Anda di halaman 1dari 207

BUKU AJAR

SKILLS LABORATORIUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Penulis :
Ns. Ni Bodro Ardi, S.Kep.,M.Kep.

ISBN :

Editor :

Penyunting :

Desain sampul dan Tata Letak :

Penerbit :
STikes Widya Dharma Husada

Redaksi
Jl. Pajajaran Raya No. 1 Pamulang,
Tangerang Selatan.
Telp. 021-74716128
Fax. 021-7412566
Email : stikeswdh@gmail.com

Cetakan pertama, Maret 2019


Hak cipta dilindungi undang – undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dengan bentuk dan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR

Keterampilan laboratorium sangat diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar


Mahasiswa S1 Keperawatan. Buku ini sebagai pegangan Pendidik (Dosen) dan Mahasiswa untuk
panduan keterampilan dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Dengan adanya buku
panduan skills laboratorium Keperawatan Medikal Bedah ini, peserta didik diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan medikal bedah secara profesional. Diharapkan dengan
keterampilan ini Mahasiswa termotivasi, sehingga ada keinginan untuk meningkatkan diri dalam
pembelajaran Teori Keperawatan Medikal Bedah maupun skills laboratorium Keperawatan
Medikal Bedah.
Buku ini terdiri dari keterampilan keperawatan pada pasien yang harus dikuasai oleh
Mahasiswa S1 Keperawatan. Setiap keterampilan terdiri dari fase pra interaksi, orientasi, kerja
dan fase terminasi. Fase-fase tersebut menunjukkan langkah bahwa dalam tindakan keperawatan
perlu juga ditentukan “human relationship”.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ajar Skills Laboratorium
Keperawatan Medikal Bedah ini. Semoga dapat bermanfaat demi kelancaran proses belajar
mengajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Pamulang, April 2019

Penulis

Ns. Ni Bodro Ardi, S.Kep., M.Kep


VISI, MISI, DAN TUJUAN STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

VISI
Pada tahun 2020 menjadi lembaga pendidikan kesehatan yang profesional, beriman, bertaqwa,
berwawasan global, dan siap menghadapi dunia kerja di masa kini dan masa mendatang.

MISI
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan vokasi, akademik dan profesi yang berbasis
kompetensi nasional dan global, untuk menghasilkan lulusan yang profesional, beriman,
bertaqwa, berwawasan global, dan siap menghadap dunia kerja di masa kini dan masa
mendatang.
2. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dasar, terapan dan kebijakan yang inovatif dan
diakui secara nasional untuk menunjang pendidikan, pengabdian dan pelayanan kepada
masyarakat.
3. Mendarmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, humaniora dan
seni kepada masyarakat yang berwawasan kesehatan nasional dan internasional.
4. Mengembangkan kelembagaan yang berorientasi pada mutu dan mampu bersaing di
tingkat nasional dan internasional.

TUJUAN
1. Menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan kompeten, mampu bersaing dan
berwawasan global serta mampu melakukan tugas secara mandiri maupun kolaborasi dengan
profesi lain dalam rumpun ilmu kesehatan .
2. Menghasilkan produk penelitian secara terpadu dengan asas kolaboratif, sehingga mampu
menjadi bagian dalam pemecahan masalah sesuai kebutuhan masyarakat.
3. Menghasilkan pengabdian masyarakat yang bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat berbasis hasil penelitian.
VISI, MISI, DAN TUJUAN
(S1 Keperawatan dan Profesi Ners)

VISI :
Visi Program Studi Pendidikan Ners “Pada tahun 2020 menjadi Program Studi yang unggul
dalam bidang keperawatan komunitas perkotaan di kawasan regional, dan nasional.
MISI :
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan menerapkan kurikulum berbasis kompetensi
dengan metode pembelajaran inovasi.
2. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dasar, klinik, dan komunitas yang inovatif untuk
menunjang pengembangan keilmuan dan pelayanan keperawatan komunitas perkotaan.
3. Menyelengarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai aplikasi hasil dari
penelitian yang diselenggarakan.
TUJUAN :
1. Menghasilkan tenaga Ners yang memiliki keahlian khususnya di bidang keperawatan
komunitas perkotaan, mampu bersaing dan berwawasan global di tingkat regional, nasional,
dan internasional.
2. Menghasilkan tenaga Ners yang memiliki kemampuan untuk mengkaji permasalahan dalam
bidang keperawatan komunitas perkotaan.
3. Menghasilkan tenaga Ners yang memiliki kemampuan untuk mengabdi/membantu
masyarakat dalam bidang keperawatan komunitas perkotaan.
4. Terbentuknya sumber daya manusia, baik tenaga pendidik (dosen) maupun tenaga
kependidikan (karyawan) yang berkualitas untuk memberikan pelayanan yang prima.
5. Tersedianya sarana dan prasarana yang berkualitas untuk mendukung proses pendidikan Ners
dalam bidang keperawatan komunitas perkotaan.
6. Terciptanya kemitraan dengan lapangan kerja sehingga terbentuk peluang yang sebesar-
besarnya bagi lulusan untuk dapat diserap oleh dunia kerja dalam bidang keperawatan
komunitas perkotaan
DAFTAR ISI

PENYUSUN .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

VISI MISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI

I. Ambulasi dini ....................................................................................... 1


II. Bilas lambung ...................................................................................... 7
III. Bladder training ................................................................................... 12
IV. Body mekanik ...................................................................................... 18
V. Enema .................................................................................................. 29
VI. Fiksasi & immobilisasi ........................................................................ 35
VII. Hecting ................................................................................................. 50
VIII. Injeksi sub kutan (insulin) .................................................................... 55
IX. Irigasi bladder ...................................................................................... 62
X. Irigasi mata........................................................................................... 66
XI. Irigasi telinga ....................................................................................... 70
XII. Manajemen nyeri ................................................................................. 75
XIII. Nebulizer/inhalasi ................................................................................ 81
XIV. Pemasangan infus................................................................................. 86
XV. Pemasangan selang nasogastrik ........................................................... 91
XVI. Pemberian kemoterapi ......................................................................... 96
XVII. Pemeriksaan GDS ................................................................................ 102
XVIII. Pengambilan AGD ............................................................................... 105
XIX. Pengukuran ankle brachial index ......................................................... 111
XX. Perawatan kolostomi ............................................................................ 116
XXI. Perawatan luka ..................................................................................... 119
XXII. Perawatan trakeostomi ......................................................................... 125
XXIII. Perawatan WSD ................................................................................... 130
XXIV. Perekaman & interpretasi EKG ........................................................... 136
XXV. Prosedur suction ................................................................................... 140
XXVI. ROM exercise ...................................................................................... 144
XXVII. Tehnik fisioterapi dada ........................................................................ 158
XXVIII. Terapi intravena ................................................................................... 166
XXIX. Terapi oksigen ...................................................................................... 172
XXX. Tetes mata & telinga ............................................................................ 180
XXXI. Tourniquet test ..................................................................................... 188
XXXII. Tranfusi darah ...................................................................................... 192
KEGIATAN I

AMBULASI DINI

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pertolongan ambulasi dini
B. INDIKATOR PECAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pertolongan ambulasi klien
a. Menjelaskan tujuan ambulasi
b. Menjelaskan skala ambulasi
c. Menentukan teknik ambulasi
2. Melakukan pertolongan ambulasi klien
a. Menyiapkan alat pertolongan ambulasi
b. Melakukan pertolongan ambulasi
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Ambulasi adalah kegiatan berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang
dilakukan segera pada pasien pasca operasi yang dimulai dari bangun dari tempat
tidur, duduk, hingga pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan
bantuan alat sesuai dengan keadaan pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Keuntungan dari
latihan berangsur-angsur dapat ditingkatkan seiring dengan pengkajian data pasien
yang menunjukkan tanda adanya peningkatan aktivitas pasien.

2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mempertahankan tingkat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari
e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
3. Fungsi ambulasi
a. Membantu klien selalu dalam keadaan nyaman
b. Dapat mengurangi ketegangan bagi klien
c. Membantu tubuh berfungsi lebih efisien
d. Dapat mencegah terjadinya komplikasi dan deformitas, seperti dekubitus dan
kontraktur
e. Mempercepat proses pemulihan pasienpasca operasi
f. Mengurangi tekanan pada kulit atau dekubitus
g. Penurunan intensitas nyeri serta menormalkan frekuensi nadi dan suhu tubuh

4. Alat yang Mendukung dan Digunakan untuk Ambulasi


a. Kruk

Digunakan pada pasien dengan


faktor hip dan ekstremitas bawah,
kedua lengan yang benar-benar
kuat untuk menopang tubuh pasien
agar dapat seimbang dengan baik.

b. Canes (tongkat)

Alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi


pinggang, terbuat dari kayu atau logam.
Digunakan untuk pasien dengan lengan yang
mampu dan sehat, seperti tongkat berkaki lurus
dan tongkat berkaki segiempat.
c. Walkers

Alay yang ringan, dapat dipindahkan,


setinggi pinggang, terbuat dari kayu atau
logam, dan mempunyai empat
penyangga yang kuat. Pasien dapat
memegang di bagian atas, lalu
melangkah dan memindahkan walker, lanjut melangkah lagi. Digunakan pada
pasien yang mengalami kelemahan umum yang memiliki lengan yang kuat,
dapat menopang tubuh, masalah gangguan keseimbangan, pasien dengan
fraktur hip dan ekstremitas bawah.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ambulasi


a. Keadaan umum
b. Tingkat kesadaran
c. Nutrisi
d. Emosi
e. Tingkat pendidikan
f. Pengetahuan

6. Tindakan-tindakan Ambulasi
a. Duduk di atas tempat tidur
b. Duduk di tepi tempat tidur
c. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi
d. Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
e. Membantu berjalan
f. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brancard
g. Memindahkan pasien dari brancard ke tempat tidur
h. Melatih jalan dengan menggunakan alat bantu jalan

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Ambulasi Dini

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Handscoon
2 Kursi roda

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Ucapkan salam sebagai pendekatan kepada pasien
2 Perkenalkan diri
3 Tanyakan kondisi pasien
4 Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan duduk di atas tempat tidur
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan

Tahap Kerja
I Duduk diatas Tempat Tidur
1 Pasang sarung tangan
2 Tempatkan pasien pada posisi terlentang
3 Pindahkan semua bantal
4 Posisi menghadap kepala tempat tidur
5 Regangkan kedua kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala
tempat tidur di belakang kaki yang lain
6 Tempatkan tangan yang lebih jauh dari pasien di bawah bahu pasien,
sokong kepalanya dan vetebra servikal
7 Tempatkan tangan perawat yang lain pada permukaan tempat tidur
8 Angkat pasien keposisi duduk dengan memindahkan berat badan perawat
dari depan kaki ke belakang kaki
9 Dorong melawan tempat tidur dengan tangan di permukaan tempat tidur

II Duduk ditepi Tempat Tidur


1 Pasang sarung tangan
2 Tempatkan pasien pada posisi miring, menghadap perawat di sisi tempat
tidur tempat ia akan duduk
3 Pasang pagar tempat tidur pada sisi 2. yang berlawanan
4 Tinggikan kepala tempat tidur pada ketinggian yang dapat ditoleransi
pasien
5 Berdiri pada sisi panggul pasien yang berlawanan
6 Balikkan secara diagonal sehingga perawat berhadapan dengan pasien dan
menjauh dari sudut tempat tidur
7 Regangkan kaki perawat dengan kaki paling dekat ke kepala tempat tidur
di depan kaki yang lain
8 Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu
pasien, sokong kepala dan lehernya
9 Tempatkan tangan perawat yang lain di atas paha pasien
10 Pindahkan tungkai bawah pasien dan kaki ke tepi tempat tidur
11 Tempatkan poros ke arah belakang kaki, yang memungkinkan tungkai
atas pasien memutar ke bawah
12 Pada saat bersamaan, pindahkan berat badan perawat ke belakang tungkai
dan angkat pasien
13 Tetap didepan pasien sampai mencapai keseimbangan
14 Turunkan tinggi tempat tidur sampai kaki menyentuh lantai

III Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi Roda


1 Pasang sarung tangan
2 Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur
3 Kaji postural hipotensi
4 Instruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi bed
5 Instruksikan mencondongkan tubuh ke depan mulai dari pinggul
6 Instruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi bed sedangkan kaki
yang lemah berada di depannya
7 Letakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau di atas kedua bahu
perawat
8 Berdiri tepat didepan pasien, condongkan tubuh ke depan, fleksikan
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki dengan salah satu di
depan dan yang lainnya di belakang
9 Lingkari punggung pasien dengan kedua tangan perawat
10 Tangan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan anda. Siap untuk
melakukan gerakan
11 Bantu pasien untuk berdiri, kemudia bergerak bersama-sama menuju kursi
roda
12 Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi roda,
meletakkan kedua tangan di atas lengan kursi roda atau tetap pada bahu
perawat
13 Minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang paling
aman
14 Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien diatasnya

IV Memindahkan Pasien dari Kursi Roda ke Tempat Tidur


1 Pasang sarung tangan
2 Minta pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang
telapak tangan perawat
3 Berdiri disamping pasien berpegang telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien
4 Bantu pasien untuk jalan ke tempat tidur

V Membantu Berjalan
1 Pasang sarung tangan
2 Anjurkan pasien meletakkan tangan disamping badan atau memegang
telapak tangan perawat
3 Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada
bahu pasien
4 Bantu pasien berjalan

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN II

BILAS LAMBUNG

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan irigasi lambung
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan irigasi lambung
a. Menjelaskan definisi irigasi lambung
b. Menjelaskan tujuan tindakan irigasi lambung
2. Melakukan tindakan irigasi lambung
a. Menyiapkan alat irigasi lambung
b. Mendemonstrasikan tindakan irigasi lambung
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukkan dan mengeluarkan air ke / dari lambung dengan menggunakan NGT
(Naso Gastric Tube). Bilas lambung merupakan teori yang umum dilakukan untuk
kasus keracunan. Keracunan adalah suatu kondisi di mana terjadi kontak pada suatu
benda yang menyebabkan toksisitas. Keracunan pada umumnya terjadi akibat racun
yang tertelan, dalam bentuk obat atau benda toksik lainnya seperti pestisida dan
herbisida. Keracunan juga dapat disebabkan oleh injeksi, inhalasi, atau paparan pada
luar tubuh.
https://www.alomedika.com/bilas-lambung-untuk-kasus-keracunan

2. Tujuan
a. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk saluran
pencernaan.
b. Mendiagnosa perdarahan lambung.
c. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoskopi.
d. Membuang cairan atau partikel dari lambung.

3. Cairan yang Digunakan


Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan
berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya menggunakan
air hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti NaCl 0.9%. Pada orang dewasa
menggunakan 100 – 300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg
dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.

4. Indikasi
a. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam.
b. Overdosis obat / narkotik.
c. Terjadi perdarahan lama (hamatemesis melena) pada saluran pencernaan atas.
d. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
e. Dekompresi lambung
f. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi.
5. Kontraindikasi
Kontraindikasi bilas lambung adalah pasien dengan kondisi :
a. Resiko cedera jalan napas.
b. Perdarahan gastrointestinal.
c. Keracunan bahan korosif.
d. Adanya gangguan elektrolit.

