Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA D UMUR 16 TAHUN


DENGAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS DELITUA
TAHUN 2020

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Remaja dan Menopause

Oleh:
GUSTI ARTHA NAINGGOLAN
NIM: P07524719005

PEMBIMBING INSTITUSI
Tri Marini, SST, M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. D


DI PUSKESMAS DELITUA

Oleh:
GUSTI ARTHA NAINGGOLAN
NIM: P07524719005

Menyetujui,

No Nama Pembimbing Tanda Tangan


1 Herlina Tanjung, S.Tr.Keb
NIP:

(Pembimbing Lahan Praktik)

2 Tri Marini, SST, M.Keb


NIP: 198003282001122001

(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP :196605231986012001
KATA PENGANTAR

i
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Remaja Nn D Umur 16 Tahun
dengan Keputihan Fisiologis di Puskesmas Deliua”. Dalam kesempatan ini penulis
menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen
pengampu Ibu Tri Marini, SST, M.Keb yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan. Amin.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Halaman
Halaman Judul ……………………………….….
Halaman pengesahan ……………………………….…. i
Kata Pengantar ……………………………….…. ii
Daftar Isi ………………………………….. iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………... 1
B. Tujuan …………………………………... 3
C. Ruang Lingkup …………………………………... 4
D. Manfaat …………………………………… 5

BAB II : TINJAUAN TEORI


A. Kajian Teori Kasus …………………………………... 6
B. Kajian Teori Kasus Askeb …………………………………... 10

BAB III : ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengkajian ………………………………….. 14
B. Analisis ………………………………….. 17
C. Penatalaksanaan …………………………………. 17

BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………. 20
B. Saran …………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, kesehatan dan jasa-jasa lainnya secara umum semakin lama mulai
menanggapi kebutuhan-kebutuhan dan permintaan dari kebanyakan remaja. Sejumlah
proyek dan program yang didukung oleh pemerintah dengan atau tanpa bantuan
donatur telah ada selama beberapa waktu, namun kebanyakan dari mereka hanya
berfokus pada sejumlah isu-isu yang terbatas saja yang berhubungan dengan remaja
dan tidak pada kebutuhan mereka secara keseluruhan. Fokus projek untuk tahun
2004-2005 adalah untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari rencana
pembangunan remaja nasional dan daerah dan pelaksanaannya, termasuk kebutuhan
koordinasi antara para mitra, akses dan mutu dari jasa kesehatan yang ramah remaja
dalam konteks pendekatan yang lebih "ramah publik" dan akses bagi remaja ke
informasi yang dapat diandalkan dan relevan yang mana remaja dapat mendasarkan
keputusannya (Sastrawinata & Sulaiman, 2006).
Kehidupan seorang wanita terdapat beberapa keluhan penyakit, salah satu
keluhan yang amat mengganggu itu adalah keputihan. Wanita yang menderita
keputihan sering mempunyai masalah dengan reaksi kejiwaannya yang
bermanifestasi sebagai rasa kecemasan yang berlebihan, tumbuhnya rasa takut atau
khawatir. Sehingga wanita berusaha untuk menarik diri dari pergaulan dan lebih
mengkhawatirkan dirinya sendiri (Sianturi, 2006).
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar
wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan
seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa
jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami
keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal
yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang
dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal

1
yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya
penyakit yang harus diobati (Manuaba & Ida, 2001).
Wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya
pengeluaran cairan keputihan sehingga di anjurkan untuk pemeriksaan khusus atau
rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba, 1999).
Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan fisiologis dan keputihan patologis
tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak, wanita yang beranggapan
keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita tersebut merasa
tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit kelamin dan jika
wanita yang beranggapan keputihan patologis adalah keputihan fisiologis akan
membuat wanita tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit
yang diderita bisa semakin parah.
Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di
sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit,
dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat
menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada
vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur
menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur
masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan
kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam
vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala
keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Manuaba &
Ida, 2001).
Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan
tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami
cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur
dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara
fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan
setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya

2
keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya dengan
indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu saja,
warna, bau disertai rasa gatal atau tidak. Secara alamiah bagian tubuh yang berongga
dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir.
Demikian pula halnya dengan saluran kelamin wanita (vagina). Dalam keadaan
normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak
terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri (Sastro & Sukiman, 2007).
Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai
merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah
tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi
masyarakat kita yang tidak terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau
ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter
juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri,
baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional.
Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan
tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan
kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika
mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang
berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas (Sastro & Sukiman, 2007).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Remaja D Umur 16 Tahun dengan Masalah
Keputihan Fisiologis di Puskesmas Delitua”

B. Tujuan
B.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Remaja D umur 16 tahun
dengan masalah keputihan fisiologis di Puseksmas Delitua. Atas dengan pendekatan
manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

3
B.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan asuhan kebidanan secara umum tentang kesehatan reproduksi
2. Memberitau kepada remaja D penyebab dari keputihan
3. Memberikan asuhan kebidanan tentang perawatan yang harus dilakukan jika
terjadi keputihan
4. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Remaja D umur 16 tahun
dengan masalah keputihan Fisiologis di Puskesmas Delitua dengan manajemen
kebidanan dan pendokumentasian SOAP.

C. Ruang Lingkup
1. Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan Komprehensif
ini adalah di Puskesmas Delitua, sedangkan waktu dan penyusunan Laporan
Komprehensif di mulai 22-23 Juli 2020.
2. Subjek Laporan Kasus :
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah
Remaja D umur 16 Tahun.
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik
wawancara dan observasi
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis dengan
pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan permasalahan pasien yang akan dijadikan
sebagai bahan laporan sehingga diperoleh data yang akurat.
b. Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada pasien dengan melakukan
pemeriksaan fisik

4
c. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun jurnal
yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang
diambil.
Studi kepustakaan dalam tugas ini diambil dari buku-buku sumber dan
jurnal

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Menjadikan bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan
dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang keputihan pada remaja.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan
untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi
Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Penulis
Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan,
dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan, memberikan
pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika menyikapi pasien,
mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi penjelasan yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada remaja.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Kajian Teori Kasus


A.1 Konsep Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara
fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala hal yang terkait dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit, melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum menikah dan sesudah menikah (Kusmiran & Eny, 2011).

A.2 Pengertian Keputihan


Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar. Jika di biarkan dan tidak ditangani sedini mungkin infeksi
ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal dan
keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga
melalui rangsangan seksual, sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua
infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan
jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Purnama, 2012).

6
A.3 Gejala Dan Tanda Keputihan
Pada keputihan normal gejala dan tandanya sebagian besar berkaitan dengan
siklus menstruasi. Biasanya berupa cairan lengket berwarna putih kekuningan atau
putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer ataupun kental dan biasanya
pada keputihan yang normal tidak disertai gatal serta akan menghilang dengan
sendirinya.
Sedangkan pada keputihan abnormal gejala dan tandanya biasanya bisa
bervariasi dalam warna, berbau dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau rasa
terbakar disekitar vagina. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan
pada saluran kencing.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya
tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar
(Purnama, 2012).

A.4 Penyebab Keputihan (Olii & Rahmatia, 2015)


Ada berbagai macam penyebab keputihan, antara lain :
1. Faktor kebersihan yang kurang baik
Kebersihan di darerah vagina haruslah terjaga dengan baik. Jika, daerah vagina
tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah
satunya keputhan. Hal ini menyebabkan kelembaban vagina mengalami
peningkatan dan hal ini membuat penyebab infeksi berupa bakteri patogen akan
sangat mudah untuk menyebarnya.
2. Stress
Semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol oleh otak, maka ketika
reseptor otak mengalami kondisi stress hal ini dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dan keseimbangan hormon -hormon dalam tubuh dan hal ini dapat
menimbulkan terjadinya keputihan.

7
3. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat antibitok dalam jangka lama bisa menyebabkan sistem imunitas
pada tubuh wanita, dan obat antibiotik biasanya dapat menimbulkan keputihan.
Sedangkan gangguan keseimbangan hormonal dapat juga disebabkan oleh
penggunaan KB.
Keputihan dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyebab, berikut ini
merupakan sebagian besar penyebab keputihan yang dialami oleh wanita Indonesia :
1. Menggunakan WC umum yang kotor, sehingga rawan terinfeksi oleh bakteri,
virus, jamur, dan sebagaianya.
2. Ketika selesai buang air kecil, hanya membasuh organ intim dengan tissue saja,
dan tidak membilasnya dengan air.
3. Menggunakan pakaian dalam yang sangat ketat, apalagi terbuat dari bahan
sintesis.
4. Melakukan cara pembilasan vagina dengan arah yang salah, umumnya
melakukan dari arah anus ke arah vagina, yang benar adalah dari vagina ke arah
anus.
5. Kurangnya menjaga kebersihan organ intim.
6. Melakukan pertukaran pemakaian handuk/celana dalam dengan orang lain.
7. Mengalami stress dan kelelahan.
8. Tidak sering mengganti pembalut saat menstruasi.
9. Sering menggaruk – garuk pada daerah organ intim.
10. Tinggal di lingkungan yang kotor.
11. Mandi dengan berendam air hangat. Jamur penyebab keputihan suka tinggal pada
daerah yang hangat.
12. Sering berganti pasangan seksual.
13. Memakai pembalut/pantyliner yang tidak berkualitas (terbuat dari bahan daur
ulang & mengandung pemutih).
Gangguan yang dapat menimbulkan masalah yaitu :

8
1. Candidosis
Adalah penyebab paling umum pada gatal-gatal pada vagina. Jamur menyerang
sel pada saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke
lapisan sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali
karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi yidak terlalu parah gugur ke dalam vagina
sehingga menyebabkan keputihan. Candida masuk ke vagina dari infeksi jamur pada
jalur khusus tetapi mungkin menyebar oleh hubungan seks kelamin. Candida tumbuh
lebih cepat jika lingkungan mengandung glukosa dan lebih umum terjadi dalam
kehamilan atau pada wanita penderita diabetes. Namun tidak tertutup kemungkinan
dapat terjadi pada wanita lain.
2. Trichomoniasis
Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun, bau, gatal, vulva kemerahan,
nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil. Infeksi vagina terjadi ketika
organisme hidup sangat kecil (disebut trichomonad) masuk ke dalam vagina, biasanya
setelah hubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi. Trichomonas menginfeksi
sekitar 1 dalam 10 wanita. Organism ini seukuran dengan sel darah putih dan
mempunyai “bulu getar” serta sebuah ekoryang sangat kuat. Pada kebanyakan wanita
jamur ini hidup dalam saluran vagina yang seperti beledu dan tidak mennimbbulkan
gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya dalam saluran kencing di penis. Tetapi pada
beberapa wanita karena sejumlahalasan yang tidak diketahui, ini menyebabkan gatal-
gatal di vagina dan vulva yang cukup parah.
3. Bacterial Vaginosis
Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan baksil anaerobic yang
biasanya terdapat di vagina. Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang tajam,
dan berwarna abu-abu kotor. Ini disebut “amine vaginosis” karena amine diproduksi
dan menghasilkan bau amis.
4. Virus HPV (Human Papiloma Virus) dan Herpes Simpleks
Sering ditandai dengan kondiloma akumminato atau tumbuh seperti jengger
ayam, cairan berbau tanpa disertai rasa gatal.

9
Biasanya keputihan dapat terjadi pada :
a. Wanita usia subur
b. Wanita yang sedang hamil
c. Wanita dengan berat badan yang berlebih
d. Wanita yang terkena penyakitkencing manis
e. Wanita yang mengidap penyakit kelainan kelamin
f. Para pengguna obat KB dan obat-obatan tertentu
g. Sering berbusana dengan busana sangat ketat
h. Sering memakai atau menggunakan obat pembilas vagina (kimia)

B. Kajian Teori Kasus Asuhan Kebidanan


B.1 Klasifikasi Keputihan
Ada dua jenis keputihan yaitu :
1. Keputihan Normal (fisiologis)
Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih,
kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, dan rasa terbakar),
keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stress dan
kelelahan.
Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan normal memiliki ciri-ciri :
a. Cairan keputihannya encer
b. Cairan yang keluar berwarna krem atau bening
c. Cairan yang keluar tidak berbau
d. Tidak menyebabkan gatal
e. Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit

2. Keputihan Tidak Normal (Patologis)


Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya
banyak, timbul terus-menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abuabu,

10
menyerupai susu/yogurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri, serta
berbau).
Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan normal dan keputihan yang
tidak normal tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak. Wanita yang
beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita
tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit
kelamin, an jika wanita beranggapan keputihan patologis akan membuat wanita
tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita
bisa semakin parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau juga parasit
yang bisa menyebabkan terjadinya kasus infeksi menular seksual (Ayuningtyas &
Donatilla, 2011).

