Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR


“KOMUNIKASI DAN EVIDENCE BASED DALAM PERSALINAN”

DisusunolehKelompok2 :

Diosi Aprianti P00340216008


Fani Martaveli P00340216009
Feni Erwani P00340216010
Fiqhi Diora Rizki P00340216011
FitriaTussoleha P00340216012
Fiyola Ladyvia P00340216013
Hari Sartika P00340216014

DosenPembimbing :Eva Susanti, SST, M.Keb

Tingkat IIKebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
T.A 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir”
ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lulus
berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.

Penyusun sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini.


Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama proses pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini bisa bermanfaat
dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa
diperbaiki.

Curup, Agustus 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 5
C. Tujuan..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Komunikasi dalam Persalinan ................................................................ 6
B. Evidence Based dalam Persalinan........................................................... 12
C. Praktik yang Merugikan dalam Persalinan............................................. 12
D. Praktik yang di Rekomendasikan dalam Persalinan............................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................ 26
B. Saran....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998:157).
Pada banyak kasus, persalinan tidak bisa berjalan normal, ada perdarahan,
persalinan panjang, bayi terlilit tali pusat, sungsang, dan sebagainya, yang bisa
saja mengancam nyawa ibu. Bila mengetahui bahwa persalinan nanti akan
bermasalah, sebaiknya persiapan mental ibu dilakukan jauh hari sebelum
persalinan. Dengan begitu bila nantinya diperlukan berbagai tindakan darurat, ibu
sudah langsung bisa mengatasi kondisi mentalnya (Sarimpi, 2011). Dukungan
bidan sangat diperlukan agar psikis ibu bisa terangkat saat menjalani proses
persalinan. Dengan begitu ibu bisa lebih kuat, nyaman, percaya diri, dan ringan
ketika bersalin. Saat itu, rasa empati bidan pun dapat tumbuh lebih dalam,
sehingga penghargaan terhadap perjuangan ibu bisa tumbuh lebih sempurna.
Walaupun begitu, tidak semua ibu punya mental yang kuat untuk menghadapi
persalinan. Ketika ibu panik dan kesakitan hingga berteriak-teriak, bidan amat
dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap menenteramkan dan
mendukung ibu dalam menjalani proses persalinan. Salah satu untuk mengatasi
masalah seperti ini dengan jalan komunikasi terapeutik bidan kepada ibu yang
akan menghadapi proses persalinan (Prayogi, 2012). Komunikasi terapeutik
bidan merupakan suatu pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan bidan
kepada ibu pra persalinan. Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi,
pemikiran, ide, perasaan atau opini disampaikan atau dibagikan melalui kata-
kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai pemahaman bersama. Komunikasi
yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara bidan dan ibu
pra persalinan. Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru

4
mengerjakan atau memikirkan sesuatu, dan hal ini kadang-kadang disebut
pembelajaran partisipatif. Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi,
namun karena kita sering menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan
bagaimana kita berkomunikasi dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak.
Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif yaitu antara
bidan dan ibu pra persalinan sehingga akan mengalami difusi inovasi bagi ibu
dalam menghadapi pra persalinan (Natsir, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara berkomunikasi kepada ibu dan keluarga untuk menjalani
hubungan yang baik?
2. Apa saja evidence based mengenai praktik yang merugikan dalam
persalinan?
3. Apa saja evidence based mengenai praktik yang direkomendasikan dalam
persalinan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara berkomunikasi kepada ibu dan keluarga untuk
menjalani hubungan yang baik.
2. Untuk mengetahui evidence based mengenai praktik yang merugikan dalam
persalinan.
3. Untuk mengetahui evidence based mengenai praktik yang direkomendasikan
dalam persalinan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi dalam persalinan
1. Pengertian
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Proses komunikasi yang menggunakan
stimulus atau respon dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tulisan
selanjutnya disebut komunikasi verbal. Sedangkan apabila proses
komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol disebut kmunikasi non-
verbal (Setiawati, 2008).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang bidan atau perawat dapat membantu
klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Suryani,
2005). Menurut Purwanto (1994), komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan
pasien.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang bidan dengan teknik-
teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik
merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap
pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien.
Bidan adalah suatu profesi yang dinamis. Berhubung perubahan-
perubahan terjadi begitu cepat, maka para bidan harus terus menerus
memperbaharui keterampilannya serta harus meningkatkan pengetahuannya

6
menjadikan bidan praktek harus kompeten dalam pengetahuan dan
keterampilan yang seharusnya.
Tenaga profesional atau penolong yang terampil tindakan bidan saat
kunjungan antenatal seharusnya:

a. Mendengarkandanberbicarakepadaibusertakeluarganyauntukmembinahub
ungansalingpercaya.
b. Membantusetiapwanitahamildankeluargauntukmembuatrencanapersalinan
c. Membantusetiapwanitahamildankeluargauntukpersiapanmenghadapikom
plikasi.
d. Melakukanpenapisanuntukkondisi yang mengharuskanmelahirkan di RS.
e. Mendeteksidanmengobatikomplikasi-komplikasi yang
dapatmengancamjiwa (pre-eklamsia, anemia, PMS).
f. Mendeteksiadanyakehamilangandasetelahusiakehamilan 28
minggudanadanyakelainanletaksetelahusiakehamilan 36 minggu.
g. Memberikankonselingpadaibusesuaiusiakehamilannya, mengenainutrisi,
istirahat, tanda-tandabahaya, KB, pemberian ASI, ketidaknyamanan yang
normal selamakehamilandsb.
h. Memberikansuntikanimunisasi TT biladiperlukan.
i. Memberikansuplemenmikronutrisi, termasukzatbesifolatsecararutin, serta
vitamin A bilaperlu.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal
yang diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif,
mempereratinteraksikeduapihak, yakniantarapasiendan bidan
secaraprofesionaldanproporsionaldalamrangkamembantumenyelesaikanmasal

7
ahklien.Komunikasiterapeutikjugamempunyaitujuanuntukmemotivasidanmen
gembangkanpribadiklienkearah yang lebih kontruktif dan adaptif.
Komunikasi terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi
hal-hal berikut ini.
a. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri
Klien yang sebelumnya tidak menerima diri apa
adanyaataumerasarendahdiri,
setelahberkomunikasiterapeutikdenganperawatataubidanakanmampumeneri
madirinya.
Diharapkanperawatataubidandapatmerubahcarapandangkliententangdirinya
danmasadepannyasehinggakliendapatmenghargaidanmenerimadiriapaadan
ya.
b. Kemampuanmembinahubungan interpersonal yang
tidaksuperfisialdansaling bergantung dengan orang lain
Klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya,
perawatakandapatmeningkatkankemampuankliendalammembinahubungans
alingpercaya (Hibdon S., dalamSuryani, 2005)
c. Peningkatanfungsidankemampuanuntukmemuaskankebutuhanserta
mencapai tujuan yang realistis
Sebagian klien menetapkan ideal diriatautujuan yang terlalut
inggin tanpamengukurkemampuannya.
Tugasperawatdengankondisisepertiituadalahmembimbingkliendalammemb
uattujuan yang
realistissertameningkatkankemampuanklienmemenuhikemampuandirinya.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri
Identitas personal yang dimaksudadalah status, peran,
danjeniskelaminklien. Klien yang mengalamigangguanidentitas personal
biasanyatidakmempunyai rasa percayadiridanjugamemilikihargadiri

8
yang rendah.
Perawatdiharapkanmembantuklienuntukmeningkatkanintegritasdirinyadani
dentitasdiriklienmelaluikomunikasinya.
Bidan yang terampiltidakakanmendominasiinteraksisosial,
melainkanakanberusahamenjagakehangatansuasanakomunikasi agar tercapai
rasa salingpercayadanmenumbuhkan rasa nyamanpadapasien. Dengandemikian
proses interaksidapatberjalandenganbaik.

3. Mendengarkan dan Berbicara kepada Ibu serta Keluarganya untuk Membina


Hubungan Saling Percaya
a. SikapEmpati
Empatimerupakanpengaruhdaninteraksidiantarakepribadian-
kepribadian. Empatiataueinfulungberarti ‘merasakankedalam’.
Empatiberasaldari kata Yunani “pathos” berartimendalamdankuat yang
mendekatipenderitaan, dankemudiandiberiawalan “in” menjadisimpati.
Perbedaannyabilasimpatiberartimerasakanbersamadanmungkinmengarahpa
dasentimentalitas, makaempatimengacupadakeadaanidentifikasikepribadian
yang lebihmendalamkepadaseseorang. Seseorang yang
berempatisesaatmelupakanataukehilanganidentitasdirinyasendiri. Dalam
proses empati yang mendalamdanmisteriusinilahberlangsung proses
pengertian, pengaruh, danbentukhubunganantarpribadi.
Ada tigaaspekdalamempatimenurut Pattorson (1980), yaitu :
1) Keharusanbahwakonselormendengarkankliendankomunikasikanpersep
sinyakepadaklien,
2) Ada pengertianataupemahamankonselortentangduniaklien, dan
3) Mengkomunikasikanpemahamannyakepadaklien.
Keterampilanmembinahubunganbaikmerupakandasardari proses
komunikasi interpersonal dandasardari proses pemberianbantuan.

