Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rozaq Permana Yudha A.

H
NIM : 201211685
Kelas : 1A-S1 Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Velga Yazia, M. Kep

Komunikasi Multidisiplin
A. Pengertian
Komunikasi multidisiplin adalah komunikasi yang melingkupi seluruh aspek jalur
komunikasi penanganan dan perawatan pasien. Multidisiplin sendiri merupakan cara
pandang yang melibatkan minimal dua disiplin akademik untuk menyelesaikan suatu
masalah tertentu secara Bersama-sama, melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat.
Komunikasi multidisiplin juga dapat diartikan sebagai komunikasi yang kita
gunakan dalam bidang keperawatan dengan pasien agar pasien dan keluarga mengerti
tentang apa yang disampaikan mencakup keseluruhan dari tim medis, tim kesehatan,
klien dan keluarga pasien.
Komunikasi multidisiplin yang baik sangat penting bagi keberhasilan tim dalam
menangani dan merawat pasien. Oleh karena itu, setiap anggota tim dibekali dengan
pelatihan komunikasi agar setiap anggota tim memiliki keterampilan komunikasi sebagai
bagian dari upaya penanganan dan perawatan pasien.
Menurut Wywialowski (2004 : 135), multidisipilin atau multidisipliner mengacu
pada tim dimana sejumlah orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam
suatu proyek namun masing-masing individu bekerja secara mandiri.

B. Cara-cara Melakukan Komunikasi Multidisiplin


Terdapat beberapa cara melakukan komunikasi multidisiplin dalam keperawatan
yang dapat diterapkan dengan pasien, antara lain :
1. Menciptakan Hubungan Interpersonal yang baik
Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah penting dalam
upaya penanganan dan perawatan pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa
komunikasi dan hubungan baik antara pasien dan anggota tim memberikan
dampak positif pada kepuasan pasien, pengetahuan dan pemahaman,
kepatuhan terhadap program pengobatan dan hasil kesehatan yang terukur.
2. Bertukar Informasi
Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak mungkin informasi
dari pasien agar dapat mendiagnosadengan tepat jenis penyakit yang di derita
pasien dan merumuskan rencana penanganan dan perawatan. Bagi pasien,
pasien perlu mengetahui, memahami, merasa dikenal dan dipahami oleh
anggota tim lain. Untuk itu kedua belah pihak perlu melakukan komunikasi
dua arah sebagai upaya untuk saling bertukar informasi.
3. Mendengar secara Aktif dan Penuh Perhatian
Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah salah satu penyebab
keberhasilan dalam komunikasi. Perawat sebagai anggota tim bertanggung
jawab dalam memberikan perhatian dan memobilisasi semua indera untuk
mempersepsi semua pesan verbal maupun non verbal yang diberikan oleh
pasien.

Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, perawat dapat


menilai segala situasi dan semua masalah yang dihadapi pasien. Selain itu,
perawat juga dapat meningkatkan harga diri pasien dan mengintegrasikan
diagnose keperawatan dan proses keperawatan.
4. Penggunaan Bahasa yang Tepat
Informasi yang diberikan selama proses konsultasi, penanganan dan
perawatan pasien perlu dilakukan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh
pasien dan anggota keluarga pasien. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam
proses konsultasi, penanganan dan perawatan pasien hendaknya tidak
menggunkan jargon dan istilah teknis kesehatan kecuali dijelaskan secara
komprehensif.
5. Bahasa Tubuh dan Penampilan
Bahas tubuh dan penampilan dalam komunikasi hendaknya menjadi bahan
pertimbangan dan perlu diperhatikan dengan baik. Berbagai komunikasi non
verbal yang disampaikan seperti postur tubuh, gaya dan perilaku dapat
berdampak pada kemajuan dan hasil konsultasi antara pasien dan anggota tim.
Untuk itu, bahasa tubuh yang ditampilkan selama proses konsultasi harus
ditampilkan secara lengkap dan fokus pada pasien.
6. Bersikap Jujur
Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam komunikasi
keperawatan. Anggota tim seperti perawat harus bersikap jujur agar diskusi
atau konsultasi yang dilakukan tidak menimbulkan kecurigaan, keraguan dan
kesalah pahaman. Jika ada kebutuhan untuk diskusi yang terpisah dengan
anggota keluarga pasien maka harus diadakan dengan menggunakan Teknik
komunikasi teraupetik seperti hati-hati, memperhatikan tempat diskusi dan
waktu yang tepat.
7. Memperhatikan Kebutuhan Pasien
Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
komunikasi pasien. Beberapa orang pasien hanya ingin didengar tanpa banyak
penjelasan dan beberapa pasien lainnya ingin mengetahui penjelasan yang
lengkap tentang penyakit yang diderita. Perawat harus dapat mendeteksi setiap
apa yang diinginkan pasien.
8. Mengembangkan Sikap Empati
Empati merupakan salah satu karakteristik komunikasi teraupetik. Yang
dimaksud dengan empati adalah perawat dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh pasien. Dalam artian, perawat harus dapat memposisikan dirinya pada
posisi diri pasien.

Anda mungkin juga menyukai