B.2 Pencegahan Dan Penanganannya (Olii & Rahmatia, 2015)


Keputihan dapat dicegah dengan :
1. Selalu cuci daerah keperempuanan dengan air bersih setelah buang air, jangan
hanya menyekanya dengan tisu.
2. Jaga daerah keperempuanan tetap kering
3. Hindari betukar celana dalam dengan teman atau saudara
4. Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan
5. Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara
seperti menggunakan alat pelindung (kondom), pemakaian obat atau cara
profilaksis (pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan terhadap
jasad renik penyebab penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini
Penanganan yang dapat dilakukan adalah :
1. Melakukan pemeriksaan dengan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat
kelamin yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan kolposkopi yang
berupa alat optik untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama
dan bibir kemaluan.
2. Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.

11
3. Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu sebagai penawar saja, obat pemusnah atau
pemungkas, dan melakukan penghancuran lokal pada kutil leher rahim, liang
senggama, bibir kemaluan, atau melakukan pembedahan.
4. Obat-obat penawar misalnya Betadine vaginal kit, Intima, Dettol, yang sekadar
membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh
kuman penyebabnya. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif
atau penyuntikan sitostatika. Sedangkan obat pemusnah misalnya vaksinasi,
tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin, flukonazole,
metronidazole, nystatin dsb. Karena itu, lebih baik mencegah ketimbang
mengobati.
5. Seringkali wanita merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang menderita
keputihan tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh
pemeriksaan secara lebih detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat –
obat keputihan yang dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup
berisiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat
menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas
terapi tidak tercapai juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga
jamur semakin kebal dengan obat.

B.3 Pemeliharaan Organ Reproduksi Pada Remaja Perempuan (Manuaba,


2009)
1. Pembersihan Vagina
Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva (bibir
vagina) secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap
habis buang air kecil, buang air besar ataupun ketika mandi. Apabila anda alergi
dengan sabun yang lembut, anda bisa membasuhnya dengan air hangat.
Cara membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan ke belakang dan
jangan terbalik karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus terbawa
masuk ke vagina. Gunakanlah air bersih, lebih baik lagi air hangat, tetapi jangan

12
terlalu panas karena bisa menyebabkan kulit yang sensitif di daerah vagina melepuh
dan lecet.Setelah itu, sebelum memakai celana lagi, keringkan erlebih dahulu dengan
menggunakan handuk atau tisu yang tidak berparfum.
2. Mengganti celana dalam secara teratur
Celana dalam adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga
kebersihan daerah kewanitaan.Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi kaum wanita
untuk mengganti celana dalam 2x sehari di saat mandi.Apalagi, jika anda termasuk
wanita yang aktif dan mudah berkeringat.
Pada saat menstruasi gunakan pembalut dengan bahan yang lembut sehingga
dapat menyerap dengan baik dan tidak mengandung bahan yang bis membuat alergi
(misalnya parfum atau gel). Pembalut perlu diganti sekitar 4-5 kali dalam sehari
untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut.
3. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina Mencuci tangan sebelum
menyentuh vagina penting untuk dilakukan agar mencegah masuknya kuman
masuk ke dalam vagina.
4. Memilih celana dalam
Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun. Bahan
lain, seperti nylon dan polyester akan emmbuat gerah dan panas sehingga vagina
menjadi lembab sehingga memberikan kesempatan bagi bakteri dan jamur untuk
berkembang biak.
1. Handuk/washlap
Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina anda.
2. Mencukur rambut kemaluan
Bagi wanita dianjurkan untuk mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk
menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.
Selain melakukan perawatan daerah kewanitaan, pemeriksaan rutin oleh dokter
juga perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan agar dokter
mengetahui jika terdapat gangguan sehingga dapat segera ditangani.

