OLEH:
SISKA HERLIANA
NIM. P07124123081
2023
1
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui:
2
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari laporan inimasih jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu,Saran
dan kritikyang membangundi harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
3
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... IV
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ............................................................................................................ 2
C. Manfaat ......................................................................................................... 2
D. Metode Praktek Lapang ................................................................................ 2
A. Tradisi ........................................................................................................... 3
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................................. 15
BAB I
4
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tradisi merupakan nama lain dari kebudayaan. Tradisi ini dilakukan turun
temurun dari kelompok masyarakat tertentu yang berdasarkan nilai social budaya
pada masyarakat yang bersangkutan. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota
masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun hal-
hal yang bersifat gaib atau keagamaan
Tradisi merupakan kegiatan pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai- nilai dari
satu generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai yang diwariskan biasanya adalah
nilai dan norma dalam masyarakat pendukungnya dari generasi tua ke generasi yang
lebih muda seperti halnya upacara Perak api yang masih dianggap baik dan
mempunyai kekuatan agama dan budaya.
Tradisi peraq api adalah suatu ritual pada ibu dan anak yang dilakukan setelah
putusnya tali pusar dari anak yang baru lahir. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari
ke-tujuh atau hari ke-sembilan untuk pemberian nama pada bayi.Tradisi Peraq api ini
masih di jalankan oleh masyarakat Desa Marong Karang tatah.
Sasak tradisi Peraq api mempunyai makna dan arti tersendiri bagi pendukungnya.
Dalam upacara tersebut dipimpin oleh Belian nganak (dukun beranak) dukun bersama
keluarga atau orang tua bayi mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang akan
digunakan dalam pelaksanaan upacara Peraq api.Dukun beranak memimpin acara
mulai dari persiapan,proses acara,sampai acara selesai.
B.Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui lebih dalam tradisi Peraq api yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak..
Tujuan Khusus:
5
1. Untuk mengetahui bagaimana apakah tradisi Peraq api di Desa Marong
Karang Tatah masih dilakukan dan bagaimana hubungannya dengan
kesehatan ibu dan anak.
2. Untuk mengetahui dampak positif tradisi tradisi Peraq api terhadap kesehatan
ibu dan bayi
3. Untuk mengetahui dampak negatif tradisi tradisi Peraq api terhadap
kesehatan ibu dan bayi
C.Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
A. Tradisi
1.Definisi Tradisi
Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu
kemasa kini. Tradisi dalam pengertian yang lebih sempit hanya berarti bagian-
bagian warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang tetap
bertahan hidup di masa kini (Sztompka, 2017).
Tradisi adalah suatu warisan berwujud budaya dari nenek moyang, yang telah
menjalani waktu ratusan tahun dan tetap dituruti oleh mereka- mereka yang lahir
belakangan. Tradisi diikuti karena dianggap akan memberikan semacam pedoman
hidup bagi mereka, tradisi itu dinilai sangat baik oleh mereka memilikinya,
bahkan dianggap tidak dapat diubah atau ditinggalkan oleh mereka (Simanjuntak,
2016)
2.Fungsi tradisi
7
2. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat
loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi
daerah, kota dan komunitas lokal sama perannya yakni mengikat warga atau
anggotanya dalam bidang tertentu;
3. Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, kekecewaan dan
ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa lalu
yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila
masyarakat berada dalam krisis.
8
Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai
dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Hal itu menunjukkan bahwa
kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap
kesehatan (Jimung, 2019).
Kesehatan ibu dan bayi masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang
menjadi prioritas yang memerlukan penanganan yang lebih optimal. Berbagai
upaya kesehatan telah dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu
maupun bayi. Upaya kesehatan ibu dan bayi adalah upaya di bidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
dan bayi baru lahir.
a. Kesehatan ibu.
b. Masa nifas
9
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa Latin yaitu dari
kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa
nifas dimulai setelah dua jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung
selama enam minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara
fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu tiga bulan. Jika secara
fisiologis sudah terjadi perubahan pada bentuk semula (sebelum hamil),
tetapi secara psikologis masih terganggu maka dikatakan masa nifas tersebut
belum berjalan dengan normal atau sempurna (Nurjanah et al., 2013).
Perawatan masa nifas diperlukan karena periode ini merupakan masa kritis
bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60 persen kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 persen kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi
kehidupan bayi,dua per tiga kematian bayi terjadi dalam empat minggu
setelah persalinan dan 60 persen kematian bayi baru lahir terjadi dalam
waktu tujuh hari setelah lahir. Pemantauan melekat dan pemberian asuhan
yang tepat bagi ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian ibu
dan bayi. Tujuan umum perawatan masa nifas adalah membantu ibu dan
pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. Sedangkan tujuan
khususnya adalah;
10
2015).
e. Kesehatan bayi.
Bayi yang baru lahir atau neonatus adalah anak di bawah usia 28 hari.
Selama 28 hari pertama kehidupan ini anak berisiko paling tinggi untuk
meninggal. Oleh karena itu, pemberian makan dan perawatan yang tepat
diberikan selama periode ini baik untuk meningkatkan peluang anak untuk
bertahan hidup maupun untuk meletakkan fondasi bagi kehidupan yang sehat
(WHO, 2018).
Setelah bayi dilahirkan, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologis. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Penelitian
menunjukkan bahwa 50 persen kematian bayi terjadi dalam periode neonatus
yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru
lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kematian. Pencegahan merupakan hal terbaik
yang harus dilakukan dalam penanganan neonatus sehingga neonatus sebagai
11
organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatus merupakan
periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Beberapa aspek sosial budaya yang berkaitan dengan perawatan bayi baru
lahir, antara lain;
12
bayi mengalami keluhan. Pemakaian gurita pada bayi jika dikatkan dengan
kesehatan dapat mengurangi daya pernapasan pada bayi yang pada akhirnya
bayi tersebut sesak napas, karena bayi lebih banyak menggunakan pola
pernapasan perut (Mubarak et al., 2013)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Hasil wawancara yang dilakukan pada “Ny.N”terkait aspek sosial budaya tradisi
“Peraq api” yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Selaparang,
Lombok Barat. Adapun hasil wawancara yang dilakukan pada” Ny.N” adalah sebagai
berikut:
1.Identitas diri
Umur: 22 Tahun
Agama : Islam
a. Apakah ada tradisi yang bayi ibu jalani pada saat masa bayi balita?
Jawaban: Tradisi yang anak saya jalani waktu itu tradisi Peraq api
jawaban: Pertama siapakan perangkat acara yang disiapkan terdiri dari moto
seyong (beras kentan yang di sangrai),enten-enten (gula kelapa) daun
13
bikan,sembeq,(kunyah rishi pinang santan kelapa (untuk keramas ibu),gelang
pelindung dan penanda.Kemudian api dipadamkan dengan percikan daun bunut
(daun beringin) dan tandan buaq bikan (batang buah bikan) yang diletakkan di
atas tepaq. Bayi dan ibu yang sudah dikeramas dan dibersihkan dengan air sampai
bersih disebut dengan masor. Selanjutnya, bayi ta eyok (diayak) dengan cara di
ayun-ayun di atas bara api yang sudah dipadamkan. Waktu pelaksanaannya
setelah petoq poset (putusnya tali pusar). Acara peraq api dilaksanakan pada
waktu nyepek peken (saat puncak keramaian pasar) antara pukul 09.00-10.00 pagi
Jawaban: Ya, jelas yang bantu saya waktu itu orangtua,suami,mertua saya
e. Adakah keuntungan yang bayi ibu dapatkan setelah melakukan tradisi itu?
Jawaban: Tidak ada,karena acara itu sebagai acara pemberian nama dan Aqikah
(Pemotongan kambing) yang dimana membantu dalam mewujudkan rasa syukur
kepada Allah SWT atas karuniaNya berupa kelahiran seorang anak.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ny. “N”, penduduk di Desa Marong Karang
tatah terdiri dari berbagai suku dengan suku mayoritas adalah suku sasak. Suku sasak
memiliki bermacam-macam tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan telah
dilakukan turun-temurun oleh masyarakat dan masih dilestarikan sampai sekarang.
Beberapa tradisi yang masih dijalankan diantaranya adalah tradisi Peraq api.
Peraq api dilakukan oleh belian (dukun beranak). Mula-mula api dipadamkan
dengan percikan daun bunut (daun beringin) dan tandan buaq bikan (batang buah
bikan) yang diletakkan di atas tepaq. Bayi dan ibu yang sudah dikeramas dan
dibersihkan dengan air sampai bersih disebut dengan masor. Selanjutnya, bayi ta eyok
(diayak) dengan cara di ayun-ayun di atas bara api yang sudah dipadamkan. Waktu
pelaksanaannya setelah petoq poset (putusnya tali pusar). Acara peraq api
dilaksanakan pada waktu nyepek peken (saat puncak keramaian pasar) antara pukul
09.00-10.00 pagi (Suhardi, dkk: 34).
15
1. Masyarakat di Desa Marong Karang tatah menganggap bahwa tradisi
Peraq api adalah tradisi warisan yang memiliki nilai yang positif,
sehingga menurut mereka tradisi ini sangat perlu dipertahankan, karena
Peraq api di anggap sebagai acara syukuran yang menandakan sudah
diberi keturunan yang sehat dan menandakan anak yang dilahirkan sudah
di beri nama yang pastinya nama tersebut berarti doa.
Dari proses perak api itu dapat disimpulkan bahwa tradisi budaya ini dapat
berdampak negatif pada kesehatan ibu dan bayi. Karena pada tradisi ini bayi baru
lahir sudah diberikan asap hasil pembakaran yang berasal dari kayu dan bahan
organik lain yang mengandung campuran gas,partikel,dan bahan kimia akibat
pembakaran yang tidak sempurna yang membuat secara tidak langsung akan
berdamapak negatif pada bayi yang baru lahir atau neonatus yang dimana anak di
bawah usia 28 hari berisiko paling tinggi untuk meninggal. Komposisi asap dari
pembakaran tersebut terdiri dari gas seperti karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen oksida, ozon.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi perak api merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh
masyarakat di Desa Marong Karang tatah. Tradisi peraq api dilakukan oleh bayi
balita dengan tujuan untuk memberikan nama pada bayi . Jenis perawatan yang
dilakukan berupa pengasapan bayi dengan cara bayi diputer-puter di atas uap bara api.
Desa Marong Karang tatah tetap mempertahankan tradisi Peraq api dengan
berbagai alasan, diantaranya adalah bahwa tradisi ini sudah dilakukan sejak
dahulu dan merupakan warisan nenek moyang atau tradisi turun-temurun. Tradisi
ini juga dilakukan atas anjuran tetua kampung dan anjuran ibu maupun ibu
mertua. Tradisi Peraq api masih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat. Tradisi Peraq api sekalipun dilakukan dengan
maksud mengupayakan kesehatan ibu nifas dan bayinya tapi pada kenyataannya
praktik tradisi ini merupakan perilaku berisiko yang dapat merugikan kesehatan
ibu dan bayi. Risiko gangguan kesehatan yang dialami oleh ibu dan bayi
diantaranya adalah gangguan sistem pernapasan, luka bakar, penurunan tekanan
darah, ruam di kulit dan bahkan akibat fatal yang paling perlu diwaspadai adalah
dapat mengakibatkan kematian.
B. Saran
Perawatan masa nifas untuk ibu dan bayi diharapkan dapat dilakukan dengan
cara yang lebih sehat. Misalnya untuk menghangatkan ibu dan bayi bisa
menggunakan selimut atau dengan alat maupun benda yang tidak menimbulkan
17
asap. Pelaksanaan peraq api dapat dilakukan tanpa menggunakan sabut kelapa
dan daun-daunan yang dibakar. Mendapatkan manfaat dari daun-daunan dapat
dilakukan dengan direbus, kemudian airnya dapat diminum atau digunakan
sebagai campuran untuk air mandi ibu. Diharapkan dengan cara demikian ibu dan
bayi dapat terhindar dari asap saat melakukan tradisi peraq api
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Zakaria. (2018). Tradisi Peraq Api dalam Dinamika Perubahan Sosial Pada
Masyarakat Kawo. Jurnal Schemata, Vol. 7(1), 61-75.
Usman & Sapril (2018). Pemanfaatan budaya posoropu dalam perawatan masa
Nur Azizah Zuhriah. (2019). Eksistensi Sufisme Dalam Tradisi Pedaq Api Di Lombok
18
19