Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN OBSERVASI

TRANSCULTURAL NURSING

OLEH :
KELOMPOK 2

1. ADE KOMALA SRI BULAN


2. MARISA AINUN SANI
3. NASRUL FUAD
4. NI KETUT IKA MUSTIKA S.
5. NURUL HIDAYANTI
6. NURWADIHAh S.R
7. SAHRATUL AINI
8. SRI MULIA
9. SRI NAHNIATIN NISA
10. YULIANITA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI S.1 KEPERAWATAN
TAHUN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.


Puji Syukur Kami panjatkan Kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan Laporan
Observasi tentang Transcultural Nursing. Kami sangat berharap hasil observasi Kami ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan Kita Transcultural
Nursing. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan observasi ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan laporan observasi yang telah Kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tampa saran yang membangun.
Semoga laporan observasi ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan observasi yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya.
Dan Kami ucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dosen Pembimbing Mata Kuliah, yaitu Irwan Hadi, Ners., M.Kep
2. Pemandu pariwisata desa Sade, Amak Vani

Yang telah bersedia membantu Kami dalam menyelesaikan laporan penelitian Kami ini.
Dan Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
Kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini
di waktu yang akan datang.

Mataram, 7 Februari 2018

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................3
2.1 Teori Transcultural Nursing .............................................................................3
2.2 Konsep Dalam Transcultural Nursing ..............................................................5
2.3 Budaya Suku Sasak ..........................................................................................8
BAB III PELAKSANAAN .........................................................................................11
3.1 Waktu ...............................................................................................................11
3.2 Hasil Observasi .................................................................................................11
3.3 Diagnosa Keperawatan .....................................................................................13
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................14
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................14
4.2 Saran .................................................................................................................14
DAFTAR PUSTKA ....................................................................................................15
LAMPIRAN ................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang ada
baik dilingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era
globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut
perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori
yang dipelajari.Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari
ilmu tersebut.Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat
dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam
asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang “transcultural nursing”.
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas alam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaandan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang
profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara
konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis
sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan
kultur yanguniversal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma
spesifik yang dimilikioleh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi
sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena kultur
adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.
Cultur care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia danberada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan
dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa,dan etnik serta sistem profesional.
1.2 Tujuan penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat memahami teori transkultural dalam keperawatan yang berkaitan dengan
budaya dan pelayanan kesehatan pada masyarakat di Desa Sade dalam
memberikan asuhan keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian dari Trancultural Nursing
2) Mengetahui konsep dari Transcultural Nursing
3) Mengetahui budaya dari masyarakat asli sasak di Desa Sade

1.3 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan terkait
transkultural budaya dalam keperawatan pada mahasiswa agar menjadi pengalaman
yang lebih baik dengan terjun langsung ke masyarakatnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Teori Transcultural Nursing

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya
diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.
a. Pengertian Budaya
1. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
3. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
b. Unsur/ Komponen Budaya
i. Alat-alat teknologi
ii. Sistem ekonomi
iii. Keluarga
iv. Kekuasaan politik

c. Wujud Budaya
1) Gagasan : adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat.
2) Aktivitas (tindakan): adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial.
3) Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.

d. Hubungan Antar Unsur Kebudayaan

1. Teknologi
a) Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,
serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
b) Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau
dalam memproduksi hasil-hasil kesenian
2. Sistem Kekerabatan
a) Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan
3. Bahasa
a) Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan,
ataupun gerakan (bahasa isyarat)
4. Kesenian
a) Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga.
5. Keyakinan
a) keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini,
yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
6. Sistem Ilmu dan Pengetahuan
a) Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
b) Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan
berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris
(trial and error).

1.2 Konsep dalam Transcultural Nursing


1) Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2) Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4) Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap
bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki
oleh orang lain.
5) Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6) Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
7) Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi
pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan
dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling
memberikan timbal balik diantara keduanya.
8) Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9) Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan
yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
manusia.
10) Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11) Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain.

Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan keperawatan, namun


diformulasikan menjadi keperawatan transkultural dengan perspektif asuhan pada
manusia. Leinenger mengembangkan metode penelitian enthnonursing dan
menegaskan pentingnya mempelajari seseorang dari pengetahuan dan pengalaman
lokal mereka, kemudian menghadapkan mereka dengan perilaku dan kepercayaan yang
ada di luar diri mereka (Alligood, 2006).
Sunrise model dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik
dan komprehensif dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori
keragaman asuhan budaya & kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001).

Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai


konsep yang signifikan ide pelayanan dan keperawatan. Memberikan asuhan
merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari
keperawatan. Terdapat 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" dan dapat
menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya yang berkaitan dengan asuhan
transkultural yaitu :

1) Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji lebih dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien
memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
4) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
dan kebiasaan membersihkan diri.
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.
6) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
7) Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

1.3 Budaya Suku Sasak


Desa Sade adalah salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah, di
dekat Mataram. Masyarakat desa tersebut memilih mengabaikan modernisai dunia luar
dan lebih memilih untuk terus melestarikan tradisi lama mereka/ mempertahankan adat
suku Sasak dan masih berpegang teguh menjaga keaslian desa.
Dusun ini dari awal berdiri hingga saat ini telah memasuki generasi ke-15. Kata
‘’Sade’’ sendiri berarti obat atau kesadaran bagi masyarakat sasak. Dusun Sade
memiliki penduduk sekitar 700 orang terdiri dari 150 kepala keluarga (KK) dan terbagi
ke dalam 7 Rukun Tangga (RT). Oleh karena itu, sekitar 150 rumah yang tersisa tetap
dipertahankan dan tidak diperkenankan untuk membuat bangunan baru di dusun
tersebut. Meskipun begitu, seiring perkembangan zaman warga Sade juga telah
menerima dan memanfaatkan kemajuan teknologi. Banyak di antara mereka telah
memiliki televisi, telepon seluler dan sepeda motor.
Secara umum, sebagai suku sasak asli, masyarakat Sade masih menganut
kepercayaan Islam yang memiliki unsur-unsur Hindu maupun kepercayaan tradisional
kuno yaitu Animisme. Meski demikian, mereka tetap melaksanakan salat wajib lima
waktu.
Hanya Desa Sade yang masih bertahan dan tetap dipertahankan keasliannya. Upaya
mempertahankan keaslian desa Sasak Sade tersebut didukung pula sepenuhnya oleh
masyarakat setempat. Ini terlihat dari pola dan gaya hidup mereka yang masih
bersahaja dan tradisional, bahasa yang mereka gunakan sehari-hari pun masih bahasa
sasak asli walaupun ada yang dapat berbahasa indonesia. Demikian pula dengan rumah
mereka yang masih asli khas sasak, selain beratap alang-alang, lantai dasar rumah
mereka juga terbuat dari tanah liat yang sudah mengeras seperti batu. Yang paling unik
dari rumah khas Sasak tersebut adalah cara mereka membersihkan lantai rumah,
mereka menggunakan kotoran kerbau yang disebarkan diseluruh lantai. Penggunaan
kotoran kerbau ini konon katanya kotoran kerbau memiliki zat yang mampu mengusir
nyamuk dan memberikan efek hangat didalam ruangan rumah, tetapi ketika sudah
mengering, kotoran kerbau tersebut tak meninggalkan bau didalam ruangan.
Rumah adat suku Sasak di dusun Sade terdiri dari berbagai macam Bale yang
semuanya beratap jerami atau alang-alang dan memiliki fungsi tersendiri, diantaranya:
1. Bale Lumbung
Rumah tempat penyimpanan bahan makanan seperti padi-padian
2. Bale Tani
Rumah ini dihuni oleh suku Sasak yang memiliki pekerjaan sebagai petani.
3. Bale Kodong
Rumah kecil tempat pengantin baru yang belum memiliki rumah tetap dan biasa
digunakan untuk bulan madu, atau untuk tenpat tinggal lansia seumur hidup.
Bertani dan menenun

Pekerjaan masyarakat Sade ini mayoritas bertani, seperti padi dan sayur mayur.
Kalau padi, tadah hujan dan hanya sekali tanam dalam setahun. “Cuma air dari hujan.
Irigasi gak ada sama sekali. Sudah diupayakan tapi sulit.” Untuk tambahan pendapatan
itulah, hampir semua warga menjadi perajin tenunan. Untuk benang tenun, warga
membuat sendiri dengan memintal kapas. Tak hanya membuat benang sendiri,
pewarnaan mereka juga menggunakan warna-warna alami dengan memanfaatkan
tumbuhan atau tanaman sekitar.

Kawin culik

Perkampungan Sade ini berjumlah 700 jiwa, dengan satu rumpun keluarga. Dalam
sistem perkawinan Suku Sasak, dikenal dengan kawin lari atau kawin culik.
“Maksudnya, gak perlu dilamar. Yang penting si cowok sama gadis saling suka. Ambil
diem-diem, lalu bawa kabur, lari.”
Sang gadis lalu disembunyikan di rumah orang yang tak diketahui oleh orangtuanya.
“Soalnya kalau ketahuan bakal diambil lagi.”
Setelah itu, sang lelaki mengutarakan keinginan menikah kepada orangtua sang gadis.
Proses terakhir, disebut nyongkolan, berupa iringan pengantin pria dan perempuan
kembali ke rumah orangtua mempelai perempuan.
Nanti, pasangan baru itu akan menempati rumah sementara atau bale kodong. “Bale itu
rumah, kodong itu kecil. Artinya rumah kecil. Bali kodong ini rumah sementara waktu
sebelum bisa membuat rumah lebih besar. Mereka akan menggunakan untuk bulan
madu.”
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu
Kegiatan observasi di Desa Sade dengan beralamat di dusun Pujut, Lombok Tengah
dilakukan pada tanggal 3 Febuari 2018, dari pukul 10:00-12:00 WITA.

B. Hasil Observasi
1. Pengkajian
a. Faktor Teknologi
Warga di desa Sade masih kurang pengetahuan mengenai kesehatan, seperti cara
hidup sehat, penyakit dan pelayanan di puskesmas atau di rumah sakit. Sehingga
orang yang sakit jika ingin berobat ke puskesmat atau rumah sakit harus
ditemani oleh orang yang bisa membaca dan menulis.
b. Faktor Agama dan Falsafah Hidup
Semua warga di desa sade beragama islam. Sebelum memeluk islam, nenek
moyang mereka memeluk agama hindu dan anemisme sehingga kepercayaan
nenek moyang mereka masih diwarisi kepada keturunannya.
Kepercayaan berupa mengepel dengan kotorang sapi segar masih dilakukan
padahal dapat menimbulkan penyakit.
c. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
Rasa peduli terhadap sesama dan gotong royong masih erat di desa sade. Seperti
contoh, adik dari narasumber yang kami wawancara mengalami sakit dan warga
mengumpulkan dana seikhlasnya untuk membantu keluarganya.
Pernikahan di desa sade masih banyak dilakukan sesama sepupu misan dengan
cara kawil lari atau kawin culik.
d. Nilai- nilai Budaya dan Gaya Hidup
Budaya nikah muda masih sangat kental di desa sade. Rasa malu akibat
dikatakan perawan tua jika belum menikah pada umur 16 atau 17 tahun tahun
adalah salah satu faktor pencetus masalah ini.
Kepercayaan dukun dapat mengobati penyakit dengan cara dibacakan air,
sembeq, dan lain- lain masih sangat di percaya di desa sade. Jika tidak bisa
sembuh oleh dukun baru berobat ke pelayanan kesehatan.
e. Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang Berlaku
Budaya jika laki- laki dan perempuan bergoncengan dan dilihat oleh keluarga
dari laki-laki atau perempuan akan dinikahkan juga mencetuskan masalah nikah
muda.
Semua perempuan yang berada di desa sade semuanya memiliki pendidikan
yang rendah akibat dari peraturan yang melarang perempuan untuk keluar dari
desanya dan ibu- ibu disana masih berpikir premitif mengenai perempuan ujung-
ujungnya akan di dapur.
f. Faktor Ekonomi
Rata- rata mata pencarian warga disana adalah sebagai petani yang bercocok
tanam menanam padi hanya satu kali dalam setahun dan membuat kerajinan
berupa hiasan. Ibu rumah tangga dan anak perempuan mereka semuanya
menenun kain khas sasak yaitu kain songket dan dijual kepada pengunjung yang
berkunjung ke desanya. Bagi pemuda di desa sade sebagian besar pergi
merantau untuk mencari pekerjaan.
g. Faktor Pendidikan
Semua warga di desa sade memiliki tingkat pendidikan hanya sampai SMP dan
jarang yang melanjutkan sampai SMA dan Perguruan Tinggi karna terkendala
ekonomi dan kebijakan yang berlaku bagi perempuannya.
Pelayanan kesehatan seperti puskesmas hanya berkunjung datang ke desanya
hanya untuk melakukan imunisasi saja dan tidak pernah melakukan kegiatan
seperti penyuluhan ke desa sade.

Hasil Pengukuran Tanda- tanda Vital


No Nama Tekanan Nadi Diaknosa
darah
1 Wanib (25 tahun) 110/70 74 Sering pegal

2 Ba’atun (23 tahun) 120/70 77 Dada sering berdebar


keras tanpa rasa sakit

3 Inaq Kuke (73 tahun) 110/70 69 Penglihatan kabur

4 Tini (50 tahun) 120/80 78 Pusing

5 Inaq Enap (43 tahun) 120/80 68 Pilek, batuk

6 Inaq Nayan (50 tahun) 100/80 70 -


2. Diagnosa Keperawatan
a) Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan berhubungan dengan pendidikan
masyarakat yang rendah dan tidak pernah ada penyuluhan dari tenaga
kesehatan.
b) Gangguan komunikasi verbal disebabkan sebagian masyarakat yang tidak
dapat berbahasa indonesia dan perbedaan kultur.
c) Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk desa Sade terutama
pada kaum wanita menghambat budaya peningkatan kualitas kesehatan
keluarga. Motivasi yang rendah di tingkat keluarga menjadi penyebab kuat
rendahnya pendidikan pada kaum wanita di desa sade, orang tua di desa
tersebut bernggapan bahwa percuma jika wanita bersekolah tinggi karena pada
akhirnya akan bekerja di dapur, mengurus keluarga dan menenun saja.
d) Rata-rata penduduk desa Sade menikah di usia dini dimana pada usia tersebut
rentan menimbulkan penyakit baik pada ibu maupun anak.
e) Tingkat kepercayaan pada mitos masih pekat pada desa Sade, penduduk desa
lebih memilih berobat atau melahirkan ke dukun ketimbang instalasi kesehatan
yang sudah disediakan pemerintah. Masih banyak juga larangan-larangan atau
pantangan-pantangan yang dilaksanakan oleh penduduk desa Sade.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan
budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari dalam ilmu keperawatan,
banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah satunya teori
yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan.
Salah satu teori yang di aplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger
tentang “transcultural nursing”.
Teori tersebut didefinisikan sebagai area yang luas alam keperawatan yang
fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaandan pola
tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge
untuk kultur yang universal dalam keperawatan yang di dalamnya terdapat ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur,
pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa,dan etnik serta sistem profesional.

B. SARAN
a. Penulis
Mohon sekiranya untuk dikoreksi jika ada kesalahan dan ketidaksepahaman
pada malakah mengenai Transcultural Nursing yang telah ditulis. Agar kami
penulis bisa memaksimalkan kembali dan meningkatkan penulisan.
b. Pembaca
Dengan adanya makalah ini diharap pembaca dapat memahami penjelasan di
dalamnya sehingga dapat diterapkan guna memaksimalkan pemahaman mengenai
Transcultural Nursing.
DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Annisa.(2017) Preservasi Rumah Adat Desa Sade Rembitan Lombok sebagai
Upaya Konservasi. Jurnal Arsitektur Bangunan & Lingkungan | Vol.6 No.3 Juni
2017 : 79-84

Giger J.N & Davidhizar R.E (2004).Transcultural Nursing Assasement and Intervention,
Fourth Edition, Mosby
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai