Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN
KOMPLEMENTER
WET CUP THERAPY

Oleh :
B 13- A

I Wayan Sukartika Yasa


203221128

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas Waranugraha
Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Wet Cup Therapy” ini tepat pada
waktunya.

Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak yang membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Denpasar, 1 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL……………………………………..………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………..………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………...………………….. iii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang …………………………………………….….. 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 3


1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 P engertian Wet Cup therapy…………...................................... 4
2.2 Konsep Wet Cup Therapy………...………………………….. 4

2.3 Biofisiologi ………..………….................................................. 6


2.4 Teknik Wet Cup Therapy…..…................................................. 12
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Wet Cup Theraphy........................ 14
2.6 Evaluasi Wet Cup Theraphy…................................................... 15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................ 16
3.2 Saran ......................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk menangani
berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai pengobatan
alternatif. Terapi komplementer tidak dilakukan dengan tindakan bedah dan obat
komersial yang diproduksi secara masal, namun biasanya menggunakan berbagai jenis
terapi dan obat herbal. Keberhasilan obat alternatif komplementer telah teruji oleh
penelitian yang membuktikan bahwa terapi ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit
dan mual. Namun, tidak semua jenis terapi alternatif telah teruji melalui penelitian.
Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta o rang
yang mengunjungi prakt ik konvensional (Smith et al., 2004).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam
diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat unt uk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualit as
hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek
samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi salah
satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak
sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan
terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian t erhadap
terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan
masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih
alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini

4
perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang
telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawat an yang memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik
pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai
bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari
praktik keperawatan. Misalnya teo ri Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi,
chikung, dan reiki.
Pengobatan alternatif/pengobatan tradisional semakin banyak diminati oleh
masyarakat. Selain di Indonesia, pengobatan alternatif juga banyak diminati oleh
masyarakat di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Hill (2003), penggunaan pengobatan
komplementer dan alternatif (CAM= Complementary and Alternative Medicine) akhir-
akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia
Biomedis kesehatan. Survei menunjukkan bahwa penggunaan CAM ada sekitar sepertiga
dari penduduk Inggris (Ernst, 1996) dan sedikit lebih tinggi di Amerika Serikat (Wootton
dan Sparber, 2001).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pengertian Wet Cup Theraphy?
2. Bagaimana Konsep Wet Cup Therapy?
3. Bagaimana Biofisiologi pada Wet Cup Theraphy?
4. Bagaimana Teknik Refleksi pada Wet Cup Theraphy?
5. Bagaimana Indikasi dan kontraindikasi pada Wet Cup Theraphy?
6. Bagaimana Evaluasi Refleksi pada Wet Cup Theraphy?

5
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.
Jawaban dari pertanyaan tersebut sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Wet Cup Theraphy
2. Untuk mengetahui Konsep Wet Cup Therapy
3. Untuk mengetahui Biofisiologi pada Wet Cup Theraphy
4. Untuk mengetahui Teknik Refleksi pada Wet Cup Theraphy
5. Untuk mengetahui Indikasi dan kontraindikasi pada Wet Cup Theraphy
6. Untuk mengetahui Evaluasi Refleksi pada Wet Cup Theraphy

1.4 MANFAAT PENULISAN


Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis
a. Untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengetahui mengenai Konsep Wet
Cup Theraphy.
2. Bagi pembaca:
a. Untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengetahui mengenai Konsep Wet
Cup Theraphy.
b. Sebagai media informasi.
c. Sebagai media pembelajaran.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Wet Cup Theraphy


Cupping therapy mempunyai beberapa sebutan, seperti canduk, canthuk, kop, atau
membakar di Eropa disebut fire bottle, dalam bahasa Mandarin disebut pa hou
kuan dalam bahasa Arab disebut hijamah. Kata ini berasal dari kata al-hijm yang
berarti pekerjaan menghisap aatau menyedot, yaitu membekam. Al-Hajjam berarti
ahli bekam. Al-mihjam atau almihjamah merupakan alat untuk membekam, yang
berupa gelas untuk menampung darah yang dikeluarkan dari kulit, atau gelas untuk
mengumpulkan darah hijamah. Menurut bahasa, cupping theraphy berarti menghisap.
Menurut istilah, cupping theraphy berarti peristiwa penghisapan kulit, penyayatan, dan
mengeluarkan darah dari permukaan kulit yang kemudian ditampung dalam gelas
(Qureshi et al. 2017).
Definisi cupping theraphy/ bekam telah didefinisikan berbeda diprakik pengobatan
tradisional dan komplementer dari berbagai peradaban, namun elemen umum diantara
kegunaannya adalah mengeluarkan zat beracun (detoksifikasi) dari tubuh dengan
menciptakan tekanan negative dalam cangkir (El Sayed SM et al. 2014).

2.2 Konsep Wet Cup Theraphy


Pengertian bekam sendiri adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan
darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan
kulit ari. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah Oxidant Release Therapy
atau Oxidant Drainage Therapy atau istilah yang lebih populer adalah detoksifikasi
(Kasmui, 2011). Bekam sendiri terbagi empat macam, yaitu bekam kering, bekam
seluncur, bekam tarik dan bekam basah. Banyak penyakit yang dikatakan dapat
disembuhkan dengan terapi bekam ini, seperti penyakit hipertensi, kolestrol, asam
urat, stroke, anemia, radang paru- paru, ginjal, dibetes mellitus, astma, tumor,
kanker, migraine, hepatitis dan lain-lain (Zhen, 2011). Walaupun saat ini terapi
bekam telah banyak dipilih masyarakat sebagai terapi penyembuhan, namun ada pula
sebagian orang yang ragu atau takut dilakukan bekam. Ketakutan dan keraguan
akan bekam sebagian besar disebabkan dari proses bekam yang dibayangkan akan
menyakitkan karena dilakukan perlukaan dan pengeluran darah melalui sayatan serta
keamanan yang didapat dari terapi ini. Terapi bekam akan memberikan banyak

7
manfaat jika dilakukan menggunakan prosedur dan tehnik yang benar karena
bekam hanya memiliki efek samping minimal (Erakita, 2011).
Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan metode bekam adalah
penyakit gout. Gout adalah suatu proses inflamasi karena adanya pengendapan kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi yang ditandai dengan meningkatnya konsentrasi
asam urat (Misnadiarly, 2007). Asam urat sendiri merupakan produk akhir dari
penghancuran purin, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti
sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada
semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-
kacangan) atau hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Pada pemeriksaan laboratorium,
asam urat tergolong normal bila pria dibawah 7 mg/dl dan wanita dibawah 6 mg/dl
(Misnadiarly, 2007).
Jumlah penderita asam urat dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Penyakit gout
dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia (Price dan Wilson, 2005).
Prevalensi gout di Amerika serikat dalam 1000 kasus dan 10% kasus gout terjadi pada
hiperurisemia sekunder (Walker dan Edward, 2003). Peningkatan prevalensi diikuti
dengan meningkatnya usia, khususnya pada laki-laki (Dipiro et al., 2005). Manifestasi
gout tidak terbatas pada sendi, namun juga menimbulkan gangguan fungsi ginjal hingga
kondisi gagal ginjal kronik. Sekitar 90% pasien gout primer adalah laki-laki yang
umumnya yang berusia lebih dari 30 tahun, sementara gout pada wanita umumnya terjadi
setelah menopause (Tierney et al., 2004).
Cara bekam menyembuhkan asam urat dilakukan dengan bekam basah, cara dengan
mengeluarkan darah kotor pada titik-titik yang berkaitan dengan sendi atau lokasi yang
sakit. Menurut Dr. Abu Hana (2011) bekam untuk asam urat dilakukan pada titik prosesus
spinosus pada belakang lehel, kedua bahu dan daerah punggung setinggi ginjal kanan dan
kiri hal ini dimaksudkan untuk merangsang sistem sirkulasi darah melalui persyarafan.
Selain itu juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi ginjal sehingga dapat memetabolisme
dan membuang kelebihan asam urat dengan lebih baik. Setelah itu bekam dilakukan di
sekitar tungkai/kaki agar aliran darah menjadi lebih lancar sehingga perfusi sel-sel dan
jaringan diupayakan menjadi optimal sekaligus merangsang syaraf- syaraf agar bisa
berfungsi dengan baik.
Bekam basah adalah metode pengobatan alternatif dengan cara mengeluarkan darah
yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari.
Pengobatan ini banyak digunakan oleh masyarakat karena lebih murah, langsung, dan

8
bersahabat, serta pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa pengobatan dengan
bahan kimia sintetis selain dapat mengobati suatu penyakit, juga menimbulkan penyakit
bawaan yang lain sebagai efek samping buruk dari bahan kimia.
Terapi bekam adalah metode perawatan alternatif yang melibatkan pemasangan
mangkuk pada tubuh. Mangkuk yang digunakan dapat bermacam-macam mulai dari
mangkuk kaca, bambu, silikon, dan tembikar atau tanah liat. Mangkuk yang dipasang
pada tubuh akan menciptakan hisapan yang akan membuat peredaran darah Anda menjadi
lebih sehat dan lancar. Asupan darah yang meningkat cukup dipercaya dapat membuat
tubuh berfungsi lebih baik. Kondisi tersebut juga dapat membuat proses penyembuhan
pada beberapa bagian tubuh tertentu menjadi lebih cepat, apapun penyakitnya.
Bekam basah (Fatahillah, 2006, p. 43; As sufi, 2006, p. 112) yaitu bekam dengan
sayatan atau tusukan dengan mengeluarkan darah statis atau darah kotor. Dengan
Manfaat-manfaat (“tutoring and APA,” n.d) sebagai berikut diantaranya membersihkan
darah dan meningkatkan aktifitas syaraf tulang belakang, memperbaiki permeabilitas
pembuluh darah, menghilangkan kejang-kejang, menghilangkan memar pada otot, asma,
pneumonia, dan angina pectoris, penyakit mata dan rabun, gangguan rahim dan
berhentinya menstruasi bagi wanita, rematik, sciatica (pegal di pinggang), encok,
gangguan tekanan darah arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah), sakit bahu, dada,
dan punggung, malas, lesu, dan banyak tidur, Luka (bisul, jerawat, gatal-gatal pada kulit,
dan luka bernanah), radang selaput jantung dan ginjal.

2.3 Biofisiologi Wet Cup Theraphy


1. Bai Hui (GV. 20) /Ummu Mughit

Titik tersebut terletak di puncak kepala, Karena letaknya di puncak, maka


titik ini sangat bagus untuk mengeluarkan panas yang berlebih. Karena panas

9
selalu menjulang ke atas dan bergerak ke luar. Baik dilakukan bekam basah
pada kasus panas ekses. Jika dingin defisien pun titik ini juga sangat bagus untuk
memasukkan unsur YANG ke dalam tubuh kita dengan teknik moksa. Titik ini
secara Thibbun Nabawi sering digunakan untuk menajamkan penglihatan,
menguatkan ingatan dan memperbaiki hafalan. Bekam sinergi memandang
permasalahan ini benar jika seorang itu kondisinya panas sehingga panasnya darah
mengganggu penglihatannya bahkan panasnya bisa menguras Xue (darah) Hati
atau Yin Hati.
2. Da Zhui (GV. 14 Tulang Belakang Besar) atau Al Kaahil

Lokasi : antara processus spinosus vertebrae cervical ke-7 dan Th ke-1


Indikasi : malaria, demam, TBC, pilek, influenza, asthma bronchial,
epilepsi, kekakuan leher, muntah-muntah, pusing.
Keistimewaan : Titik pertemuan ke-6 meridian Yang dengan Du
Titik ini bisa membuang panas dalam darah dan bisa memasukkan panas serta
menarik Yang Qi dengan moksibusi
3. Al Akhdain / Kedua Urat Leher

Lokasi :di bawah garis batas rambut kepala belakang Sekitar otot
sternocleidomastoideus dan platysma, atau di sekitar vena jugularis interna

1
0
Indikasi : Pusing, Punggung & leher kaku (nyeri), TBC, Muka bengkak karena
angina, Tenggorokan nyeri radang, Amandel, Pharingitis, Rahang kaku,
Radang tulang mastoid (Mastoiditis), Gondongan
4. Jian Jing (G.B. 21 Sumur di Pundak)/ Katifain

Lokasi : pada lekukan di atas bahu


Indikasi :leher kaku, nyeri bahu pundak, lengan tak dapat diangkat,
mastitis
(radang kelenjar susu) Masuk angina, Batuk pilek, Stroke dll
5. Feishu / titik belakang paru

Karena merupakan titik Shu (belakang organ Paru) maka kebanyakan penyakit
yang bisa ditangani adalah penyakit Paru misalnya: batuk, rasa penuh di dada,
asma, TBC, panas tinggi, keringat malam hari, batuk darah, radang tenggorok.
Angin panas menyerang Paru-paru, dengan bekam basah pada titik ini
digabung dengan DU 14 dan GB 21.
Angin dingin menyerang Paru-paru, dengan bekam api pada titik ini digabung
dengan DU 14 dan GB 21.
Lembab dingin terkumpul di Paru-paru, dilakukan moksa pada titik ini dengan
ditambah titik ST 36, SP 6, REN 12, REN 4 dan REN 6.

1
1
Angin kering menyerang Paru-paru, maka dilakukan beekam kering pada titik
ini serta kombinasi dengan DU 14 serta GB 21 serta diberikan Tonik Yin
Paru-paru seperti : ophiopogon, bunga lily, dan gamat.
Qi Paru-paru lemah, maka titik ini dilakukan penusukan (akupuntur) dengan
mengkombinasinya dengan titik LU 9, LU 1, REN 17, SP 6 dan KI 3.
6. Titik tengah dada

1
2
Indikasi : sesak nafas, nyeri dada, jantung berdebar, dada terasa sumpek tidak
longgar , batuk dll
7. Titik depan paru

Zhong Fu (Lu. Gedung Tengah)


Lokasi : dari puting susu ke samping luar 2 cun, dari situ naik 4,8 cun ke
atas.
Sifat : menjernihkan rongga dada, menurunkan energi paru, menghentikan
batuk, menyebarkan dada yang sesak penuh dan menghentikan nyeri
Indikasi : batuk, batuk asma nyeri iga, dada rasa penuh, TBC, sakit pada bahu
dan punggung
8. Huantio : GB 30

1
3
Huan Tio (G.B. 30 Lompat Berputar)
Lokasi : 1/3 sebelah luar tulang tungging dan pangkal paha
Sifat : menghilangkan nyeri lembab pada meridian, melancarkan sumbatan-
sumbatan Qi pinggang dan paha
Indikasi : sakit pinggang pinggul, rematik sendi tungkai bawah, lumpuh, rasa
dingin pada kaki, rematik, nyeri saraf sciatica
9. Titik fengshi

Feng Shi (G.B. 31 Kota Angin)


Lokasi : dalam posisi tegak dan tangan lurus, di ujung jari tengah, letaknya di
paha. 7 Cun diatas Lipat lutut.
Sifat : menguatkan fungsi-fungsi tulang tendon.
Indikasi: lumpuh kaki, rematik tungkai bawah, kaki tak bertenaga, nyeri
sepanjang sisi samping paha.
10. Titik zu san li

Lokasi : 3 cun di bawah lutut dan 1 cun samping luar tulang


Sifat : memperbaiki fungsi lambung, limpa dan usus. Mengusir penyakit
yang bersifat angin dan lembab.
Indikasi : gangguan pencernaan karena dingin, rasa lapar karena lambung
panas, perut bengkak nyeri lambung, susah berak, kelumpuhan muka, kelumpuhan
anggota gerak, sakit tenggorokan, lutut dan kaki nyeri, bengkak seluruh badan.
11. Titik fenglong

Lokasi : 8 cun di atas mata kaki luar (titik tengah antara lutut luar dan mata
kaki luar dua jadi diuar tulang betis)
Sifat : menghilangkan dan melancarkan reak yang bersifat lembab,
menyembuhkan penyakit jiwa bersifat panas.
Indikasi : mengeluarkan dan menghilangkan reak, nyeri pegal di kaki, bengkak
, pusing

Moksa : batang 5 – 10 menit

12. Titik yes point


Titik dimana ada sakit atau nyeri maka disitu dilakukan pembekaman. Asal
bukan pada daerah yang dilarang atau kondisi yang dilarang
2.4 Teknik Wet Cup Theraphy
Beragam catatan sejarah yang berbeda menunjukkan prosedur dan metode bekam
yang bervariasi. Hal ini tidak bias dilepaskan dari sejarah asal dan budayanya. Menurut El
Sayed SM (2014), secara umum bekam terbagi menjadi dua jenis bekam yaitu bekam
kering (Dry Cupping) dan bekam basah (Wet Cupping). Kedua jenis bekam ini diyakini
dapat mengeluarkan cairan dan toksin, membantu peredaran darah pada otot dan kulit
serta mampu menstimulasi system saraf tepi. Dama penelitian terkait metode bekam,
bekam kering dan basah jijabarkan dalam beberapa perbedaan mendasar. Salah satu poin
yang dijabarkan adalah langkah-langkah yang digunakan dalam praktek perlakuan bekam
kering dan basah. Pada perlakuan bekam kering langkah yang dilakukan hanya terdiri dari
penghisapan atau penyedotan pada titik yang telah ditentukan, sedangkan pada bekam
basah terdiri dari penghisapan atau penyedotan disertai oleh perlukaan area tersebut.
a. Bleeding Cupping (Wet Cupping) Therapy
Prosedur yang dilakukan pada Wet Cupping atau bekam basah terdiri dari 2 langkah
yaitu melakukan bekam kering dahulu/penghisapan pada permukaan kulit kemudian
dilanjutkan dengan perlukaan yang menjadi jalan keluarnya cairan darah. Melukai permukaan
kulit dengan jarum tajam, (Lancet) atau sayatan pisau steril (surgical blade), lalu di
sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan darah kotor
dari dalam tubuh. Bekam jenis ini banyak dilakukan oleh mayoritas muslim di dunia dan
dikenal dengan istilah hijamah.

Cara bekam basah/Wet Cupping menurut (Wong, 2010):

1. Mempersiapkan peralatan yang sudah disterilkan dengan alat sterilisator standar.


2. Mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan desinfektan, misalnya
alcohol.
3. Dilanjutkan dengan penghisapan kulit menggunakan kop/gelas bekam, kekuatan
penghisapan pada setiap pasien berbeda-beda. Lama penghisapan 5 menit,
tindakan ini sekaligus berfungsi sebagai anastesi (pembiusan) lokal.
4. Dengan meggunakan pisau bedah standar atau jarum bekam steril, kemudian
dilakukan penyayatan atau penusukan (jumlah sayatan 5-15 untuk satu titik
tergantung diameter kop yang dipakai, Panjang sayatan 0,3-0,5 cm, tipis dan
tidak boleh terlalu dalam, serta dilakukan sejajar dengan garis tubuh). Salah satu
tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tdiak
mengeluarkan darah, tetapi setelah disedot dengan alat darah nya baru keluar.
5. Kemudian penghisapan dilakukan kembali dan membiarkan darah kotor
mengalir didalam kop selama 5 menit.
6. Darah yang tertampung dalam kop dibersihkan menggunakan tissue lalu
dibuang, dan jika perlu bisa lakukan penghisapan ulang. Tetapi tidak dianjurkan
melakukan pengulangan sayatan.
7. Membersihkan bekas luka sayatan atau tusukan dengan bola kapas.

Manfaat bakam basah/Wet Cupping menurut (Wong, 2010):

1. Membuang dan membersihkan darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit.
2. Mengurangi darah kental pada bagian meridian tubuh agar Qi tubuh menjadi
lancer.
3. Mengatasi tekanan darah yang tidak normal (aterokslerosis), mengurangi
permeabilitas pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, mengurangi sakit
bahu, dan pinggang, melancarkan haid pada wanita, mengeluarkan angin/toksik,
mengurangi nyeri pinggang, sinutisis/ gangguan peradangan.
4. Dengan melakukan penghisapan, terbentuklah tekanan negatif di dalam kop
sehingga terjadi drainase cairan tubuh berlebih (darah kotor) dan toksin,
menghilangkan perlengketan jaringan ikat, mengalirkan darah bersih ke
permukaan kulit jaringan otot yang mengalami kemacetan Qi, serta merangsang
system saraf perifer.
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Wet Cup Theraphy
A. Indikasi Wet Cupping Theraphy
Pada pasien yang memiliki gout, anak dengan dehidrasi, sakit kepala, sakit
gigi, sakit tenggorokan, bintik- bintik di wajah, jerawat, vertigo, stroke, melancarkan
peredaran darah.
B. Kontraindikasi Wet Cupping Therapy
Pada pasien yang memiliki ambang batas nyeri yang rendah, tetapi bekam
dapat menimbulkan ketiaknyamanan minimal akibat sedikit intervensi pada kulit
pasien, efek samping ringan lainnya yang mungkin terjadi adalah rasa sedikit
berkunang-kunang setelah melakukan terapi. Tetapi bekam tidak boleh dilakukan
pada kulit yang meradang (luka, borok, edema) area terdapat pembuluh darah besar,
daerah abdomen, pasien dengan demam tinggi dan kejang, area sacrum pada wanita
hamil, pasien dengan perdarahan spontan/ menstruasi, pasien kanker (metastasis),
pasien dengan patah tulang, serta perdarahan karena trauma.
2.6 Evaluasi wet Cup Therapy
Bekam merupakan pengobatan yang usianya kurang lebih mencapai hitungan
abad. Hingga sampai ke Indonesia, ternyata belum banyak masyarakat yang tahu
metode pengobatan ini. Sementara itu belum ada data statistik yang
menggambarkan berapa prosentase masyarakat yang tahu dan paham tentang
metode pengobatan bekam. Dalam bab ini penulis mencoba untuk
menggambarkan beberapa sisi mengenai bekam. Untuk lebih mudah memahami
bekam, maka pembahasan akan dimulai dari sejarah, jenis bekam, alat-alat dalam
bekam, tata cara berbekam, pembekam, dan beberapa hal tentang bekam lainnya.
Cupping theraphy merupakan salah satu terapi non farmakologis yang terbukti
efektif untuk menurunkan nyeri. Bekam basah adalah metode pengobatan alternatif
dengan cara mengeluarkan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit ari. Pengobatan ini banyak digunakan oleh masyarakat
karena lebih murah, langsung, dan bersahabat, serta pola pikir masyarakat yang
menganggap bahwa pengobatan dengan bahan kimia sintetis selain dapat mengobati
suatu penyakit, juga menimbulkan penyakit bawaan yang lain sebagai efek samping
buruk dari bahan kimia.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk
menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai
pengobatan alternatif. Terapi komplementer tidak dilakukan dengan tindakan bedah
dan obat komersial yang diproduksi secara masal, namun biasanya menggunakan
berbagai jenis terapi dan obat herbal. Keberhasilan obat alternatif komplementer telah
teruji oleh penelitian yang membuktikan bahwa terapi ini dapat membantu
menghilangkan rasa sakit dan mual. Namun, tidak semua jenis terapi alternatif telah
teruji melalui penelitian.
Cupping therapy mempunyai beberapa sebutan, seperti canduk, canthuk, kop,
atau membakar di Eropa disebut fire bottle, dalam bahasa Mandarin disebut pa hou
kuan dalam bahasa Arab disebut hijamah. Kata ini berasal dari kata al-hijm yang
berarti pekerjaan menghisap aatau menyedot, yaitu membekam.
3.2 SARAN
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pengetahuan untuk dapat
menerapkan wet cup therapy.
DAFTAR PUSTAKA

Widyatuti, Widyatuti. (2008). Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. JKI. 12.


10.7454/jki.v12i1.200.

Ziyin, S & Zellin, C (2014). Traditional Chinese medicine cupping Therapy (3rded). Elsevier
Ltd

Masyarakat Bekam Inggris: “Sedikit Penjelasan mengenai Terapi Bekam” (British Cupping
Society: “A Brief Overview of Cupping Therapy.” )

Masyarakat Kanker Amerika: “Bekam” (American Cancer Society: “Cupping.”)

Jurnal Kedokteran New England. “Resiko Bekam” (The New England Journal of Medicine.
“Consequences of Cupping.”)

Cao, et al. “Sebuah Bahasan Lanjutan dari Keberhasilan Terapi Bekam” Perpustakaan
Kedokteran Nasional Amerika Serikat, Lembaga Kesehatan Nasional (Cao, et al. “An
Updated Review of the Efficacy of Cupping Therapy.” US National Library of Medicine,
National Institutes of Health.)

Cao, et al. “Bukti Penelitian Klinis dari Terapi Bekam di Tiongkok: Sebuah bahasan
kepustakaan sistematis”. Pusat BioMed .(Cao, et al. “Clinical research evidence of cupping
therapy in China: A systematic literature review.” BioMed Central.)

Anda mungkin juga menyukai