NEUROBLASTOMA
Ditulis Oleh :
ERNA SUSANTI, S. Kep.,Ns
NIP.19721024 200701 2 010
Oleh:
Erna Susanti, S. Kep,.Ns
NIP. 19721024 200701 2 010
Oleh :
Mengetahui
Kepala Bidang Perawatan
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Muzhidah, S.Kep.,Ns,.M.Kep
NIP. 19651204 198603 2 005
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulus haturkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Diabetes
Mellitus dengan Neuroblastoma di Ruang Lantai 5 Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo
Surabaya” . Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan usulan penyesuaian
Alih Jenjang di lingkungan Kepegawaian Aparatur Negara.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Johny Wahyudi, dr., SpBS (K) selaku Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Prof. DR. Rochmad Romdoni, dr. SP.JP(K)FIHA,FAsCC selaku Kepala Instalasi Graha
Amerta RSUD Dr Soetomo Surabaya.
3. Muzhidah, S.Kep. Ns, selaku Kepala Bidang Keperwatan RSUD Dr Soetomo Surabaya
4. Nurul Rachmaningsih, S.Kep. Ns, selaku Kepala Perawatan di Graha Amerta RSUD Dr
Soetomo Surabaya.
5. Pasien yang telah bersedia menjadi responden.
6. Ayahku, ibu mertuaku, suamiku tercinta dan adikku yang selalu mendoakan dan
memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini.
7. Seluruh pihak yang telah banyak memberikan semangat dan keyakinan untuk
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari segenap pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini berguna untuk profesi keperawatan.
Surabaya, 2020
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuroblastoma memiliki gambaran klinis dan perjalanan penyakit yang
beragam tergantung pada usia, lokasi tumor primer, dan penyebaran tumor. Bayi
pada umumnya baik, tumor akan mengalami regresi spontan. Sebaliknya, pada anak
yang lebih besar memiliki respons yang tidak bisa diduga (perburukan atau kambuh
setelah remisi).Sebagian besar anak berusia lebih dari satu tahun dengan
neuroblastoma stadium lanjut dan meninggal karena perburukan perjalanan
penyakitnya meskipun telah mendapat berbagai terapi intensif (Garniasih,
Windiastuti and Gatot, 2016).
Menurut data World Health Organization WHO (2015), prevalensi kanker
pada anak adalah sekitar 4% dan 90.000 kematian anak di dunia disebabkan oleh
kanker. Setiap tahun, jumlah kanker pada anak meningkat sekitar 110 sampai 130
kasus per satu juta anak, dan 80% anak yang terdiagnosis kanker berada di negara
berkembang. Menurut data Union for International Cancer Control (UICC),
terdapat sekitar 176.000 anak yang didiagnosis kanker setiap tahunnya dan
mayoritas berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah (Kementrian
Kesehatan RI, 2015). Menurut data dari Perhimpuanan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI, 2015), insidensi penyakit kanker anak di Indonesia adalah sekitar
2-4%. Setiap tahunnya terdapat 11.000 kasus kanker pada anak, dan 10% di
antaranya menyebabkan kematian. Permasalahan kanker anak di Indonesia saat ini
menjadi persoalan yang cukup besar. Menurut Gatot (2008), prevalensi kanker anak
di Indonesia mencapai empat persen, artinya dari seluruh angka kelahiran hidup
anak Indonesia, empat persen di antaranya akan mengalami kanker. Saat ini kanker
menjadi sepuluh besar penyakit utama yang menyebabkan kematian anak di
Indonesia (Depkes RI, 2011). Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyebutkan
bahwa jenis kanker pada anak diantaranya adalah leukemia, retinoblastoma, tumor
otak, limfoma, neuroblastoma, tumor wilms, rabdomiosarkoma, dan osteosarcoma.
Jumlah pasien neuroblastoma diperkirakan 8%-10% dari semua tumor padat pada
anak (Hendrawati, Nurhidayah and Mardhiyah, 2019).
Kudubes, A.A., Bektas, M., & Ugur, (2014) mengatakan bahwa anak yang
didiagnosis kanker dapat mengalami perubahan pada psikologis, fisik, sosial, dan
kognitif terkait dengan pengobatan dan perkembangan penyakitnya. Perubahan
psikologis yang timbul juga bisa disebabkan oleh efek hospitalisasi yang berulang
dan perawatan yang lama sehingga anak tidak bisa melakukan aktivitas dasar seperti
sekolah dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Perubahan psikologis yang
timbul dapat berupa rasa khawatir, cemas, dan takut menghadapi ancaman kematian
serta rasa sakit saat menjalani terapi. Sedangkan menurut Setiawan (2015),
perubahan fisik yang terjadi dapat berupa rambut rontok; kadar hemoglobin,
trombosit, dan sel darah putih menurun; tubuh lemah; merasa lelah; sesak napas;
mudah mengalami perdarahan; mudah infeksi; kulit membiru atau menghitam dan
terasa gatal; mulut dan tenggorokan terasa kering dan sulit menelan; sariawan;
mual; muntah; dan nyeri pada perut.
Oleh karena itu, menurut Joyce Chung, O.K., Ho and & Chiu (2013) anak
yang didiagnosis kanker cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Perubahan
psikologis, fisik, sosial, dan kognitif yang timbul pada anak dengan kanker juga
dapat memengaruhi kualitas hidup anak tersebut. Sehingga anak harus mendapatkan
penanganan kanker yang tepat. Berdasarkan paparan tentang neuroblastoma di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penyusunan makalah untuk memenuhi
persyaratan kenaikan alih jenjang dengan judul “Asuhan Keperawatan
Neuroblastoma di Ruang Lantai 5 Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo Surabaya”.
Rumusan Malasah
Bagaimana gambaran eksplorasi Asuhan Keperawatan Neuroblastoma pada di
Ruang Lantai 5 Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang Asuhan Keperawatan Neuroblastoma di Ruang Lantai 5 Graha Amerta
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Perawat mampu memahami :
1. Definisi Neuroblastoma
2. Klasifikasi Neuroblastoma
3. Etiologi Neuroblastoma
4. Patofisiologi Neuroblastoma
5. Manifestasi Klinis Neuroblastoma
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Neuroblastoma
7. Penatalaksanaan Neuroblastoma
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini dapat memberikan gambaran tentang penerimaan
pasien awal terdiagnosa Neuroblastoma, informasi ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien neuroblastma.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Rumah Sakit
Makalah ini akan disampaikan kepada bidang pendidikan RSUD Dr.
Soetomo Surabaya berupa laporan sebagai pengembangan bahan kajian ilmiah
tentang asuhan keperawatan pada pasien neuroblastoma di Lantai 5 Graha Amerta,
hasil makalah ini dapat menjadi referensi pemberian informasi ketika penegakan
diagnosa.
2. Perawat
Perawat mampu mengidentifikasi sejak dini tanda-tanda neuroblastoma dan
melakukan asuhan keperawatan pada pasien neuroblastoma.
3. Pasien
Pasien yang terlibat dalam makalah ini akan mendapatkan pertukaran
informasi dengan perawat yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Klasifikasi
a. Stadium 1: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap, dengan atautanpa
adanya penyakit residual secara mikroskopis; tiadak ada pembesarankelenjar
getah kontralateral terhadap tumor secara mikroskopis (mungkindidapatkan
pembesaran kelenjar getah bening yang melekat pada tumor primer dan
diambil secara bersama).
b. Stadium 2A: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas tidak lengkap; tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening yang ipsilateral dan tidak melekat pada
tumor secara mikroskopis.
c. Stadium 2B: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap atau tidak
lengkap, didapatkan pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral dan tidak
melekat pada tumor. Pembesaran kelenjar getah bening kontralateral harus
tidak didapatkan secara mikroskopis
d. Stadium 3: Tumor unilateral yang tidak dapat dioperasi dan terjadiinflitrasi
melewati garis tengah, dengan atau tanpa pembesaran kelenjar getah bening
regional atau tumor terlokalisasi unilateral dengan pembesaran kelenjar
getah bening kontralateral regional; atau tumor garistengah dengan ekstensi
bilateral dengan infiltrasi yang tidak dapatdioperasi atau dengan pembesaran
kelenjar getah bening.
e. Stadium 4: Setiap tumor primer dengan penyebaran jauh ke kelenjar getah
bening, tulang, sumsum tulang, hati, kulit dan / atau organ lain
(kecualisebagaimana didefinisikan dalam Stadium 4S)
f. Stadium 4S: Tumor primer terlokalisasi (sebagaimana didefinisikan
dalamStadium 1, 2A, 2B) dengan penyebaran terbatas pada kulit, hati, dan /
atausumsum tulang (terbatas pada usia bayi <1 tahun) (Chaturvedi, A.
Katzman, P,.J. Franco, 2018).
2.1.3 Etiologi
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Hal ini
dianggap sebagai kegagalan neuroblasts untuk dewasa. Penyakit ini sporadis,
mungkin hasil dari perubahan gen yang tidak diketahui.
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma adalah
sebagai berikut:
1. Rehediter
Sekitar 1% sampai 2% dari semua kasus neuroblastoma, anak mungkin telah
mewarisi peningkatan risiko terjadinya neuroblastoma. Namun mayoritas dari
neuroblastoma tampaknya tidak diwariskan. Anak-anak dengan riwayat keluarga
neuroblastoma (mereka yang memiliki kecenderungan diwariskan kanker ini)
biasanya dari keluarga dengan riwayat satu atau lebih anggota keluarga yang
menderita neuroblastoma. Ada laporan yang menyebutkan bahwa timbulnya
neuroblastoma infantile (pada anak-anak) berkaitan dengan orang tua atau selama
hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti hidantoin, etanol, dll
(Cristol, 2015).
2. Kelainan genetik
Kemungkinan ini diperkuat dengan ditemukannya sel-sel tumor pada jenis genetik
tertentu. Kanker Neuroblastoma dimulai ketika dengan mutasi genetik pada jenis sel
normal yang terus tumbuh. Sel kanker tersebut pada akhirnya terus tumbuh dan
membentuk tumor. Neuroblastoma bisa terjadi saat neuroblast pada janin yang
normal gagal membentuk saraf dewasa atau yang disebut juga dengan sel medula
adrenal. Kebanyakan dari neuroblasts matang di kala kelahiran dan sejumlah kecil
dari mereka tidak ditemukan pada bayi yang baru lahir. Dari beberapa kasus,
Neuroblastoma tersebut tumbuh lalu menghilang namun ada pula yang menjadi
Neuroblastoma atau tumor ganas. Bagi anak-anak yang memiliki riwayat
Neuroblastoma pada salah satu anggota keluarganya, ada kemungkinan dia akan
menderita penyakit yang sama.
2.1.4 Patofisiologi
Neuroblastoma adalah tumor ekstrakranial yang sering ditemukan pada bayi
yang berasal dari neuroblast yaitu sel pluripoten saraf dan bermigrasi sepanjang
perkembangan saraf membentuk pleksus simpatikus, membentuk sel ganglion dan
ke kelenjar adrenal membentuk medula. Pola distribusi sel ini berkaitan dengan
presentasi dari tumor primernya (Priyadi, 2015). Tumor dapat berkembang di
rongga abdomen (60% adrenal dan 2% paraspinal ganglia) atau tempat yang lain
(1% toraks, 5% pelvis, 3% leher dan 12% tempat yang lain). Pada bayi sering
ditemukan di thoraks dan servikal, sedangkan pada anak yang lebih tua lebih sering
di rongga abdomen (Priyadi, 2015).
Neuroblastoma timbul dari primordial sel neural, yang bermigrasi selama
embryogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatis. Hal ini
menyebabkan neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau di sepanjang ganglia
simpatis, terutama di retroperitoneum dan mediastinum posterior.
Glandula adrenal berkembang dari dua sel yang asalnya berbeda. Kortek
adrenal dibentuk dari sel yang berasal dari mesoderm sedangkan medula adrenal
berkembang dari sel neural crest. Sel neural crest dibentuk dari migrasi ventrolateral
dari sel neuro-ectodermal yang berasal dari tabung saraf sekitar minggu ke 3
perkembangan. Sel neural crest ini dibagi menjadi 2 kelompok sel yang membentuk
ganglia sensoris dari kranial dan saraf tulang belakang serta migrasi ke berbagai
posisi lain dalam tubuh untuk menimbulkan melanosit dan ganglia simpatik. Kortek
adrenal dibentuk pertama, biasanya selama minggu ke 6 perkembangan. Minggu ke
7 sel neural crest dari ganglia simpatik bermigrasi membentuk massa pada sisi
medial dari perkembangan kortek. Selama Gambaran tempat munculnya
neuroblastoma yaitu sepanjang gangia simpatis dan glandula adrenal (Priyadi,
2015) beberapa bulan berikutnya sampai kelahiran janin, korteks akan tumbuh dan
berdiferensiasi mengelilingi sekitar massa sel puncak saraf. Ketika mereka
dikelilingi, sel-sel diferensiasi ke dalam sel-sel sekretori dari medula adrenal. Pada
sekitar usia 1 tahun akhir dari pembentukan glandula adrenal menunjukkan 3
lapisan korteks adrenal mengelilingi sel matur dari medulla adrenal.
Pada awalnya sel saraf dan sel medulla dari bagian adrenal dibentuk dari
neuroblas pada fetus. Neuroblastoma terbentuk ketika neuroblas fetus gagal untuk
menjadi sel saraf matur atau sel adrenal dan malah semakin tumbuh dan
berkembang. Neuroblas tidak secara langsung matur secara lengkap saat bayi lahir,
berdasarkan studi diketahui bahwa terdapat kumpulan kecil dari neuroblas pada
daerah kelenjar adrenal pada bayi < 3 tahun.
Sebagian besar sel ini akan membentuk sel saraf atau malah akan mengalami
apoptosis dan tidak membentuk neuroblastoma. Sel neuroblas yang tersisa dapat
tumbuh menjadi sel kanker.Kegagalan neuroblas untuk matur dan berhenti untuk
tumbuh disebabkan abnormalitas DNA, yang dapat memicu onkogen dan menekan
tumor suppressor (Cristol, 2015).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal
dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang
mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang
hormon tertentu).
Kebanyakan tumor primer terjadi dalam rongga abdomen (65%). Pada bayi
tumor primer lebih sering terjadi pada daerah toraks dan leher. Kira-kira 1% dari
pasien tidak ditemukan tumor primernya. Metastasis dapat melalui kelenjar limfe
regional terjadi sebanyak 35%. Penyebaran secara hematogen sering terjadi ke
sumsum tulang, tulang, hepar dan kulit, seperti yang telah kami jelaskan
dipembahasan sebelumnya. Jarang terjadi penyebaran penyakit ke paru dan
parenkim otak, yang biasanya terjadi akibat kambuhnya penyakit atau penyakit
sudah dalam stadium terminal.
Gejala awal biasanya berupa:
a. Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin, yang
dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya kecemasan)
b. Kulitnya pucat, irritable, dan lemah (sering terjadi pada anak usia 3-5 tahun)
c. Pada bayi, pembesaran hepar dengan nodul subkutan
d. Proptosis dan ekimose periorbital akibat infiltrasi tumor ke tulang periorbita
e. Sesak napas
f. Mudah memar atau pendarahan, petachiae (datar, menunjukkan titik-titik di
bawah kulit yang disebabkan oleh pendarahan)
g. Tekanan darah tinggi
h. Gerakan mata tidak terkendali
i. Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, atau skrotum
j. Diare yang parah berair
k. Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan
l. Keringat berlebihan
m. Rewel
Perlu berkonsultasi kepada petugas medis bila terdapat gejala :
a. Benjolan di perut, leher, atau dada
b. Mata melotot.
c. Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam.
d. Nyeri tulang.
e. Bengkak perut, dan kesulitan bernapas pada bayi.
f. Sakit, benjolan kebiruan di bawah kulit pada bayi.
g. Kelemahan atau paralysis (kehilangan kemampuan untuk memindahkan bagian
tubuh)
Neuroblastoma akan lebih parah bila tumor menekan jaringan terdekat
seperti tumbuh atau menyebarnya kanker yang bergantung pada asal dan luas
penyebaran tumor . Ciri-ciri:
a. Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang.
b. Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan
pernafasan
c. Perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut.
d. Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya benjolan-
benjolan di kulit.
e. Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan
pada lengan dan tungkai.
f. Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang.
g. Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia yang
mengakibatkan :
1. Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar.
2. Berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi.
Manifestasi klinis neuroblastoma berkaitan dengan lokasi timbulnya tumor
dan metastasisnya. Kebanyakan pasien saat datang sudah pada stadium lanjut.
Penyakit ini memiliki kekhasan yaitu dapat terjadi remisi spontan dan transformasi
ke tumor jinak, terutama pada anak dalam usia 1 tahun. Terapi meliputi operasi,
radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis. Angka survival 5 tahun untuk stadium I
dan II pasca terapi kombinasi adalah 90% lebih, stadium III kira-kira 40%-50%,
stadium IV berprognosis buruk yaitu hanya 15%-20% (Hendrawati, Nurhidayah and
Mardhiyah, 2019).
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan neuroblastoma pada anak tidak hanya berdasarkan
daristadium tetapi juga berdasar pembagian risiko sesuai klinis dan variabel biologi.
Faktor biologi yang berpengaruh saat ini adalah status N-myc, ploidy(untuk
infants), klasifikasi histopatologi.
1. Kelompok usia rendah
a. Stadium 1 ( localized resectable neuroblastoma)
b. Stadium 2 < 1 tahun
c. Stadium 4S
Kemoterapi adjuvant biasanya tidak diperlukan untuk kelompok pasien
inikecuali pada kasus penyakit stadium 4S yang mengancam kehidupan.
Pengobatan :
a. Semua Pasien menurut International Neuroblastoma Staging System (INSS)
Stadium 1 :
Pembedahan tumor primer dengan observasi kekambuhan penyakit. Event free
survival (EFS) 3 tahun sebanyak 94%, overall survival (OS) 99%.
b. Semua pasien dengan INSS stadium 2A, stadium 2B tanpa amplifikasi MYCN :
1. Pembedahan tumor primer tanpa kerusakan organ vital. Observasisetelah
pembedahan hanya didapatkan pasien dengan > 50%reseksi tumor primer.
2. Untuk pasien < 50%: kemoterapi 4 siklus dengan dosis
sedangmenggunakan carboplantin, etoposide, cyclophosphamide,
dandoxorubicinc.
Pasien dengan INSS penyakit stadium 4S :
1. Mayoritas pasien dengan INSS stadium 4S masuk kelompok risikorendah
dengan EFS 86% dan OS 92%. Mayoritas tumor 4S akanregresi spontan,
meskipun pasien kurang dari 2 bulan mempunyaiinsidensi tinggi gagal
nafas dan disfungsi hati oleh karena infiltrasidiffuse tumor ke hati.
2. Tidak ada komplikasi yang mengancam jiwa, tidak ada indikasi
pengobatan.
3. Reseksi bedah dari tumor primer biasanya tidak diperlukan,meskipun biopsi
lokasi primer atau lokasi metastasis dibutuhkanuntuk kepastian
karakteristik biologik.
4. Kemoterapi dimanfaatkan pada pasien dengan komplikasi yangmengancam
kehidupan seperti gangguan pernafasan dan disfungsihati berat.Penelitian
menunjukkan bahwa secara singkatciclophosphamide oral dosis rendah
(5mg/kg/hari selama 5 harisetiap 2-3 minggu) atau sampai 4 siklus untik
kemoterapi risikosedang sering menginduksi remisi. Kemoterapi harus
dihentikan jika didapatkan hasil remisi sebelum mencapai 4 siklus
kemoterapi.Radioterapi dosis rendah dapat juga dimanfaatkan. Pasien
stadium4 S dengan biologik tidak baik jarang menjadi calon untuk
perawatan yang lebih intensif.
2. Kelompok resiko sedang
a. Kelompok resiko sedanga.Stadium penyakit 3/4/4S , umur < 1 tahun dan
gambaran histologi baik
b. Stadium 3, lebih dari 1 tahun dengan non-N-myc dan gambaranhistologi
baik.Empat agen kemoterapi (Cyclophosphamide, doxorubicin,
Carboplatin,Etoposide) diberikan 4 atau 8 siklus berdasarkan gambaran
histologi.Pembedahan dilakukan setelah kemoterapi. Jika penyakit timbul
kembali,radioterapi dapat dipertimbangkan.
Pengobatan : Pembedahan diindikasikan seperti yang dijelaskan dibawah
modalitas pengobatan umum sebelumnya. Berdasarkan tahap klinis INSS,
umur, dan biologis meliputi N-myc, histopatologi, dan ploidi, telah
mengembangkanrejimen kemoterapi yang dirancang untuk memelihara atau
meningkatkankelangsungan hidup untuk meminimalkan morbiditas akut
dan jangka panjang. Rejimen ini menggunakan empat agen yang paling
aktif dalamneuroblastoma (carboplatin, etoposid, siklofosfamid, dan
doxorubicin).Pasien dengan neuroblastoma berisiko sedang dan biologi
yangmenguntungkan mendapatkan satu saja dari empat siklus kemoterapi,
dan pasien dengan biologi tidak menguntungkan mendapatkan dua
program(delapan siklus). Masing-masing siklus diberikan setiap 3 minggu.
3. Kelompok resiko tinggi
a. Penyakit stadium 2A/2B, umur > 1 tahun dan mempunyai amplifikasi N-
myc, gambaran histologi tidak baik.
b. Stadium 3/4/4S ,umur < 1 tahun dan amplifikasi N-myc
c. Stadium 3 pada anak > 1 tahun dengan amplifikasi N-myc atau non N-myc
amplified dan gambaran histologi yang tidak baik.
d. Stadium 4 pada anak > 1 tahun
Induksi kemoterapi multiagen untuk remisi tumor, dan
meningkatkankemungkinan reseksi. Jika respon buruk, kemoterapi lini
keduadigunakan.
Pengobatan :
Pembedahan diindikasikan dilakukan dibawah modalitas
pengobatan,dengan probabilitas ketahanan hidup jangka panjang kelompok
pasienkurang dari 15%. Secara keseluruh angka ketahanan hidup
ditingkatkanmenjadi 43-50% dengan penatalaksanaan yang komprehensif :
a. Induksi kemoterapi Neuroblastoma sensitif terhadap kemoterapi, tujuan
induksi terapiadalah untuk mereduksi secara maksimal pada tumor primer
dan lokasimetastasis. Durasi induksi terapi pada masing- masing protokol
kira-kira 4-5 bulan.
b. Terapi konsolidasi dosis tinggi dengan stem sel autologFase terapi
berikutnya adalah konsolidasi. Tujuannya untuk menghilangkan setiap
tumor yang tersiasa dengan agen sitotoksik myeloablative dan
penyelamatan sel induk. 3 tahun survival rate pada pasien yang diberikan
rejimen myeloablative diikuti oleh penyelamatanstem sel jauh lebih unggul
(38-50%) dengan kemoterapi saja (15%). Hal ini terutama berlaku untuk
pasien berisiko sangat tinggi seperti usialebih dari 1 tahun dan amplifikasi
N-myc penyakit metastasis.
c. Terapi untuk penyakit residual minimal :
1) Radiasi untuk lokasi tumor
2) Agen nonsitotoksi
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif
dini ke berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun
secarahematogen ke sum-sum tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain.
Metastasistulang umumnya ke tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal
inisering menimbulkan nyeri ekstremitas, artralgia, pincang pada anak.Metastase
ke sum-sum tulang menyebabkan anemia, hemoragi, dantrombositopenia
(Priyadi, 2015).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama,umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya (Priyadi, 2015).
1 Ketidakefektifan NOC: Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan NIC: Manajemen Nutrisi Rasional
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh Outcome Dipertahanka Ditingkatkan 1. Identifikasi adanya 1. Mengurangi terjadinya
n alergi atau intoleransi alergi pada klien
berhubungan dengan
Asupan makanan makanan
mual dan muntah 2. Anjurkan kepada
secara oral 2. Menambah napsu
keluarga untuk makan klien
Asupan cairan membawa makanan
secara oral favorit pasien 3. Mencukupi kebutuhan
Asupan cairan sementara pasien di makan klien dengan
secara iv rumah sakit atau
adekuat
Asupan nutrisi fasilitas perawatan,
parental yang sesuai 4. Mengurangi kuman
3. Atur diet yang
yang masuk bersama
diperlukan
Skala Penilaian NOC : 4. Ciptakan lingkungan dengan makanan
optimal pada saat
1 = Tidak adekuat 5. Indikator penegakan
mengkonsumsi
2 = Sedikit adekuat makanan (misal bersih, diagnosa
3 = Cukup adekuat santai, bebas dari bau
4 = Sebagian besar adekuat menyengat) 6. Menentukan kebutuhan
5 = Sepenuhnya adekuat 5. Monitor makanan klien
kecenderungan
NOC: Status Nutrisi: Asupan Nutrisi terjadinya penaikan
atau penurunan berat
badan
6. Anjurkan pasien atau
Outcome Dipertahanka Ditingkatkan keluarga untuk
n memonitor kalori dan
Asupan kalori intake makanan
Asupan protein
Asupan lemak
Asupan karbohidrat
Asupan serat
Asupan vitamin
Asupan mineral
Asupan zat besi
Asupan kalsium
Asupan natrium
5 = Tidak Ada
DAFTAR PUSTAKA