Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA


DI PUSKESMAS DELITUA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan pada Remaja

Oleh:
GUSTI ARTHA NAINGOLAN
NIM : P07524719005

PEMBIMBING INSTITUSI
Tri Marini, SST, M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA


DI PUSKESMAS DELITUA

Oleh:
CHYNTIA HARYANA
NIM : P07524719006

Menyetujui,
No Nama Pembimbing Tanda Tangan
1 Herlina Tanjung. S.Tr.Keb

(Pembimbing Lahan Praktik)

2 Betty Mangkuji, SST, M.Keb


NIP: 196609101994032001

(Pembimbing Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Peendahuluan
dalam Asuhan Kebidanan pada Remaja ini dengan baik. Dalam kesempatan ini
penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dosen pembimbing, yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, Juli 2020

Peneliti
Chyntia Haryana

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan ………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………… Ii
Daftar Isi …………………………………. iii

BAB I: TINJAUAN TEORI


A. Definisi ……………………………… 1
B. Epidemiologi ………………………………. 2
C. Klasifikasi ………………………………… 3
D. Faktor Resiko ………………………………… 4
E. Gejala ………………………………… 4
F. Patofisiologi ………………………………… 5

BAB II: TINJAUAN TEORI


ASUHAN KEBIDANAN
A. Pengkajian ………………………………… 6
B. Masalah ………………………………… 7
C. Rencana Asuhan ………………………………… 7
D. Implementasi ………………………………… 8
E. Evaluasi ………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan


sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya.Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, yang utuh dalam segala
hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari sistem reproduksi wanita. Pengetahuan
kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan sejak remaja, karena seseorang akan dapat
mengenali kelainan pada kesehatan reproduksinya sendini mungkin, terutama tentang
menstruasi (Kumalasari, 2012).
Menstruasi adalah perubahan fisiologis pada wanita yang terjadi secara berkala
dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.Periode ini penting dalam hal reproduksi,
biasanya terjadi dalam setiap bulan antara remaja sampai menopouse (Kumalasari,
2012).
Angka kejadian nyeri menstruasi (Dismenorea) di dunia sangat besar.Rata-rata
lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami Dismenorea. Di Amerika
angka presentasenya sekitar 90%, 10 % sampai 15% tidak bisa beraktifitas dan di
Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan
produktif yang mengalami Dismenorea. Angka kejadian (prevalensi) Dismenorea
berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Adapun pendapat lain tentang
nyeri menstruasi yang terjadi di Indonesia 60-70% dengan 15% diantaranya
mengeluh bahwa aktifitas mereka menjadi terbatas akibat nyeri pada menstruasi. Di
Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25% yang terdiri dari 54.89%
dismenorea primer dan 9.36% dismenorea sekunder (Manuaba, 2009)..

A. Definisi Dismenore
Berikut adalah beberapa pendapat mengenai dismenore :

1
Menurut Sarwono (2011), dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan
rasa kram dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi
mulai dari yang ringan sampai berat. Nyeri haid yang dimaksud adalah nyeri haid
berat sampai menyebabkan perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau
mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri. Dismenore adalah nyeri kram dan
sering diikuti dengan nyeri punggung bawah, mual dan muntah, sakit kepala dan
diare (Yustina, 2007).
Menurut Karim (2013), dismenore merujuk pada keseluruhan gejala-gejala
nyeri yang timbul ketika menstruasi, yang dapat dibedakan menjadi dismenore primer
dan sekunder. Dismenore didefinisikan oleh Stenchever (2002) dan Chudnoff (2005)
sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan
dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare dan
tremor (Yustina, 2007).

B. Epidemiologi Dismenore (Ade, 2011)


Prevalensi dismenore tertinggi sering ditemui pada remaja wanita, yang
diperkirakan antara 20-90%, itu juga tegantung pada metode penelitian apa yang
digunakan. Sekitar 15% remaja dilaporkan mengalami dismenore berat. Di Amerika
Serikat, dismenore diakui sebagai penyebab paling sering ketidakhadiran di sekolah
yang dialami remaja putri. Selain itu, juga dilakukan survey pada 113 wanita
Amerika Serikat dan dinyatakan prevalensi sebanyak 29-44%, paling banyak pada
usia 18-45 tahun (Karim, 2013). Sebuah studi di Swedia ditemukan prevalensi
dismenore adalah 90% pada wanita usia 19 tahun dan 67% pada wanita usia 24 tahun.
Sepuluh persen dari 67% wanita usia 24 tahun itu bahkan mengalami nyeri berat
hingga mengganggu aktivitas mereka. Pada suatu penelitian juga ditemukan 51%
wanita absen di sekolah atau pekerjaan paling tidak sekali dalam sebulan dan 8%
wanita absen selama mengalami menstruasi setiap bulan. Lebih lanjut, wanita yang
mengalami dismenore memperoleh nilai rendah di sekolah dan sulit beradaptasi di
sekolah dibanding wanita yang tidak dismenore.

2
Klein dan Litt melaporkan prevalensi dismenore mencapai 59.7% . Dari pasien
yang mengalami keluhan, 12% mendeskripsikan nyeri yang severe, 37% mengalami
nyeri moderate dan 49% mengalami nyeri mild. Dismenore menyebabkan 14%
remaja putri ketinggalan pelajaran sekolah. Selain itu, dikatakan bahwa dismenore
lebih sering terjadi pada remaja ras kulit hitam dibanding ras kulit putih.

C. Klasifikasi Dismenore
Karim (2013) menyebutkan bahwa dismenore dapat diklasifikasikan menjadi
dua yaitu primer dan sekunder :
1. Dismenore Primer
Dismenore primer disebut juga primary dysmenorrhea, merupakan suatu rasa
nyeri siklik menstrual tanpa kelainan patologis pada panggul, dismenore primer biasa
sering terjadi beberapa tahun pertama setelah menarche, memiliki karakteristik nyeri
yang khas.
Menurut Sarwono (2011), dismenore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan
keadaan patologi pada panggul. Dismenore primer berhubungan dengan siklus
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat
adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.
Perempuan dengan dismenore primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan tanpa dismenore. Peningkatan ini terjadi lebih
kurang 48 jam pertama saat haid. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya
intensitas keluhan nyeri haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering
menyertai dismenore karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik (Ade,
2011).
Menurut French (2005), dismenore primer merupakan nyeri menstruasi yang
sering ditemui pada wanita dengan anatomi panggul yang normal, pada umumnya
dialami pada masa remaja. Karakteristik nyeri ini khas yaitu nyeri pelvik seperti kram
yang dimulai sesaat sebelum atau pada onset dari menstruasi dan biasanya berakhir
satu sampai tiga hari setelah hari pertama haid (Ade, 2011).

3
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder disebut juga secondary dysmenorrhea, merupakan
dismenore yang sering terjadi akibat komplikasi dari endometriosis, leiomioma,
PUD, adenomiosis, polip endometrial dan obstruksi anatomis. Oleh sebab itu,
dismenore sekunder sering dikaitkan dengan keluhan ginekologis seperti dispareuni,
disuria, perdarahan abnormal dan infertilitas (Anonim, 2011).
Menurut Sarwono (2011), dismenore sekunder adalah nyeri haid yang
berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya
endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul atau irritable bowel syndrome (Anonim, 2011).

D. Faktor Resiko Dismenore (Anonim, 2011)


Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan dismenore primer berupa usia
yang sangat muda ketika menarke (<12 tahun), nulliparity, perdarahan menstruasi
yang berlebihan dan lama berhenti, merokok, konsumsi alcohol, adanya riwayat
dismenore pada keluarga, obesitas.
Adapun faktor resiko yang turut berkontribusi dalam timbulnya dismenore
sekunder adalah leiomiomata (fibroid), pelvic inflammatory disease, abses
tuboovarian, endometriosis, adenomiosis.

E. Gejala Dismenore (Baziad Ali & Jacoeb T.Z, 2003)


Dismenore primer dapat menimbulkan gejala-gejala seperti kram pada perut,
ketidaknyamanan / kegelisahan satu atau dua hari sebelum menstruasi, diare, mual
dan muntah, pusing, nyeri kepala bahkan pingsan. Dismenore sekunder memiliki
gejala yang sesuai dengan apa yang menyebabkannya, jika pasien tersebut mengalami
endometriosis, maka akan timbul gejala berupa nyeri yang lebih berat selama
menstruasi dan nyeri tersebut menetap serta bisa ditemukan tidak hanya di bagian
uterus. Jika etiologinya merupakan PID, maka dapat timbul gejala nyeri tekan pada

4
palpasi serta massa adneksa yang teraba. Fibroid uterus gejalanya berupa perubahan
aliran menstruasi, nyeri kram dan polip teraba. Prolaps uteri gejalanya berupa nyeri
punggung serta dispareuni.

F. Patofisiologi Dismenore (Baziad Ali & Jacoeb T.Z, 2003)


Penelitian membuktikan bahwa dismenore primer disebabkan karena adanya
prostaglandin F2α, yang merupakan stimulan miometrium poten dan vasokonstriktor
pada endometrium. Kadar prostaglandin yang meningkat selalu ditemui pada wanita
dismenore
yang mengalami dan tentu saja berkaitan erat dengan derajat nyeri yang
ditimbulkan. Peningkatan kadar ini dapat mencapai 3 kali dimulai dari fase
proliferatif hingga fase luteal, dan bahkan makin bertambah ketika menstruasi.
Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang meningkatkan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan. Adapun hormon yang dihasilkan pituitari posterior
yaitu vasopresin yang terlibat dalam penurunan aliran menstrual dan terjadinya
dismenore. Selain itu, diperkirakan faktor psikis dan pola tidur turut berpengaruh
dengan timbulnya dismenore tetapi mekanisme terjadinya dan pengaruhnya dengan
dismenore belum jelas dan masih dipelajari.
Peningkatan kadar prostaglandin juga ditemui pada dismenore sekunder, tetapi
harus ditemui adanya kelainan patologis pada panggul yang jelas untuk menegakkan
diagnosa dismenore sekunder. Faktor yang ditemukan dalam patogenesis dismenore
sekunder adalah endometriosis, pelvic inflammatory disease, kista dan tumor
ovarium, adenomiosis, fibroid, polip uteri, adanya kelainan kongenital, pemasangan
intrauterine device, transverse vaginal septum, pelvic congestion syndrome dan allen-
masters syndrome.

5
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengkajian (Mansjoer, 2008)


Terdiri dari beberapa yaitu :
1. Identitas
2. Riwayat & tahap perkembangan keluarga
3. Lingkungan
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
7. Status kesehatan sekarang dan masalalu
8. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
9. Pola aktivitas dan latihan
10. Pola nutrisi
11. Pola eliminasi
12. Pola istirahat
13. Pola kognitif persepsual
14. Pola toleransi stress/koping
15. Pola seksualitas dan reproduksi
16. Pola peran dan hubungan
17. Pola nilai dan kenyakinan
18. Penampilan umum
19. Perilaku selama wawancara
20. Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
21. Kemampuan interaksi
22. Stresor jangka pendek & jangka panjang

6
B. Masalah Kebidanan Yang Muncul (Manuaba, 2009)
1. Koping individu tidak efektif
2. Perilaku destruktif
3. Depresi
4. Nutrisi kurang/lebih
5. Resiko terjadi cedera
6. Resiko terjadi penyimpangan seksual
7. Kurang perawatan diri
8. Distress spritual
9. Resiko penyalahgunaan obat
10. Potensial peningkatan kebugaran fisik
11. Potensial peningkatan aktualitasi diri.
12. Konflik keluarga
13. Gangguan citra tubuh

C. Rencana Asuhan Kebidanan Keluraga Resiko Tinggi Konflik Keluarga


(hubungan keluarga tidak harmonis) Berhubungan Dengan Ketidakmampuan
Mengenal Masalah Yang Terjadi Pada Remaja (Manuaba, 2009)
1. Perencanaan :
a. Diskusikan faktor penyebab
b. Diskusikan tugas perkembangan keluarga
c. Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
d. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
e. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
f. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
g. Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat
alternatif

7
D. Implementasi (Mansjoer A, 2008)
1. Mendiskusikan faktor penyebab
2. Mendiskusikan tugas perkembangan keluarga
3. Mendiskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
4. Mendiskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja

E. Evaluasi (Mansjoer A, 2008)


1. Koping individu efektif
2. Perilaku konstruktif
3. Tidak terjadi depresi
4. Nutrisi terpenuhi
5. Tidak terjadi terjadi cedera

8
DAFTAR PUSTAKA

Ade. 2011. Perlindungan Kesehatan Reproduksi Bagi Pekerja Perempuan.


http://politikana.com/baca/2011/05/01/perlindungan-kesehatanreproduksi-bagi-
pekerja-perempuan.html. Anita.2012. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Dismenorhea Di SMA PGRI 1
Sragen.http://archiev.files.wordpress.com/2012/02/proposalican.doc.

Anonim. 2011. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenorhea Dengan


Motivasi Untuk Periksa Ke Pelayanan Kesehatan. Tersedia
dalamhttp://skripsikti.blogspot.com/2011/08/kti-pengetahuan-
remajadismenore.html.

Baziad Ali dan Jacoeb T.Z. 2003. Anovulasi:Patofisiologi Dan Penangananya. Edisi
2,FKUI:Jakarta

Kumalasari, I, 2012, Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan


Keperawatan 

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta

Mansjoer A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Asculapins

Yustina, I, 2007, Pemahaman Keluarga Tentang Kesehatan Reproduksi, Pustaka


Bangsa Press : Medan

Anda mungkin juga menyukai