Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

UJI PRAKLINIK

Disusun Oleh :

1. Agusti Izatul Aini (F120155003)


2. Ana Nurul Fitriyani (F120155005)
3. Husna Lathifatul Hilma (F120155011)
4. Ima Alimatul Habibah (F120155010)
5. Kurniawati Noor (F120155013)
6. Noor Elvina Lailatul F (F120155022)
7. Ridyasari Kamela Devi (F120155026)
8. Uswatun Khasanah (F120155029)
9. Zahrotul Muawanah (F120155031)
10.Muhammad Junaedi (F120155044)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Kudus 59316, Jawa Tengah, Indonesia
Telp : (0291) 437 218/442993

TAHUN 2016/2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
1) Uji Praklinik ....................................................................................... 3
a) Analisis Hayati ............................................................................. 3
b) Cuplikan Hayati ............................................................................ 5
c) Organ Terisolir .............................................................................. 6
2) Parameter Farmakologi ...................................................................... 9
a) Efek Dose ...................................................................................... 9
b) Lethal Dose ................................................................................... 9
c) Indeks Terapi ................................................................................. 9
d) Kadar Hambat Minimum .............................................................. 10
e) Kadar Bunuh Minimum ................................................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip dasar pengobatan adalah menghilangkan gejala dan juga
menyembuhkan penyakit, serta jika mungkin mencegah timbulnya
penyakit. Dalam prinsip dasar ini tercakup pula ketentuan bahwa manfaat
klinik obat yang diberikan harus melebihi risiko yang mungkin terjadi
sehubungan dengan pemakaiannya. Untuk dapat menilai secara objektif
manfaat dan keamanan suatu obat dieprlukan pengetahuan mengenai
metodologi uji praklinik dan uji klinik, yaitu merupakan suatu perangkat
metodologi ilmiah untuk menilai manfaat klinik suatu obat atau perlakuan
terapeutik tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat
memberikan pengaruh yang tidak dikehendaki baik individual maupun
populasi.
Uji farmakologi merupakan salah satu persyaratan uji untuk calon
obat. Dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi)
dan profil farmakokinetika (meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminaso obat) calon obat. Hewan yang baku digunakan adalah jalur
tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster. Hewan-hewan ini
sangat berjasa bagi pengembangan obat.
Dari pengamatan uji pra klinik dengan subyek hewan uji ini dapat
dipakai acuan untuk menentukan apakah obat dapat diteruskan dengan uji
pada manusia atau tidak. Untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan
telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat
obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line,
uji antimikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi
dan lain-lain untuk menggantikanuji khasiat pada hewan. Dengan
demikian dimasa yang akan datang perlu dikembangkan uji toksisitas
secara in vitro. Uji Praklinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat

1
menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan ataukah tetap aman
dipakai. Karena itulah penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk
mengevaluasi berbagai aspek antara lain:
 Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau
kronis
 Kerusakan genetik
 Pertumbuhan tumor
 Kejadian cacat waktu lahir.
Untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan telah
dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat
contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji
antimikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan, uji antiinflamasi
dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan. Dengan
demikian dimasa yang akan datang perlu dikembangkan uji toksisitas
secara in vitro.
Dengan menguasi materi topik ini, mahasiswa diharapkan dapat
memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menilai secra kritis
kemanfaatan dan keamanan suatu obat baru.

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan di bahas didalam
makalah ini antara lain yaitu :
a. Apa saja yang dilakukan didalam proses uji praklinik ?
b. Apa saja parameter farmakologi dalam uji praklinik ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain yaitu :
a. Mahasiswa mengetahui proses yang dilakukan dalam proses uji
praklinik
b. Mahasiswa dapat mengetahui parameter farmakologi yang ada didalam
proses uji praklinik

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Uji Praklinik
Uji praklinik merupakan proses uji suatu senyawa yang baru
ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis) terlebih dahulu diuji dengan
serangkaian uji farmakologi pada hewan. Sebelum calon obat baru ini
dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu yang cukup panjang
untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik, farmasetika, dan
efek toksiknya pada hewan uji. Serangkaian uji praklinik yang dilakukan
antara lain:
 Uji farmakodinamik
Untuk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efek
farmakologik seperti yang diharapkan atau tidak, titik tangkap, dan
mekanisme kerjanya. Dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro.
 Uji Farmakokinetik
Untuk mengetahui ADME (Absorpsi, Distribusi, Metabolisme dan
Eliminasi) serta merancang dosis dan aturan pakai
 Uji Toksikologi
Mengetahui keamanannya
 Uji Farmasetika
Memperoleh data farmasetikanya, tentang formulasi, standarisasi,
stabilitas, bentuk sediaan yang paling sesuai dan cara penggunaannya.
a) Analisis hayati
Analisis hayati merupakan analisis baik secara kualitatif maupun
kuantitatif suatu bahan obat, sediaan obat, maupun wadah obat dengan
melibatkan sistem hayati. Sistem hayati yang digunakan bervariasi, dapat
berupa hewan utuh maupun organ terisolir.
Uji hayati dibagi menjadi 2, yaitu:
i. analisis hayati kuantitatif: meliputi tentang hubungan dosis
respon, baik dan efek quantal maupun efek gradual.

3
ii. analisis hayati kualitatif: meliputi uji pirogen, uji sterilitas, uji
mikroba, uji toksisitas, dan penetapan angka antigen.
Penetapan hayati dengan hewan percobaan bisa dilakukan dengan
hewan utuh maupun dengan mengambil bagian khusus dan hewan uji
(organ terisolasi). Kelebihan penggunaan hewan utuh dibanding organ
terisolasi yaitu:
 Pada hewan utuh (whole animal) memberikan overall/net effect
dari suatu obat karena obat telah mengalami peristiwa
o Absorpsi
o Distribusi
o Metabolisme
o Ekskresi
Seperti halnya saat digunakan pada manusia. Faktor koreksi karena
perbedaan kondisi percobaan diharapkan tidak terlalu besar. Penggunaan
organ terisolasi juga memiliki keuntungan dibanding uji dengan hewan
utuh, antara lain yaitu :
 efek obat bisa langsung pada tempat sasaran
 dibutuhkan dosis yang lebih kecil untuk menimbulkan efek
Jenis-jenis hewan uji yang sering digunakan dalam percobaan
analisis hayati, antara lain yaitu :
 Mencit
 Tikus
 Marmot
 Kelinci
 Merpati
 Kucing
 Anjing
 Domba

4
Syarat-Syarat Media Hidup:

 Hewan Utuh: strain dan jenis kelamin sama, berasal dan biakan
murni, berat badan seragam
 Organ Terisolir: berasal dan satu binatang, biakan murni dan
persyaratan lain sama dengan hewan utuh.
 Mikroorganisme: dipilih yang sesual dengan tujuan penelitian;
berasal dan biakan murni; satu strain; pembiakan., pemeliharaan
dan penyimpanan memenuhi standar baku

Alternatif Biakan Murni:

 Diketahui asal usulnya


 Bersumber dari satu induk
b) Cuplikan hayati
Cuplikan hayati merupakan cairan yang diambil dari sistem hayati,
dapat berupa darah, urin, saliva yang bertujuan untuk mengetahui kadar
suatu obat dengan metabolitnya dalam bentuk yang utuh.

Cuplikan hayati yang sering diambil dalam uji farmakologi,


farmakokinetika, dan toksikologi, meliputi darah, urin dan berbagai organ
tubuh seperti lambung, usus, hati, limfa, pankreas, ginjal, usus, uterus,
ovarium, testis, jantung, paru, tiroid, dan otak. (Nurrochmad, dkk, 2011)

Cuplikan hayati yang paling sering dipergunakan di dalam


penelitian farmakokinetika adalah darah atau urin. Jika mungkin,
penetapan kadar obat tak berubah pada cuplikan darahlah yang menjadi
pilihan pertama. Pertama, karena darah merupakan tempat yang paling
cepat dicapai obat dan paling logis bagi penetapan kadar obat didalam
badan. Paling logis karena darahlah yang mengambil obat dari tempat
absorpsi, mendistribusikan ke jaringan sasaran, serta menghantarkan ke
organ eliminasi. Kedua, bagi kebanyakan obat, bentuk obat tak berubah
merupakan senyawa yang memiliki aktivitas farmakologik. Karenanya,

5
penetapan kadar pada cuplikan darah akan memberikan suatu indikasi
langsung berapa kadarnya yang mencapai sirkulasi. Jika tidak ada metode
penetapan kadar obat dalam darah yang tersedia, atau jika level darah pada
pemberian dosis normal, sangat rendah untuk dapat ditetapkan dengan
tepat, maka penetapan kadar obat pada cuplikan urin merupakan
alternatifnya. Sebenarnya penggunaan cuplikan urin dapat lebih baik dari
pada darah, terutama jika obat diekskresikan kedalam urin secara
sempurna dalam bentuk tak berubah. Karena selain data urin mengukur
langsung jumlah obat yang berada di dalam badan, juga karena variabilitas
clearance renal dapat diabaikan. Keterbatasan penggunaan cuplikan urin
di antaranya karena sulitnya pengosongan kandung kencing, kemungkinan
terjadinya dekomposisi obat selama penyimpanan, dan kemungkinan
terhidrolisnya konyugat metabolit yang tidak stabil di dalam urin, sehingga
dapat mempengaruhi jumlah total obat dalam bentuk tak berubah yang
dieksresikan pada waktu tak terhingga. Akibatnya dapat terjadi kesalahan
penafsiran terhadap harga ketersediaan hayati obat yang diteliti . (Donatus,
2000)

c) Organ terisolir (In-Vitro)


Percobaan hayati organ terisolasi sering disebut dengan organ
terpisah atau in-vitro, yaitu merupakan percobaan yang dilakukan
terhadap organ tertentu dari hewan percobaan yang dilakukan secara
terpisah/diluar tubuh hewan percobaan tersebut. Percobaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas organ tersebut terutama yang
dapat dimanifestasikan dengn gerak, sehingga menghasilkan suatu
grafikyang dapat diukur secara kuantitatif. Percobaan organ terisolasi ini
biasanya meliputi kontraksi dan relaksasi dari suatu organ yang dapat
menghasilkan grafik/pola dan dapat direkam dengan melalui suatu
recorder. Dalam percobaan in-vitro ini memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan, antara lain yaitu :

6
1. Kelebihan
i. Efek obat lebih spesifik untuk suatu organ
ii. Dapat diketahui letak/jenis reseptornya
2. Kelemahan
i. Tidak 100% menggambarkan keadaan in-vitro, karena:
1. Tidak adanya suply darah ke organ
2. Sisten faali berubah (enzim, syaraf)
3. Bila teknik preparasi kurang cermat hasil tidak valid karena
timbul variable baru yang tak terkendali, misalnya: larutan
garam fisiologis tidak sesuai, kurang oksigen, preparasi organ
terlalu lama sehingga banyak sel yang mati, suhu tidak
sesuai.
a. Jenis-jenis larutan fisiologis untuk uji
Beberapa contoh garam fisiologis yang digunakan untuk uji
menggunakan organ terisolasi:
 Frog ringer, digunakan untuk jaringan amfibi
 Krebs ringer, digunakan untuk jaringan mamalia
 Tyrode solution, digunakan untuk jaringan intestine
 Locke ringer, digunakan untuk otot jantung
 Solutio de Jalon, digunakan untuk jaringan uterus
b. Prinsip preparasi jaringan secara umum dan prinsip kerja
1. Prinsip prosedur penetapan
a. penyiapan larutan fisiologis
b. preparasi jaringan
c. perlakuan dan pencatatan respon
d. pengolahan data
e. valuasi dan pengambilan kesimpulan
2. Prinsip preparasi jaringan secara umum
a. hewan uji dikorbankan secara fisik, dan diletakkan pada
papan fiksasi, dibuka badannya, dan diambil organ atau
jaringan yang diperlukan

7
b. preparat dibersihkan dan jaringan lain yang tidak dikehendaki
c. pencucian jaringan:
d. menggunakan larutan fisiologis yang sesuai
e. over flow, larutan sekali pakai dan langsung dibuang
f. intestine, jaringan sangat lunak sehingga harus hati-hati untuk
menghindari penekanan mekanik
g. perlu diperhatikan alat-alat yang digunakan karena jaringan
sensitive terhadap logam (Cu, Mg dan Fe) sehingga
disarankan digunakan stainless steel, platina atau yang lain
h. organ diikat dengan benang dan dipasang pada kait yang
tersedia penting untuk diperhatikan, temperature dan aliran
gas untuk menjaga kondisi organ tetap baik
c. Jenis-jenis jaringan yang sering digunakan untuk uji organ
terisolasi yaitu: thoracic aorta pada kelinci, ileum, trachea marmot,
fundus strip dari tikus dan jantung terisolasi dari kelinci.
d. Cara Pengambilan:

Pengambilan darah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Pegang tikus sesuai cara pengambilan darah yang benar


 Ambil pipa kapiler dan siapkan tabung penampung darah
berheparin atau non heparin
 Tusukkan kapiler perlahan-lahan pada vena optalmikus yang
terdapat di sudut mata
 Putar kapiler perlahan lahan sampai darah keluar
 Tampung darah yang keluar pada tabung
 Setelah volume darah dianggap cukup, cabut pipa kapiler dan
bersihkan sisa darah yang terdapat di mata dengan kapas steril
 Preparasi sampel darah dengan pemusingan dalam bentuk
serum atau plasma di almari es -20oC, sampai penetapan
dikerjakan.

8
Pengambilan darah tikus juga dapat diambil melalui vena
lateralis ekor tikus.

2. Parameter Farmakologi

a. Efektif dose
Dosis Efektif adalah dosis yang menimbulkan efek yang
dikehendaki. Misalnya: ED 50 adalah dosis yang menimbulkan efek
yang dikehendaki pada 50% individu (hewan percobaan). ED 50
disebut juga dosis terapi median atau dosis efektif median.
b. Lethal dose
Dosis Letal adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50%
dari individu (hewan percobaan). Misalnya: LD 50 adalah dosis yang
menyebabkan kematian sebanyak 50% dari hewan percobaan. LD 50
disebut juga dosis letal median.
LD50 adalah salah satu cara untuk mengukur potensi jangka
pendek keracunan (toksisitas akut) dari suatu material. Toksikologi
dapat menggunakan berbagai jenis hewan, tetapi paling sering
pengujian dilakukan dengan tikus dan tikus. Hal ini biasanya
dinyatakan sebagai jumlah bahan kimia dikelola (misalnya, miligram)
per 100 gram (untuk hewan yang lebih kecil) atau per kilogram (untuk
ujian mata pelajaran lebih besar) dari berat tubuh hewan uji. LD50
dapat ditemukan untuk setiap rute entri atau administrasi tetapi kulit
(dioleskan pada kulit) dan oral (diberikan melalui mulut) metode
administrasi adalah yang paling umum.

c. Indeks terapi
Indeks terapeutik adalah suatu ukuran keamanan obat karena nilai
yamg besar menunjukkan bahwa terdapat suatu batas yang luas / lebar
di antara dosis – dosis yang efektif dan dosis yang foksik. Indeks
terapeutik ditentukan dengan mengukur frekuensi respon yang
diinginkan dan respon toksik pada berbagai dosis obat. Indeks

9
terapeutik suatu obat adalah rasio dari dosis yang menghasilkan
tolensitas dengan dosis yang menghasilkan suatu respon yang efektif.
Indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam pernyataan berikut :

Indeks terapi = TD50


ED50

Obat ideal menimbulkan efek terapi pada semua pasien tanpa


menimbulkan efek toksik pada seorang pun pasien

d. Kadar hambat minimum


Kadar hambat minimum atau minimum concentration adalah kadar
minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
e. Kadar bunuh minimum
Kadar bunuh minimum merupakan konsentrasi terendah antibiotik
yang dapat membunuh 99,9% dari inokulum bakteri.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Uji praklinik merupakan proses uji suatu senyawa yang baru
ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis) terlebih dahulu diuji dengan
serangkaian uji farmakologi pada hewan. Uji praklinik meliputi Analisis
Hayati, Cuplikan Hayati, Organ Terisolir dan Parameter Farmakologi.
Sedangkan parameter farmakologi sendiri meliputi Efek Dosis, Lethal
Dosis, Indeks Terapi, Kadar Humble Minimum dan Kadar Bunuh
Minimum.
Uji Praklinik
 Analisis hayati merupakan analisis baik secara kualitatif maupun
kuantitatif suatu bahan obat, sediaan obat, maupun wadah obat dengan
melibatkan sistem hayati.
 Cuplikan hayati merupakan cairan yang diambil dari sistem hayati,
dapat berupa darah, urin, saliva yang bertujuan untuk mengetahui
kadar suatu obat dengan metabolitnya dalam bentuk yang utuh.
 Percobaan hayati organ terisolasi sering disebut dengan organ terpisah
atau in-vitro, yaitu merupakan percobaan yang dilakukan terhadap
organ tertentu dari hewan percobaan yang dilakukan secara
terpisah/diluar tubuh hewan percobaan tersebut.
 Parameter Farmakologi
a. Dosis Efektif adalah dosis yang menimbulkan efek yang
dikehendaki.
b. Dosis Letal adalah dosis yang menyebabkan kematian pada 50%
dari individu (hewan percobaan).
c. Indeks terapeutik adalah suatu ukuran keamanan obat karena nilai
yamg besar menunjukkan bahwa terdapat suatu batas yang luas /
lebar di antara dosis – dosis yang efektif dan dosis yang foksik.

11
d. Kadar hambat minimum atau minimum concentration adalah kadar
minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri.
e. Kadar bunuh minimum merupakan konsentrasi terendah antibiotik
yang dapat membunuh 99,9% dari inokulum bakteri

12
DAFTAR PUSTAKA

dokumen.tips/documents/6-hewan-ujippt.html#
http://documents.tips/documents/uji-klinik-praklinik.html
http://elisa.ugm.ac.id
www.slideshare.net/31081995/makalah-hewan-laboratorium-cara-
pengambilan-dalah-pada-mencit

13

Anda mungkin juga menyukai