Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. S UMUR 50 HARI


DENGAN IKTERIK DI PMB EKA SRIWAHYUNI
MEDAN 2020

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan pada Bayi

Oleh:
GUSTI ARTHA NAINGGOLAN
NIM : P07524719005

PEMBIMBING INSTITUSI
Tri Marini, SST, M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. S


DI PMB EKA SRIWAHYUNI

Oleh:
GUSTI ARTHA NAINGGOLAN
NIM : P07524719005

Menyetujui,

No Nama Pembimbing Tanda Tangan


1 Eka Sri Wahyuni

(Pembimbing Lahan Praktik)


2 Tri Marini, SST, M.Keb
NIP: 198003282001122001

(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan Rahmat-Nyalah yang selalu dilimpahkan sehingga penulis dapat

i
menyelesaikan Proposal ini. Adapun judul laporsn pendahuluan ini adalah
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Di PMB Eka Sriwahyuni”. Di susun sebagai
persyaratan tugas akhir semester Profesi Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jurusan Kebidanan Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam
menyelesaikan proposal ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan
3. Ardiana Batubara, SST, M.Keb selaku Ketua Prodi Jurusan Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Tri Marini, SST, M.Keb selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan bersedia memberikan
masukkan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan proposal ini
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan Rahmat dan Karunia-
Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhirnya penulis
berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2020

Penelit
Gusti Artha Nainggolan

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan ………………………………… I
Kata Pengantar ………………………………… Ii

ii
Daftar Isi …………………………………. Iii

BAB I: TINJAUAN TEORI


A. Definisi ……………………………… 1
B. Jenis ………………………………. 1
C. Cara Kerja ………………………………… 1
D. Keuntungan ………………………………… 1
E. Kerugian ………………………………… 2
F. Waktu Pemberian ………………………………… 2
G. Efek Samping ………………………………… 2

H. Kontra Indikasi ………………………………… 4


BAB II: TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEBIDANAN
A. Anamnesis Lengkap ………………………………… 5
B. Pemeriksaan Fisik ………………………………… 5
C. Pemeriksaan Penunjang ………………………………… 5
(Sesuai Kasus)
D. Diagnosa/ Masalah ………………………………… 5
Kebidanan
E. Intervensi ………………………………… 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh
pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pada kulit konjungtiva dan
mukosa akibat penumpukan bilirubin. Gejala ini seringkali ditemukan terutama
pada bayi kurang bulan atau yang menderita suatu penyakit yang bersifat sismetik.

B. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
1) Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
2) Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
3) Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
4) Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
5) Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti
Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

1
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif.

C. Manifestasi Klinis
1. Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi dengan
bilirubin indirek)
2. Anemia
3. Perbesaran lien dan hepar
4. Perdarahan tertutup
5. Gangguan nafas
6. Gangguan sirkulasi
7. Gangguan saraf

D. Fatofisiologi
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan
bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur
eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi
apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi
dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi
hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan
ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu
intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan
jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat
indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut
kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar
darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi
tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat

2
lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat
yang karena trauma atau infeksi. (Markum, 1991).

E. Macam – Macam Ikterus


1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah
Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut  (Hanifa, 1987) :
a. Timbul pada hari kedua-ketiga
b. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
d. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia  bila kadar Bilirubin
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan.
Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
a. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada
otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus,
Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

F. Komplikasi
1. Bilirubin encephahalopathi
2. Kernikterus ; kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan
yangmelengking.

3
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi

G. Penata Laksanaan Medis


Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in
the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar
Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan
mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut
Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan
Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu
dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa
proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi
terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui
urine.

4
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis
dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5
mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa  ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2. Tranfusi  Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
b. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
c. Menghilangkan Serum Bilirubin
d. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

5
3. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

Untuk memberikan asuhan yang paripurna digunakan proses asuhan


kebidanan yang meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks
menyusui yang lemah, Iritabilitas
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan,
kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg.
1988)

B. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi


Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang
memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun
perencanaan asuhan keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai
diagnosa keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi, dan diare.

7
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake
output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.
a. Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5°
- 37° C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
b. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek ,
rubah posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit
dan kelembabannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, J. 2010. Materity and Gynecologic Care. Precenton.

Cloherty, P. John. 2008. Manual of Neonatal Care. USA.

Harper. 2010. Biokimia. Jakarta, EGC.

H. Markum. 2013. Ilmu Kesehatan Anak. Buku I, Jakarta, FKUI.

Jack A. Pritchard dkk. 2010. Obstetri Williams. Edisi XVII, Surabaya, Airlangga
University Press.

Marlene Mayers, et. Al. 2014. Clinical Care Planes Pediatric Nursing. New
York,
Mc.Graw-Hill. Inc.

Mary Fran Hazinki. 2010. Nursing Care of Critically Ill Child. Toronto, The
Mosby
Compani CV.

Susan R. J. et. al. 2011. Child Health Nursing. California.

Anda mungkin juga menyukai