13
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA D UMUR 16 TAHUN DENGAN


MASALAH KEPUTIHAN FISIOLOGIS DI PUSKESMAS DELITUA

Tanggal Pengkajian : 10 Juli 2020 Pukul : 13.00 WIB


Oleh : Gusti Artha Nainggolan

A. Subjektif
1. Identitas
Nama : NN. D
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Purwo
2. Alasan datang
Nn. D mengatakan ada pengeluaran cairan dari vagina 13 hari setelah
menstruasi, pegeluaran cairan keputihan encer dan tidak kental/bergumpal,
berwarna keruh seperti ingus, tidak berbau dan tidak gatal, dan cairan hanya
sedikit keluar
3. Keluhan Utama
tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun

14
b. Siklus : 30 hari, lama 4-5 hari
c. Banyaknya : Ganti pembalut 2-3 kali/hari saat terasa penuh
d. Dismeorhe : Tidak pernah
e. HPHT : 28-06-2020
f. Fluor Albus : Ada, sebelum menstruasi, warna putih jernih,
tidak bau, tidak gatal
5. Riwayat Pernikahan
Nn. D mengatakan belum menikah
6. Penyuluhan yang pernah didapat
Nutrisi bagi tubuh
7. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma,
DM, ginjal, TBC, Kelainan darah. Belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS. Tidak ada alergi obat.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak Ada riwayat penyakit jantung dan hipertensi, DM, ginjal, jantung, asma,
alergi, TBC, HIV, Hepatitis maupun kanker.
9. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
Tidak Ada
10. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, buah.
Minum air putih 8-9 gelas sehari. Tidak ada
pantangan/alergi makanan.
b. Eliminasi : Tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari, BAK 5-6 kali
sehari.
c. Istirahat : Tidur malam 7-8 jam, tidak pernah tidur siang
d. Aktivitas : Kerja sejak pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali/hari.
Tidak pernah menggunakan sabun pembersih
kewanitaan.

15
B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 42 kg TB : 150 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
- Bentuk tubuh : Normal
- Wajah : Wajah tidak pucat
- Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
- Leher : Tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid, limfa
- Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan yang
abnormal, tidak ada retraksi dada,tidak ada ronkhi
dan wheezing
- Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak teraba massa,
tidak teraba ballotement.
- Ekstremitas : Tidak ada oedema
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
- Golongan Darah : Tidak dilakukan
- HB : Tidak dilakukan
- Planotest : Tidak dilakukan
- HIV & IMS : Tidak dilakukan
- Protein Urine : Tidak dilakukan

16
- Glukosa Urine : Tidak dilakukan

C. Analisa Data
Nn. D umur 16 tahun dengan keluhan keputihan fisiologis

D. Penatalaksanaan
- Menjelaskan pada pasien tentang terjadi leukorea/keputihan yaitu faktor
kebersihan yang kurang baik, stress, penggunaan obat-obatan, menggunakan
WC umum yang kotor, tidak menjaga kebersihan vagina saat berkemih dan
BAB, menggunakan pakaian dalam yang sangat ketat dan tidak menyerap
keringat, melakukan pembilasan vagina dengan arah yang salah, tidak sering
mengganti pembalut saat menstruasi, sering berganti pasangan seksual dan
menggunakan pembalut yang tidak berkualitas. Menjelaskan kepada pasien
bahwa keputihan yang dialami saat ini adalah wajar/fisiologis dikarenakan
keputihan akan terjadi sebelum dan sesudah menstruasi, sehingga di harapkan
pasien untuk tidak khawatir/cemas atas yang terjadi pada pasien saat ini.
- Mengajari pasien untuk menjaga vulva hygiene yang benar seperti : Selalu
cuci daerah keperempuanan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya
menyekanya dengan tisu, Jaga daerah keperempuanan tetap kering, Hindari
betukar celana dalam dengan teman atau saudara, Potonglah secara berkala
bulu disekitar kemaluan dan Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa
dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat pelindung,
pemakaian obat seperti antibiotik jika keputihan patologis
- Menyarankan kepada pasien untuk mengurangi mengonsumsi makanan dari
luar/jungfood dan lebih baik mengonsumsi makanan yang dioalah
sendiri/makanan rumah
- Menganjurkan kepada pasien untuk memakan buah-buahan dan sayur-sayuran
lebih banyak lagi

17
- Melakukan pendokumentasian

BAB IV
PEEMBAHASAN

18
A. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengkajian Nn. D umur 16 tahun mengalami keputihan
fisiologis. Menurut (Purnama, 2012) Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. Menurut (Ayuningtyas & Donatilla,
2011) ciri – ciri dari keputihan fisiologis yaitu cairan keputihannya encer, cairan yang
keluar berwarna krem atau bening, cairan yang keluar tidak berbau, tidak
menyebabkan gatal dan jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit. Sesuai dengan
teori, penulis mengatakan bahwa Nn. D dengan keluhan adanya pengeluaran cairan
dari vagina setelah 13 hari setelah menstruasi, pegeluaran cairan keputihan encer dan
tidak kental/bergumpal, berwarna keruh seperti ingus, tidak berbau dan tidak gatal,
dan cairan hanya sedikit keluar. Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa Nn. D
mengalami keputihan fisiologis.
Menurut asumsi penulis, bahwa Keputihan pada Nn. D terjadi karena faktor
fisiologis, menurut teori (Ayuningtyas & Donatilla, 2011) keputihan keluar pada saat
menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stress dan kelelahan itu adalah
fisiologis (dalam keadaan normal).
Keputihan dapat dicegah dengan Selalu cuci daerah keperempuanan dengan air
bersih setelah buang air, jangan hanya menyekanya dengan tisu, Jaga daerah
keperempuanan tetap kering, Hindari betukar celana dalam dengan teman atau
saudara, Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan dan Dalam kasus
keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat
pelindung, pemakaian obat seperti antibiotik jika keputihan patologis (Olii &
Rahmatia, 2015).
Pada kasus Nn. D dengan keputihan fisiologis mendapatkan penkes tentang
pencegahan keputihan dan mendapatkan penkes tentang perawatan vagina (vulva
hygiene). Penatalaksanaan sesuai dengan teori atau penelitian yang ada maka tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan kasus.

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Kesimpulan dari kasus Nn. D umur 16 tahun dengan Keputihan Fisiologis di
Puskesmas Delitua adalah :
1. Keadaan ibu Nn. D umur 16 tahun sesuai dengan ciri dari Keputihan Fisiologis
2. Nn. D umur 16 tahun mengalami Keputihan terjadi karena faktor fisiologis pada
masa sebelum dan setelah menstruasi dan terjadi pada hari 10-16 hari menstruasi

B. Saran
Diharapkan kepada pegawai Puskesmas khususnya bidan agar memberikan
penkes dengan penyuluhan terjadinya keputihan sehingga pasien dapat mencegah,
menangani dan melakukan perawatan pada keoutihan agar tidak terjadi keputihan
patologis.
Diharapkan kepada mahasiswa kebidanan mampu menerapkan asuhan
kebidanan pada remaja khususnya pada Keputihan.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti dan Susi. 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi.


http://whitelove999.blogspot.com/2012/08/asuhan-kebidanan-gangguan-

21
reproduksi_25.html (Diakses tanggal 20 Juni 2020)

Ayuningtyas dan Donatilla Novrinta. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan


Perilaku Menjaga Kebersihan GenetaliaEksterna dengan Kejadian
Keputihanpada Siswi SMA Negeri 4 Semarang.Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran : Universitas Diponegoro.Artikel Karya Tulis Ilmiah

Kusmiran dan Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta

Manuaba dan Ida Bagus. 2001. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita, Jakarta :
Arcon

Prawiro dan Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Purnama. 2012. Makalah Tentang Keputihan Kesehatan Reproduksi.


http://bidanpurnamashop.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-keputihan
kespro.html (Diakses tanggal 21 Juni 2020)

Sastrawinata dan Sulaiman. 2001. Ginekologi, Unpad, Bandung

Sastro dan Sukiman. 2007. Ginekologi. Bandung. Unpad

Sianturi. 2006. Wanita Keputihan. Jakarta: Citra Pustaka

Olii dan Rahmatia. 2015. Kesehatan Reproduksi Remaja


https://www.academia.edu/11847121/MAKALAH_KESEHATAN_REPRODU
KSI_REMAJA?auto=download (Diakses tanggal 20 Juni 2020)

22

Anda mungkin juga menyukai