kehangatan bayi.
- Melakukan pengecekan janin kedua
Tabel 3.2 catatan implementasi kala 2
3. Kala 3
a. Data Subjektif
- Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya dan masih
merasa mulas pada perutnya
b. Data Obyektif
- Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
- TFU : Sepusat
- Tali pusat : Memanjang
- Kontraksi uterus : Baik
- Perdarahan : terjadi semburan darah tiba-tiba ±70
cc
c. Assasment
- Ny. NUsia 40 tahun P1A0 inpartu Kala III
- Masalah : Ibu Mengatakan perut mules dan terdapat tanda
pelepasan plasenta
- Kebutuhan : Lakukan PTT
d. Planning
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan suami klien tentang
pemeriksaan
Rasional : Hak pasien atas informasi merupakan sesuatu yang
paling awal dibutuhkan oleh pasien saat berada dirumah sakit.
Saat seseorang sakit, mereka cenderung ingin mengetahui
tentang kondisi penyakitnya, hasil dari pengkajian yang
dilakukan, termasuk diagnosis penyakitnya dan rencana asuhan.
Selain itu, pasien ingin mengerti tentang proses asuhan, tes
pemeriksaan, prosedur, dan tindakan yang harus mendapat
persetujuan (consent) dari mereka
(Fakhrina, Dara. 2018. Pemenuhan hak pasien atas informasi
oleh perawat. JIM FKep Volume III No. 3 2018)
2) Lakukan manajemen aktif kala III
Rasional : manajemen aktif kala III mengurangi kejadiaan PPH,
memperpendek kala III, kebutuhan akan trasfusi menurun,
kondisi uterus membaik secara signifikan. Pengelolaan Aktif
persalinan kala tiga terdiri atas intervensi yang digunakan untuk
mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi
uterus dan untuk mencegah perdarahan pasca persalinan serta
menghindari atonia uteri. Oksitosin dan traksi tali pusat adalah
intervensi utama dari manajemen aktif dikaitkan dengan tahap
ketiga lebih pendek, dan kehilangan darah berkurang dan
hemorrage postpartum
(Susiloningtyas, IS. 2020. Kajian Pengaruh Manajemen Aktif
Kala Iii Terhadap Pencegahan Perdarahan Postpartum
(Sistematik Review ). Majalah Ilmiah Sultan Agung, 2020)
3) Lakukan pemeriksaan plasenta
Rasional : untuk menilai plasenta keluar lepas dengan sempurna
atau tidak dilakukan pemeriksaan : plasenta sisi maternal (yang
melekat pada dinding uterus) untuk memastikan keduanya
lengkap dan utuh, Memasangkan bagian-bagian plasenta yang
robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang
hilang, Memeriksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi),
Mengevaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
(sumber: Devi, Kadek Yesika Febri Artha (2020) Gambaran
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Persalinan Kala III Dengan
Risiko Perdaraha Tahun 2020. Diploma thesis, Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan)
e. Catatan implementasi
Pukul Kegiatan
11.25 wib (1) Menjelaskan hasil pemeriksaan
(2) Melakukan manajemen aktif kala III yaitu :
- Memberitahu ibu akan disuntikkan
11.26 wib oksitosin 10 IU secara IM disepertiga
paha atas bagian distal lateral 1 menit
setelah bayi lahir
11.27 wib - Menjepit tali pusat pada 3 cm dari pusat
(umbilicus) bayi menggunakan klem, 2
menit setelah bayi lahir. Dari sisi luar
klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah
ibu dan lakukan penjepitan kedua pada
distal dari klem pertama.
