Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSELING PADA IBU BERSALIN

DOSEN PENGAMPU: NI NENGAH ARINI MURNI M.KES

KELOMPOK 5

1. Siska herliana (P07124123081)


2. Ariyana Dewi (P07124123 051)
3. mutiara salma tahirah (P07124123069)
4. Nur intan mustika ratu ( P07124123075)
5. Fina ayu umami (P07124123063)
6. Bestin tania (P07124123057)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “konseling pada ibu bersalin”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam praktik kebidanan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok 2 yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………….. 1
B. TUJUAN……………………………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERSALINAN..………………………………………………………………. 3
2. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU BERSALIN……………………………………………. 3
3. KOMUNIKASI DAN KONSELING PADA IBU BERSALIN………………………….. 4
4. TUJUAN KONSELING…….……………………………………………………………………. 4
5. FUNGSI KONSELING…………………………….…………………………………………….. 4
6. PROSES KONSELING……………………….………………………………………………….. 4
7. LANGKAH DALAM KONSELING PADA IBU BERSALIN……………..……………. 5
8. HARAPAN BIDAN SETELAH DIADAKAN
KONSELING………………………………………………………..…………………………..….. 6
9. KETERAMPILAN OBSERVASI………………………………………………………………… 6
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam praktik kebidanan, pembrian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan baik, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan.Upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara
efektif dan melakukan konseling yang baik dengan klien.Karna melalui komunikasi yang efektif
setra konseling yang berhasil, kelangsungan dan berkesinambungan penggunaan jasa pelayanan
bidan untuk kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konseling pada klien sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
klien.
2. Tujuan khusus
Setelah membaca makalah kmunikasi dan konseling dalam kebidanan, diharapkan mahasiswa
dapat :
a. Memahami definisi konseling dalam praktik kebidanan.
b. Memahami tujuan dilakukannya konseling dalam kebidanan
c. Memahami langkah-langkah konseling dalam kebidanan
d. Memahami hambatan-hambatan konseling dalam kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998:157).

Tanda-tanda permulaan persalinan: Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat.
Perut kelihatan lebih melebar,fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah kencing
(polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit di perut
dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang di sebut
”false labor pains”. Serviks menjadi lembek,mulai mendatar dan setresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).

Tanda-Tanda In-Partu: Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan
teratur.Keluarnya lendir bercampur darah yang labih banyak karena robekan-robekan kecil pada
serviks.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.Pada pemeriksaan dalam : serviks
mendatar dan pembukaan telah ada.Seperti telah di kemukakan terdahulu,faktor-faktor yang
berperan dalam persalinan adalah :
Kekuatan mendorong janin keluar (power) :
Ø His (kontraksi uterus)
Ø Kontraksi otot-otot dinding perut
Ø Kontraksi diafragma
Ø Faktor janin
Ø Faktor jalan lahir

B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU BERSALIN

Fase laten : pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan
segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas, dan
khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi. Biasanya dia ingin berbicara,
perlu ditemani, tidak tidur, ingin berjalan-jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang
dapat menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan keadaan
tersebut.

Fase aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimum rasa khawatir
wanita menjadi meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering
sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini wanita akan menjadi lebih
serius. Wanita tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut
tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
C. KOMUNIKASI DAN KONSELING PADA IBU BERSALIN

Komunikasi adalah : seni penyampaian informasi (peran, message, ide,sikap atau gagasan) dari
komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Komunikasi,
menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien untuk mengenal kebutuhan dan menentukan
rencana tindakan. Tanggung jawab penolong persalinan untuk mengkaji perawatan yang paling
tepat pada awal persalinan telah dibicarakan dan pentingnya pemberian dukungan sepanjang
persalinan. Di manapun kelahiran terjadi, terbinanya hubungan yang baik antara wanita dan
pemberi perawatan sangat penting baik mereka pernah atau belum bertemu sebelumnya.

Konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut
adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan
konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah,
pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan
kebidanan.

D. TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang dihadapi
klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha mengambangkan potensi yang
ada agar dapat digunakan klien secara efektif.Berdasarkan hal tersebut, ada dua fungsi dalam
tujuan konseling kebidanan yang harus diperhatikan bidan, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsu kuratif
Bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien dalam proses
perkembanganya atau membantu mengatasi masalah klien.Dimana klien tidak dapat
mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang diterima, maka klien dibantu untuk
memahami dan menyelesaikan perkembanganya.
b. Fungsi preventif
Fungsi prenventif tidak hanya mengatasi masalah yang telah terjadi, tetapi juga menjaga
agar masalah tidak bertambah serta muncul massalah baru yang dapat mengganggu diri
klien dan orang lain.Fungsi preventif dapat diberikan dengan beberapa terapi yang sesuai
dengan masalah dan keadaan klien itu sendiri.
Sedangkan secara garis besar tujuan konseling dalam praktik kebidanan adalah mengubah
pengetahuan, sikap, dan perilaku klien.

E. FUNGSI KONSELING
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kultural dan
lingkungan .
3. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat
kesehatan

F. PROSES KONSELING
1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal
pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan :
a. Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
b. Memperkenalkan diri
c. Menciptakan suasana nyaman dan aman.
d. Memberikan perhatian penuh pada klien SOLER.
S : Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/
mengganggukkan kepala).
O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap
terbuka dan tidak menilai).
L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).
E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia
dengan cara yang diterima budaya setempat).
R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
e. Bersabar
f. Tidak memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan setelah mendapatkan dan
memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor
membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk
mengatasi masalah.
3. Menindak lanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat
rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap
perilaku kompeten dari kedua belah pihak.

G. LANGKAH DALAM KONSELING PADA IBU BERSALIN:


1. Menjalin hubungan yang mengenakkan dengan klien, bidan menerima klien apa adanya
dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua
kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bidan dalam
memberikan perdampingan klien yang bersalin difokuskan secara fisik dan fisiologis.
3. Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan kelhan klien
4. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu
relaksasi.
Misalnya: ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada
daerah pinggang klien. Sehingga pasien akan merasakan nyaman.
5. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan rasa percaya diri pada klien. Bahwa klien dapat
menyelesaikan persalinannya.
6. Memandu persalinan dengan memandu
Misalnya: bidan menganjurkan kepada klien untuk meneran pada saat his berlangsung.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien
Misalnya: mengelap keringat, mengipasi, memeluk pasien, menggosok punggung pasien.
8. Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
Misanya: bidan mengatakan”bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
9. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran bayinya dan mengatakan ikut
berbahagia.

H. HARAPAN BIDAN SETELAH DIADAKAN KONSELING ADALAH


KEMANDIRIAN KLIEN DALAM:
1. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan
masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
3. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
4. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.

I. KETERAMPILAN OBSERVASI

Hal yang perlu kita observasi adalah tingkah laku verbal, non verbal dan kesenjangan antara
tingkah laku verbal dan non verbal. Kepekaan dalam observasi merupakan hal yang paling
mendasar dalam membina komunikasi efektif. Seorang bidan, dengan keahliannya dapat
mengobservasi,dapat menyakinkan dan menolong wanita tersebut agar mampu melepaskan
dirinya dari rasa sakit yang berlebihan, untuk melalui proses ini secara aman baik bagi dirinya
maupun bagi bayinya juga untuk bersikap terbuka dan menerima hal-hal yang terjadi pada
dirinya(Wiknjosastro, 1999:177).

Untuk menghadapi proses persalinan tidak semua orang (klien) bisa dengan tenang
menghadapinya oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan terutama bidan harus bisa tanggap
dalam memberikan asuhannya. Di sini komunikasi sangat diperlukan. Dalam dunia kebidanan,
teknik komunikasi dikenal dengan komunikasi terapeutik, yang berarti suatu proses
penyampaian nasehat kepada pasien untuk mendukung upaya penyembuhan. Seorang bidan
dalam memberikan asuhannya terlebih dahulu menyampaikan ide dan pikirannya,sehingga
komunikasi dalam kebidanan dikenal secara luas sebagai terapeutik/mengandung nilai
pengobatan dan semua interaksi yang dilakukan ditunjukkan dalam upaya penyembuhanpenyakit
(terpeutik).

Dikenal dua macam teknik komunikasi yaitu secara verbal (menggunakan kata-kata dalam
bentuk lisan/tulisan) dan teknik non verbal (menggunakan bentuk lain sepertisikap, gerak tubuh,
ekspresi wajah/mata, sentuhan tangan dan isyarat) (Anonim, 1993:4)

Secara verbal dapat memberikan bukti bahwa bidan selalu ada saat ibu bersalin, sehingga ibu
bersalin merasa tenangdan dapat mengurangi persepsi ibu tentang nyeri. Teknik non verbal yang
dapat dilakukan seperti menggosok punggung ibu, mengusap keringat ibu akan dapat memberi
rasa nyaman pada ibu bersalin, sehingga kebutuhan ibu akan rasa nyaman terpenuhi (Anonim,
1993:3)

Hampir semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, tetapi respon setiap wanita terhadap
nyeri persalinan berbeda-beda. Ada beberapa metode non-invasif sekaligus non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat di gunakan selama persalinan. Banyak wanita merasa
nyeri berkurang dengan mandi, sentuhan dan pijatan. Ada pula wanita yang mengatasi nyeri
dengan cara relaksasi yang di lakukan secara verba, menjauhkan wanita dari nyerinya secara
hipnotis, musik dan umpan balik biologis.

Pentingnya komunikasi terapeutik dalam menurunkan rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
persalinan sangat diperlukan, oleh karena itu bidan dalam persalinan harus bisa membantu
menimbulkan rasa percaya diri, karena bila klien itu sendiri grogi atau gugup dalam persalinanya
baik fisik maupun mental belum siap maka, timbul rasa ketakutan dan rasa nyeri yang dirasakan
bertambah (Kartono, 1992:153). Jika bidan memfokuskan perhatiannya pada klien maka bidan
dapat membantu klien untuk mengabsorbsi dan mengikis rasa sakitnya. Bidan sebaiknya
memberi informasi yang akurat dan mudah dipahami tentang kemajuan persalinannya dan
selalumemberikan pujian dan dukungan.

Menurut konsep dasar adaptasi manusia terhadap stimulasi yaitu teknik komunikasi
terapeutik yang ditentukan oleh kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam kebutuhan fisilogis, ibu bersalin berharap akan terbebas dari rasa nyeri
karena salah satu darikebutuhan fisiologis manusia adalah kebutuhan akan rasa aman dan
nyaman. Pada ibu bersalin rasa nyaman dipenuhi bila terbatas dari rasa nyeri sedangkan pada
konsep interdependensi/salingketergantungan menujukkan bahwa ibu bersalin membutuhkan
orang lain untuk diajak berkomunikasi. Dengan harapan saat berkomunikasi dengan orang lain
(suami, keluarga, bidan) tersebut, nyeri yang dirasakan dapat berkurang (Anonim,1993:3).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik,
pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan
bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan
perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang dihadapi klien.Oleh
karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha mengambangkan potensi yang ada agar dapat
digunakan klien secara efektif
DAFTAR PUSTAKA

http://chooeysoklat.wordpress.com/2012/09/28/komunikasi-dan-konseling-pada-ibu-bersalin/

Johan T.A, dan Yulifah Rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika

Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. EGC. JakartaWulandari Dian.2009. Komunikasi


Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.Jogjakarta: NUHA MEDIKA Press.

Anda mungkin juga menyukai