Nama Kelompok 1
Dessy A Kreutha
Inkawati A Marweri
Mariana R Ortumilena
Riswanti R Matarru
Jamila Indrianti
Jealfi A Sokoy
Fifin F Halim
JURUSAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Ada lima kunci pengkajian keperawatan untuk memastikan usia dalam buku Potter
Perry (2009) “Fundamentals of Nursing” Seventh Edition:
a. Hubungan timbal balik fisik dan psikososial penuaan
b. Efek penyakit dan ketidakmampuan kerja fungsional
c. Penurunan tingkat efisiensi mekanisme homeostatis
d. Kurangnya standar kesehatan dan norma penyakit
e. Perubahan presentasi dan respon terhadap penyakit spesifik
Lansia pada umumnya pensiun. Karena pensiunan ini biasanya telah diantisipasi,
seseorang dapat berencana ke depan untuk (1) berpartisipasi dalam konsultasi atau
aktivitas suka rela, (2) mencari minat dan hobi baru, dan (3) melanjutkan
pendidikannya. Dalam perwujudan perencanaan tersebut, lansia bertemu dengan
berbagai perubahan-perubahan dalam dirinya.
1. Perubahan Fisiologis
Beberapa klien lansia mungkin mengalami semua perubahan
ini, dan lansia lainnya mengalami hanya beberapa perubahan.
a. Survei Umum : inspeksi awal pada dewasa tua mungkin berupa kontak mata
dan ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi, kerutan wajah, rambut uban,
hilangnya jaringan ekstrimitas, dan peningkatan jaringan serta lemak pada
tubuh.
b. Sistem Integumen : kulit kehilangan kelenturannya dan kelembabannya. Noda
dan lesi mungkin juga muncul pada kulit.
c. Kepala dan Leher : raut wajah nampak asimetris karena hilangnya atau
pemasangan gigi palsu yang tidak benar. Perubahan pada nada suara (biasanya
keras) terjadi karena adanya penurunan kekuatan dan tingkat nada. Ketajaman
penglihatan lansia menurun. Sering terjadi presbiopia, suatu penurunan pada
kemampuan mata untuk berakomodasi pada benda dekat, dan presbikus, suatu
perubahan terkait usia pada ketajaman pendengaran. Atrofi saraf pengecap pun
kerap muncul serta hilangnya efisiensi. Lansia tidak mampu merasakan asin,
manis, asam, dan pahit dengan cepat.
d. Toraks dan Paru : terdapat peningkatan diameter anteroposterior. Kifosis yang
sering terjadi pada lansia merupakan perubahan tajam dan progresif pada
struktur vertebrata yang permanen bila disertai osteoporosis.
e. Jantung dan Vaskular : penurunan kekuatan kontraktil miokardium
menyebabkan penurunan darah jantung. Penurunan ini signifikan jika lansia
mengalami stres karena ansietas, kegembiraan, penyakit, atau aktivitas yang
berat.
f. Payudara : penurunan massa, tonus, dan elastisitas otot yang menyebabkan
payudara menjadi lebih kecil.
g. Gastrointestinal dan Abdomen : peningkatan jumlah jaringan lemak pada
tubuh dan abdomen. Sering juga munculnya intoleransi pada makanan tertentu
secara tiba-tiba.
h. Sistem Reproduksi : menopause pada wanita berkaitan dengan penurunan
respons ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesteron.
i. Sistem Perkemihan : hipertrofi kelenjar prostat dapat terjadi pada pria lansia.
Wanita lansia dapat mengalami inkontinensia stres, yaitu terjadi pelepasan urin
involunter saat batuk, bersin, atau mengangkat suatu benda.
j. Sistem Muskoskeletal : dewasa lansia yang berolahraga secara teratur tidak
akan mengalami kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak dewasa
lansia lain yang tidak aktif. Pada dewasa lansia yang tidak aktif, serat otot akan
berkurang ukurannya dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan massa
otot.
k. Sistem Neurologis : secara khas, lansia tidak tidur sepanjang malam. Penyebab
disrupsi ini adalah (1) siklus tidur memendek, (2) akibat pengosongan kandung
kemih yang sering, nyeri, atau gangguan psikologis, dan (3) medikasi yang
memengaruhi siklus bangun-tidur.
2. Perubahan Kognitif
a. Demensia : kerusakan umum fungsi intelektual yang mengganggu fungsi sosial
dan okupasi. Demensia sinilis tipe Alzheimer, atau biasa disebut penyakit
Alzheimer, dicirikan oleh adanya atrofi otak dan timbulnya plak senil serta lilitan
neurofibril dalam hemisfer serebral. Progresi penyakit Alzheimer telah dibagi
dalam tiga tahap dalam buku Potter Perry (2005) “Fundamental Keperawatan”
Buku 1 (Brady, 1993). Pada tahap awal, gejala utama adalah hilangnya memori.
Tahap pertengahan meliputi kerusakan keterampilan bahasa, aktivitas motorik,
dan pengenalan benda. Inkontinensia urin dan fekal, ketidakmampuan ambulansi,
dan hilangnya keterampilan bahasa secara lengkap merupakan cirri klasik tahap
akhir atau terminal dari penyakit Alzheimer.
b. Delirium (tingkat konfusi akut) : sindrom otak menyerupai demensia
ireversibel, tetapi secara klinis dibedakan oleh adanya tingkat kesadaran tidak
jelas atau, lebih tepatnya, perubahan perhatian dan kesadaran. Ciri lain meliputi
kurang perhatian, ilusi, halusinasi, kadang bicara inkoheren, gangguan siklus
bangun-tidur, dan disorientasi.
d. Penyalahgunaan Zat dan Kerusakan Kognitif : penyalahgunaan alkohol dan
obat lain terjadi pada populasi lansia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hal
tersebut adalah masalah serius karena mencakup stres dan kehilangan terkait
penuaan seperti pension, kehilangan pasangan, dan kesepian.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun : tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan
peran yang dapat menyebabkan stres psikososial. Stres ini meliputi perubahan
peran pada pasangan atau keluarga dan masalah isolasi sosial.
b. Isolasi sosial : Ada empat tipe isolasi sosial dalam buku Potter Perry (2005)
“FundamentalKeperawatan” Buku 1.
Sikap : terjadi karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah sikap yang
berlaku yang menstigmatisasi lansia, suatu bias yang menolak lansia. Seiring
lansia semakin ditolak, harga diru lansia pun berkurang, sehingga usaha
bersosialisasi berkurang.
Penampilan: seseorang diisolasi karena penolakan oleh orang lain atau karena
sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran diri.
Perilaku: perilaku yang biasanya dikaitkan dengan pengisolasian meliputi
konfusi, demensia, alkoholisme, eksentrisitas, dan inkontinensia.
Geografis: jauh dari keluarga, kejahatan di kota, dan barier institusi
menyebabkan lansia mengalami isolasi sosial. Dalam masyarakat kini yang
suka berpindah, umumnya anak hidup jauh dari orangtua sehingga kesempatan
untuk mengunjungi anak-anak semakin berkurang. Hal ini menyebabkan
isolasi lebih lanjut pada lansia yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mengalami kematian pasangannya.
c. Seksualitas : meliputi cinta, kehangatan, saling membagi dan sentuhan, bukan
hanyamelakukan hubungan seksual.
d. Tempat Tinggal dan Lingkungan : perubahan pada peran sosial, tanggung
jawab keluarga, dan status kesehatan memengaruhi rencana kehidupan lansia.
e. Kematian : kesalahan konsep yang biasa terjadi adalah kematian seorang lansia
sebagai berkah dan kulminasi (titik tertinggi) seluruh kehidupan.
Diagnosa Keperawatan
Identifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk setiap
diagnosa memberi arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan. Analisis data
memerlukan pertimbangan terhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga
persepsi klien lansia tentang status kesehatannya. Validasi data dari keluarga, kolega,
perawat, profesi kesehatan lain, dan catatan (rekam medis) mungkin diperlukan.
Perencanaan
Rencana keperawatan lansia difokuskan pada kegiatan mencegah, meningkatkan,
mengurangi, atau menghilangkan masalah. Prioritas perawatan ditetapkan, tujuan klien
dan hasil yang diharapkan serta intervensi yang cocok dipilih.
Implementasi
Intervensi keperawatan pada lansia dapat mencakup peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan, dukungan psikososial, keamanan rumah, pengobatan mandiri, penyesuaian,
dan penghematan. Dalam intervensi, dukungan psikososial meliputi:
a. Komunikasi Terapeutik : merasakan dan menghargai keunikan klien.
b. Sentuhan : membuat nyaman lansia dengan menunjukkan rasa kasih sayang.
c. Orientasi Realitas : teknik komunikasi yang digunakan untuk membuat klien
menyadari waktu, tempat, dan orang. Tujuan orientasi realitas meliputi
mengembalikan perasaan terhadap realitas, meningkatkan tingkat kesadaran,
meningkatkan sosialisasi, meningkatkan fungsi kebebasan, dan meminimalkan
konfusi, disorientasi, serta regresi fisik.
d. Resosialisasi : membantu lansia memperluas jaringan sosial mereka.
e. Terapi Validasi : teknik pada lansia yang mengalami konfusi berat dan
disorientasi. Tujuannya adalah mengembalikan martabat dan harga diri serta
memvalidasi perasaan klien.
f. Pengenangan : mengingat kembali masa lalu untuk menetapkan arti baru terhadap
pengalaman terdahulu.
g. Intervensi Citra Tubuh : pentingnya lansia menampilkan citra yang diterima
sosial. Memang butuh sedikit usaha untuk membantu klien menyisir rambut,
membersihkan gigi, bercukur, atau mengganti pakaian.
Evaluasi
Perubahan sering kali lambat dan tidak terlihat sehingga evaluasi mungkin jarang
dilakukan. Tipe masalah, pembentukan tujuan, dan pengunaan intervensi menentukan
frekuensi evaluasi.
Perawatan Menjelang serta Saat Kematian
Proses keperawatan menjelang perawatan merupakan proses penting dalam melakukan
perawatan terhadap klien. Kegiatan ini dilakukan bertujuan 15 untuk (1) menghilangkan
atau megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2) mempertahankan rasa aman,
harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu kenyamanan fisik klien. Pada saat kondisi
terminal, perawat dan keluarga sangat berperan penting dalam proses kegiatan ini. Klien
dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses
penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan.
Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian Menurut Kubler–Ross (1969) dalam
buku “On Death and Dying” tahapan respon klien terhadap proses kematian adalah:
a. Penolakan (denial)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau
sedang terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar
sesuatu yang tidak diharapkan.
b. Marah (anger)
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa
dipertahankan. Rasa marah ini terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena
dapat dipicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan, sering
terjadi karena merasa tidak berdaya.
c. Tawar – Menawar (bargaining)
Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau
dosa masa lalu. Klien mencoba untuk melakukan tawarmenawar dengan tuhan
dengan cara diam atau dinyatakan secara terbuka.
d. Kesedihan Mendalam (depression)
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan
abadi dengan siapapun dan apapun.
e. Menerima (acceptable)
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan
kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai
perjalanan panjang.
Asuhan Keperawatan
Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis :
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan
pada klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia
pada kondisi terminal ini, klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga
yang terjadi bukanlah perawat memberikan dukungan, tetapi keluarga klien
membacakan doa-doa kepada klien.
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini,
perawat lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga
klien pun tidak cemas melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut.
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi
sendiri dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak
pihak keluarga yang datang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada
klien. Perawat lebih berfungsi untuk memberikan arahan kepada keluarga klien apa
yang harus dilakukannya ketika klien menghadapi respon respon tersebut.
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat
hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu
memotivasi keluarga klien.
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut.
Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental
dan spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya
apabila keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka
akan lebih memilih untuk berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat
diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien
meninggal di rumah klien, klien langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa
klien berada dalam kondisi terminal.
Gejala-gelala pada saat kondisi terminal:
a. Nafsu makan berkurang
b. Lesu
c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh
secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru.
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas
klien makin lama makin berkurang .
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi.
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan.
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara
nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5)
menyediakan obat-obatan esensial. Seperti itulah proses keperawatan pada pasien
terminal, perawat dan pihak keluarga pasien berkolaborasi dalam mencapai
kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang. Proses proses
perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan
kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan
klien, pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturalnursing.pdf
http://keperawatangun.blogspot.com/2007/07/stroke-non-hemoragik.html
diambang Kematian.
http://franciscasri.wordpress.com/2008/08/28/asuhankeperawatan-dalam
pendampingan-klien-diambang-kematian-care-of-thedying/
http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/perkembangan-lansia.pdf
Theories, Research and Practice. 3rd Edition. USA: Mc-Graw Hill Companies
http://aripristiana.com/2011/02/madeline-leininger.html
(diakses tanggal 22 Oktober 2011)
Potter, P.A. dan Perry, A.G. 2009. Fundamental of Nursing: Concepts, Process,
https://b302fikui.files.wordpress.com/2011/11/fg-5.pdf