11.28 wib - Memotong dan mengikat tali pusat
- Dengan satu tangan, angkat tali pusat
yang telah dijepit kemudian gunting tali
pusat diantara 2 klem tersebut (sambal
lindungi perut bayi)
- Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril
pada satu sisi kemudian lingkarkan
kembali kesisi berlawanan dan lakukan
ikatan ke-2 menggunakan simpul kunci
- Lepaskan klem dan masukkan dalam
larutan klorin 0,5%
- Menempatkan bayi untuk melakukan
kontak kulit ibu ke kulit bayi. Meletakkan
bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada
dan perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu, posisi lebih
rendah ke putting payudara ibu selama 1
jam
- Memindahkan klem pada tali pusat
11.35 wib hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Meletakkan tangan diatas kain yang ada
diatas perut ibu tepat di tepi atas sismpisis
dan tegangkan tali pusat dengan klem
yang lain, observasi tanda pelepasan
plasenta, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
(3) Melakukan pemeriksaan plasenta
Setelah plasenta berada di introitus vagina
segera setelah plasenta dan selaput ketuban
lahir, melakukan massase uterus diatas fundus
11.40 wib
selama 15 detik, massase melingkar secara
lembut searah jarum jam hingga berkontraksi,
dan setelah itu memeriksa kedua sisi plasenta
lengkap dan utuh
Tabel 3.3 catatan implementasi kala 3
4. Kala 4
a. Data subyektif
Ibu mengatakan merasa lelah dan sakit dibagian perutnya
b. Data Obyektif
- KU baik, Kesadaran CM
- TD : 130/80 mmHg, N:79x/m, R: 24x/m, S:36,8oc
- Abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, koontraksi baik,
- Kandung kemih : tidak teraba
- Genetalia : perineum : tidak ada laserasi, perdarahan 100cc
c. Assessment
- Ny. N Usia 18 tahun P1A0 partus Kala IV
- Masalah : Ibu Mengatakan sakit dibagian perutnya
- Kebutuhan : KIE penyebab sakit dibagian perutnya
d. Plannning
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasional: Hak pasien atas informasi merupakan sesuatu yang
paling awal dibutuhkan oleh pasien saat berada dirumah sakit.
Saat seseorang sakit, mereka cenderung ingin mengetahui
tentang kondisi penyakitnya, hasil dari pengkajian yang
dilakukan, termasuk diagnosis penyakitnya dan rencana
asuhan. Selain itu, pasien ingin mengerti tentang proses
asuhan, tes pemeriksaan, prosedur, dan tindakan yang harus
mendapat persetujuan (consent) dari mereka.
(Sumber: Fakhrina, Dara. 2018. Pemenuhan Hak Pasien Atas
Informasi Oleh Perawat. JIM FKep Volume III No. 3 2018)
2) Observasi keadaan umum TD, Nadi, pernapasan, kontraksi
uterus, TFU, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua
3) KIE nyeri dibagian perut karena kontraksi rahim
Rasional : Kontraksi otot-otot perut akan membantu proses
involusi yang mulai setelah plasenta keluar segera setelah
melahirkan. Ambulasi secepat mungkin dari frekuensi sering
sangat diperlukan dalam proses involusi. Kelancaran proses
involusi dapat dideteksi dengan pemeriksaan lochia,
konsistensi uterus, dan pengukuran tinggi fundus uteri.
Kontraksi uterus yang jelek sangat memungkinkan akan
mengalami tombosis, degenerasi pada uterus dan
endometrium yang lambat, sehingga pembuluh darah menjadi
beku dan bermuara pada bekas implantasi plasenta. Hal ini
juga menyebabkan pengeluaran lochia yang berjalan lambat
sehingga menyebabkan masa nifas yang berkepanjangan.
(Gunawan Indra. 2015. Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post
Partum Yang Melaksanakan Senam Nifas. Jurnal
Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015)
4) KIE IMD pada ibu
Rasional : Inisiasi menyusu dini (early initiation
breastfeeding) adalah proses menyusu sendiri, minimal satu
jam pada bayi baru lahir . Setelah lahir, bayi harus segera
didekatkan kepada ibu dengan cara ditengkurapkan di dada
dan perut ibu. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berkaitan
dengan produksi hormon oksitosin, dimana hormon
tersebut akan membantu rahim berkontraksi sehingga secara
tidak langsung dapat mengurangi jumlah darah kala IV
pada ibu.
