Anda di halaman 1dari 18

Makalah Antropologi

Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Ns. La Masahuddin S.Kep., M.Kep.

KONSEP KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Di Susun Oleh :

Nama : Indah Permata Asri

NIM : 219015

KELAS : AKPER 1-A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMIK KEPERAWATAN PELAMONIA

TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang

berjudul “Konsep Keperawatan Transkultural” dapat terselesaikan.

Penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada  dosen

pengampuh Antropologi Ns. La Masahuddin,S.Kep.,M.Kep. yang telah

memberikan tugas ini kepada penulis sehingga dapat menambah

wawasan dan pengetahuan bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis.

Tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi baik dari segi waktu maupun

tenaga, tetapi penulis menyadari juga bahwa setiap ikhtiar yang baik

harus diiringi dengan doa yang tulus sehingga kesulitan dapat teratasi.

Kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini tetap

penulis harapkan.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas

segala keikhlasan hati dan bantuan dari semua pihak  yang telah

diberikan kepada penulis, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca.

Makassar,   April 2020

                                Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN. ...........................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4

A. Pengertian Transkultural ...............................................................3

B. Peran dan Fungsi Transkultural ...................................................4

C. Proses Perawatan Transkultural....................................................5

BAB III PENUTUP ...................................................................................13

A. Kesimpulan ....................................................................................13

B. Saran................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tylor (1871) budaya yaitu semua yang termasuk dalam

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan kebiasaan

yang di lakukan manusia sebagai anggota masyarakat. ( Brunner &

Suddart, 2001)

Memberikan asuhan keperawatan yang bersifat kultur spesifik

dan kultur universal yang mengahasilkan kesehatan dan kenyamanan

individu, keluarga, kelompok, komunitas dan institusi. ( Leininger

1997) Culture care merupakan teori yang holistik karena didalamnya

terdapat ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan termasuk sosial

struktur, pandangan dunia, nilai culture, konteks lingkungan, ekspresi

bahasa, dan etnik serta sistem profesional.

Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang, melihat,

memikirkan, memberi makna, menyikapi, dan memilih tindakan

terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. (Perry &

Potter 2001) Cara pandang, keyakinan, nilai-nilai dan konsep- konsep

dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang

budya terhadap 4 konsep sentral, yaitu Manusia, Keperawatan,

Kesehatan dan Lingkungan.

Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan

bila budaya pasien pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.

1
Perencanaan dan implemenasi keperawatan diberikan sesuai nilai-

nilai yang relevan yang telah di miliki klien, sehingga klien dapat

meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi

budaya merupakan stategi yang kedua yaitu intervensi dan

implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi

terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian transkultural?

2. Bagaimana peran dan fungsi transkultural?

3. Bagaimana proses keperawatan transkultural?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian transcultural.

2. Untuk mengetahui peran dan fungsi transcultural.

3. Untuk mengetahui proses keperawatan transcultural.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transkultural (Asriwati & Irawati, 2019)

Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang

berarti “berpindah” atau “suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu

“kultur” yang berarti “kebudayaan”. Kultur atau kebudayaan adalah

suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah

kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan

politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya

seni. Bahasa sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak

terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung

menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang

berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya

dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa

budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola hidup

menyeluruh. Budaya bersifat bersifat kompleks, abstrak dan luas.

Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-

unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial

manusai (Wikipedia Bahasa Indonesia). Secara singkat keperawatan

transcultural atau transcultural nursing dapat diartikan sebagai

keperawatan lintas budaya.

3
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwaan

budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan diantara budaya

dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai

budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan

untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau

keutuhan budaya kepada manusia (Leningrer, 2002).

Mempertahankan budaya yaitu strategi yang pertama dilakukan

bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.

Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai nilai-nilai

yang relevan yang telah dimiliki klien, sehingga klien dapat

meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya. Negosiasi

budaya merupakan strategi kedua yaitu intervensi dan implementasi

keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya

tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.

B. Peran dan Fungsi Transkultural (Asriwati & Irawati, 2019)

Tujuan  dari transcultural nursing adalah untuk

mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma

pemahaman keperawatan transcultural  dalam meningkatkan

kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah

berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan,

mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku

caring diberikan  kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.

Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,

4
struktur polanya bervariasi diantara  kultur satu tempat dengan tempat

lainnya.

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring

adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta

mempersatukan tindakankeperawatan. Tindakan Caring dikatakan

sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada

individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada

manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa

pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal.

Human caring secara umum dikatakan sebagai segala

sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada

manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang

universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara

kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

C. Proses Keperawatan Transkultural (Tarwoto & Wartonah, 2015)

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam

menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan

dalam bentuk matahari terbit (sunrise model). Geisser (1991)

menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat

sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah

klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan

dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5
The Sunrise Model ( Model matahari terbit)

Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu

kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan

pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk

mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat

mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk

menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem

perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi

tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus

pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini

menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/ tidak dapat

dipisahkan dari budaya mereka.

Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi

keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang

hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi

tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya.

Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau

nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian

juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang

menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang

produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan

yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.

Proses keperawatan

6
Andrew dan Boyle dalam bukunya menyatakan bahwa proses

keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan

memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).

Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang

budaya klien. Menurut Geisser (1991) Pengkajian dirancang ber-

dasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

1. Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau

mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan

kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit,

kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan

mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan

alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan

pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan

saat ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical

factors)

7
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan

yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan

motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas

segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama

yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status

pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara

pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif

terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social

factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama

lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam

keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4.  Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life

ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan

oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-

norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat

penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu

dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang

oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,

makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit

8
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan

membersihkan diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and

legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala

sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu

dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang

berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang

boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat

6.  Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber

material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera

sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat

diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,

tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain

misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan

antar anggota keluarga

7. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam

menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin

tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung

oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat

9
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi

kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat

pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk

belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya

sehingga tidak terulang kembali.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar

belakangbudayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi

melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).

Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam

asuhan keperawatan transcultural yaitu : gangguan komunikasi

verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi

sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan

dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang

diyakini.

C. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan

trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat

dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi

yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang

sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,

1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan

transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan

10
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan

dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien

kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila

budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

1. Cultural care preservation/maintenance

a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi

dengan klien

c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan

perawat

2. Cultural careaccomodation/negotiation

a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana

kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,

pandangan klien dan standar etik.

3. Cultual care repartening/reconstruction

a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang

diberikan dan melaksanakannya

b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari

budaya kelompok

c. Gunakan pihak ketiga bila perlu

11
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa

kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua

e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan

kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-

masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi

persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya

budaya budaya mereka.

Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa

tidakpercaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan

klien akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari

efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang

bersifat terapeutik.

D.    Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien 

tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, me-

ngurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan ke-sehatan atau ber-

adaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat ber-tentangan de-

ngan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat dike-

tahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya

klien yang diperoleh dari penerapan antropologi kesehatan.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti

“berpindah” atau “suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu

“kultur” yang berarti “kebudayaan”. Pada dasarnya transcultural

adalah lintas budayan. Transcultural keperawatan merupakan

asuhan keperawatan yang digunakan untuk menghargai antar

sesama perbedaan dalam masyarakat sehingga mengetahui

budayanya.

2. Tujuan  dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,

menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman

keperawatan transcultural  dalam meningkatkan kebudayaan

spesifik dalam asuhan keperawatan.

3. Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam

menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya

digambarkan dalam bentuk matahari terbit (sunrise model). Contoh

penerapan Antropologi dalam Perawatan yaitu pada proses

pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks social budaya

mengkaji semua penyebab terjadinya penyakit pada pasien baik itu

melalui budaya dan sebagianya. Diagnosa keperawatan

transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan yang

dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan

13
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan

kesehatan atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai

dengan kesehatan dengan budaya baru. Perencanaan dan

pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu

saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar

belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat

sesuai dengan budaya klien. Evaluasi asuhan keperawatan

transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan

proses asuhan keperawatan transkultural.

B. SARAN

Diharapkan agar makalah ini dapat berguna dan dapat menambah

pengetahuan bagi pembaca dan pada berbagai kalangan masyarakat

khususnya perawat sehingga dapat menerapkan Antropologi

keperawatan dengan baik dan benar dan tidak terjadinya hal-hal yang

tidak diinginkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asriwati, & Irawati. (2019). Buku Ajar Antrologi Kesehatan dalam

Keperawatan. Sleman: CV Budi Utama.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dalam Proses

Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai