Anda di halaman 1dari 5

5 MOMENT MENCUCI TANGAN MENURUT WHO

Hasil penelitian yang dilakukan di RSCM pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 85,7 % infeksi
nosokomial dapat dikendalikan jika petugas medis selalu mencuci tangan.
Pertanyaannya, kapan saat-saat penting petugas medis wajib mencuci tangan memakai sabun?
Simak penjelasan berikut ini.
1. Sebelum menemui pasien
Sebelum menemui pasien, mungkin banyak aktivitas lain yang dilakukan oleh petugas medis.
Untuk menjamin kebersihan tangan, maka petugas medis wajib mencuci tangan memakai sabun
sebelum menemui pasien.
2. Setelah menemui pasien
Pasien yang anda tangani memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk menularkan kuman
kepada anda sebagai petugas medis. Oleh karena itu, untuk menghindari interaksi kuman, anda
wajib mencuci tangan memakai sabun setelah menemui pasien.
3. Setelah melakukan tindakan medis
Saat melakukan tindakan medis, peluang anda sebagai petugas medis untuk tertular kuman

sangat besar. Mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan tindakan medis adalah langkah
yang tepat.
4. Setelah menyentuh lokasi perawatan pasien
Sumber kuman bukan hanya pada tubuh pasien, melainkan juga pada lokasi perawatan pasien
mulai dari selimut yang digunakan, alat-alat makan, bantal, dan sebagainya. Saat anda
menangani pasien, terkadang anda tidak dapat menghindarkan diri menyentuh lokasi perawatan
pasien. Oleh karena itu, cucilah tangan anda memakai sabun setelah menyentuh lokasi perawatan
pasien.
5. Setelah membersihkan peralatan medis
Meski anda tidak terlibat penanganan medis secara langsung, tetapi anda membersihkan
peralatan medis, anda tetap wajib untuk mencuci tangan menggunakan sabun. Kemungkinan
kuman tertinggal di peralatan medis dan berpindah ke tangan anda sangat besar. (Kabar24/nel

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) atau


IPSG

Gambaran Umum :
SKP ---> Syarat mayor dalam akreditasi KARS
Maksud dari SKP : mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien
SKP : menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam Yankes
dalam kompetensi dokter sudah muncul, di beberapa perguruan tinggi kedokteran di indonesia
baru ada 3 yang mengajarkan patient safety.
1) SKP 1
Kebijakan dgn/atau prosedur, dua cara untuk mengidentifikasi pasien : menggunakan
gelang identitas pasien, identifikasi dua diantara dua identitas
Pointnya adalah :
Salah identifikasi ---> salah memberi obat, salah tindakan, salah transfusi, salah hasil lab/PA-->
Pasien cedera, citra buruk, tuntutan---> solusi : ketelitian identifikasi di semua lini pelayanan.

identifikasi : nama pasien (dua nama), No Rekam medis, tanggal lahir, dilarang identifikasi dgn
kamar pasien atau lokasi.
Gelang pasien : biru : laki-laki, pink : perempuan, merah : alergi, kuning : Risiko Jatuh

Saat Pemasangan gelang oleh petugas :


- Jelaskan manfaat gelang pasien
-Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang, dll
-Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan atau memberi obat,
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang

Petugas harus melakukan identifikasi pasien saat :


- Pemberian obat
-Pemberian darah/produk darah
-Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
Sebelum memberikan pengobatan
-Sebelum memberikan tindakan
Satpam dan cleaning service harus mengetahui mengenai gelang identitas, sebagai
contoh pasien sedang berjalan-jalan di rumah sakit menggunakan gelang tertentu, maka
satpam akan membantu memberikan pelayanan.
2) SKP II
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan terjadi pada saat :
- Perintah diberikan secara lisan, sebaiknya prosedur lisan/lewat telepon : Tulis lengkap, baca
ulang-Spelling (untuk LASA---> contoh obat High alert PHENOBARBITAL dan
PENTOBARBITAL) , reconfirm (lisan dan tanda tangan). Pengecekan di sini adalah petugas
harus mendemonstrasikan tehnik SBARR. Harus ada prosedur terkait penyampaian informasi
secara lisan. Jika pemberian informasi melalui SMS, ada kelemahan, yaitu SMS bisa delay, hal
ini bisa disiasati dengan mengkonfirmasi ulang melalui telepon.
3) SKP III
-Obat yang perlu diwaspadai : obat yang sering menyebabkan KTD atau kejadian sentinel.

-Obat yang perlu diwaspadai : NORUM/LASA, Elektrolit konsentrat---> obat mata banyak yang
LASA. Kasus di AS banyak yang meninggal penggunaan KCL. KCL sebaiknya ada di unit
farmasi saja, terkecuali penempatan di unit lain aman dan terkontrol.
4) SKP IV
Sasaran : Kepastikan tepat-lokasi, tepar-prosedur, tepat-pasien operasi.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepatprosedur dan tepat pasien. Penyebab kesalahan terjadi karena :
-Komunikasi yang tidak efektif
-Kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
-Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi
-Penelaahan ulang catatan medis tidak adequat
-Tulisan/resep yang tidak terbaca
Penandaan Lokasi Operasi :
-Penandaan dilakukan pada semua kasus
-Perlu melibatkan pasien
-Tak mudah luntur terkena air
-Mudah dikenali
-Digunakan secara konsisten di RS
-Dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan
-Dilaksanakan saat pasien sadar dan terjaga
Tahap timeout :
- Memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
-Dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai
-Melibatkan seluruh tim operasi

Memiliki daftar singkatan yang dilarang.


Tools yang digunakan terkait patient safety adalah surgical Safety Checklist /Time Out. (dari
WHO). Dalam kondisi CITO pun harus dilakukan time out.

Anda mungkin juga menyukai