(Nurianti, Irma. 2020. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Terhadap Jumlah Darah Kala IV Persalinan. urnal
Kebidanan Kestra (JKKVol. 2 No.2 Edisi November 2019-
April 2020)
5) KIE mobilisasi dini seperti miring kiri dan ke kanan
Rasional: Keuntungan dari mobilisasi dini yaitu
melancarkan pengeluaran lochea, dimana prosesnya yaitu
bayi lahir kemudian terdapat sisa plasenta dan lanugo
kemudian uterus mengalami kontraksi dan sisa plasenta dan
lanugo dikeluarkan lewat vagina kemudian rahim mengalami
pemulihan. Adapun pengaruh mobilisasi dengan proses
pengeluaran lochea adalah dengan mobilisasi dini dapat
mempercepat dan membantu kontraksi rahim sehingga
cairan di dalam rahim atau lochea cepat keluar selain itu
mengurangi infeksi nifas, mempercepat involusio alat-alat
kandungan, melancarkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat fungsi laktasi dan pengeluaran
sisa metabolism
(Aziza nurul. 2019. Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap
Pengeluaran Lochea Pada Ibu Nifasdi Rsud Abdul Moeloek
Bandar Lampungtahun 2019. Jurnal Maternitas UAP
(JAMAN UAP)Universitas Aisyah Pringsewu Vol 1 Issue 2)
6) Dekontaminasi alat-alat, ruangan, dan tempat tidur
Rasional: Disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati & desinfeksi adalah
membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme
yang bersifat patogen. Kita siapkan klorin 5% untuk proses
desinfeksi sesuai ketentuan, dapat digunakan secara tepat
guna serta aman dalam pemakaian.
(patmawati. 2020. Pemanfaatan Sampah Bahan Habis Pakai
Non-Medis Laboratorium Ketrampilan Klinik (SKILLS LAB)
Sebagai Modifikasi Alat Peraga Sederhana Skill Mandiri.
Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 2 (2) 2020, 73-
79,)
7) KIE personal hygiene pada ibu
Rasional : agar tidak menjadi tempat masuk utama bakteri dan
kebersihn tubuh untuk mencegah infeksi yaitu dengan cara
mandi yang teratur minimal 2x/hari, mengganti pakaian dan
alas tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal ibu harus tetap
bersih, segar dan wangi. Jaga kebersihan diri secara
keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan
maupun kulit.
(sumber : hayati, fildul. 2020. Personal hygiene pada masa
nifas. Jurnal abdinas Kesehatan)
8) KIE tanda bahaya masa nifas
Rasional : Tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda
abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya atau
komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan
kematian ibutanda bahaya nifas yaitu perdarahan pervaginam,
demam, pusing kepla hebat, terjadi infeksi pada luka jahitan,
payudara bengkak nyeri kemerahan. jika ibu menumui hal
seperti ini diharapkan ibu segar datang ke tenaga kesehatan
(sumber : Muthoharoh, Husnul . 2015. Studi Pengetahuan Ibu
Nifas Tentang Tanda Bahaya Selama Masa Nifas. Jurnal
MIDPRO vol 7 no 2 2015)
9) KIE Asi Eksklusif
Rasional : ASI 0-6 bulan, karena asi mempunyai peran
penting yaitu untuk menjaga daya tahan tubuh bayi terhadap
penyakit sehingga bayi lebih jarang sakit karena ASI eksklusif
hygienis dan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh bayi
terpenuhi dan berkembang secara optimal. Bagi ibu juga bissa
menunda kesuburan, terutama keuntungan ASI dapat
digunakan tiap saat
(sumber : Hamidah. 2016. Hubungan antara dukungan
dengan ASI)
10) Pendokumentasian Askeb
Rasional: Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan pada Pasal 28 huruf (e) menjelaskan bahwa “Dalam
melaksanakan praktek / kerja, bidan berkewajiban untuk
melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan
lainnya secara sistematis”. Bidan yang melakukan
pendokumentasian belum secara sistematis sseharusnya sesuai
Pasal 23 ayat (2) Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan meliputi :
teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan SIKB/SIPB untuk
sementara paling lama 1 (satu) tahun, atau pencabutan
SIKB/SIPB selamanya.
(Puspitasari, Dewi .2019. Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan
Kebidanan Terhadap Perlindungan Hukum Pasien Pada
Bidan Praktik Mandiri (Studi di Kabupaten Cilacap). Jurnal
Idea Hukum Vol. 5 No.1 Maret 2019)
e. Catatan implementasi
Pukul Kegiatan
(1) Hasil pemeriksaan sudah dilakukan
11.50 wib TD : 120/80 mmHg, N:78x/m, S:36,4oc,
R:20x/m
(2) Mengobservasi KU,TTV,Kontraksi uterus,
TFU, kandung kemih, dan perdarahan setiap
12.00 wib
15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua
(3) KIE kontraksi perut karena proses involusi
12.10 wib
uteri
(4) Melakukan IMD dengan memberi cukup
waktu dengan kontak bayi biarkan bayi
12.15 wib
mencari dan menemukan putting dan mulai
menyusu
(5) Dekontaminasi alat-alat ruangan dan tempat
12.20 wib
tidur
(6) KIE personal hygiene seperti menganjurkan
12.25 wib untuk mengganti pembalutnya tidak harus
menunggu sampai penuh
(7) KIE tanda bahaya masa nipas seperti
12.30 wib
perdarahan, demam tinggi, pusing.
12.35 wib (8) Nutrisi kepada ibu untuk makan makanan
seimbang
(9) KIE ASI eksklusif sudah dilakukan, ASI
eksklusif bayi hingga diberi ASI sejak selama
12.40 wib
6 bulan, tidak boleh diberikan makanan lain
walaupun hanya air putih
12.45 wib (10) Pendokumentasian
Tabel 3.4 catatan implementasi kala 4
BAB IV
PEMBAHASAN
USG
PRIORITAS MASALAH TOTAL RANKING
U S G
Klien mengatakan perutnya kencang-
1. 5 5 5 15 I
kencang dan ingin melahirkan
2. Klien mengatakan nyeri persalinan 4 3 4 11 III
Klien mengatakan cemas menghadapi
3. 4 4 4 12 II
persalinan
Tabel 4.1 Prioritas Masalah dengan metode USG
Dari matriks di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, masalah kesehatan yang
akan diselesaikan yaitu Klien ingin melahirkan
Alternatif Penyelesaian Masalah
Setelah menentukan prioritas masalah kesehatan., kami kemudian menentukan
alternatif penyelesaian masalah. Adapun alternatif penyelesaian masalah yang
diusulkan yaitu :
1. Melakukan observasi pada Kala II persalinan
2. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar mengurangi rasa cemas akan
persalinan
3. Mengajarkan relaksasi pernapasan untuk mengurangi nyeri persalinan
4. Memimpin persalinan, dan melakukan pertolongan persalinan sesuai APN
5.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan
pendokumentasian SOAP dan melakukan catatan implementasi, maka penulis
dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada Ny. N diperoleh data subyektif dari hasil wawancara pasien
yaitu Ny. N Usia 18TahunG1P0A0Mengeluh perut kencang-kencang dan
keluar lender darah. Sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan
bahwa klien telah masuk kala I fase aktif dengan hasil pemeriksaan dalam
yaitu VT : pembukaan 8 cm, ket (+), HII, Portio tipis lunak
2. Assament diperoleh dari pengumpulan data yang diambil dari pengkajian
sehingga didapatkan diagnoasa yang tepat yaituNy. N Usia 18 tahun
G1P0A0 Usia Kehamilan 40Minggu Inpartu Kala I fase Aktif
3. Rencana asuhan yang akan dilakukan yaitu bina hubungan antara bidan dan
klien agar tercipta suasa yang nyaman, jelaskan hasil pemeriksaan, KIE
persalinan, inform concent, berikan dukungan psikologis untuk mengurangi
rasa cemas, KIE untuk rileks dan ajarkan relaksasi pernapasan, anjurkan
miring kiri, anjurkan makan minum disela kontrasi, persiapan persalinan
seperti alat dan bahan.
4. Dari catatan implementasi yang dilakukan, yaitu:
a. Membina hubungan antara bidan dan klien agar tercipta suasa yang
nyaman
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan
c. Memberikan KIE tentang persalinan
d. Melakukan inform concent
e. Memberikan dukungan psikologis untuk ibu agar ibu jauh merasa lebih
tenang dan mengurasi rasa cemas akibat persalinan
f. Mengajarkan ibu cara relaksasi pernapasan disela-sela kontraksi yaitu
dengan menarik napas panjang dari hidung dan mengeluarkan lewat
mulut untuk mengurangi rasa nyeri persalinan dan cemas.
g. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar janin mendapatkan suplai
oksigen dan membantu proses penurunan kepala bayi lebih cepat
h. KIE makan dan minum di sela-sela kontraksi agar ibu mempunyai
tenaga pada saat proses meneran
i. Melakukan persiapan alat dan bahan persalinan
5. Dari penentuan prioritas masalah, didapatkan masalah dengan prioritas
pertama yaitu Klien mengatakan perut kencang-kencang ingin melahirkan,
Klien mengatakan cemas menghadapi persalinan, Klien mengatakan nyeri
persalinan. Lalu, setelah menentukan prioritas masalah kesehatan., kemudian
penulis menentukan alternatif penyelesaian masalah. Adapun alternatif
penyelesaian masalah yang diusulkan yaitu :
a. Melakukan observasi pada Kala I persalinan
b. Memberikan dukungan psikologis pada ibu agar mengurangi rasa cemas
akan persalinan
c. Mengajarkan relaksasi pernapasan untuk mengurangi nyeri persalinan
Memimpin persalinan apabila pembukaan telah lengkap dan ketuban
telah pecah
B. Saran
Diharapkan penulisan ini dapat bermanfaat dan diharapkan untuk penulis agar
lebih mengekplor penelitian-penelitian mengenai persalinan agar referensi jauh
lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Amita, dita. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Bengkulu.
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 12,
No.1, Januari 2018: 26-28
Asrinah, DKK. 2010. Buku Kebidanan Masa Persalinan. Penerbit Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Aziza nurul. 2019. Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Pengeluaran Lochea Pada
Ibu Nifasdi Rsud Abdul Moeloek Bandar Lampungtahun 2019. Jurnal
Maternitas UAP (JAMAN UAP)Universitas Aisyah Pringsewu Vol 1 Issue 2
Erba, Fardila. 2020. Hubungan Tingkat Kepuasan Ibu Hamil Dengan Pemeriksaan
kehamilan Di Puskesmas Jatinangor. Jurnal Sehat Masada Volume XI
Nomor 2 juli 2020
Fakhrina, Dara. 2018. Pemenuhan hak pasien atas informasi oleh perawat. JIM FKep
Volume III No. 3 2018
Gunawan Indra. 2015. Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum Yang
Melaksanakan Senam Nifas. Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober
2015
JNPK.2017. Asuhan Persalinan Normal, Revisi Kelima tahun 2017. Jakarta Pusat
Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan 1st ed. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Pusdik
SDM kesehatan Cetakan pertama, Desember 2016
Muthoharoh, Husnul . 2015. Studi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya
Selama Masa Nifas. Jurnal MIDPRO vol 7 no 2 2015
Nanji JA, Carvalho B, Pain management during labor and vaginal birth, Best
Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology,
https://doi.org/10.1016/j.bpobgyn.2020.03.002
Nugrahini, Evi yunita. 2017. Hubungan Teknik Meneran Dengan Kejadian Ruptur
Perineum Pada Primigravida Di Polindes Sayang Ibu (Kecamatan Dawar
Blandong Mojokerto). Jurnal Penelitian Kesehatan
Nurianti, Irma. 2020. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Jumlah
Darah Kala IV Persalinan. urnal Kebidanan Kestra (JKKVol. 2 No.2 Edisi
November 2019-April 2020
Susiloningtyas, IS. 2020. Kajian Pengaruh Manajemen Aktif Kala Iii Terhadap
Pencegahan Perdarahan Postpartum (Sistematik Review ). Majalah Ilmiah
Sultan Agung, 2020
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu bersalin. Jakarta: Salemba
Medika
Wahyuni, Sri. 2016. Hubungan Posisi Meneran Dengan Ruptur Perineum Di Rb
Kartini Putra Medika Klaten. Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11,
Januari 2016
Wiknjosastro. 2010. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo