Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RUMIAMBARWATI

NIM : 140384205032

MK : ETNOPEDAGOGI

ETNOPEDAGOGI DAN KEARIFAN LOKAL

Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah ilmu untuk mendidik anak.

Sejarah perkembangan pedagogi sangat mungkin berbeda di masing-masing negara,


meski esensi padagogi itu sama di semua tempat dan situasi. Dalam keragaman sejarah dan
replika pedagogi sebagai cerminan dari standar kerja pemerintahan dan penguasa birokrasi
setempat, pembekalan teoritis kepedagogian bagi guru dan calon guru merupakan
keniscayaan. Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan kemampuan dan
keterampilan kepedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan
mengemas program yang menggamit beberapa dimensi:

a Penguasaan substansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmu pengetahuan,


budaya, keterampilan, nilai dan sikap dalam integrasi sekolah dan pendidikan.
b Penguasaan dimensi paedagogis, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik
dan etika profesi.
c Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku
dan pekerjaan kependidikan.
d Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar-mengajar berdasarkan
perspektif lintas-kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat
teknologi.

Adapun tujuan pedagogik adalah:

a Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam


menjalani kehidupan.
b Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak
dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut
memuliakan kehidupan.
c Membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan
praktek-praktek yang mendominasi.
d Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat.
Etnopedagogik adalah praktek pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai
ranah seperti pengobatan, seni bela diri, lingkungan hidup, pertanian, ekonomi, pemerintahan,
sistem penanggalan, dan lain - lain. Etnopedagodik memandang pengetahuan atau kearifan
lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan
masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep kepercayaan, dan persepsi
masyarakat ihwal dunia sekitar, menyelesaikan masalah, dan memvalidasi informasi.
singkatnya, kearifan lokal adalah bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan,
dikelola, dan diwariskan. Adapun cirri-ciri kearifan lokal adalah :

a Mampu bertahan terhadap budaya luar,


b Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
c Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
d Mempunyai kemampuan mengendalikan,
e Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Kearifan lokal dapat dibedakan menjadi dua garis besar yaitu :

1 Kearifan local tradisional atau kearifan local lama. Kearifan ini adalah kearifan local
yang telah dijalankan secara turun temurun dalam waktu yang sangat panjang.
2 Kearifan lokal kontemporer atau kearifan local baru. Kearifan local ini muncul karena
adanya pengaruh beberapa hal seperti : perkembangan teknologi dan masuknya
budaya luar pada suatu daerah.

Contoh Kearifan lokal budaya Jawa pada umumnya dapat dilihat melalui pemahaman
dan perilaku masyarakat Jawa. Pemahaman dan perilaku itu dapat dilihat melalui (1) norma-
norma lokal yang dikembangkan, seperti laku Jawa, pantangan dan kewajiban, (2) ritual dan
tradisi masyarakat Jawa serta makna di baliknya, (3) lagu-lagu rakyat, legenda, mitos, dan
cerita rakyat Jawa yang biasanya mengandung pelajaran atau pesan-pesan tertentu yang
hanya dikenali oleh masyarakat Jawa, (4) informasi data dan pengetahuan yang terhimpun
pada diri sesepuh masyarakat, pemimpin spiritual, (5) manuskrip atau kitab-kitab kuno yang
diyakini kebenarannya oleh masyarakat Jawa, (7) cara-cara komunitas lokal masyarakat Jawa
dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, (8) alat dan bahan yang dipergunakan untuk
kebutuhan tertentu, dan (9) kondisi sumber daya alam atau lingkungan yang biasa
dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Macam macam kearifan local di Indonesia :


1 SURAN/SURO. Tanggal 1 Muharram atau 1 Suro dalam tanggalan jawa diambil dari
peristiwa hijrahnya kaum muslimin dari Kota Makkah ke Madinah. Sejak itulah agama
Islam mengalami perkembangan amat pesat. Bulan suro dikenal sebagai bulan yang
sakral oleh sebagian besar orang Jawa. Beberapa orang masih memiliki kepercayaan
jika pada bulan ini tidak boleh mengadakan acara/hajatan. Jika melanggar konon akan
mengalami gangguan/hal-hal yang tidak diinginkan dalam acara yang digelar.
Ditambah lagi dengan adanya beberapa kegiatan budaya dari keraton-keraton yang
masih eksis semisal Kirab Pusaka yang diadakan oleh Kadipaten Mangkunegaran dan
Keraton Kasunanan Surakarta.
2 TEBAT (Pasemah-Sumatera Selatan): Salah satu bentuk kearifan lingkungan
masyarakat Pagar Alam adalah Tebat milik komunal. Tebat dapat dimiliki secara
individual maupun kolektif. Tebat memiliki fungsi sosial, untuk memperkuat rasa
solidaritas dan integrasi masyarakat. Setiap kali ikan dipanen, dilakukan bobos tebas,
yaitu menguras isi kolam oleh semua warga desa secara bersama-sama.
3 KE-KEAN (Sumatera Selatan): Pengetahuan Ke-Kean adalah perhitungan waktu yang
tepat untuk menanam jenis tanaman tertentu yang dikaitkan dengan ilmu perbintangan.
4 PIIL PASENGGIRI (Lampung): Piil Pasenggiri merupakan falsafah hidup atau
pedoman dalam bertindak bagi setiap warga masyarakat Lampung, yakni: menemui
muimah (ramah lingkungan), nengah nyappur (keseimbangan lingkungan), sakai
sambayan (pemanfaatan lingkungan), dan juluk adek (pertumbuhan lingkungan).
5 SEREN TAUN (Kasepuhan Sirnaresmi-Jawa Barat): Seren Taun memiliki banyak arti
bagi masyarakat kasepuhan diantaranya adalah puncak prosesi ritual pertanian yang
bermakna hubungan manusia, alam, dan pencipta-Nya. Seren Taun adalah perayaan
adat pertanian kasepuhan sebagai ungkapan rasa syukur setelah mengolah lahan
pertanian sengan segala hambatan dan perjuangannya untuk mendapatkan hasil yang
optimal. Seren Taun adalah pesta masyarakat adat Kasepuhan sebagai ungkapan rasa
gembira ketika panen datang. Seren Taun juga merupakan pertunjukan kesenian-
kesenian tradisional yang ada di masyarakat Kasepuhan. Adat istiadat yang berlaku di
dalam Kasepuhan ini mengatur pola kehidupan masyarakat dalam berhubungan dengan
sang pencipta (Hablum minallah), hubungan antar manusia (Hablum minan naas) dan
hubungan manusia dengan alam lingkungannya (Hablum minal alam).
6 BONDANG (Desa Silo-Asahan-Sumatera Utara): Masyarakat Desa Silo menerapkan
tradisi berupa upacara buka Bondang dan tutup Bondang dalam aktivitas pertanian.
Buka Bondang dilakukan pada saat akan memulai penanaman, sedangkan Tutup
Bondang diselenggarakan saat panen. Apa yang menarik dari kegiatan ini adalah bahwa
selain bersandarkan pada kearifan tradisional, konsep pertanian bondang ini ternyata
cukup sinergiss dengan upaya menciptakan keseimbangan lingkungan. Dalam aktivitas
pertanian, petani sama sekali tidak menggunakan zat-zat kimia maupun obat-obatan
yang dapat mengakibatkan berbagai dampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan.
Kegiatan pengolahan lahan pertanian dari mulai tanam hingga panen sepenuhnya
dilakukan secara tradisional, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.

Anda mungkin juga menyukai