Anda di halaman 1dari 44

Oleh : Dian Anisia W., S.Kep, Ns, M.

Kep
 Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing
Theory ( leininger , 1978)
 Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks
keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
 Leininger beranggapan penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien oleh perawat, bila tidak tjd. cultural
shock.
 Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan
 Hal ini menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi
 Leininger mendefinisikan “Transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang  berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan
menghargai prilaku caring, nursing care dan nilai sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah
laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of knowledge untuk kultur yang
spesifik dan kultur yang universal dalam keperawatan.

  Culture care adalah teori yang holistic karena meletakkan didalamnya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai
cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem professional.
Transcultural Nursing
 adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan
yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002)
 Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring
 Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh
 Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal
 Syok budaya dapat terjadi ketika anggota satu budaya secara mendadak dipindahkan ke
budaya atau lingkungan lain.
 Goncangan budaya berkenaan dengan seseorang yang tidak mampu memberikan respon yang
tepat pada budaya orang lain
 Syok budaya adalah status disorientasi atau tidak mampu berespons terhadap lingkungan
budaya yang berbeda karena keanehan, ketidak-familieran, dan ketidakcocokan yang tiba-tiba
dengan persepsi dan harapan orang asing (Leininger, 1978).
 Ekspresi syok budaya dapat berkisar dari diam dan imobilitas hingga agitasi.
 Aplikasi teori dalam transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan
apresiasi terhadap perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki
pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk
praktik keperawatn.
 Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan
universal kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang
dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang
diyakini dan dilakukan hamper semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh
sehat (leininger, 2002).
1. Membantu keluarga dengan budaya yang berbeda-beda untuk mampu memahami
kebutuhannya terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan.
2. Membantu perawat dalam mengambil keputusan selama pemberian asuhan keperawatan
pada keluarga melalui pengkajian gaya hidup, keyakinan tentang kesehatan dan praktik
kesehatan klien.
3. Asuhan keperawatan yang relevan dengan budaya dan sensitif terhadap kebutuhan klien
akan menurunkan kemungkinan stres dan konflik karena kesalahpahaman budaya.
a. Budaya
b. Nilai Budaya
c. Perbedaan Budaya
d. Etnosentris
e. Etnis
f. Ras
g. Etnografi
h. Care
i. Caring
j. Cultural care
k. Cultural Imposition
 Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
 Suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam
rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986)
 Wujud kebudayaan
 Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
 Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
dan individu yang mungkin kembali lagi .
 Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
 Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
 Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia.
 Ras adalah klasifikasi orang-orang berdasarkan karakteristik biologis, ciri genetik, atau
gambaran yang sama. Mereka memiliki karakteristik umum seperti warna kulit, struktur
tulang, gambaran wajah, tekstur rambut, dan golongan darah.
 Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan
dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya
 Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
 Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
 Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaandan
pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukungatau memberi
kesempatanindividu, keluarga atau kelompok untukmempertahankan kesehatan, sehat,
berkembang danbertahan hidup, hidupdalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
 Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang
dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
 Leininger (2002) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: manusia,
sehat, lingkungan dan keperawatan.
1. Manusia
2. Sehat
3. Lingkungan
4. Keperawatan
1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-
normayang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut
Leininger(1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saatdimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
 Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya,
terletakpada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan
dalamkonteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yangdapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yangsamayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrewand Boyle, 1995).
 Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan
,kepercayaan dan perilaku klien.
 Lingkungan dipandangs ebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya
salingberinteraksi.
 Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, social dan simbolik.
 Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim
 Lingkungan sosialadalah keseluruhan struktur sosial yangberhubungan dengan sosialisasi individu,
keluarga ataukelompok ke dalammasyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individuharusmengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
 Lingkungansimbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau
kelompokmerasa bersatu seperti musik, seni,riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
 Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yangdiberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
 Asuhan keperawatan ditujukan mendirikan individu sesuai dengan budaya klien.
 Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau
mempertahankan budaya, mengakomodasi atau negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti
budaya klien (Leininger, 1991).
 Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model)
 Geisser (1991)menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakanoleh perawat sebagai
landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (AndrewandBoyle, 1995).
 Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
 Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada ―Sunrise Model‖ yaitu :
 Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
 Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan
persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri.
 Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur
dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait.
 Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Kebijakan dan peraturan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
 Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
kebijakan KB, JAMKESMAS, ASKESKIN

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh.
 Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Latar belakang pendidikan klien dalam keluarga adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
 Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan anggota kelg, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

pelatihan PGPK untuk perawat 22 Juli 2008


 Diagnosa keperawatan adalah respon keluarga sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995)
 Diagnosa keperawatan transkultural yang paling banyak ditegakkan adalah

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur


2. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
 Mempertahankan budaya  Bila menguntungkan & tidak bertentangan
 Negosiasi budaya  akomodasi bila kurang menguntungkan
 Rekonstruksi budaya  ubah bila bertentangan dengan kesehatan
 Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangandengan
kesehatan.Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikansesuai dengan nilai-nilai yang
relevanyang telah dimiliki klien sehinggaklien dapat meningkatkan atau mempertahankan
statuskesehatannya,misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

 Intervensi :

1)Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
2)Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3)Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
 Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yanglebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan
yangberbauamis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

 Intervensi :

1)Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien


2)Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
 Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimilikimerugikan status
kesehatan.Perawat berupaya merestrukturisasi gayahidup klien yang biasanya merokok menjadi
tidakmerokok. Pola rencanahidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuaidengankeyakinan yang dianut.

 Intervensi :

1)Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya.
2)Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3)Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4)Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien
dan keluarga.
5)Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
 Self Awareness
 Nonjudgemental approach
 Client education
 Dilakukan terhadap keberhasilan individu/keluarga dalam mempertahankan budaya yang
sesuai dengan kesehatan, negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan dan restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai