Anda di halaman 1dari 13

TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah psikososial dan budaya dalam Keperawatan
Dosen Pengampu :Nur Wulan A, S.kep,Ns, M.Kep

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA :

1. KanetriSepviAstuti (2001022)
2. Laila Zaydatun Mahmudah (2001023)
3. Melani Rinanda (2001024)
4. Muhammad AlmaydaVadlistyo (2001025)
5. Niya Fajar Wati (2001026)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Transkultural Dalam Keperawatan ’’ . Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
dari mata kuliah Psikososial Dan Budaya Dalam Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan penulis yang masih
dalam tahap belajar titik untuk itu penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik untuk
perbaikan dan pengembangan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa
atau mahasiswa STIKES Muhammadiyah Klaten pada khususnya dan pihak yang akan
menggunakan makalah ini untuk berbagai hal pada umumnya.

Klaten, 10 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus
ditantangoleh perubahan-perubahan yang ada. Baik dari lingkungan maupun klien.
Dari segilingkungan perawat selalu ditemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi
sanga tmempengaruhi perubahan dunia, khusunya di bidang kesehatan. Terjadinya
perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan
perbedaan budaya.Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam
pula budaya disuatu Negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat
melakukan asuhankeperawatan yang bersifat fleksibel dilingkungan yang tepat. Peran
perawat sangat komperhensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien.Komunikasi
transkultural penting dalam keperawatan , untuk itu perawat harus mengerti tentang
sistem kepercayaan, keyakinan hidup sehat dari klien . Tren demografi baru
menunjukkan adanya peningkatan budaya dan keragaman etnik di suatu
tempat.Perawat memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan klien, oleh karena
itu harusmenyadari pentingnya budaya yang berkaitan dengan komunikasi.
Ketrampilan transkultural keperawatan dan pengetahuan akan menjadi kebutuhan
penting untukmenyediakan kompetensi keperawatan untuk perubahan yang cepat
dalam masyarakatyang heterogen.Belajar untuk menilai budaya dan keragaman yang
melibatkan apresiasi darikeragaman budaya contohnya ketrampilan negoisasi untuk
komunikasi efektif.Komunikasi dengan individu- individu dari latar belakang berbeda
merupakan hal yangkompleks seperti bahasa daerah dalam berkomunikasi. Ketika
berkomunikasi perawatharus memperhatikan keyakinan budaya dan perilaku dalam
komunikasi ( baik verbalmaupun nonverbal).
Komunikasi antar budaya mengacu pada kehadiran dua atau lebih individu yang
berbeda budaya. Dari masing
masing budaya memiliki atribut seperti nilai orientasi, kode komunikasi yang disukai,
harapan peran dan aturan yang dirasakan dalam hubungansocial. Dalam perbedaan
komunikasi akan menemukan kebingungan, ketidaksabaran dankesalah pahaman.
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
Indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langganan, warna corak
ragam, laras. Sehingga keragaman berarti perihal beraga-ragam berjenis-jenis; perihal
ragam hal jenis keragaman yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi.Suku
bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangat
beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokkan besar
manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna
kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Globalisasi dan Perspektif transkultural Dalam Keperawatan


Globalisasi dan perspektif transkultural dalam keperawatan adalah
keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisa pada perbedaan
budaya, berhubungan dengan kepedulian akan perilaku, keperawatan dan nilai
sehat sakit, serta kepercayaan suatu masyarakat. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan
keperawatan dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal.
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata transkultural berasal
dari kata trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau
penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata trans berarti
melintang, melintas, menembus, melalui. Culture berarti budaya. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia kultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan,
pembudidayaan, kepercayaan, nila-nilai dan pola perilaku yang umum berlaku
bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya. Sedangkan cultural
berarti sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti akal
budi, hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan
batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi transkultural dapat diartikan sebagai
lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi
budaya yang lain atau juga pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda
melalui proses interaksi sosial.
Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
klien/pasien) menurut Leininger (1991). Leininger beranggapan bahwa sangatlah
penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
asuhan keperawatan kepada klien.
Model keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,sehat ddan
sakit didasarkan pada nilai budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku caring. Perilaku caring adalah
bagian dari keperawatan yang membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan caring adalah tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku ini seharusnya sudah
tertanam di dalam diri manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap
ikut berkembang dengan seturut jalannya perkembangan manusia tersebut.

5
Tujuan dari tanskultural keperawatan adalah untuk mengidentifikasi ,menguji,
mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transkultural dalam
meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan.

 Konsep dan Prinsip dalam Keperawatan Transkultural


Konsep dalam Transkultural Keperawatan :
a) Budaya
Norma atau tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta
memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b) Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertantu dan melandasi
tindakan dan keputusan.
c) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan.
d) Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang
dimiliki individu mengganggap budayanya adalah yang terbaik.
e) Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f) Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid,negroid,mongoloid.
g) Etnografi (ilmu budaya)
Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya
setiap individu.
h) Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan dukungan
perilaku pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i) Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga dan kelompok pada keadaan yang nyata
atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j) Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi digunakan untuk membimbing, mendukung dan memberi
kesempatan individu, keluarga dan kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.

6
k) Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan,
praktek, dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat
lebih tinggi dari kelompok lain.
 Prinsip -prinsip Keperawatan Transkultural
- semua kebudayaan manusia memiliki gaya hidup, asuhan keperawatan, dan
metode pengobatan yang berbeda. Dan perawat harus memahami untuk dapat
bekerja secara efektif dengan orang lain.
- Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus
dominan pada keperawatan.
- Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat
memahami kebudayaan lain.
- Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami,dikenal budayanya dan
mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan lainya.
- Asuhan keperawatan transkultural berhubungan dengan kepercayaan,
perbandingan nilai dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediaakan
praktik layanan kesehatan yang spesifik, aman, dan berarti.
- Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk
menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang
berbeda-beda.
- Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat
perawat menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah
penyakit, dan menghindari kematian prematur.
- Kemampuan perawat untuk bebicara bahasa klien akan mempermudah
pemahaman apa yang dialami oleh klien.
- Jika gaya hidup,nilai dan ekspresi budaya terasa mustahil , perawat tetap harus
mencoba untuk memehami klien tersebut.
- Setiap budaya, asuhan ,penyembuhan , dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh
pandangan dunia, konteks lingkungan dan struktur sosial.
- Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan ,
yaitu generik dan profesional.
- Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan menghadapi
kematian, mengalami hal yang tidak meyenangkan dan krisis.
- Praktik keperawatan dibarat dan non barat mempunyai perbedaan utama yang
perlu dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuhan keperawatan.

 Paradigma Transkultural Keperawatan


Paradigma transkultural dalam keperawatan (Leininger 1985) adalah cara
pandang keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang
sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu:
- Manusia
Manusia adalah individu, keluarga, atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budanyanya pada setiap saat dimana pun dia berada (Geiger
and Davidhizar, 1995)

7
- Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya. Terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/ sehat yang dapat diobservasikan
aktivitass sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu
ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adiktif
(Andrew and Boyle, 1995)
- Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang dipengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang
sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah
eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang
tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok kedalam masyarakat uang
lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau
kelompok merasa bersatu musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.

B. Diversity dalam masyarakat


Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
Indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak
ragam, laras. Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-jenis;
perihal ragam hal jenis kergaman yang di maksud di sini suatu kondisi dalam
masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai bidang,
terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan
serta situasi ekonomi.
 Makna Diversity (Keragaman)
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
Indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna corak ragam,
laras. Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam berjenis-jenis; perihal
ragam hal jenis kergaman yang di maksud di sini suatu kondisi dalam masyarakat
dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi.

 Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia


1) Suku Bangsa dan Ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke
sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokkan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriyah yang
sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala dan lain

8
sebagainya. Di Indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah
termasuk ras mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang termasuk
mongoloid melayu tua, sebelah timur Indonesia termasuk ras austroloid, termasuk
bagian NTT. Sedangkan kelompok terbesar yang tidak termasuk kelompok
pribumi adalah golongan chinayang termasuk atratic mongoloid
2) Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di patuhi manusia.
Ikatan yang di maksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia
sebagai kekuatan gaib yang tak dapat di tangkap dengan panca indra. Namun
mempunyai pengaruh besar yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-
hari ( Haru nasution: 10). Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur
secaratepat dan rinci.Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk
memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuknya
kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya memang memilki ciri
umum yang hampir sama, baik dalam agama primitif maupun agama monoteisme.
Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada
Tuhan atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang takboleh di
abaikan( psikologi agama:14)Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan
dari kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat
antara lain adalah :
a. Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan
melarang
b. Berfungsi penyelamat
c. Berfungsi sebagai perdamaian
d. Berfungsi sebagai sosial kontrol
e. Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
f. Berfungsi tranformatif
g. Berfungsi kreatif
h. Berfungsi sublimatif
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan unsur penting dalam
keragaman bangsa Indonesia.Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang di akui
di Indonesia.
3) Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang berarti “adat sopan
santun, basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat,
tegur sapa,ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama di
bentuk dan di kembangkan oleh masyarakat yang terdiri dari aturan-aturan yang
kalau di patuhi di harapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di
dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki keragaman suku bangsa
dimana di setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun kerena adanya
sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun dan berkisenambungan dari

9
generasi ke generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam suatu suku
bangsa yang sama akan memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.

4) Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu perhatian yang harus
di tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat
ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya
kesenjangan yang tak dapat di hindari lagi .
5) Kesenjangan Sosial
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam
tingkat pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini dapat terlihat dan di
rasakan dengan jelas dengan adanya penggologan orang berdasarkan kasta. Hal ini
yang dapat menimbulkan kesenjangan social yang tidak saja dapat menyakitkan,
Namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu bahkan
menjadi sebuah pemicu perang antara etnis atau suku.

 Pengaruh Keragaman dalam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara,


dan Kehidupan Global
Berdirinya negara Indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang demikian
majemuk baik secara etnis, biogarfis. kultural, maupun religius.Kita tidak dapat
mengingkari prulalistik bangsa kita. Sehingga kita perlu memberi tempat bagi
berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan beragama yang di anut oleh
warga Indonesia.Masalah suku bangsa dan kesatuan di Indonesia telah menunjukkan
kepada kita bahwa suatu negara yang multietnik memerlukan suatu kebudayaan
nasional untuk memanifestasikan peranan identitas nasional dan solidaritas nasional
di antara warganya.Gagasan tentang kebudayaan nasional yang menyangkut
kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat bangsa kita belum
merdeka.
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai
harmoni. Perbedaan yang berwujud baik secara fisik ataupun mental, sebenarnya
merupakan kehendak Tuhan yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk
menciptakan sebuah kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi di kehidupan sehari-
hari, Kebudayaan Suku Bangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan
kita.berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi. Bahkan mampu saling
menyesuaikan dalam kehidupan sehari-hari tetapi sering kali yang terjadi malah
sebaliknya. Perbedaan-perbedaan tersebut menciptakan ketegangan hubungan antara
anggota masyarakat.
Hal ini di sebabkan oleh sifat dasar yang selalu di miliki oleh masyarakat
majemuk sebagaimana di jelaskan oleh Van de Berghe:
1. Terjadinya sikmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplenter.
3. Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

10
4. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
5. Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang lain.
Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa karena dengan
kemajemukan yang ada dapat di pertumpul. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap
dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah menggoyahkan
persatuan dan kesatuan bangsa seperti:
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia
dengan dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus paparoks yang
ada dalam globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat masyarakat dunia dengan
tawarannya akan keseragman global untuk maju bersama dan komunikasi gaya
hidup ,manusia yang bebas dan harmonis dalam tatanan dunia, dengan
menyampingkan keunikan dan keberagaman indonesia sebagai pelaku utama.
2. Perilaku diskriminatif terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu
akanmunculmasalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang
tentu saja yang tidak mengentungkan bagi hidup berbangsa dan bernegara
3. Eksklusivme,realisis, bersumber dari superioritas, alasannya dapat bermacam-
macam antara lain; keyakinan bahwa secara koadrati ras/sukunya ke kelompoknya
lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.
Ada beberapa halyang dapat dilakukan memperkecil masalah yang di akibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:
a. Semangat religius
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanisme
e. Dialog antar umat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran globalyang bersifat inklusif, kesadaran
kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modalyang menentukan bagi
terwujudnya sebuah bangsa yang berBhineka Tunggal Ika.menyatu dalamkeragaman,
dan beragam dalam kesatuan.Segala bentuk kesenjangan di dekatkan, segala
keanekaragaman di pandang sebagaikekayaan bangsa milik bersama.Sikap inilah yang
perlu di kembangkan dalampikiran masyarakat untuk menuju Indonesia Raya
Merdeka.

 Problem Deskriminas
Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan terhadap
seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku, etnis, kelompok,
golongan, status, dan kelas soaial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh,

11
usia,orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik. serta batas negara, dan
kebangsaan seseorang.
Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada prinsi-
prinsip hak asasi manusia.Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecuali tidak
dapat di pisahkan dan saling tenrgantung. Berangkat dari pemahaman tersebut
seyogianyasikap-sikap yang didasarkan pada ethnosentrisme, resisme, religius
fanatisme,dan
diskrimination harus dipandang sebagai tindakan yang menghambat
pengembangan kesederajatan dan demokrasi, penegakan hukum dalam kerangka
pemajuan dan pemenuhan HAM.
PASAL 218 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa: “setiap
orang berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”
Sementara itu pasal 3 UU No 1999 tentang HAM telah menegaskan bahwa “... setiap
orang di lahirkan bebas dengan harkat dan martabat yang sama dan sederajat... “
ketentuan tersebut merupakan landasan hukumyang mendasari prinsip non-
diskriminasi di indonesia.
Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen hukum yang
mengatur HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa diskriminasi telah menjadi
realitas yang promblematika sehingga:
a. Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi
di berbagai belahan dunia.
b. Prinsip non-diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk
dapat hidup dalamkebebasan keadilan dan perdamaian
Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah ditiadakan dengan adanya
kesetaraan dalam bidang hukum, kesederajatan dalam perlakuan adalah salah satu
wujud ideal dalam kehidupan negara yang demokratis. Akan tetapi berbagai
penelitian dan pengkajian menunjukkan bahwa kondisi di Indonesia saat ini belum
mencerminkan penerapan asas persamaan di muka hukum secara utuh.
Promblematika lainnya timbul dan harus di waspadai adalah disintegrasi bangsa dari
kajian yang di lakukan terhadap berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya
sebuah negara dapat di simpulkan adanya enam faktor utama secara gradual bisa
menjadi penyebab utama proses itu, yaitu:
1. Kegagalan kepemimpinan
2. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3. Krisispolitik
4. Krisis sosial
5. Demoralisasi tentara dan polisi
6. Intervensi asing
 Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural
Kemampuan untuk menampung berbagai perbedaan dan keanekaragaman
kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang di landasi suatu ikatan kebersamaan.Salah
satu pengembangan konsep toleransi terhadap keberagaman budaya adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang multikultural dengan bentuk pengakuan dan
toleransi, terhadap perbedaan dalam kesetaraan individual maupun secara

12
kebudayaan. Dalam masyarakat multikultural, masyarakat antar suku bangsa dapat
hidup berdampingan, bertoleransi, dan saling menghargai. Selain itu, alternatif
penyelesaian keberagaman budaya yang ada di Indonesia di lakukan melalui interaksi
lintas budaya dengan mengembangkan media sosial, seperti pengembangan lambang-
lambang komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang di sepakati dan di
terima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka acuian
bersama.

13

Anda mungkin juga menyukai