9
Hubungan yang baikakanmemudahkanklienmemahami saran
bidansehinggamaumengikutinya.
Klienmerasalebihpuasdanakankembalilagiuntukmemeriksakandirikebi
dan.
Sikapdanprilakudasar yang dibutuhkanolehbidan agar
terciptahubunganbaik :
S  :Face your clients Squarely (menghadapkeklien) dan Smile/nod at
client (senyum/menganggukkeklien).
O:Open and non-judgemental facial expression
(ekspresimukamenunjukkansikapterbukadantidakternilai).
L :   Lean towards client (tubuhcondongkeklien).
E :   Eye contact ina cultural-acceptable manner
(kontakmata/tatapmatasesuaicara yang diterimabudayasetempat).
R :   Relaxed and friendly manner (santaidansikapbersahabat).

Intonasidan volume
suaradapatmencerminkansikaphangat/tidaknyaseseorang. Suara yang
keras, mengebu-gebu,
kurangmenunjukkankehangatandibandingkandengan volume
danintonasisuara yang lembut, tidakterlalukeras.

Tigahalpenting lain yang perludiperhatikanpadawaktukonseling


agar hubunganbaiklebihmantapyaitu :

1) Menunjukkantandaperhatianverbal
Tandaperhatian verbal yang dimaksudadalah kata-kata pendekatan
ungkapan kata yang singkatseperti :hemm…, ya, lalu, oh ya, terus,
begitu, ya.
2) Menjalin kerja sama

10
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan
hubungan baik dengan klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses
konseling bidan selalu berusaha bekerja sama dengan klien.
3) Memberikan respon yang positif : pujian, dukungan.
Memberi pujian maksudnya mengungkapkan persetujuan atau
kekaguman sehingga mendorong tingkah laku yang baik, penghargaan
terhadap usaha yang telah dilakukan klien dengan baik. Misalnya
memuji klien, menunjukkan bahwabidanmenghargaiperhatian klien
terhadap kesejahteraan dirinya.
Memberikan dukungan maksudnya memberi dorongan,
kepercayaan dan harapan. Bidan mengungkapkan kata-kata agar klien
menyadari kemampuannya dalam mengatasi masalah dan
membantuklienmengatasimasalahnya. Misalnya, mengemukakan
alternative yang bisadiharapkan, menekankanhalbaik yang
telahmerekalakukan,danperludilanjutkan,
sepertimengatakankepadaklienbahwadengandatangkePolindesberartim
erekatelah menolong diri mereka sendiri.
Contoh  prilaku atau respon positif bidan yang mendukung
terciptanya hubungan baik, menimbulkan perasaan nyaman pada klien
misalnya :
a) Bersalamandenganramah
b) Mempersilakanduduk
c) Bersabar
d) Tidakmenginterupsi / memotongpembicaraanklien
e) Menjagakerahasiaanklien
f) Tidakmelakukanpenilaian
g) Mendengarkandenganpenuhperhatian
h) Menanyakanalasankedatanganklien

11
i) Menghargaiapapunpertanyaanmaupunpendapatklien

B. Evidence Based dalam Persalinan


1. Praktik yang merugikan :
1. Membatasi gerak/mobilisasi
2. Mencukur rambut pubis secara rutin
3. Lavement
4. Episiotomi rutin
5. Kateterisasi

1. Membatasi Gerak/mobilisasi
 Membuat ibu tidak berdaya
 Sistem peredaran darah kurang lancar
 Penurunan bagian terendah janin kurang lancar

2. Mencukur Rambut Pubis secara Rutin

Sebuah survei yang dilakukan di Inggris, tentang


kesehatan genital menemukan bahwa jumlah perempuan yang mencukur habis
rambut pubis mereka semakin meningkat. Dari data ditemukan
62% responden survei, rata-rata berusia 18-34, mencukur habis rambut pubis;
sementara 38% mengatakan hanya merapikannya.
Mencukur rambut pubis, adalah hal yang dilakukan perempuan dewasa,
dan diyakini sebagai langkah menjaga kesehatangenital. Sebaliknya, berdasarkan
penelitian terbaru, cara itu justru meningkatkan risiko gangguan kesehatan.
Hal yang dilakukan para perempuan tersebut didasarkan pada penelitian
lama yang menganjurkan perempuan mencukur rambut pubis demi kenyamanan
aktivitas seksual. Tetapi penelitian terbaru mengindikasikan hal tersebut justru
merugikan kesehatan.

12
Jika terjadi iritasi akibat mencukur rambut pubis, akan mudah
memicu infeksi, karena kelembapan area di sekitar organgenital. Demikian yang
tertulis dalam jurnal JAMADermatology. Lebih lanjut dalam artikel tentang
penelitian itu,  mengutipDr. Vanessa Mackay, anggota The Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists, dijelaskan bahwa rambut pubis memiliki peran
penting mencegah masuknya pemicu infeksi ke dalam vagina.
Rambut pubis adalah penyaring alamiah untuk menjaga vagina tetap
bersih,  untuk menurunkan kontak dengan virus danbakteri, dan melindungi kulit
yang sangat lembut di area itu. Hal inilah yang menyebabkan para ahli
mengingatkan agar perempuan tidak mencukur habis rambut pubis. Selain
mencegah unsur-unsur asing masuk, rambut pubis membantu mengendalikan
kelembapan pada area tersebut, sehingga meminimalkan risiko infeksi ragi.

3. Lavemen
Lavemen adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon
melaluianus. Ditujukan untukmerangsang peristaltik kolon supaya dapat
buang air besar. Namun kerugian dari lavemen adalah :
 Cairan sabun yang terlalu banyak dapat mengiritasi mukosa kolon
 Cairan hipertonik seperti fosfat akan mengiritasi mukosa dan menarik
cairan disekitar jaringan kolon(osmosis)
 Dan cairan hipotonik seperti air dapat diserap masuk ke aliran darah
akibatnya bisa menjadi keracunan air.

4. Episiotomi Rutin
Episiotomi dalam artian sempit adalah insisi pudenda. Periniotomi adalah
insisi pada perineum. Akan tetapi , dalam bahasa biasa periotomi sering sama
digunakan dengan episiotomi. Dengan kata lain episiotomi adalah insisi pada
perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pengertian lain dari episiotomi

13
adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur
perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara
rutin yang tujuannya untuk mencegah ruptur yang secara berlebihan pada
perineum, membuat tepi luka rata agar memudahkan penjahitan, mencegah
penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak
diperbolehkan, karena ada indikasi tertentu untuk dilakukan episiotomi . para
penolong persalinan harus cermat membaca kata rutin pada episiotomi karena hal
itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya.
Alasan mengapa episotomi bukan merupakan tindakan rutin adalah
sebagai berikut :

a. Perineum  dapat dipersiapkan  melalui latihan keagel dan periode pada masa
pranatal. Latihan keagel pada peiode post partum dapat memperbaiki tonus
otot-otot perineum.
b. Robekan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan episiotomi.
c. Nyeri dan tidak nyaman akibat episotomi dapat menghambat interaksi ibu
anak dan dimulai kembalinya hubungan seksual orang tua.
d. Kejadian laserasi derajat tiga dan empat lebih banyak terjadi pada episiotomi
rutin daripada tanpa episiotomi.
e. Meningkatnya resiko infeksi.
f. Tujuan utama episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perineum yang
tidak teratur dan robekan pada muskulus sfinter ani (ruptura perineum totalis)
yang tidak bisa dijahit dan dirawat dengan baik jika terjadi akan
mengakibatkan beser berak ( inkontinensia alvi ).

14
5. kateterisasi
 Pemakaian kateter : menimbulkan infeksi atau sepsis
 Kandung kencing yang selalu kosong akan mengakibtakan kehilangan
potensi sensani miksi serta terjadinya atrofi serta penurunan tonus otot
kandung kemih (japardi, 2000).

2. Praktik yang direkomendasikan


a. IMD
Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit
bayi dengan kulit ibunya, setidaknya satu jam segera setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak
mencari payudara (Roesli, 2008).
1) Prinsip Inisiasi Menyusu Dini
Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih
sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruangan bersalin dingin, bayi di
beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan
membantu ibu selama proses bayi menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk
mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan
(JNPK, 2007).
2) Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini secara umum
a.    Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

15
b.    Disarankan untuk tidak mengurangi penggunaan obat kimiawi
saatpersalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat,
aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.

c.    Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya


melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok.

d.    Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua


tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.

e.    Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya
diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.

f.     Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

g.    Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau


perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit
atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya
diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama
sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya
sampai berhasil menyusu pertama.

h.    Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar.

16
i.      Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam
atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin
K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

j.      Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam
ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.
Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar)
dihindarkan.

3) Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan


       Menurut Ambarwati (2009) Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan antara lain :
a.    Begitu lahir bayi diletakkan di atas perut ibu yang sudah di alasi kain kering.

b.    Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya.

c.    Tali pusat dipotong lalu diikat.

d.    Vernik (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak


dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e.    Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika
perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

4) Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini


       Menurut Departemen Kesehatan (2007) kontak kulit dengan kulit mempunyai
beberapa keuntungan yaitu :
a. Mengoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi.
b. Menstabilkan pernapasan.
c.  Mengendalikan temperatur tubuh bayi.
d. Memperbaiki atau mempunyai pola tidur yang lebih baik.
e. Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif.

17
f. Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.
g. Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga
memberikan perlindungan terhadap infeksi
h. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
i.  Merangsang pengeluaran kolostrum.
j. Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi.

b. Posisi Persalinan
Dalam menjelang proses persalinan banyak hal yang menjadi
kecemasan para calon ibu. Hal tersebut tak lain karena kurangnya
pengetahuan akan hal-hal yang berkenaan dengan proses persalinan. Salah
satu hal yang tidak kalah penting dan dapat menimbulkan kecemasan terutama
bagi para calon ibu yang baru pertama kali melahirkan adalah cara meneran/
mengejan. Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu
dalam menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran tak
lain agar ibu yang mengalami persalinan dapat meneran dengan benar
sehingga mempercepat proses persalinan.
Berikut beberapa hal terkait meneran dari mulai macam posisi hingga
cara meneran yang benar.
1.      Posisi terlentang (supine) 

Posisi ini juga menyebabkan waktupersalinan menjadi lebih lama, besar 


kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan
pada syaraf kaki dan punggung.

18
Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :
a. Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta,
vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan
suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan
dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
b. Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
c. Buang air kecil terganggu.
d. Mobilisasi ibu kurang bebas.
e. Ibu kurang semangat.
f. Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
g. Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
h. Rasa nyeri yang bertambah.

2.      Posisi duduk/setengah duduk 

 
      
Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi
bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul.
Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan
memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet)
diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih

19
mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan
dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin

3.      Posisi jongkok/ berdiri

Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul


sebesar dua puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat
dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi ( perlukaan jalan
lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah
mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat
memperlambat penurunan bagian bawah janin.

4.       Berbaring miring kekiri

Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay
oksigen tidak terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.

20
5.      Posisi merangkak 

     Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi
rasa sakit punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untukpersalinan dengan
rasa sakit punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan
pada perineum berkurang. Posisi merangkak juga dapat membantu penurunan kepala
janin lebih dalam ke panggul
Cara Meneran
Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat dilakukan yaitu :
  Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu :
a.    Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
b.    Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
c.    Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
d.    Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah
untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
e.    Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
f.     Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.

c. Mobilisasi Dini

21
Menurut Siregar (2009), mobilisasi dini adalah menggerakkan tubuh dari satu
tempat ke tempat lain yang harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah
melahirkan, minimal 8 – 24 jam setelah persalinan.
1.Manfaat mobilisasi dini
Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini mempunyai beberapa keuntungan
sebagai berikut :
a. Dapat melancarkan pengeluaran lochea
Menurut Lia (2008). Dengan melakukan mobilisasi dini post partum membantu
mengeluarkan darah dari jalan lahir.
b. Mengurangi infeksi post partum yang timbul adanya involusi uterus yang tidak
baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi.
c. Mempercepat involusio alat kandungan
Menurut Lia (2008) dengan melakukan mobilisasi dini post partum bisa
mempelancar pengeluaran darah dan sisa plasenta, kontraksi uterus baik
sehingga proses kembalinya rahim kebentuk semula berjalan dengan baik.
d. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
Menurut Moechtar (1995) dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus
kandung kemih kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat
organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Laila, 2009).
e. Meningkatkan kelancaran peredaran darah
Menurut Lia (2008) dengan melakukan mobilisasi dini post partum bisa
mempelancar pengeluaran darah dan sisa plasenta, kontraksi uterus baik
sehingga proses kembalinya rahim kebentuk semula berjalan dengan baik
f. Mempercepat fungsi ASI (Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme.
g. Ibu merasa lebih baik dan lebih kuat.
h. Menurunkan banyak frekuensi emboli paru pada postpartum.

22
2.    Tahap-tahap Mobilisasi Dini
1)      Rentang gerak pasif
Rentan gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya
perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien
2)      Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya, berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
3)      Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas
yang diperlukan.Pelaksanaan mobilisasi dini terdiri dari tahap-tahap sebagai
berikut tidur terlentang dulu selama 8 jam, kemudian boleh miring-miring,
duduk, berdiri dan bejalan-jalan. Sebelum melakukan mobilisasi terlebih dahulu
melakukan nafas dalam dan latihan kaki sederhana. Tahapan mobilisasi dapat
membantu tubuh melakukan adaptasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan
keluhan lain yang tidak di harapkan.Gerakan mobilisasi ini diawali dengan
gerakan ringan seperti :
a) Miring ke kiri-kanan
Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling
ringan dan yang paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat
mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses
kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal.
b) Menggerakkan kaki
Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan
kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan

23
karena dapat menyebabkan timbulnya varices adalah salah total. Justru bila
kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan
terjadinya pembekuan pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices
ataupun infeksi
c) Duduk
Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila
merasa tidak nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa
nyaman
d) Berdiri atau turun dari tempat tidur
Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan
mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan,
sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman.
e)  Ke kamar  mandi
Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar -
benar baik dan tidak ada keluhan. Hal ini bermanfaat untuk melatih mental
karena adanya rasa takut pasca persalinan.

 3. Enam hal penting tentang mobilisasi


Menurut Siregar (2009), ada enam hal penting yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan mobilisasi dini, diantaranya :
a.  Rasa kepercayaan diri untuk dapat melakukan mobilisasi dengan cepat adalah
salah satu  cara untuk melatih mental

b.  Mobilisasi yang dilakukan segera mungkin dengan cara yang benar dapat

mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh

24
c.  Gerakan tubuh saja tidak menyebabkan jahitan lepas atau rusak, buang air kecil

harus dilatih karena biasanya setelah proses persalinan normal timbul rasa takut

untuk buang air kecil, dan akhirnya kesulitan untuk buang air kecil

d.  Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap agar sernua sistem sirkulasi dalam

tubuh bisa menyesuaikan diri untuk dapat berfungsi dengan normal kembali.

e.  Jantung perlu menyesuaikan diri, karena pembuluh darah harus bekerja keras

selama masa pemulihan. Mobilisasi yang berlebihan bisa membebani kerja

jantung.

f.  Tetap memperhatikan pola nutrisi. Sebaiknya mengkonsumsi yang berserat, supaya

proses pencemaan lancar dan tidak perlu terlalu mengedan saat buang air besar.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dukungan bidan sangat diperlukan agar psikis ibu bisa terangkat saat

menjalani proses persalinan. Dengan begitu ibu bisa lebih kuat, nyaman, percaya

diri, dan ringan ketika bersalin. Saat itu, rasa empati bidan pun dapat tumbuh lebih

dalam, sehingga penghargaan terhadap perjuangan ibu bisa tumbuh lebih sempurna.

Walaupun begitu, tidak semua ibu punya mental yang kuat untuk menghadapi

persalinan. Ketika ibu panik dan kesakitan hingga berteriak-teriak, bidan amat

dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap menenteramkan dan mendukung

ibu dalam menjalani proses persalinan. Salah satu untuk mengatasi masalah seperti

ini dengan jalan komunikasi terapeutik bidan kepada ibu yang akan menghadapi

proses persalinan (Prayogi, 2012). Komunikasi terapeutik bidan merupakan suatu

pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan bidan kepada ibu pra persalinan.

Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau

opini disampaikan atau dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk

mencapai pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak

terlibat secara aktif yaitu antara bidan dan ibu pra persalinan.

26
B. SARAN
Untuk perkembangan lebih lanjut maka penyusun memberikan saran yang
sangat bermanfaat dan dapat membantu pembuatan laporan selanjutnya:
1. Perlunya penambahan sumber-sumber yang tepat sehingga laporan yang disusun
lebih akurat dan lengkap.
2. Untuk mengoptimalkan hasil laporan, dianjurkan untuk benar-benar
memanfaatkan waktu yang tersedia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Widia Shofa. 2015.Asuhan Persalinan Normal Nuha Medika. Yogyakarta : Nuha


Medika

Helen,dkk. 2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Murray,dkk. 2013. Persalinan dan Melahirkan Praktik Berbasis Bukti.Jakarta : EGC

28

Anda mungkin juga menyukai