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Bilas lambung

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Selang NGT
a. Dewasa : 14 – 20
b. Anak : 8 – 16
c. Bayi :5–7
2 Xylocain gel
3 Cairan pembilas
a. NaCl 0.9%
b. Susu
4 Sarung tangan bersih
5 Kom kecil berisi air matang
6 Plester dan gunting
7 Perlak dan pengalas
8 Tissue
9 Bengkok
10 Stetoskop
11 Spuit 50 cc
12 Urine bag

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi
Tahap Kerja
1 Pengaturan penempatan alat, dekatkan dengan pasien
2 Atur posisi pasien 300
3 Pemasangan sarung tangan bersih
4 Pemasangan perlak dan pengalas dibawah dagu pasien
5 Meletakkan bengkok disisi tubuh pasien
6 Pengeluaran selang NGT dari bungkusnya
7 Pengukuran selang NGT yang akan dimasukkan ke dalam lambung dan
beri tanda, panjang selang NGT diukur dari atas lubang hidung ke telinga
kemudian ke prosesus xypoideus

8 Pengolesan jelly pada selang NGT sepanjang 10 – 20 cm


9 Pemberian informasi pada pasien bahwa selang akan dimasukkan
10 Pelaksanaan memasukkan selang NGT ke dalam lambung
a. Posisi kepala pasien ekstensi

b. Memasukkan selang secara perlahan-lahan, lalu kepala di


fleksikan
c. Anjurkan pasen untuk menelan bila selang telah melewati
nasofaring/terasa ada benda asing (±3 – 4 cm). Bila terasa ada
hambatan ketika memasukkan NGT jangan dipaksakan, cabut
NGT, oleskan jelly dan masukkan kembali
d. Anjurkan pasien menarik napas
e. Dorong selang NGT sampai batas yang sudah diberi tanda
11 Pengecekkan apakah selang NGT benar-benar telah masuk ke dalam
lambung dengan salah satu cara :
a. Aspirasi cairan lambung dengan menggunakan spuit. Jika keluar
cairan dari selang, tanda selang telah masuk lambung
b. Masukkan udara sebanya 30 cc dengan spuit secara cepat ke
dalam lambung sambil mendengarkan dengan stetoskop pada
daerah epigastrium, jika terdengar bunyi udara masuk, tanda
selang telah masuk lambung
c. Masukkan ujung NGT ke dalam kom kecil berisi air, jika ada
gelembung udara tanda selang masuk ke dalam saluran napas, jika
tidak ada gelembung tanda selang telah masuk ke dalam lambung
12 Jika NGT tidak masuk ke dalam lambung, cabut NGT dan pemasangan
diulang kembali, jika 2 kali tidak bisa lapor
13 Jika selang NGT telah berhasil masuk lambung, tutup / klem selang NGT
bila tujuan pemasangan NGT untuk pemberi makanan cair. Tapi jika
tujuannya untuk pengeluaran cairan lambung biarkan selang tetap terbuka,
alirkan menggunakan urine bag
14 Pemasangan fiksasi selang
15 Posisikan pasien miring tanpa bantal atau kepala lebih rendah
16 Masukkan cairan NaCl 0.9%
a. Dewasa 100 – 300 cc
b. Anak 10 kg/BB
17 Keluarkan cairan yang dimasukkan dengan cara dialirkan dan ditampung
18 Ukur cairan yang keluar sesuai dengan pemasukkan
19 Pengkajian respon pasien setelah pemasangan NGT, jika terjadi masalah
pada pernapasan lapor
20 Penjelasan kepada pasien atau keluarga agar tetap menjaga posisi selang
21 Pemberian reinforcement positif kepada pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna


Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN III

BLADDER TRAINING

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pelatihan kandung kemih (bladder training)
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pelatihan kandung kemih
a. Menjelaskan definisi bladder training
b. Menjelaskan tujuan bladder training
c. Menentukan teknik bladder training
2. Melakukan pelatihan kandung kemih
a. Menyiapkan alat untuk pelaksanaan bladder training
b. Mendemonstrasikan pelaksanaan bladder training
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Bladder training adalah latihan yang dilakukan untuk mengembalikan tonus otot
kandung kemih agar fungsinya kembali normal.
Bladder training adalah suatu terapi yang sering digunakan, terutama pada pasien
yang baru saja terlepas dari kateter urin, namun bisa saja dilakukan oleh semua orang
untuk lebih melatih kekuatan otot sfingter eksterna dalam menahanpengeluaran urin.
https://www.wikihow.com/Do-Bladder-Training-for-Sudden-Urges-to-Pee

2. Tujuan
a. Melatih pasien untuk melakukan BAK secara mandiri.
b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
c. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak
ada karena pemasangan kateter.

3. Jenis Bladder Training


a. Kegel exercise
Kegel exercise dalah sebuah
latihan yang dapat membantu
memperkuat otot-otot sistem
urinaria di daerah pelvik. Teknik
kegel exercise adalah dengan
menarik atau “meremas” otot-
otot panggul (seolah-olah sedang
mencoba untuk menghentikan aliran urine). Tahan meremas ini selama
sekitar 10 detik, kemudian istirahat selama 10 detik. Lakukan 10 – 20 set
kontraksi per hari.
b. Menunda BAK
Beberapa orang yang menderita inkontinensia urin dapat belajar untuk
menunda buang air kecil ketika terasa adanya dorongan untuk buang air kecil.
Latihan ini dapat dimulai dengan mencoba menahan kencing selama 5 menit
setiap kali merasakan dorongan untuk buang air kecil. Ketika telah mampu
untuk menunggu selama 5 menit, cobalah untuk meningkatkan waktu sampai
10 menit dan kelipatannya sampai pasien mampu untuk membuang air kecil
setiap 3 sampai 4 jam. Ketika pasien merasa ingin buang air kecil sebelum
waktunya habis, anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Namun, apabila keinginan untuk berkemih sudah tidak bisa ditahan,
persilakan pasien untuk ke kamar mandi dan tetap mengikuti jadwal waktu
yang telah ditentukan.
c. Scheduled Bathroom Visits (toileting terjadwal)
Tentukan seberapa sering pasien ke kamar mandi berdasarkan buku harian
pasien. Kemudian tambahkan sekitar 15 menit dari waktu tersebut. Misalnya,
jika pasien pergi ke kamar mandi setiap jam, jadwal kunjungan kamar mandi
di setiap 1 jam 15 menit. Pasien harus toileting sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Kemudian secara bertahap tingkatkan jumlah waktu antara
istirahat dan toileting.

4. Indikasi
Dilakukan pada :
a. Pasien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
b. Pasien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter.
c. Pasien yang mengalami inkontinensia urin.
d. Pasien post operasi.
e. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan.
f. Pasien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine.

5. Kontraindikasi
a. Sistitis (infeksi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra) berat.
b. Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri).
c. Gangguan atau kelainan pada uretra.
d. Hidronefrosis (pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi
urine di saluran kemih bagian atas).
e. Vesicourethral reflux.
f. Batu traktur urinarius.

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Bladder Training

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Jam
2 Klem (pada pasien yang memakai kateter)
3 Air minum
4 Obat deuretik jika diperlukan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Baca catatan medis pasien serta daftar intake dan output
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
Pasien dengan Tidak Terpasang Kateter
1 Tentukan pola waktu biasanya pasien berkemih
2 Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari pasien, bantu
seperlunya
3 Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang
dijadwalkan secara teratur (2500ml/hari)
4 Anjurkan pasien untuk menunggu selama 30 menit kemudian coba pasien
untuk berkemih
a. Posisikan pasien dengan paha fleksi, kaki dan punggu di support
b. Perintahkan untuk menekan atau memassage di atas area bladder
atau meningkatkan tekanan abdominal dengan cara berasandar ke
depan. Ini dapat membantu dalam memulai pengosongan bladder
c. Anjurkan pasien untuk berkonsentrasi terhadap BAK
d. Anjurkan pasien untuk mencoba berkemih setiap 2 jam. Interval
dapat diperpanjang (atur bunyi alarm jam dengan interval setiap 2
– 3 jam pada siang hari dan pada malam hari cukup 2 kali), batasi
cairan setelah jam 17.00
5 Anjurkan pasien untuk berkemih sesuai jadwal, catat jumlah cairan yang
diminum serta urine yang keluar dalam waktu berkemih
6 Anjurkan pasien untuk menahan urinnya sampai waktu BAK yang telah
dijadwalkan
7 Kaji adanya tanda-tanda retensi urine. Jika diperlukan tes residu urine
secara langsung dengan kateterisasi
8 Anjurkan pasien untuk melakukan program latihan secara kontinue

Pasien dengan Terpasang Kateter


1 Tentukan pola waktu biasanya pasien berkemih
2 Rencanakan waktu toilet terjadwal berdasarkan pola dari pasien, bantu
seperlunya
3 Berikan pasien sejumlah cairan untuk diminum pada waktu yang
dijadwalkan secara teratur (2500ml/hari) sekitar 30 menit sebelum waktu
jadwal untuk berkemih
4 Beritahu pasien untuk menahan berkemih (pada pasien yang terpasang
kateter, klem selang kateter 1 – 2 jam, disarankan bisa mencapai waktu 2
jam, kecuali pasien merasa kesakitan)
5 Kosongkan urine bag
6 Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan dan tidak
toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya
dan tingkatkan secara bertahap
7 Lepaskan klem setelah 2 jam, dan biarkan urine mengalir dari kandung
kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
8 Biarkan klem tidak terpasang 15 menit, setelah itu klem lagi 1 – 2 jam
9 Lanjutkan prosedur ini hingga 24 jam pertama
10 Lakukan bladder training ini hingga pasien mampu mengontrol keinginan
untuk berkemih
11 Jika pasien memakai kateter, lepas kateter jika pasien sudah merasakan
keinginan untuk berkemih

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN IV

BODY MEKANIK

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pertolongan body mekanik kepada pasien
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pertolongan body mekanik kepada pasien
a. Menjelaskan definisi body mekanik
b. Menentukan teknik pertolongan body mekanik
2. Melaksanakan pertolongan body mekanik kepada pasien
a. Menyiapkan alat pertolongan body mekanik
b. Melakukan pertolongan body mekanik
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
2. Body Mekanik Meliputi 3 Elemen Dasar yaitu :
a. Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian
tubuh yang lain.
b. Balance (Keseimbangan)
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan
base of support.
c. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik


a. Status kesehatan
b. Nutrisi
c. Emosi
d. Situasi dan Kebiasaan
e. Gaya Hidup
f. Pengetahuan

4. Akibat Body Mekanik yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi
secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh
yang salah adalah sebagai berikut :
a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskulusletal.
b. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah
dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan
dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

5. Posisi-posisi Pasien
a. Posisi Semi Fowler

Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
1) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2) Meningkatkan rasa nyaman.
3) Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru.
4) Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap.
Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi.

b. Posisi Sim’s

Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.
Tujuan
1) Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi.
2) Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang.
3) Memasukkan obat supositoria.
4) Mencegah dekubitus.
Indikasi
1) Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal.
2) Pasien yang tidak sadarkan diri.
3) Pasien paralisis.
4) Pasien yang akan dienema.
5) Untuk tidur pada wanita hamil.

c. Posisi Trendelenberg

Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Tujuan
Melancarkan peredaran darah ke otak
Indikasi
1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2) Pasien shock.
3) pasien hipotensi.

d. Posisi Dorsal Recumben


Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik
atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat
dan memeriksa serta pada proses persalinan.
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi
1) Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus.
2) Pasien dengan ketegangan punggung belakang.

e. Posisi Lithotomi

Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Tujuan
1) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal
vagina,taucher, pemeriksaan rektum, dan sistoscopy.
2) Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,
pemasangan alat intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
Indikasi
1) Pada pemeriksaan genekologis.
2) Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap
penyakit pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.

f. Posisi Genu pectrocal

Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi
1) Pasien hemorrhoid.
2) Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

g. Posisi Supinasi

Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh
sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama
pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1) Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu.
2) Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

h. Posisi Pronasi

Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke
bantal.
Tujuan
1) Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang.
2) Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1) Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan.
2) Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

i. Posisi Lateral
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar
berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
Tujuan
1) Mempertahankan body aligement.
2) Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
3) Meningkankan rasa nyaman.
4) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat
posisi yang menetap.
Indikasi
1) Pasien yang ingin beristirahat.
2) Pasien yang ingin tidur.
3) Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama.
4) Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Body Mekanik

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Bantal
2 Guling
3 Tahanan kaki
4 Sarung tangan bersih
5 Trockhanter roll/gulungan handuk atau kain
6 Tempat tidur yang bisa diatur
7 Selimut

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pakai sarung tangan
2 Dekatkan alat yang akan digunakan
3 Mengatur posisi
a. Posisi Fowler
1) Pada tempat tidur khusus : Menaikkan tempat tidur pada
bagian kepala secara perlahan dan hati hati hingga posisi
setengan duduk
Pada tempat tidur biasa : Mengatur pasien untuk duduk,
meletakkan sandaran punggung pada bagian kepala pasien
2) Ganjal bagian bawah lutut dengan guling atau bantal sesuai
keinginan pasien untuk kenyamanan dan mengurangi
tekanan pada bagian bawah
3) Atur sandaran hingga setengah duduk
4) Atur bantal sesuai kebutuhan
5) Bantu pasien dalam posisi setengah duduk
6) Letakkan bantal pada bawah lutut pasien
7) Pasang penahan kaki bisa menggunakan guling
b. Posisi Sim
1) Letakkan pasien dalam posisi terlentang
2) Berikan pasien posisi lateral berbaring sebagian pada
abdomen sebelah kiri
3) Letakkan lengan kiri ditempatkan dibelakang punggung
dan luruskan
4) Letakkan lengan kanan pada bagian depan dan ditekuk
serta topang dengan bantal
5) Letakkan bantal pada bawah kaki bagian atas yang fleksi
dan topang setinggi panggul
c. Posisi Trendelenburg
1) Letakkan pasien dalam posisi terlentang
2) Naikkan tempat tidur secara perlahan dibagian kaki secara
perlahan dan hati-hati sampai kaki lebih tinggi dari kepala
3) Apabila tempat tidur tidak bisa diposisikan ganjal kaki
dengan bantal sampai kaki lebih tinggi dari kepala
d. Posisi Dorsal Recumbent
1) Letakkan pasien dalam posisi terlentang
2) Pasang selimut
3) Atur posisi, tekuk kedua lutut pasien dan tapakan kaki
pasien diatas tempat tidur
e. Posisi Lateral
1) Letakkan pasien dalam posisi terlentang
2) Putar pasien kesisi dalam : Fleksikan lutut pasien yang
tidak mengenai tempat tidur dan letakkan satu tangan di
atas panggul dalam posisi lurus dan pada tangan dibawah
kepala dan putar posisi pasien kearah dalam sampai
dengan miring
3) Letakkan bantal dibawah kepala dan leher
4) Letakkan kedua tangan dalam keadaan fleksi dan topang
tangan yang diatas dengan bantal setinggi bahu di depan
dada
5) Letakkan bantal pada kaki bagian atas hingga setinggi
panggul
f. Posisi Pronasi / Prone
1) Letakkan pasien dalam posisi terlentangn di tengah tempat
tidur
2) Letakkan tangan yang terdekat dengan perawat lurus
disamping badan, tangan pasien yang terjauh diletakkan
menyilang diatas dada
3) Tekuk kaki yang terjauh dari perawat
4) Letakkan tangan perawat dipundak yang terjauh dan
tangan satunya pada lutut kaki yang ditekuk, bantu dengan
lembut sampai pasien tengkurap
5) Letakkan kepala pada bantal dan miringkan diposisi
ternyaman
6) Letakkan bantal pada daerah abdomen tinggi sampai
daerah diafragma gunakan bantal yang lebih kecil
7) Tinggikan kaki dengan bantal tidak lebih tinggi dari kepala
g. Posisi Supinasi
1) Baringkan pasien diatas tempat tidur dan berikan bantal
yang nyaman untuk pasien
2) Letakkan gulungan handuk pada daerah punggung (spinal
lumbal)
3) Letakkan gulungan handuk pada pergelangan kaki pasien
4) Letakkan bantal dibawah kedua lengan bawah pasien
5) Letakkan gulungan handuk dibawah telapan tangan pasien
h. Posisi Litotomi
1) Persilakan pasien untuk melepas pakaian bawah serta
pakaian dalamnya
2) Atur posisi pasien terlentang
3) Pasang selimut pasien
4) Atur posisi pasien dengan menekuk kaki dan letakkan pada
penyangga kaki (apabila tidak ada meja gynekologi, ada 2
perawat membantu menopang kaki pasien kanan dan kiri)
i. Posisi Genu Pectoral
1) Persilakan pasien untuk melepas pakaian bawah serta
pakaian dalamnya (untuk pemeriksaan khusus)
2) Baringkan pasien tengkurap dengan bantal diatas kepala
dan miringkan kepala kearah yang nyaman untuk pasien
3) Letakkan bantal yang lebih kecil di dada pasien
4) Letakkan tangan pasien kanan dan kiri dengan siku di
tekuk
5) Minta pasien untuk menekuk lutut sampai dalam posisi
menungging dan dada tepat menempel pada bantal kecil
6) Selimuti pasien
4 Rapikan pasien
5 Kaji kembali keadaan umum pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN V

ENEMA
A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan enema
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan enema
a. Menjelaskan definisi tindakan enema
b. Menjelaskan tujuan tindakan enema
2. Melakukan tindakan enema
a. Menyiapkan alat tindakan enema
b. Mendemonstrasikan tindakan enema
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Prosedur enema adalah suatu tindakan memasukkan cairan ke dalam rektum dan
kolon untuk memberikan rangsangan peristaltik dengan tujuan membersihkan sisa-
sisa pencernaan, dan persiapan sebelum melakukan tindakan diagnostik atau
pembedahan.

https://id.wikihow.com/Melakukan-Enema

2. Tujuan
a. Mendorong defekasi dengan merangsang peristaltik usus.
b. Mengosongkan usus sebagai tindakan persiapan operasi atau kolonoskopi.
c. Melunakkan massa feses yang keras dan membantu mengeluarkannya.
d. Membantu defekasi normal sebagai bagian dari program latihan defekasi
(bowel training program).

3. Indikasi
a. Konstipasi
b. Persiapan operasi
c. Tindakan diagnostik : Pemeriksaan radiologi (barium enema)

4. Kontraindikasi
a. Hemoroid
b. Neoplasma kolon atau rektum.

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK
Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Enema

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Wadah enema atau irigator
2 Larutan enema
a. Dewasa : 700 – 1000 ml, dengan suhu 40.5 – 430C dan
anak-anak dengan suhu 370C
b. Bayi : 150 – 250 ml
c. Toddler : 250 – 350 ml
d. Anak usia sekolah : 300 – 500 ml
e. Remaja : 500 – 700 ml
3 Selang rektal dengan ujung bulat berukuran 22 – 30 G untuk pasien
dewasa dan 12 – 18 G untuk pasien anak-anak
4 Selang penghubung (selang irigator), antara selang rektal dengan selang
wadah yang memiliki klem pengatur
5 Thermometer air untuk mengukur suhu larutan
6 Pelumas larut air atau vaseline
7 Perlak dan pengalas
8 Selimut mandi
9 Tissue
10 Pispot
11 Bengkok
12 Baskom 2 buah
13 Washlap
14 Handuk
15 Sabun
16 Sarung tangan 2 pasang
17 Tiang IV
18 Set enema komersial jika tidak menggunakan set enema selang rektal

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan bersih
2 Ganti selimut tidur pasien dengan selimut mandi serta melepas pakaian
bawah pasien
3 Bantu pasien untuk memperoleh posisi miring kiri untuk enema rendah
dan penggunaan set enema komersial serta miring kanan untuk enema
tinggi, dengan lutut kanan fleksi. Anak-anak biasanya diletakkan dalam
posisi dorsal recumbent
4 Letakkan perlak dan pengalas di bawah bokong pasien
5 Buka selimut mandi hanya pada area yang akan dilakukan prosedur
6 Letakkan pispot dekat dengan tempat tidur pasien
7 Siapkan peralatan enema. Hubungkan selang irigator dengan wadah
enema dan selang rektal, kemudian tutup klem pengatur
8 Periksa suhu larutan enema dengan thermometer air atau dengan
meneteskan sedikit larutan tersebut ke pergelangan tangan anda bagian
dalam
9 Masukkan larutan enema yang hangat ke dalam wadah
10 Buang udara di dalam selang dengan membuka selang pengatur.
Selanjutnya, letakkan peralatan enema yang sudah dihubungkan dekat
dengan tempat tidur pasien
11 Oleskan pelumas atau vaseline sekitar 3 – 4 cm pada ujung selang rektal.
Untuk penggunaan selang enema komersial, buka penutup set enema dan
tambahkan pelumas atau vaseline pada ujungnya
12 Dengan perlahan regangkan bokong pasien dan identifikasi anus.
Anjurkan pasien untuk relaks dengan menghembuskan napas secara
perlahan melalui mulut
13 Masukkan ujung selang rektal atau ujung set enema komersial secara
perlahan dan dorong ke arah umbilikus pasien. Masukkan selang rektal
dan set enema komersial sedalam 7.4 – 10 cm (dewasa), 5 – 7.5 cm (anak-
anak) dan 2.5 – 3.25 cm (bayi). Set enema komersial biasanya tidak
digunakan pada anak-anak. Tarik selang rektal atau set enema komersial
dengan segera jika ditemukan tahanan
14 Buka klem pengatur selang irigator dan biarkan larutan masuk ke dalam
usus dengan perlahan. Untuk set enema komersial, remas botol hingga
seluruh larutan enema (sekitar 250 ml) masuk ke dalam rektum dan kolon
15 Gantungkan wadah larutan enema di tiang IV dengan ketinggian yang
sesuai 30-45 cm untuk enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah, dan 7,5
cm untuk enema pada bayi.
16 Jika pasien mengeluh kram, rendahkan wadah larutan enema atau klem
selang irigator selama 30 detik. Selanjutnya, alirkan kembali larutan
dengan kecepatan yang lebih lambat
17 Tutup klem selang irigator setelah semua larutan dimasukkan
18 Letakkan tissue di sekitar selang rektal atau ujung set enema
komersial pada anus dan tarik selang rektal atau set enema komersial
secara perlahan
19 Jelaskan pada pasien bahwa perasaan distensi adalah normal dan minta
pasien untuk menahan larutan selama mungkin saat berbaring di tempat
tidur. Untuk pasien anak-anak atau bayi, tahan bokong selama beberapa
menit
20 Rapikan peralatan enema dan cuci secara menyeluruh menggunakan air
hangat dan sabun jika akan digunakan ulang. Buang set enema komersial
bekas pakai ke dalam bengkok
21 Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
22 Bantu pasien ke kamar mandi atau atur posisi pispot jika pasien mulai
merasakan dorongan untuk defekasi
23 Minta pasien untuk tidak menyiram toilet sebelum anda mengkaji
karakteristik feses atau mengambil sampel untuk pemeriksaan
laboratorium
24 Jika perlu, bantu pasien membersihkan area perianal dengan air hangat
dan sabun
25 Keringkan area perineal dengan handuk
26 Angkat perlak dan pengalas
27 Lepaskan sarung tangan
28 Bantu pasien mengenakan kembali pakaiannya
29 Ganti kembali selimut mandi dengan selimut tidur pasien
30 Ganti linen tempat tidur pasien jika kotor
31 Bantu pasien memperoleh posisi yang nyaman
32 Buka sampiran atau jendela

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat (warna, bau, dan
konsistensi feses)

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna


Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN VI

FIKSASI & IMMOBILISASI


A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan fiksasi dan immobilisaisi
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan fiksasi dan immobilisasi
a. Menentukan teknik fiksasi dan immobilisasi
b. Menjelaskan tujuan masing-masing teknik fiksasi dan immobilisasi
2. Melakukan tindakan fiksasi dan immobilisasi
a. Menyiapkan alat tindakan fiksasi dan immobilisasi
b. Mendemonstrasikan tindakan fiksasi dan immobilisasi
C. URAIAN MATERI
1. Pembalutan
Pengertian
Adalah tindakan pembebatan untuk tujuan immobilisasi atau memberikan
tekanan.
Tujuan
a. Untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan.
b. Untuk meminimalkan kontimasi.
c. Untuk stabilisasi benda yang menancap.
Kapan dilakukan :
a. Pada luka terbuka yang memungkinkan terkontaminasi dengan lingkungan
luar.
b. Ada perdarahan eksternal, sehingga darah mengalir melalui luka yang ada.
c. Ada luka tusuk dengan benda yang masih menancap, dengan kemungkinan
benda tersebut menembus arteri atau pembuluh darah besar
Alat bantu :
a. Kassa atau kain, banyak tenaga medis yang menggunakannya dalam
kondisi kegawatan.
b. Elastic bandage, mudah penggunaannya dan juga elastis sehingga hasil
balutan juga bagus.
Bagaimana
a. Bebat tekan untuk perdarahan eksternal.
b. Balutan donat untuk stabilisasi benda yang menancap.

2. Pembidaian
Pengertian
Adalah melakukan immobilisasi ekstremitas yang cedera dengan dugaan patah
tulang atau dislokasi dengan bidai.
Tujuan
a. Immobilisasi sehingga membatasi pergerakan antara 2 bagian tulang yang
patah saling bergesekan.
b. Mengurangi nyeri.
c. Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh darah dan syaraf di
sekitarnya.
Kapan dilaksanakan :
a. Pasien dengan multiple trauma.
b. Jika terdapat tanda patah tulang pada ekstremitas.
Jenis bidai
a. Bidai Kaku / Rigid Splint (bahan apapun, kayu, logam)
b. Bidai Lunak / Soft Splint (air splint, bantal)
c. Bidai Traksi / Traction Splint (Thomas splint, hare traction splint)

3. Pemasangan traksi
Pengertian
Adalah alat immobilsasi yang menggunakan kekuatan tarikan yang diterapkan
pada suatu bagian tubuh.
Tujuan
a. Meminimalkan spasme otot.
b. Untuk mereduksi, mensjajarkan dan mengimubilisasi fraktur.
c. Untuk mengurangi deformitas.
d. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang
Jenis-jenis traksi
a. Traksi manual (manual traction)
Digunakan pada fraktur sederhana yang
stabil sebelum aplikasi pleserer atau pada
saat pembedahan dan harus dilakukan secara
konstan dan perlahan. Traksi manual ini juga
dapat digunakan sebagai tindakan pertama
sebelum dilakukan traksi kulit atau terapi skeletal atau operasi
pembedahan.

b. Traksi kulit
Alat yang memiliki kekuatan tarikan dan
diterapkan pada kulit dan jaringan lunak
melalui penggunaan pita atau sabuk traksi
dan sebuah sistem tali, katrol, dan pemberat
yang terbuat dari karet busa atau kain dengan memiliki lubang angina, dan
bagian belakangnya dapat berperekat (kontinu) atau tidak (intermiten).

c. Traksi skeletal
Diterapkan dengan cara memasukkan pin
logam, kabel, atau penjepit secara langsung
ke dalam atau melalui tulang. Alat logam
tersebut kemudian dikaitkan ke sebuah
sistemtali, katrol, dan pemberat dengan menggunakan rangka logam yang
terhubung pada tempat tidur.

4. GIPS
Pengertian
Merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat
menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan
menjadi keras. Sebelum menjadi keras, gips yang lembek dapat dibalutkan
melingkari sepanjang ekstremitas dan dibentuk sesuai dengan bentuk ekstremitas.
Tujuan
a. Imobilisasi kasus dislokasi sendi.
b. Fiksasi fraktur yang telah direduksi.
c. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi.
d. Mengoreksi deformitas.
Bentuk-bentuk Pemasangan GIPS
a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga
lingkaran permukaan anggota gerak.
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota
gerak sehingga merupakan gips yang hampir melingkar.
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk
menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pembalutan

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Mitela/pembalut gulung
2 Kassa steril
3 Plester
4 Gunting verband
5 Sarung tangan bersih

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Kaji bagian tubuh yang akan dibalut (luka, lokasi). Jika ada luka terbuka
maka sebelum dibalut perlu diberi desinfektan, atau jika terjadi dislokasi
maka perlu dilakukan tindakan reposisi terlebih dahulu
3 Perhatikan bentuk-bentuk yang akan dibalut, yaitu :
a. Bentuk bulat seperti kepala
b. Bentuk silinder seperti leher, lengan atas, jari tangan dan tubuh
c. Bentuk kerucut seperti lengan bawah dan tungkai atas
d. Bentuk persendian yang tidak teratur
4 Memilih jenis balutan yang akan dipergunakan
I. Membalut dengan pita (gulung)
a. Memilih pembalut pita dengan ukuran lebar yang sesuai dengan
besar bagian tubuh yang akan dibalut
b. Balutan dibuat beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal untuk menutup
sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut, kemudian dari distal ke
proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan
berikutnya.
c. Ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung yang lain
secukupnya

Balutan sirkuler Balutan pucuk rebung

Balutan angka delapan Balutan rekurens

II. Membalut dengan mitella


a. Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali
b. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang
akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu
diikatkan
c. Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan
pada ikatan (b) diatas, atau diikatkan pada tempat lain, atau dapat
dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat dan kepentingan

Membalut dada

Membalut sendi siku Menggendong lengan

Membalut pergelangan Membalut tumit dan


tangan pergelangan kaki

III. Plester
a. Jika ada luka terbuka : Luka diberi obat antiseptik, tutup luka
dengan kassa baru lekatkan pembalut plester
b. Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir :
Balutan plester dibuat “strapping” dengan membebat berlapis-
lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan
tertentu, masing-masing ujungnya perlu difiksasi dengan plester
5 Mengkaji respon pasien (nyeri, kesemutan)
6 Kaji denyut nadi distal, CRT dan warna kulit
Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pembidaian

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Bidai sesuai dengan kebutuhan (panjang dan jumlah)
2 Kassa gulung
3 Gunting
4 Kassa steril (bila perlu)
5 Plester
6 Sarung tangan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi
Tahap Kerja
1 Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2 Pasang sarung tangan
3 Bagian ekstremitas yang cedera harus tampak seluruhnya, pakaian harus
dilepas kalau perlu digunting
4 Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari
tempat cedera sebelum pemasangan bidai
5 Jika nadi tidak ada, coba luruskan dengan tarikan secukupnya, tetapi bila
terasa ada tahanan jangan diteruskan, pasang bidai dalam posisi tersebut
dengan melewati 2 sendi
6 Bila curiga adanya dislokasi pasang bantal atas bawah, jangan coba
diluruskan
7 Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan
kapas steril dan jangan memasukkan tulang yang keluar ke dalam lagi,
kemudian baru dipasang bidai dengan melewati 2 sendi
8 Periksa nadi, fungsi sensori dan motorik ekstremits bagian distal dari
tempat cedera setelah pemasangan bidai
9 Bereskan alat dan rapikan pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemasangan Traksi

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
I Traksi manual
1 Skin traksi kit
2 Pisu cukur
3 Balsam perekat
4 Alat rawat luka
5 Katrol dan pulley
6 Beban
7 Bantalan conter traksi
8 Bantal kasur
9 Gunting
10 Bolpoint untuk penanda/marker
11 Sarung tangan

II Traksi kulit
1 Bantal keras (bantal pasir)
2 Bedak kulit
3 Kom berisi air putih
4 Handuk
5 Sarung tangan

III Traksi skeletal


1 Zat pembersih untuk perawatan pin
2 Set ganti balut
3 Salep ganti bakteri
4 Kantung sampah infeksius
5 Sarung tangan steril
6 Lidi kapas
7 Povidone iodine
8 Kassa steril
9 Bengkok

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
I Traksi manual
1 Pasang sarung tangan
2 Mengatur posisi tidur pasien supinasi
3 Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa
4 Bila banyak rambut dicukur
5 Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpoint
6 Beri balsam perekat
7 Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan
lateral kaki secara sistemis dengan tetap menjaga imobilisasi fraktur
8 Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
9 Masukkan tali pada pulley katrol
10 Sambungkan tali pada bebab (1/7 BB = maksimum 5 kg)
11 Pasang bantalan contertraksi atau bantal penyangga kaki
12 Atur posisi nyaman dan rapikan
13 Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk
memanggil perawat bila ada keluhan
14 Buka tirai/pintu

II Traksi kulit
1 Pasang sarung tangan
2 Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
3 Lepas sarung tangan
4 Anjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang
traksi
5 Berikan bantalan dibawah ekstremitas yang tertekan
6 Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu
anjurkan pasien latihan ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan
rotasi
7 Lepas traksi setiap 8 jam, atau sesuai instruksi

III Traksi Skeletal


1 Atur posisi pasien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk
mempertahankan tarikan traksi yang optimal
2 Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
3 Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas dengan
teknik menjauh dari pin (dari dalam keluar)
4 Beri salep anti bakteri jika diperlukan sesuai protokol RS
5 Tutup kassa di lokasi penusukan pin
6 Lepas sarung tangan
7 Buang alat-alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksi
8 Cuci tangan
9 Anjurkan pasien menggunakan trapeze untuk membantu dalam
pergerakan di tempat tidur selama ganti alat dan membersihkan area
punggung/bokong
10 Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemasangan GIPS

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2 Baskom berisi air
3 Gunting perban
4 Bengkok
5 Perlak dan pengalas
6 Washlap
7 Pemotong gips
8 Kassa dalam tempatnya
9 Alat cukur
10 Sabun
11 Handuk
12 Krim kulit
13 Spons rubs (terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
14 Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Daerah yang akan dipasang gips dicukur bila perlu, dibersihkan dan
dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi
krim kulit
3 Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips
4 Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang
ditentukan dokter selama prosedur
5 Pasang spongs rubs pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang
dengan cara halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan di daerah
tonjolan tulang dan pada jalur saraf
6 Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai
gelembung-gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya diperas
untuk mengurangi air dalam gips
7 Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara
melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat.
Pada waktu membalut lakukan dengan gerakan bersinambungan agar
terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap
(kira-kira 50% dari lebar gips). Lakukan dengan gerakan bersinambungan
agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh
8 Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan
pemotong gips
9 Bersihkan partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips
10 Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan.
Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan
hindari tekanan pada gips
11 Melepas sarung tangan dan merapikan pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN VII
HECTING

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan penjahitan luka
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan penjahitan luka
a. Menjelaskan definisi penjahitan luka
b. Menjelaskan tujuan penjahitan luka
2. Melakukan tindakan penjahitan luka
a. Menyiapkan alat penjahitan luka
b. Mendemonstrasikan tindakan penjahitan luka
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang
sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.

http://sunnahhealty.blogspot.com/2018/10/apakah-benang-jahit-yang-bisa-jadi.html

2. Tujuan
a. Menyatukan jaringan yang terputus.
b. Meningkatkan proses penyembuhan dan penyambungan jaringan.
c. Mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme
atau bakteri.
3. Indikasi
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.

4. Jenis-jenis Benang yang Digunakan dalam Penjahitan


a. Seide (Silk/Sutra)

Bersifat tidak licin seperti sutera biasa


karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada
penggunaan disebelah luar, maka benang
harus dibuka kembali. Berguna untuk
menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering
digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.

b. Plain Catgut
Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan
berlangsung dalam waktu 7–10 hari dan
warnanya putih kekuningan. Berguna untuk
mengikat sumber pendarahan kecil, menjahit
subcutis dan dapat pula digunakan untuk
bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3
kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila penyimpulan dilakukan
hanya 2 kali akan terbuka kembali.

c. Chromic Catgut

Bersifat dapat diserap oleh tubuh,


penyerapannya lebih lama yaitu sampai
20 hari. Chromic Catgut biasanya
menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih
besar dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang
dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera
dilakukan

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Hecting

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
I Alat Steril
1 Pinset anatomis 2 buah
2 Pinset sirugis 1 buah
3 Kom kecil 2 buah
4 Gunting necrotomi/gunting jaringan 1 buah
5 Gunting up hecting/gunting lurus 1 buah
6 Nadl powder (needle holders) 1 buah
7 Nald hecting (bentuk segitiga dan bulat) sesuai kebutuhan
8 Sarung tangan steril 1 pasang
9 Kassa steril untuk membersihkan luka
10 Korentang dalam tempatnya
11 Duk bolong
12 Benang plain catgut dan benang silk

II Alat Non Steril


1 Bengkok 2 buah
2 Plester
3 Perban sesuai kebutuhan
4 Spuit dan obat anastesi lokal (lidocain)
5 Gunting perban 1 buah
6 Pinset anatomis 1 buah
7 Perlak dan pengalas
8 Cairan NaCl atau cairan H2O2
9 Betadine
10 Sofratule 1 pcs
11 Sarung tangan bersih 1 pasang
12 Salep antibiotik jika diperlukan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian verifikasi identitas pasien nama, tanggal lahir,
umur
2 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
3 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Atur posisi pasien senyaman mungkin
2 Dekatkan alat
3 Pakai sarung tangan
4 Pasang perlak dan pengalas
5 Letakkan bengkok
6 Buka perban/balutan jika ada
7 Hentikan pendarahan jika terjadi pendarahan
8 Bersihkan area luka dengan kapas alkohol
9 Persiapkan alat untuk anastesi
10 Masukkan lidocain ke dalam spuit
11 Lakukan anastesi setempat/tergantung dari keadaan luka dengan posisi
sesuai luka robek. Menyuntikkan disisi-sisir pinggir luka yang robek
12 Tanyakan kepada pasien apakah luka yang robek sudah tidak terasa sakit.
Apabila pasien masih merasakan sakit, tambahkan anastesi lagi
13 Ganti bengkok dengan yang baru
14 Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril
15 Letakkan duk bolong pada daerah luka yang akan dihecting
16 Ambil needle holders dengan menggunakan korentang kemudian gunakan
needle holders untuk menjepit nald hecting dan masukkan benang sesuai
kebutuhan dengan cara kanan kiri memegang ujung hecting, tarik ujung
yang lain ke atas sesuai dengan arah ibu jari dan masukkan ke dalam nald
hecting
17 Jepit pinggir luka dengan pinset sirugis/anatomis, masukkan nald begitu
juga pinggir luka berikutnya. Jepit nald dengan pinset dipegang dengan
tangan kiri dan tangan kanan mengikat benang menggunakan needle
holders. Begitu seterusnya hingga tertutup
18 Setiap jahitan harus sama dan berikan betadine
19 Tempelkan sofratul di area luka yang sudah dijahit
20 Tutup luka dengan kassa dan dibalut lagi dengan perban atau plester

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN VIII

INJEKSI SUB KUTAN (INSULIN)

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan terapi injeksi insulin
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan terapi injeksi insulin
a. Menjelaskan definisi terapi injeksi insulin
b. Menjelaskan tujuan terapi injeksi insulin
2. Melakukan terapi injeksi insulin
a. Menyiapkan alat terapi injeksi insulin
b. Mendemonstrasikan tindakan terapi injeksi insulin
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada
diabetes melllitus.
Insulin pen adalah insulin yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus yang
berisi 3 cc insulin.

2. Tujuan
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
b. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan
warna).
c. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
d. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15
menit sebelum makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu
pemberian injeksi dengan waktu makan adalah 30 menit.
e. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium
(kadar gula darah).
f. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.

Gambar. Insulin vial

Khusus untuk insulin pen :


a. Insulin pen yang sedang tidak digunakan harus disimpan dalam suhu
2 – 80C dalam lemari pendingin (tidak boleh di dalam freezer).
b. Insulin pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Insulin pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi
suhu ruangan (sampai dengan suhu 250C) selama 4 minggu.
c. Jauh dari jangkauan anak-anak tidak boleh terpapar dengan api, sinar
matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
d. Jangan menggunakan insulin pen jika cairan di dalamnya tidak berwarna
jernih lagi.

Gambar. Insulin pen

4. Indikasi
a. Diabetes mellitus tipe 1
b. Diabetes mellitus tipe 2 dengan :
1) Infeksi
2) Hamil
3) Tidak terkontrol dengan obat anti-hiperglikemia
4) Gangguan hati dan ginjal

5. Kontraindikasi
Pasien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Injeksi Insulin Vial

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Spuit insulin
2 Vial insulin
3 Kapas alkohol/alcohol swab
4 Sarung tangan bersih
5 Daftar/formulir obat pasien

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien deng an menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Memakai sarung tangan bersih
2 Mengambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan
untuk pasien (berdasarkan daftar obat pasien / instruksi medik)
3 Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema
4 Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya
5 Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alkohol / alcohol swab,
dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm
6 Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada pasien yang kurus dan
regangkan kulit pada pasien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan
7 Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan
secara lembut dan perlahan
8 Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilakukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol
9 Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum
yang sudah tertutup dengan tutupnya

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Injeksi Insulin Pen

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Insulin pen (Actrapid Novolet)
2 Kapas alkohol/alcohol swab
3 Sarung tangan bersih
4 Daftar/formulir obat pasien

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Memakai sarung tangan bersih
2 Memeriksa apakah Novolet birisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan
3 Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru
4 Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan
indikator dosis
5 Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen
(bagian cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indikator dosis
sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada pasien
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa “klik”
yang dirasakan perawat saat memutar cap insulin pen menandakan 2 unit
insulin telah tersedia)
6 Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat
kebiruan, inflamasi, atau edema

7 Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan


perawat sebelumnya
8 Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alkohol/alcohol swab,
dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm
9 Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada pasien yang kurus dan
regangkan kulit pada pasien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan
10 Menyuntikan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian atas insulin pen sampai
tidak terdengar lagi bunyi “klik” dan tinggi insulin pen sudah kembali
seperti semula (tanda obat telah diberikan sesuai dengan dosis)
11 Tahan jarum insulin pen selama 5 – 10 detik di dalam kulit pasien
sebelum dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang
12 Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh dimassage, hanya dilakukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna


KEGIATAN IX

IRIGASI BLADDER

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan irigasi kandung kemih
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan irigasi kandung kemih
a. Menjelaskan irigasi kandung kemih
b. Menjelaskan tujuan irigasi kandung kemih
2. Melakukan tindakan irigasi kandung kemih
a. Menyiapkan alat irigasi kandung kemih
b. Melakukan tindakan irigasi kandung kemih
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan
kateter urine menetap dengan larutan steril. Karena darah, pus, atau sedimen dapat
terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih dan urine tetap
berada di tempatnya.
Ada 2 metode untuk irigasi kateter yaitu :
a. Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya
irigasi kontinu tanpa gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini sering
digunakan pada pasien dengan bedah genita urinaria dan yang kateternya
beresiko mengalami penyumbatan oleh pragmen lendir dan bekuan darah.
b. Dengan membuka sistem drainase tertutup untuk menginstilasi irigasi
kandung kemih. Teknik ini menimbulkan resiko lebih besar terjadinya
infeksi. Namun demikian kateter ini diperlukan saat kateter tersumbat dan
kateter tidak ingin diganti (misal setelah pembedahan prostat) dokter dapat
memprogramkan irigasi kandung kemih untuk pasien yang mengalami infeksi
kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau antibiotik untuk
membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal.
Kedua irigasi tersebut menerapkan teknik aseptik steril. Dengan demikian irigasi
kandung kemih adalah proses pencucian kandung kemih dengan aliran cairan yang
diprogramkan oleh dokter.

https://pt.slideshare.net/nassruto/pengairan-pundi-kencing-bladder-irrigation

2. Tujuan
a. Membebaskan kandung kemih dari bekuan darah dan pus yang bisa
menyumbat aliran urine.
b. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine.
c. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan
kateter urine, misalnya oleh darah dan pus.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Irigasi Kandung Kemih

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Sarung tangan bersih
2 Kateter retensi tiga jalur in situ
3 Urine bag
4 Swab antiseptik
5 Perlak
6 Larutan irigasi :
a. NaCl 0.9%
b. Aqua destilata
c. Cairan yang diresepkan
7 Set infus
8 Tiang infus
9 Bengkok

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien)
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi
Tahap Kerja
1 Hubungkan selang infus irigasi ke larutan irigasi dan bilas selang dengan
larutan tersebut
2 Pasang sarung tangan, letakkan perlak dibawah kateter. Hubungkan
selang infus ke kateter 3 jalur, sambungkan juga urine bag ke kateter 3
jalur
3 Jalankan infus dengan faktor tetesan sesuai dengan catatan pendelegasian
tugas
4 Irigasi kandung kemih :
a. Irigasi intermiten (terputus)
1) Masukkan cairan irigasi sesuai dengan jumlah yang
dinstruksikan, jika tidak ada maka masukkan 150 cc cairan
irigasi
2) Klem selang irigasi sesuai instruksi, jika tidak ada klem 1
jam
3) Buka klem, observasi urine yang masuk dalam kandung
kemih
b. Irigasi kontinyu
1) Atur tetesan kecepatan infus sesuai dengan instruksi
2) Observasi warna, kejernihan, sedimen dan volume urine
saat mengalir ke dalam kandung kemih
5 Fiksasi kateter pada paha dengan plester

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN X

IRIGASI MATA

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan irigasi mata
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan irigasi mata
a. Menjelaskan definisi tindakan irigasi mata
b. Menjelaskan tujuan tindakan irigasi mata
2. Melakukan tindakan irigasi mata
a. Menyiapkan alat irigasi mata
b. Melakukan irigasi mata
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan mata dan atau mengeluarkan
benda asing dari mata. Irigasi mata dilakukan untuk menghilangkan inflamasi lokal
dari konjungtiva, memberikan larutan antiseptik, atau membilas keluar eksudat atau
larutan irigasi. Ini merupakan prosedur yang secara umum digunakan pada situasi
kedaruratan bila objek asing atau suatu bahan lain masuk ke mata.
2. Tujuan
a. Mengeluarkan sekret atau kotoran, benda asing dan zat kimia lainnya dari
dalam mata
b. Membersihkan atau mengeluarkan sekret dari selaput konjungtiva.
c. Untuk pemberian antiseptik
d. Untuk mengurangi odema atau rasa tidak nyaman menggunakan cairan
hangat atau dingin
e. Untuk melembabkan permukaan mata pasien yang tidak sadar

3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


a. Kemungkinan terjadi cidera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan dengan
tidak hati – hati dan lambat
b. Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi
c. Cairan tidak boleh disemprotkan terlalu keras
d. Obat yang diberikan harus sesuai dengan program pengobatan

4. Indikasi
a. Cedera kimiawi pada mata
b. Benda asing dalam mata
c. Inflamasi mata (biasanya apabila terjadi inflamasi pada konjungtiva
d. Pasien yang akan dilakukan pembedahan pada mata (mencegah terjadinya
infeksi)

5. Kontraindikasi
Tidak dianjurkan pada pasien dengan luka akibat tusukan atau perforasi pada mata
yang mengakibatkan terkikisnya pada daerah mata tersebut.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Irigasi Mata

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Cairan NaCl 0.9% atau obat lain yang steril pada tempatnya
2 Spuit 10 cc atau spuit lain khusu mata yang steril
3 Kapas basah steril pada tempatnya
4 Kasa steril
5 Perlak dan pengalas
6 Bengkok
7 Handuk kecil

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien)
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Atur posisi pasien telentang/duduk dengan kepala miring ke arah mata
yang akan dicuci
2 Letakkan perlak dan alasnya dibawah kepala jika telentang, didada jika
duduk
3 Letakkan bengkok atau anjurkan pasien untuk memegang bengkok jika
memungkinkan
4 Lap mata yang akan dicuci dengan kapas basah dari arah dalam keluar
5 Isi spuit dengan cairan NaCl 0.9% atau obat lain yang steril
6 Buka kelopak mata dengan kapas basah
7 Semprotkan cairan perlahan-lahan dari arah dalam keluar
8 Setelah bersih keringkan kelopak mata dengan kasa steril dan muka
dengan handuk
9 Berikan obat mata bila perlu
10 Setelah selesai rapikan pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XI

IRIGASI TELINGA

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan irigasi telinga
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan irigasi telinga
a. Menjelaskan definisi irigasi telinga
b. Menjelaskan tujuan irigasi telinga
2. Melakukan tindakan irigasi telinga
a. Menyiapkan alat tindakan irigasi telinga
b. Mendemonstrasikan tindakan irigasi telinga
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan liang
telinga luar dari nanah, serumen, dan benda-benda asing dengan cara memasukkan
cairan ke dalam telinga. Irigasi telinga adalah proses pembilasan saluran telinga
eksternal dengan air steril atau saline steril.

2. Indikasi
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari audiotory
eksternal
b. Untuk mengirigasi kanal auditory eksternal dengan larutan antiseptik
c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal auditory eksternal
3. Kontraindikasi
a. Perforasi membrane timpani atau resiko tidak utuh (injuri sekunder,
perdarahan, miringitomi).
b. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.
c. Temperature yang ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual, dan
muntah.
d. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayur (kacang),
jangan dirigasi karena bahan-bahan tersebut mengembang dan sulit
dikeluarkan.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Irigasi Telinga

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Cairan irigasi, dapat berupa :
- NaCl 0.9%
- Air steril
- Asam borat 2 – 4%
- Larutan natrium bikarbonat 1%
- Hidrogen peroksida 2%
- Berdasarkan kebijakan RS mengenai cairan irigasi
2 Spuit 50 cc atau 20 cc yang luer-lok
3 Set steril berisi :
- Pinset anatomis
- Pinset sirugis
- Kom sedang
- Kasa
4 Wing nidle (digunakan conektornya sampai ± 1 cm, sedangkan bagian
jarumnya dibuang)
5 Oftalmoskop
6 Bengkok
7 Perlak dan handuk kecil
8 Bola kapas
9 Tisu
10 Handscoon bersih

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien)
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Atur posisi duduk atau berbaring dengan kepala dimiringkan ke arah sisi
telinga yang sakit
3 Inspeksi kanal auditori terhadap adanya akumulasi serumen atau debris
dengan menggunakan oftalmoskop
4 Tempatkan perlak dan handuk di bahu pasien
5 Tempatkan bengkok tepat dibawah telinga yang sakit
6 Tuangkan larutan irigasi ke dalam kom steril
7 Isi spuit irigasi yang sudah terpasang konektor wing nidle dengan cairan
pada kom sterl
8 Luruskan kanal auditori untuk memasukkan cairan
a. Bayi : Tarik aurikel/pinna ke bawah dan ke belakang
b. Dewasa : Tarik aurikel ke atas dan ke belakang
9 Letakkan ujung konektor wing nidle berada di atas saluran kanal auditori,
kemudian irigasi secara perlahan. Buang cairan pada bengkok, jangan
sampai penuh
WARNING...!
a. Jangan pernah menyumbat kanul auditori eksternal dengan spuit
b. Penyemprotan larutan dengan kuat dapat merusak membran
timpani
c. Bila saat irigasi pasien merasakan sesuatu segera laporkan ke
perawat, dan hentikan tindakan irigasi ini
9 Lanjutkan irigasi sampai semua serumen atau debris hilang, atau semua
larutan yang disiapkan habis
10 Observasi setelah dilakukan tindakan, mungkin pasien akan mengalami
pendengarannya berkurang atau mungkin juga pusing
11 Keringkan aurikel dengan tisu, kemudian berikan bola kapas pada meatus
auditori
12 Posisikan pasien pada posisi miring ke arah telinga yang telah dilakukan
irigasi, diamkan selama 10 menit
13 Ambil bola kapas dan inspeksi produksi serumen/debris yang menempel
pada kapas
14 Inspeksi kembali kanal auditori dengan menggunakan oftalmoskop
(kondisi kanal, kebersihan saluran, dll)
15 Merapikan pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat (karakteristik dan
jumlah drainase

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
MANAJEMEN NYERI

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan penanganan nyeri
B. INDIKATOR PECAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan penanganan nyeri
a. Menjelaskan konsep nyeri
b. Menentukan teknik penanganan nyeri
2. Melakukan penanganan nyeri
a. Menyiapkan alat penanganan nyeri
b. Mendemonstrasikan penanganan nyeri
C. URAIAN MATERI
1. Definsi
Menurut IASP (Internasional Association for the Study of Pain) nyeri adalah suatu
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi untuk menimbulkan
kerusakan jaringan.

2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasi sebagi berikut :
a. Menurut jenisnya
a) Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi
Karena kerusakan jaringan baik somatik maupun visera.
b) Nyeri neurogenik
Nyeri yang disebabkan luka pada sistem saraf perifer atau disfungsi
sistem saraf.
c) Nyeri psikogenik
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa, misalnya
kecemasan atau depresi. Nyeri akan hilang bila keadaan jiwa pasien
tenang.

b. Menurut timbulnya nyeri


a) Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera.

b) Nyeri kronik
Nyeri yang konstan atau menetap dan berlangsung lama.
c. Menurut derajat nyeri
a) Nyeri ringan
Nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari-hari dan
menjelang tidur
b) Nyeri sedang
Nyeri yang berlangsung terus-menerus dan hanya hilang bila
penderita tidur.
c) Nyeri berat
Nyeri yang berlangsung terus-menerus sepanjang hari, penderita tidak
dapat tidur dan sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu tidur.
d. Menurut sumber nyeri
a) Nyeri somatik luar
Nyeri yang berasal dari kulit, jaringan subcutan dan membrane
mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, tajam dan
terlokalisasi.
b) Nyeri somatik dalam
Nyeri tumpul dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat rangsangan
pada otot rangka, tulang, sendi, dan jaringan ikat.
c) Nyeris visceral
Nyeri karena perangsangan organ visceral atau membrane yang
menutupi (pleura perietalis, pericardium, peritonium).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
a. Arti nyeri. Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian nyeri merupakan arti negative, seperti membahayakan, merusak dan
lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri. Merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada
korteks. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi
nciceptor.
c. Toleransi nyeri. Erat hubungan dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat,
peningkatan toleransi terhadap nyeri antara lain alkohol, obat-obatan hipnotis,
gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi anatara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri. Bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit.

4. Skala Nyeri
Skala nyeri yang biasa digunakan dalam dunia kesehatan ada dua yaitu Wong Baker
Face Pin Rating Scale dan Comperative Pin Scale
a. Skala wajah (Wong Baker Face Pin Rating Scale)

Keterangan
Ekspresi wajah 0 : Tidak merasa nyeri sama sekali
Ekspresi wajah 1 : Hanya nyeri sedikit
Ekspresi wajah 2 : Sedikit lebih nyeri
Ekspresi wajah 3 : Jauh lebih nyeri
Ekspresi wajah 4 : Jauh lebih nyeri sangat
Ekspresi wajah 5 : Sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

b. Skala angka nyeri 0 – 10 (Comparative Pin Scale)

Keterangan
a) Skala nyeri 1 – 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak
mengganggu pola aktivitas penderita.
b) Skala nyeri 4 – 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat
mengganggu pola aktivitas penderita.
c) Skala nyeri 7 – 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan therapy medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas
mandiri.

5. Teknik Penanganan Nyeri


Teknik manajemen nyeri adalah suatu tindakan dengan tujuan mengurangi atau
menghilangkan nyeri baik itu dengan farmakologi atau non farmakologi.
a. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Suatu metode efektif untuk menghilangkan nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan
otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi.
Ada tiga hal utama dalam teknik relaksasi :
a) Posisikan pasien dengan tepat
b) Pikiran beristirahat / tenang
c) Lingkungan yang tenang
Tujuan : Untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri pada pasien.
Indikasi : Dilakukan pada pasien dengan gangguan nyeri kronis.
b. Teknik Distraksi
Suatu metode untung menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri
yang dirasakan.
Tujuan : Untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri pada pasien.
Indikasi : Dilakukan pada pasien dengan gangguan nyeri kronis.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa : Siti Kusmiati


Nim Mahasiswa : 191030100420
Judul Unit Kompetensi : Manajemen Nyeri

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Pelumas/lotion
2 Handuk
3 Bantal kecil

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi
Tahap Kerja
I Teknik Relaksasi
1 Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa ada beban fisik
2 Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga
paru berisi udara
3 Instruksikan pasien menghembuskan udara secara perlahan, minta pasien
untuk memusatkan perhatian betapa nikmatnya rasanya
4 Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat
(1 – 2 menit)
5 Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam kemudian
menghembuskan dengan cara perlahan dan merasakan saat ini udara
mengalir dari tangan, kaki menuju paru-paru. Seterusnya udara dirasakan
mengalir keseluruh bagian tubuh
6 Minta pasien untuk mengulangi teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
8 Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri

II Teknik Distraksi
1 Meminta pasien memikirkan hal-hal yang menyenangkan
2 Ketika pasien relaks berfokus bayangannya, perawat jangan berbicara lagi
3 Jika pasien merasakan agitasi (gelisah) dan tidak nyaman, hentikan
latihan dan mulai lagi ketika pasien siap
4 Relaksasi akan mempengaruhi pasien selama 15 menit, catat daerah yang
tegang dan biasanya pasien akan relaks setelah menutup matanya dan
mendengarkan musik yang lembut
5 Catat hal-hal yang membantu pasien untuk relaks

III Masase/Pijitan
1 Identifikasi pasien
2 Atur posisi pasien prone (miring)
3 Letakkan bantal kecil di bawah perut pasien
4 Tuangkan lotion pada telapak tangan dan ratakan
5 Lakukan masase pada punggung, lakukan dengan jari-jari, telapak tangan
atau tekanan yang halus, dengan metode selang-seling, remasan, gesekan,
petriasi atau tekanan menyikat
Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna


1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN XIII

NEBULIZER / INHALASI

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pertolongan nebulizer
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pertolongan nebulizer
a. Menjelaskan definisi tindakan nebulizer
b. menjelaskan tujuan tindakan nebulizer
2. Melakukan pertolongan nebulizer
a. Menyiapkan alat nebulizer
b. Mendemonstrasikan tindakan nebulizer
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Nebulisasi adalah pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan
nebulator.
Alat nebulizer ini ada 2 macam jenis alat, yaitu :
a. Nebulizer jet
Nebulizer jet bekerja dengan udara ditekan
oleh kompresor yang akan menghasilkan
udara dengan tekanan tinggi yang lalu akan
memecahkan cairan obat menjadi gas
(aerosol).
Kelebihan dari Nebulizer compressor ialah harganya ekonomis,
penggunaannya mudah, dan tidak cepat panas pada penggunaan cukup lama.
Kekurangan dari Nebulizer compressor ialah hasil aerosol kurang halus bila
dibandingkan ultrasonic nebulizer, suaranya bising dan fisik alat yang
umumnya cukup berat.

b. Ultrasonic nebulizer
Ultrasoic nebulizer bekerja dengan osilator
elektronik dalam alat yang menghasilkan
gelombang ultrasonik, yang menimbulkan vibrasi
mekanis dari elemen piezoelektrik. Vibrasi ini
bersambungan dengan wadah cairan obat dalam
nebulizer, dimana vibrasi tinggi dalam osilator ini cukup untuk memecah
partikel obat dalam cairan obat menjadi partikel uap halus atau aerosol.
Kelebihan nebulizer ultrasonik ialah hasil aerosol lebih halus bila
dibandingkan nebulizer jet, mudah dibawa (portabel) dan tidak bising.
Kekurangan nebulizer ultrasonik adalah harganya yang relatif lebih mahal,
beberapa jenis nebulizer tempat cairan obatnya cukup sulit digunakan, dan
cenderung cepat panas pada penggunaan lama.

2. Tujuan
a. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
b. Melonggarkan jalan nafas

3. Fungsi
Fungsi nebulizer adalah merubah obat yang semula berbentuk cairan dirubah
menjadi kabut atau uap obat yang digunakan dalam pengobatan gangguan
pernapasan, seperti asma, influenza dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis).
Fungsi nebulizer pada bayi, anak, dan dewasa, maupun usia lanjut secara umum
sama, perbedaannya adalah pada dosis dan jenis obat yang diberikan. Dosis dan jenis
obat yang diberikan harus dikonsultasikan kepada dokter atau dokter spesialis.

4. Prinsip Kerja
Cara kerja nebulizer adalah dengan penguapan. Jadi obat-obatannya diracik (berupa
cairan), dimasukkan cup obatnya lalu dengan bantuan listrik menghasilkan uap yang
dihirup dengan mouthpiece (masker khusus). Tidak ada bau apa-apa, jadi rasanya
seperti bernafas biasa. Terapi penguapan sekitar 5 – 10 menit, 3 – 4 kali sehari
(seperti jadwal pemberian obat). Dapat dipakai sejak bayi 0 bulan, anak-anak hingga
dewasa. Pengobatan lewat nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena
langsung dihirup masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkanpun lebih
kecil, otomatis juga lebih aman. Biasanya dipakai untuk anak asma atau yang
memang sering batuk pilek berat karena alergi atau flu.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Nebulasi

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Kompresor udara
2 Selang penghubung
3 Nebulizer set
4 Obat yang diresepkan
5 Air steril atau NaCl
6 Pot sputum yang berisi desinfektan
7 Tissue
8 Bengok
9 Spuit 3 cc

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Berikan posisi nyaman (semi fowler)
7 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Monitor TTV pasien sebelum dan sesudah terapi, terutama pada pasien
yang mendapat terapi bronkodilator
2 Tambahkan obat dan NaCl atau air steril sesuai dosis kedalam nebulizer.
Sambungkan selang kompresor, kemudian nyalakan kompresor, akan
terlihat uap halus keluar dari alat
3 Pasang sungkup pada wajah pasien untuk menutupi mulut dan hidungnya
serta instruksikan pasien untuk menarik napas dalam dan perlahan
keluarkan lewat mulut

4 Amati pengembangan dada untuk memastikan pasien menarik napas


dalam
5 Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan dan dalam hingga obat habis
6 Setelah selesai terapi, anjurkan pasien untuk batuk efektif
7 Perhatikan posisi pasien dan bantu pasien untuk mendapatkan kondisi
yang nyaman

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna


Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN XIV

PEMASANGAN INFUS

D. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan pemasangan infus
E. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3. Menerapkan tindakan pemasangan infus
c. Menjelaskan definisi tindakan pemasangan infus
d. Menjelaskan tujuan pemasangan infus
4. Melakukan pemasangan infus
c. Menyiapkan alat pemasangan infus
d. Melakukan prosedur pemasangan infus
F. URAIAN MATERI
1. Definisi
Pemasangan infus (Intravenous Fluid Drip) dilakukan untuk memasukkan bahan-
bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau sesaat untuk mendapatkan
pengobatan secara cepat. Bahan yang dimasukkan dapat berupa darah, cairan, atau
obat-obatan. Istilah khusus untuk infus darah adalah transfusi darah.
https://www.catatanperawat.id/2017/01/cara-pemasangan-infus.html

2. Tujuan
a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang hilang
b. Memperbaiki keseimbangan asam basa
c. Memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Memperbaiki komponan darah
e. Tempat memasukkan obat atau terapi intra vena
f. Rehidrasi cairan pada pasien shock

3. Indikasi
Menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan, dehidrasi karena panas atau
akibat suatu penyakit, kehilangan plasma akibat luka bakar yang luas.

4. Macam-macam Ukuran Abocath


a. Ukuran 16G, warna abu-abu digunakan untuk pasien dewasa, bedah mayor,
dan trauma. Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan.
Pertimbangan perawat : Adanya rasa sakit pada insersi dan membutuhkan
vena besar.
b. Ukuran 18G, warna hijau digunakan untuk pasien anak dan dewasa. Biasanya
untuk transfusi darah, komponen darah, dan infus kental lainnya.
c. Ukuran 20G, warna merah muda digunakan untuk pasien anak dan dewasa.
Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus
kental lainnya.
d. Ukuran 22G, warna biru digunakan pada bayi, anak, dan dewasa (terutama
usia lanjut). Cocok untuk sebagian besar cairan infus, lebih mudah untuk
insersi ke vena yang kecil, tipis,dan rapuh. Kecepatan tetesan harus
dipertahankan lambat, sulit insersi melalui kulit yang keras.
e. Ukuran 24G, warna kuning digunakan untuk neonatus, bayi, anak, dan
dewasa (terutama usia lanjut). Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi
kecepatan tetesan lebih lambat, untuk vena yang sangat kecil. Sulit insersi
melalui kulit keras.

https://alkeskendari.com/disposable-habis-pakai/abocathjarum-infus

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemasangan Infus

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Abocath sesuai ukuran
2 Set infus
3 Cairan infus dan gantungan infus
4 Tourniquet
5 Plester hipoalergik (potongan sesuai kebutuhan)
6 Sarung tangan
7 Perlak dan pengalas
8 Kapas alkohol dan betadine (antiseptik lain)
9 Kasa verband atau transparans dressing
10 Anastesi lokal & alat cukur (jika perlu)
11 Bengkok/tempat sampah
B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien)
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya/mengutarakan
pendapat sebelum tindakan
2 Memberikan posisi yang nyaman sebelum tindakan
3 Gunakan sarung tangan
4 Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke botol cairan
infuse

5 Isi cairan kedalam set infuse dengan menekankan bagian ruang tetesan
sampai ruangan tetesan terisi sebagian, buka penutup sampai selang terisi
dan udara keluar
6 Letakkan perlak dan pengalas
7 Dekatkan bengkok
8 Atur posisi dengan tidur telentang
9 Lakukan pembendungan dengan tourniquet
10 Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi
11 Lakukan penusukan dengan lubang jarum ke arah atas
12 Periksa apakah sudah masuk ke vena, yang ditandai dengan keluarnya
darah melalui jarum infuse
13 Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
14 Lepaskan bendungan dan mulai jalankan infus serta atur tetesan infus
15 Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kassa steril
16 Memasang plester dan beri label (waktu pemasangan)

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XV

PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pertolongan pemberian makan melalui selang nasogastrik
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pertolongan pemberian makan melalui selang nasogastrik
a. Menjelaskan tujuan pertolongan pemberian makan melalui selang nasogastrik
b. Mengurutkan teknik pemberian makan melalui selang nasogastrik
2. Melakukan pertolongan pemberian makan melalui selang nasogastrik
a. Menyiapkan alat pertolongan pemberian makan melalui selang nasogastrik
b. Melakukan pertolongan pemberian makan melalui selang nasogastrik
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Pemasangan Naso Gatric Tube (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa panjang
yang terbuat dari polyurethane atau silicone melalui hidung, esofagus sampai ke
dalam lambung dengan indikasi tertentu.
Pemberian makan melalui selang nasogastrik adalah suatu tindakan pemberian
nutrisi berupa cairan ke dalam lambung melalui hidung dengan menggunakan pipa
lambung (slang nasogastrik).
Ukuran NGT diantaranya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Dewasa : 14 – 20
b. Anak-anak : 8 – 16
c. Bayi :5–7

2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang adekuat dengan cara
memasukkan makanan dan minuman.
b. Memberi obat langsung ke lambung.
c. Mencegah terjadinya atropi esofagus / lambung pada pasien tidak sadar.
d. Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan
e. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau
pendarahan pada lambung.

3. Macam-macam NGT
a.

Selang NGT dari bahan silicon

b.
Selang NGT dari bahan karet

c.

Selang NGT dari bahan plastik

4. Indikasi
Indikasi pasien yang dipasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut :
a. Pasien tidak sadar.
b. Pasien karena kesulitan menelan.
c. Pasien yang keracunan.
d. Pasien yang muntah darah.
e. Pasien pra atau post operasi esofagus atau mulut.

5. Kontraindikasi
a. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esofagus.
b. Pasien yang mengalami cedera serebrospinal.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemasangan NGT

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Selang NGT dengan ukuran dewasa 14 – 20, anak-anak 8 – 10
2 Jelly (pelicin)
3 Arteri klem
4 Sarung tangan bersih
5 Penutup / penyumbat penduga
6 Kom kecil berisi air matang
7 Plester dan gunting
8 Perlak dan pengalas
9 Kertas tisu
10 Bengkok
11 Stetoskop
12 Spuit 50 cc
13 Senter
14 Sudip lidah pada pasien tidak sadar

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan / indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Pembacaan berkas rekam medik pasien untuk memastikan program, dan
pastikan inform consent telah ditandatangani pasien/keluarga
2 Pengecekan identitas pasien dengan melihat ID band dan memanggil
nama pasien sesuai dengan namanya
3 Pengucapan salam serta perkenalkan nama perawat dengan ramah
4 Menjelaskan langkah-langkah dan tujuan prosedur
5 Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
6 Mengobservasi tanda-tanda vital sebelum tindakan
7 Menjaga kebutuhan privacy pasien
8 Atur posisi pasien semi fowler 300

Tahap Kerja
1 Pengaturan penempatan alat, dekatkan dengan pasien
2 Pemasungan sarung tangan bersih
3 Melakukan pengecekan pada hidung untuk memastikan tidak ada kotoran
4 Pemasangan perlak dan pengalas di bawah dagu pasien
5 Meletakkan bengkok di sisi tubuh pasien
6 Pengeluaran selang NGT dari bungkusnya
7 Pengukuran selang NGT yang akan dimasukkan ke dalam lambung dan
diberi tanda, panjang selang NGT diukur dari atas lubang hidung ke
telinga kemudian ke prosesus xypoideus
8 Pengolesan jelly pada selang NGT sepanjang 10 – 20 cm
9 Memberikan informasi pada pasien bahwa slang akan dimasukkan
10 Memposisikan kepala pasien ekstensi

11 Mulai memasukkan slang NGT secara perlahan-lahan, lalu kepala


difleksikan
12 Anjurkan pasien untuk menelan bila slang telah melewati nasofaring /
terasa benda asing (±3 – 4 cm)
Catatan :
a. Bila terasa ada hambatan ketika memasukkan NGT jangan
dipaksakan, cabut NGT, oleskan jelly dan masukkan kembali
b. Jika telah dilakukan sebanyak 2 kali dan tidak berhasil, segera
laporkan kepada penanggung jawab ruangan untuk dilakukan
koordinasi lebih lanjut
13 Jika NGT berhasil masuk, anjurkan pasien menarik nafas
14 Dorong selang NGT sampai batas yang sudah diberi tanda
15 Lakukan pengecekkan apakah selang NGT benar-benar telah masuk ke
dalam lambung dengan salah satu cara :
a. Aspirasi cairan lambung dengan menggunakan spuit. Jika keluar
cairan dari selang, tanda selang telah masuk lambung
b. Masukkan udara sebanyak 5 – 10 cc dengan spuit secara cepat ke
dalam lambung sambil mendengarkan dengan stetoskop pada
daerah epigastrium, jika terdengar bunyi udara masuk, tanda
selang telah masuk lambung
c. Masukkan ujung NGT kedalam kom kecil berisi air, jika ada
gelembung udara tanda selang masuk kedalam saluran nafas, jika
tidak ada gelembung tanda selang telah masuk ke dalam lambung
16 Jika selang telah berhasil masuk lambung, tutup / klem selang NGT bila
tujuan pemasangan selang NGT untuk pemberian makanan cair. Tapi jika
tujuannya untuk pengeluaran cairan lambung biarkan selang tetap terbuka,
alirkan cairan ke dalam plastik / penampung
17 Pemasangan fiksasi selang
18 Bantu pasien untuk posisi yang nyaman
Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
a. NGT terpasang dengan baik, jika untuk drainage, pastikan
drainage NGT lancar
b. Pasien nyaman
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
a. Tanggal dan jam
b. Type dan ukuran NGT
c. Jika NGT untuk mengeluarkan cairan lambung, catat jumlah dan
karakteristik drainage
d. Respon pasien terhadap prosedur

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN XVI

PEMBERIAN KEMOTERAPI

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan pemberian kemoterapi
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan pemberian kemoterapi
a. Menjelaskan definisi pemberian kemoterapi
b. Menjelaskan tujuan pemberian kemoterapi
2. Melakukan tindakan pemberian kemoterapi
a. Menyiapkan alat pemberian kemoterapi
b. Mendemonstrasikan pemberian kemoterapi
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker.

2. Tujuan
a. Menurunkan ukuran kanker sebelum operasi.
b. Merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi.
c. Mengobati beberapa macam kanker darah.
d. Menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini.
e. Menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara
waktu.
f. Meringankan gejala.
g. Mengontrol pertumbuhan sel-sel kanker.

3. Syarat Pemberian Kemoterapi


a. Keadaan umum harus cukup baik.
b. Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan
terjadi.
c. Faal ginjal (kadar ureum < 40 mg/dl dan kadar kreatinin < 1.5 mg/dl) dan faal
hati baik.
d. Diagnosa hispatologik diketahui.
e. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi.
f. Hemoglobin > 10 gr/dl.
g. Leukosit > 5000/ml
h. Trombosit > 100.000/ml

4. Indikasi Pemberian Kemoterapi


a. Untuk menyembuhkan kanker.
b. Memperpanjang hidup dan remisi
c. Memperpanjang interval bebas kanker.
d. Menghentikan progesi sel kanker.
e. Paliasi symptom.
f. Mengecilkan volume kanker.
g. Menghentikan gejala para neoplasma.

5. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian kemoterapi absolute :
a. Trimester pertama kehamilan.
b. Septikemia (infeksi)
c. Penyakit stadium akhir
d. Koma
Kontraindikasi pemberian kemoterapi relatif :
a. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah.
b. Keadaan umum yang buruk.
c. Gangguan fungsi organ vital yang berat seperti kerusakan hati, ginjal dan
jantung.
d. Penderita yang tidak kooperatif.
e. Dimensia.
f. Metastasis otak yang tidak dapat diobati dengan radioterapi.
g. Pasca pembedahan atau operasi.
h. Tidak ada fasilitas penunjang yang memadai.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemberian Kemoterapi

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Obat sitostatika
2 Cairan NaCl 0.9% dan D5% atau intralit
3 Pengalas plastik dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
4 Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
5 Spuit disposible (5cc, 10cc, 20cc, 50cc)
6 Infus set dan vena kateter kecil
7 Alkohol 70% dengan kapas steril
8 Bak spuit besar
9 Label obat
10 Plastik tempat pembuangan bekas
11 Kardex (catatan khusus)

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Mengegcek program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat
sebelumnya
2 Cuci tangan (sesuai SPO)
3 Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat dan cara pemberian obat
4 Menyiapkan alat

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
I Persiapan Obat
1 Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau
kain
2 Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu
3 Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0.9%, D5%
atau intralit
4 Sebelum membukan ampul, pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada
pada puncak ampul
5 Gunakan kassa waktu akan membuka ampul, agar tidak terjadi luka dan
terkontaminasi dengan kulit
6 Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup dengan tidak mengambil
2 kali
7 Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan
kassa atau kassa steril diujung jarum spuit
8 Masukkan perlahan-lahan obat ke dalam flabot NaCl 0.9% atau D5%
dengan volume cairan yang telah ditentukan
9 Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat
ke dalam botol flabot atau botol infus
10 Buat label nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir
pemberian atau dengan syringe pump
11 Masukkan ke dalam kontainer yang telah disediakan
12 Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau
jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari
tusukan
II Pemberian Obat
1 Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian
2 Pakai proteksi : Gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata, sarung
tangan dan sepatu
3 Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
4 Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi di bawah daerah
tusukan infus
5 Berikan antimual setengah jam sebelum pemberian anti neoplastik
(primperan, zofran, kitril secara intravena)
6 Lakukan aspirasi dengan cairan NaCl 0.9%
7 Beri obat kanker secara perlahan-lahan (kalau perlu dengan syringe
pump) sesuai program
8 Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0.9%
9 Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
di ikat serta diberi etiket
10 Buka gaun, topi, masker, kacamata kemudian rendam dengan detergent
11 Bila disposible masukkan ke dalam kantong plastik kemudian di ikat dan
diberi etiket, kirim ke incinerator/pembakaran

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
PEMERIKSAAN GULA DARAH SEWAKTU

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pemeriksaan gula darah sewaktu
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pemeriksaan gula darah sewaktu
a. Menjelaskan definisi pemeriksaan gula darah sewaktu
b. Menjelaskan tujuan pemeriksaan gula darah sewaktu
2. Melakukan pemeriksaan gula darah sewaktu
a. Menyiapkan alat pemeriksaan gula darah sewaktu
b. Mendemonstrasikan tindakan pemeriksaan gula darah sewaktu
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Pemeriksaan gula darah adalah salah satu jenis pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi kadar gula di dalam darah dalam kondisi sewaktu, puasa, dan 2 jam
postprandial.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan
:
a. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudain sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) ≤ 200 mg/dl

2. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengetahui kadar gula darah pada
pasien
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemeriksaan GDS

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Glukometer
2 Stik gula darah
3 Lancet
4 Bengkok
5 Kapas alkohol
6 Sarung tangan bersih

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
3 Pasang stik gula darah pada alat glukometer
4 Bersihkan area penusukan menggunakan kapas alkohol
5 Menusukkan lanset dijari tangan pasien
6 Meletakkan stik gula darah di jari tangan pasien

7 Menutup bekas tusukan dengan kapas alkohol


8 Alat glukometer akan berbunyi

9 Membaca hasil dan menulis di form laboratorium


10 Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
11 Membuang limbah pada tempat sampah infeksius

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XVIII

PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan pengambilan analisa gas darah
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan pengambilan analisa gas darah
a. Menjelaskan definisi pengambilan analisa gas darah
b. Menjelaskan tujuan pengambilan analisa gas darah
2. Melakukan tindakan pengambilan darah arteri
a. Menyiapkan alat pengambilan darah arteri
b. Mendemonstrasikan tindakan pengambilan darah arteri
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Analisa gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (Ph), jumlah
oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai
fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke sirkulasi darah dan
mengambil karbondioksida dari dalam darah.

2. Tujuan
a. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa.
b. Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler.
c. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
d. Mengetahui pH darah.
e. Mengetahui tekanan parcial CO2.
f. Mengetahui bikarbonat
g. Mengetahui base excess / defisit.
h. Mengetahui tekanan parsial oksigen.
i. Mengetahui saturasi O2

3. Tempat Pengambilan Darah Arteri


a. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan test alen)
Test allen merupakan uji penilaian
terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini
dilakukan dengan cara : pasien diminta
untuk mengepalkan tangannya,
kemudian berikan tekanan pada arteri
radialis dan arteri ulnaris selama
beberapa menit, setelah itu minta pasien
untuk membuka tangannya, lepaskan
tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan
tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen
positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen
negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa
tangan yang lain.

b. Arteri dorsalis pedis


Merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri
radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan.
c. Arteri brakhialis
Merupakan arteri pilihan keempat karena
lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi
pembuluh darah.

d. Ateri femoralis
Merupakan pilihan terakhir apabila pada
semua arteri diatas tidak dapat diambil.
Bila terdapat obstruksi pembuluh darah
akan menghambat aliran darah ke seluruh
tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat
mengakibatkan berlangsung lama dapat
menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena
besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

4. Indikasi
a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
b. Pasien dengan edema pulmo
c. Pasien Akut Respiratori Distress Sindrom (ARDS)
d. Infark miokard
e. Pneumonia
f. Pasien syok

5. Kontraindikasi
a. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma.
b. Modifikasi Allen tes negatif, apabila test Allen negatif tetapi tetap dipaksa
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan
terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
c. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer
pada tempat yang akan diperiksa.
d. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pengambilan Darah Arteri

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Spuit 1 – 3 cc, jarum No. 23 atau No. 25 dan penutup jarum khusus/gabus
2 Kapas alkohol
3 Kassa steril
4 Bengkok
5 Plester dan gunting
6 Heparin
7 Wadah yang berisi es
8 Sarung tangan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan / indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Beri posisi nyaman pada pasien
7 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Mengaspirasi heparin kedalam spuit, lalu dengan posisi tegak lurus
semprotkan/buang seluruh heparin
3 Meraba arteri radialis, brakhialis, atau femoralis yang menjadi area
penyuntikan
4 Melakukan test Allen
Pada pasien sadar :
a. Menekan arteri radialis dan ulnaris pada pergelangan tangan
secara bersama-sama
b. Menginstruksikan pasien untuk mengepal dan membuka kepalan
berkali-kali sampai tangan menjadi pucat
c. Melepaskan tekanan pada arteri ulnaris (sambil menekan arteri
radialis) dan perhatikan warna kulit menjadi kembali normal
Pada pasien tidak sadar
a. Menekan arteri radialis dan ulnaris pada pergelangan tangan
secara bersama-sama
b. Meninggikan tangan pasien melewati batas jantung dan kepalkan
tangan pasien sampai telapak tangan menjadi pucat
c. Menurunkan tangan pasien sambil menekan arteri radialis
(tekanan pada arteri ulnaris dilepaskan) dan perhatikan warna
kulit menjadi normal kembali
5 Meraba kembali artei radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras
dengan menggunakan jari tangan dan telunjuk
6 Mendesinfeksi kulit
7 Menyuntikkan jarum ke arteri radialis dengan sudut 45 – 600. Bila jarum
masuk ke dalam arteri, darah akan keluar tanpa spuit dihisap dan warna
darah yang keluar merah terang
8 Setelah darah terhisap (kira-kira 2 ml) tarik spuit dan tekan bekas tusukan
arteri 5 – 10 menit. Bila pasien mendapat heparin, tekan selama 15 menit
lalu tekan dengan balutan tekan
9 Menusukkan jarum spuit pada gabus atau karet
10 Meletakkan spuit pada thermoses atau segera kirimkan ke laboratourium
bersama formulir pemeriksaan
11 Merapikan pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
a. Nama pasien
b. Hari, tanggal, waktu
c. Hasil pemeriksaan dan respon pasien
d. Nama terang dan tanda tangan perawat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XIX

PENGUKURAN ANKLE BRACHIAL INDEX

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan pengukuran ankle brachial index
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pengukuran ankle brachial index
a. Menjelaskan definisi pengukuran ankle bracial index
b. Menjelaskan tujuan pengukuran ankle brachial index
2. Melakukan pengukuran ankle brachial index
a. Menyiapkan alat pengukuran ankle brachial index
b. Mendemonstrasikan tindakan pengukuran ankle brachial index
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Ankle-Brachial Index adalah rasio tekanan darah sistolik (TDS) yang diukur di kaki
(dorsalis pedis dan posterior tibial) dan di lengan (brachial). Pertama kali
diperkenalkan oleh Winsor pada tahun 1950.

2. Tujuan
Mengetahui derajat perfusi ke jaringan kaki.

3. Indikasi
a. Menegakkan diagnosis arterial disease pada pasien dengan suspect Lower
Extremity Arterial Disease (LEAD).
b. Mengesampingkan LEAD pada pasien dengan luka pada ekstremitas bawah.
c. Klaudikasi intermiten.
d. Usia lebih dari 65 tahun.
e. Usia lebih dari 50 tahun dengan riwayat merokok atau diabetes.
f. Menentukan aliran darah arterial yang adekuat pada ekstremitas bawah
sebelum dilakukan terapi kompresi atau debridement luka.
g. Mengkaji potensi penyembuhan luka.
4. Kontraindikasi
a. Nyeri yang luar biasa pada tungkai bawah/kaki.
b. Deep vein thrombosis, yang dapat menyebabkan dislodgement thrombosis.
c. Nyeri berat yang berhubungan dengan luka pada ekstremitas bawah

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ABI saat Istirahat


a. Umur : Menurun seiring bertambahnya usia dikarenakan kekakuan pada
arteri.
b. Tinggi Badan : Seseorang dengan tinggi badan yang lebih tinggi akan
memiliki ABI yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang pendek
sebagai konsekuensi peningkatan TDS dengan jarak yang lebih jauh dari
jantung.
c. Jenis kelamin : Perempuan memiliki ABI lebih rendah dibanding laki-laki
d. Etnik : Kulit hitam memiliki ABI lebih rendh dibandingkan kulit putih
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pengukuran Ankle-Brachial Index

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Doppler portable dengan probe 8 – 10 MHz, gunakan probe 5 MHz jika
terdapat edema yang besar dibawah tungkai / kaki
2 Sphygmomanometer
3 Gel ultrasound
4 Alcohol pads untuk membersihkan doppler
5 Kassa/tissue
6 Handuk/selimut
7 Kertas/pena

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi
Tahap Kerja
1 Lepaskan kaos kaki, sepatu dan pakaian yang ketat agar memungkinkan
pemasangan manset dan akses nadi dengan doppler
2 Anjurkan pasien berbaring terlentang (supine), dengan posisi lengan dan
kaki sama tinggi dengan posisi jantung minimum selama 5 – 10 menit
sebelum pengukuran. Tempatkan bantal dibawah kepala pasien agar
pasien merasa nyaman
3 Sebelum pemasangan manset, pasang pelindung misal plastic wrap pada
ekstremitas jika terdapat luka atau perubahan pada integritas kulit
4 Pasang selimut pada tungkai dan ekstremitas untuk mencegah kedinginan
5 Pasang manset di lengan kanan atas dan jangan sampai menutupi arteri
kemudian palpasi arteri brachialis
6 Tandai nadi brachialis hasil palpasi dengan gel ultrasound
7 Tempatkan probe vascular doppler ultrasound di atas arteri brachialis
dengan sudut 45 – 600 dan ubahlah posisi probe hingga terdengar suara
yang terjelas
Pompa manset hingga 20 mmHg diatas menghilangnya tekanan darah
sistolik. Kempiskan manset perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic
brachialis.
Bersihkan gel dari kulit
8 Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan pastikan ukurannya
sesuai. Palpasi nadi dorsalis pedis

9 Tandai nadi dorsalis pedis hasil palpasi dengan gel ultrasound


10 Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri dorsalis pedis
dengan sudut 45 – 600 dan ubahlah posisi drope hingga terdengar suara
yang terjelas
Pompa manset hingga 20 mmHg diatas menghilangnya tekanan darah
sistolik. Kempiskan manset perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic dorsalis
pedis
Bersihkan gel dari kulit
11 Palpasi nadi posterior tibia dan tandai nadi hasil palpasi dengan gel
ultrasound

12 Tempatkan probe vascular Doppler ultrasound diatas arteri posterior tibial


dengan sudut 45 – 600 dan ubahlah posisi drope hingga terdengar suara
yang terjelas
Pompa manset hingga 20 mmHg diatas menghilangnya tekanan darah
sistolik. Kempiskan manset perlahan, perhatikan suara pertama yang
dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic posterior
tibial
Bersihkan gel dari kulit
13 Lakukan pengukuran selanjutnya di posterior tibial kiri, dorsalis pedis kiri
dan lengan kiri
14 Hitung ABI
Tekanan tertinggi pada kaki kanan
ABI kanan Teakanan tertinggi pada kedua lengan

Tekanan tertinggi pada kaki kiri


ABI kiri Tekanan tertinggi pada kedua lengan

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna


1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN XX

PERAWATAN KOLOSTOMI

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan perawatan kolostomi
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan perawatan kolostomi
a. Menjelaskan definisi perawatan kolostomi
b. Menjelaskan tujuan perawatan kolostomi
2. Melakukan tindakan perawatan kolostomi
a. Menyiapkan alat perawatan kolostomi
b. Mendemonstrasikan tindakan perawatan kolostomi
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong
kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
2. Tujuan
a. Menjaga kebersihan pasien.
b. Mencegah terjadinya infeksi.
c. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma.
d. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Perawatan Kolostomi

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Sarung tangan bersih
2 Kom berisi kapas alkohol
3 Topical terapi (pasta powder)
4 Bengkok
5 Handuk
6 Perlak/pengalas
7 Kantong kolostomi baru
8 Tissue
9 Gunting
10 Pinset (anatomis 1, sirugis 1)
11 Masker
12 Apron
13 Betadine
14 Kantong plastik

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pemakaian APD
2 Letakkan perlak/pengalas disekeliling abdomen dan dibawah tempat
pembuangan stoma
3 Letakkan bengkok diatas perlak
4 Siapkan tempat sampah
5 Pembukaan perlahan kantong kolostomi dengan pinset dan tangan lainnya
menekan kulit pasien. Lepaskan kantong dengan mengangkat ujungnya
keatas dengan tangan yang dominan, letakkan pada kantong
penampungan
6 Pengosongan kantong kolostomi : Lihat warna, jumlah dan buang
7 Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas alkohol
8 Periksa apakah terdapat luka disekitar kulit stoma, oleskan topikal terapi
disekitar stoma bila perlu
9 Pengeringan kulit disekitar stoma
10 Pemasangan kolostomi bag sesuai dengan kondisi pasien
11 Pelepasan APD

Tahap Terminasi
1 Evaluasi hasil/respon pasien
2 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3 Akhiri kegiatan, membereskan alat
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
PERAWATAN LUKA

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan perawatan luka dasar
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan perawatan luka dasar
a. Menjelaskan definisi perawatan luka dasar
b. Menjelaskan tujuan perawatan luka dasar
c. Menentukan teknik perawatan luka dasar
2. Melakukan perawatan luka dasar
a. Menyiapkan alat perawatan luka dasar
b. Mendemonstrasikan perawatan luka dasar
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Luka adalah rusak atau terputusnya kontinuitas / komponen jaringan kulit atau
jaringan di bawahnya.
Mekanisme terjadinya luka
a. Luka insisi (incised wound)
Terjadi akibat teriris benda tajam. Misalnya
akibat pembedahan.

b. Luka memar (contusion wound)


Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan
dan dikarakteristikkan oleh cedera pada
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (abraded wound)
Terjadi akibat kulit bergesekkan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang
tidak tajam.

d. Luka tusuk (punctured wound)


Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru
atau pisau yang masuk ke dalam kulit
dengan diameter yang kecil.

e. Luka gores (lacerated wound)


Terjadi akibat benda yang tajam, seperti oleh
kaca atau oleh kawat.

f. Luka tembus (penetrating wound)


Yaitu luka yang menembus organ tubuh,
biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil, tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.

g. Luka bakar (combustion)

Adalah kerusakan jaringan yang diakibatkan


oleh karena bersentuhan atau terpapar suhu
yang tinggi.
2. Tujuan Perawatan Luka

Mengganti balutan luka


a. Mencegah infeksi
b. Memberi perawatan luka dan mengobati luka
c. Mempercepat proses penyembuhan
d. Memperoleh rasa nyaman
e. Mengobservasi perkembangan luka
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien dengan luka
a. Memperoleh rasa nyaman
b. Meningkatkan hemostatis luka

3. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1. Usia : Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan
penyembuhan jaringan.
2. Infeksi : Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka, tetapi
dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga
akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun
kedalaman luka.
3. Hipovolemia : Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi
dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma : Hematoma merupak bekuan darah. Sering kali pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk ke dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing : Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat.
Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah
merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan
nanah (pus).
6. Iskemia : Merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan luka pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat
faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

7. Diabetes : Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan


peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

8. Pengobatan :

a. Steroid : Akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh


terhadap cedera.
b. Antikoagulan : Mengakibatkan perdarahan.
c. Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah
luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi
intravaskuler.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK
Nama Mahasiswa : PeraWati
Nim Mahasiswa : 191030100421
Judul Unit Kompetensi : Perawatan luka

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
I Alat Steril
1 Pinset anatomi
2 Pinset sirugis
3 Gunting debridemand
4 Kasa steril
5 Kom kecil : 3 buah
6 Sarung tangan steril

II Alat Non Steril


1 Pinset anatomi
2 Gunting plester
3 Plester/perekat
4 Alkohol 70 %
5 Desinfektan/betadine
6 NaCl 0,9%
7 Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant
8 Verband
9 Obat luka sesuai kebutuhan
10 Cotton bud
11 Perlak & pengalas
12 Salp antibiotik
13 Sarung tangan bersih

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa klien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika klien
sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarga
5 Berikan posisi nyaman
6 Jaga privasi pasien

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3 Membuka peralatan steril
4 Mempersiapkan peralatan yang akan dipakai
5 Siapkan 3 kom dan tuang larutan ke dalam kom tersebut (1 kom untuk
alkohol, 1 kom untuk NaCl, 1 kom untuk desinfektan / betadine)
6 Membasahi plester dengan alkohol/wash bersih dan buka menggunakan
pinset
7 Membuka balutan lapis luar secara perlahan
8 Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
9 Lepas sarung tangan bersih, ganti dengan yang steril
10 Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
11 Melakukan debridement jika diperluka
12 Membersihkan luka dengan cairan NaCl
13 Melakukan kompres desinfektant dan tutup dengan kasa
14 Memasang plester atau verband
Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakakuan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan perawatan trakeostomi
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan perawatan trakeostomi
a. Menjelaskan definisi tindakan perawatan trakeostomi
b. Menjelaskan tujuan tindakan perawatan trakeostomi
2. Melakukan tindakan perawatan trakeostomi
a. Menyiapkan alat tindakan perawatan trakeostomi
b. Mendemonstrasikan tindakan perawatan trakeostomi
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Perawatan trakeostomi adalah tindakan merawat lubang stoma pada trakeostomi dan
area sekitar.

https://id.wikihow.com/Melakukan-Perawatan-Trakeostomi

2. Tujuan
a. Menjaga keutuhan jalan napas.
b. Mencegah infeksi.
c. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakeostomi.

3. Indikasi
a. Terjadi obstruksi jalan napas atas.
b. sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya
pada pasien koma.
c. Untuk memasang alat bantu pernapasan (respirator).
d. Apabila terdapat benda asing di subglotis.
e. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga
mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi.
f. Penimbunan sekret di saluran pernapasan.

4. Kontraindikasi
Infeksi pada tempat pemasangan dan gangguan pembekuan darah yang tidak
terkontrol, misalnya seperti hemofili.

5. Jenis Pipa Trakeostomi


a. Cuffed tubes

Selang dilengkapi dengan balon yang dapa


diatur sehingga memperkecil timbulnya
resiko aspirasi.

b. Uncuffed tubes

Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan


penderita yang tidak mempunyai resiko
aspirasi.

c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)


Dua bagian trakeostomi ini dapat
dikembangkan dan dikempiskan sehingga
kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti
untuk mencegah terjadi obstruksi.
d. Silver negus tubes
Terdiri dari bagian pipa yang digunakan
untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak
perlu terlalu sering dibersihkan dan
penderita dapat merawa sendir.

e. Fenestrated tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang
terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernapas
melewati hidungnya. Selain itu, bagian
terbuka ini memungkinkan penderita
untuk dapat berbicara.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Perawatan Trakeostomi

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Set dresing
a. Pinset anatomis 2 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Bengkok
d. Kom 2 buah
e. Gunting jaringan 1 buah
f. Gunting Hecting 1 buah
g. Duk steril
2 Sarung tangan bersih
3 Sarung tangan steril
4 Plester
5 Kassa
6 NaCl 0.9%
7 Masker
8 Baju dresing
9 Gunting plester
10 Troli dresing (meja dresing) sisi sebelah kanan perawat plastik kuning
(infeksi), dan sisi kiri perawat plastik hitam (non infeksi)
11 Pemilihan terapi luka supratul dll

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Dekatkan semua peralatan, perawat memakai baju dresing dan masker
2 Atur posisi semifowler
3 Pasang sarung tangan bersih
4 Buka set dresing, isi kom dengan NaCl 0.9% secukupnya dan isi bengkok
dengan cairan NaCl 0.9%. Buka supratul dan masukkan ke dalam set
dresing
5 Letakkan duk steril di dada pasien
6 Buka kanul dalam, lepas dengan cara menariknya keluar secara perlahan
ke arah anda segaris dengan garis lengkungnya. Letakkan kanul dalam
pada bengkok berisi larutan NaCl 0.9%
7 Lepaskan balutan luka trakeostomi dan buang pada plastik kuning
8 Bersihkan kanul dalam trakeostomi dengan menggunakan sikat
trakeostomi, kemudian bilas dengan NaCl 0.9% sampai bersih. Setelah
bersih simpan di set dresing steril paling ujung
9 Pakai sarung tangan steril, kemudian bersihkan kanul luar dan stoma
trakeostomi dengan menggunakan kassa lembab NaCl 0,9% sampai
bersih. Lalu keringkan
10 Potong supratul secukupnya dan kemudian pasang pada kanul luar
trakeostomi
11 Potong kasa kotak tengahnya, kemudian pasang pada kanul luar
trakeostomi. Plester kasa tersebut
12 Ambil dan pasang kanul dalam trakeostomi yang sudah dibersihkan pada
kanul luar trakeostomi

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN XXIII
PERAWATAN WATER SEAL DRAINAGE

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan perawatan WSD
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan perawatan WSD
a. Menjelaskan definisi perawatan WSD
b. Menjelaskan tujuan perawatan WSD
2. Melakukan tindakan perawatan WSD
a. Menyiapkan alat perawatan WSD
b. Mendemonstrasikan tindakan perawatan WSD
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
WSD (Water Seal Drainage) merupakan suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan baik darah atau pus dari rongga pleura ataupun rongga
thorax (mediastinum) dengan menggunakan selang penghubung dari rongga ke botol
WSD.
Perawatan WSD adalah perawatan pasien yang dipasang selang dada.

2. Tujuan
a. Mencegah infeksi tempat tusukan.
b. Mencegah kerusakan kulit sekitar tempat tusukan
3. Tipe atau Sistem WSD
a. WSD dengan sistem 1 botol
1) Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien
simple pneumothoraks.
2) Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang
selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol.
3) Air steril dimasukkan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2
cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa
menyebabkan kolaps paru.
4) Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar.
5) Drainage tergantung dari mekanisme pernapasan dan gravitasi.
6) Undulasi (gelembung udara) pada selang cairan mengikuti irama
pernapasan yaitu saat :
- Inspirasi akan meningkat
- Ekspirasi menurun
b. WSD dengan sistem 2 botol
1) Digunakan 2 botol : 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol
ke-2 botol water seal.
2) Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong
dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihungkan dengan
selang di botol 2 yang berisi water seal.
3) Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari
rongga pleuara masuk water seal botol 2.
4) Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan
mengalir dari rongga pleura ke botol WSD. Biasanya digunakan untuk
mengatasi adanya cairan dan udara pada rongga dan pada efusi pleura.
c. WSD dengan sistem 3 botol
1) Sama dengan sistem 2 botol, hanya ditambah 1 botol untuk
mengontrol jumlah hisapan yang digunakan.
2) Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
3) Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botil ke-
3.
4) Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang
tertanam dalam air botol WSD.
5) Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan.
6) Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
- Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada
botol kedua.
- Tube pendek lain dihungkan denga suction.
- Tube ditengah yang panjang sampai di batas permukaan air
dan terbuka ke atmosfer.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Perawatan WSD

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Duk pembungkus
2 Botol WSD steril
3 NaCl 0.9%
4 Betadine
5 Kassa steril dalam tromol
6 Kapas lidi waten
7 Plester
8 Bengkok
9 Alkohol 70%
10 Sarung tangan steril
11 Sarung tangan bersih
12 Was bensin
13 Bak steril dan tutup 1 buah
14 Kom kecil 2 buah
15 Selang WSD steril 1 buah
16 Pinset anatomis 1 buah
17 Pinset sirugis 2 buah
18 Klem arteri 2 buah
19 Gunting heacting 1 buah
20 Gunting perban / plester
21 Gunting lurus

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan bersih
2 Membuka set bedah minor steril
3 Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati, balutan
kotor dimasukkan ke dalam nierbekken
4 Menilai kondisi luka, tanda krepitasi, tanda infeksi
5 Ganti sarung tangan bersih dengan sarung tangan steril
6 Mendesinfeksi luka dan selang dengan betadine 10% kemudian dengan
alkohol 70%
7 Menutup luka dengan kassa steril yang sudah dipotong tengahnya
kemudian di plester
8 Selang WSD diklem
9 Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol
10 Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudain selang
WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD yang baru
11 Klem selang WSD dibuka
12 Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara
batuk efektif
13 Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2 – 3 kali sehari melakukan
latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD, latihan
batuk efektif
14 Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantu
pasien dalam posisi yang paling nyaman
15 Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian disterilisasi
kembali
16 Membuka sarung tangan

Tahap Terminasi
1 Evaluasi hasil/respon pasien
2 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3 Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXIV

PEREKAMAN & INTERPRETASI EKG

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan pemasangan EKG
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan pemasangan EKG
a. Menjelaskan definisi pemasangan EKG
b. Menjelaskan tujuan pemasangan EKG
2. Melakukan tindakan pemasangan EKG
a. Menyiapkan alat pemasangan EKG
b. Mendemonstrasikan tindakan pemasangan EKG
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Adalah suatu tindakan merekam perubahan potensial listrik jantung dengan
menggunakan alat elektrokardiograf.

http://www.ina-ecg.com/2018/05/ekg-ulasan-dan-cara-membacanya.html
2. Tujuan
a. Mengetahui kelainan irama jantung pasien.
b. Mengetahui kelainan miokardium.
c. Mengetahui efek penggunaan obat jantung.
d. Mengetahui terjadinya gangguan elektrolit pada pasien.
e. Mengetahui infeksi lapisan jantung.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemasangan EKG

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Set mesin EKG
2 Kabel untuk sumber listrik
3 Kabel elektrode ekstremitas dan dada
4 Plat elektrode
5 Balon penghisap elektroda dada
6 Jelly
7 Bengkok
8 Tissue
9 Kassa/kapas alkohol pada tempatnya
10 Kertas EKG
11 Sarung tangan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi
7 Hal-hal yang harus diperhatikan
a. Melepaskan alat logam yang digunakan oleh pasien
b. Dinding dada harus terbuka
c. Menganjurkan pasien untuk berbaring dengan tenang dan tidak
bergerak selama prosedur
d. Menjelaskan kepada pasien untuk tidak memegang pagar tempat
tidur

Tahap Kerja
1 Pasang sarung tangan
2 Dekatkan alat-alat dengan pasien
3 Baringkan pasien dengan tangan dan kaki tidak bersentuhan
4 Membuka pakaian atas pasien
5 Membersihkan area dada, kedua pergelangan tangan dan kaki yang akan
dipasang elektroda dengan kapas alkohol. Bila terdapat rambut yang
cukup tebal cukur bila perlu
6 Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada elektroda VI – V6
7 Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisap
a. V1 : Pada interkosta ke – 4 kanan
b. V2 : Pada interkosta ke – 4 kiri
c. V3 : Pada interkosta ke 4 – 5 antara V2 dan V4
d. V4 : Pada interkosta ke – 5 linea midclavicularis kiri
e. V5 : Horizontal terhadap V4, di linea aksilaris anterior
f. V6 : Horizontal terhadap V5, pada linea midaksilaris

8 Menyambungkan kabel EKG di kedua pergelangan tangan dan tungkai


pasien untuk reka ekstremitas lead (I, II, II, AVR, AVF) dengan cara
sebagai berikut :
a. Kabel merah (R) : Pada lengan kanan
b. Kabel kuning (L) : Pada lengan kiri
c. Kabel hijau (F) : Pada kaki kiri
d. Kabel Hitam (N) : Pada kaki kanan
9 Nyalakan mesin EKG
10 Buat kalibrasi sebanyak 3 kali
11 Rekam setiap lead sebanyak 3 – 4 beat
12 Setelah selesai buat kalibrasi ulang
13 Semua elektroda dilepas
14 Membereskan dan merapikan alat ke tempat semula
15 Beritahu pasien bahwa pemeriksaa EKG sudah selesai
16 Matikan mesin EKG
17 Bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue
18 Melepas sarung tangan

Tahap terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
a. Menempelkan hasil rekaman EKG pada kertas dokumentasi EKG
b. Mencatat nama pasien, umur, tanggal dan jam serta nama
pemeriksa pada kertas dokumentasi EKG
c. Mencatat respon pasien sebelum, selama dan sesudah melakukan
prosedur

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan /dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXV

PROSEDUR SUCTION

A. KOMPETENSI DASAR
Melaksanakan tindakan suction
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan suction
a. Menjelaskan definisi tindakan suction
b. Menjelaskan tujuan tindakan suction
2. Melakukan tindakan suction
a. Menyiapkan alat tindakan suction
b. Mendemonstrasikan tindakan suction
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Suction adalah penghisapan sekret di jalan napas melalui karet / polyethylene yang
dihubungkan dengan mesin suction.
2. Tujuan
a. Mengeluarkan sekret / cairan pada jalan napas
b. Melancarkan jalan napas
3. Indikasi
a. Pasien tidak sadar
b. Pasien yang tidak mampu mengeluarkan lendir sendiri
4. Kontraindikasi
a. Hipoksia dan trauma jaringan
b. Meningkatkan resiko infeksi
c. Stimulasi vagal (menurunkan heart rate) dan bronkospasme

Gambar. Suction Mulut Gambar. Suction Trachea Gambar. Mesin Suction

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Suction

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Mesin suction
2 Bak instrumen steril berisi :
a. Kateter suction
b. Sarung tangan
c. Pinset anatomis 2 buah
d. Kassa
e. Kom
3 NaCl atau air steril
4 Perlak dan pengalas
5 Tempat sputum, jika spesimen dikumpulkan selama dilakukan suction

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Atur posisi pasien
a. Posisi pasien yang sadar dan mempunyai reflek muntah adalah
posisi semifowler dengan kepala pasien diputar ke sisi untuk
suction oral dan leher ekstensi untuk suction nasal, untuk
memudahkan kateter masuk dan membantu mencegah aspirasi
b. Posisi pasien yang tidak sadar adalah lateral, sehingga lidah tidak
jatuh dan tidak menutup pemasukan kateter. Posisi lateral juga
mengalirkan sekret dari faring dan mencegah aspirasi
2 Tempatkan handuk di atas bantal di bawah dagu pasien
3 Beberapa suction mempunyai 3 daerah tekanan : Tinggi (120 – 150
mmHg), sedang (80 – 120 mmHg), rendah (0 – 80 mmHg). Umumnya
tekanan 100 – 120 mmHg untuk orang dewasa, dan 50 – 75 mmHg untuk
anak-anak dan bayi
4 Buka bak instrumen steril, masukkan NaCl/air steril pada tempatnya
5 Pakai sarung tangan steril
6 Ambil kateter dan hubungkan dengan suction
7 Buat ukuran kedalaman, tandai selang dengan jari. Ukuran tepat
sepanjang hidung dan lubang telinga/13 cm untuk orang dewasa
8 Basahi ujung kateter dengan air steril/saline, untuk mengurangi hambatan
dan memudahkan pemasukan
9 Suction di tes dan tempatkan jari tangan ke tempat ibu jari, buka cabang
Y connector (control suction) untuk menimbulkan pengisapan
10 Masukkan kateter suction dengan hati-hati (nasopharing ± 5 cm,
oropharing ± 10 cm), tanpa menutup kateter suction
11 Hisap lendir dengan menutup lubang kateter suction, tarik keluar perlahan
sambil memutar (± 5 detik untuk anak-anak, ± 10 detik untuk dewasa).
Penghisapan dilakukan hanya 15 detik
12 Bilas kateter suction dengan air steril atau NaCl, sambil memberi
kesempatan pasien bernapas
13 Ulangi penghisapan 3 – 5 kali
14 Dorong pasien untuk bernapas dalam dan batuk diantara suction. Napas
dalam dan batuk membantu mengeluarkan sekret dari trakea dan bronki
ke faring, yang dapat dijangkau kateter suction
15 Observasi keadaan umum pasien dan status pernapasannya
16 Observasi sekret tentang jumlah, warna, bau, konsistensi
17 Jika dibutuhkan pemeriksaan spesimen, tampung dalam tempat sputum
18 Setelah selesai, bersihkan mulut dan hidung
19 Rapikan kateter, sarung tangan, air, dan tempat sampah
Tahap Terminasi
1 Evaluasi hasil/respon pasien
2 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3 Akhiri kegiatan, membereskan alat
4 Mencuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXVI

ROM EXERCISE

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pertolongan ROM
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pertolongan kemampuan ROM
a. Menjelaskan tujuan pertolongan ROM
b. Menentukan teknik ROM
2. Melakukan pertolongan ROM
a. Menyiapkan alat pertolongan ROM
b. Melakukan pertolongan ROM pasien
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Latihan gerak aktif-pasif atau range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potongan tubuh : Sagital, Frontal, Transversal. Potongan
sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan, contoh gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan
dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul. Potongan frontal melewati tubuh
dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang, contoh
gerakannya abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai serta eversi dan inversi
pada kaki. Sedangkan potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi
tubuh menjadi bagian atas bawah, contoh gerakannya supinasi dan pronasi pada
tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut, serta dorso fleksi dan plantar fleksi
pada kaki (Potter & Perry, 2006).

2. Tujuan
a. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat
dilakukan secara aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.
b. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
c. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka.
d. Mengurangi atau menghambat nyeri
e. Memaksimalkan fungsi ADL
f. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan

3. Jenis
a. Latihan ROM aktif
Gerak aktif adalah yang dihasilkan oleh kobtraksi otot sendiri. Latihan yang
dilakukan oleh pasien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan
kepercayaan diri pasien.
b. Latihan aktif dengan pendamping (active-assisted)
Latihan tetap dilakukan oleh pasien secara mandiri dengan didampingi oleh
perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan atau
bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
c. Latihan ROM pasif
Pada pasien yang sedang melakukan bedrest atau mengalami keterbatasan
dalam pergerakan, latihan ROM pasif sangat tepat dilakukan dan akan
mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan kontraktur pada
sendi.

4. Indikasi
a. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik
b. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak

5. Kontra Indikasi
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu
proses penyembuhan cedera.
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)

6. Gerakan ROM
a. Fleksi : Gerakan menekuk persendian
b. Ekstensi : Gerakan meluruskan persendian
c. Abduksi : Gerakan menjauhi sumbu tubuh
d. Adduksi : Gerakan mendekati sumbu tubuh
e. Rotasi : Gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari
aksis tubuh
f. Pronasi : Gerakan memutar ke bawah/menelungkupkan tangan
g. Supinasi : Gerakan memutar ke atas/menengadahkan tangan
h. Inversi : Gerakan ke dalam
i. Eversi : Gerakan ke luar
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : ROM Aktif

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Minyak/lotion
2 Tissue
3 Bengkok

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
I LEHER
1 Fleksi
Kepala digerakkan menunduk ke depan 900 dengan dagu di atas dada
2 Ekstensi
Kepala digerakkan 900 ke atas dengan posisi lurus dengan badan
3 Hyperekstensi
Kepala ditarik ke belakang 900 dengan posisi mengadah ke atas
4 Lateral Fleksi
Kepala ditekukkan ke samping 900 menuju bahu
5 Rotasi
Kepala digerakkan dalam posisi melingkar 900 ke kanan dan 900 ke kiri
dan belakang

II BAHU
1 Fleksi
Lengan diangkat 1800 dari depan menuju ke atas sampai diatas kepala
2 Ekstensi
Lengan digerakkan keposisi istirahat di samping badan
3 Hyperekstensi
Lengan digerakkan ke belakang badan dengan sudut 500
4 Abduksi
Lengan ditarik ke atas dari samping badan dengan punggung tangan di
atas, digerakkan ke sisi badan 1800 keposisi di atas kepala
5 Adduksi
Lengan digerakkan dari atas kepala 1800 ke samping tubuh
6 Rotasi Eksterna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke depan dan
belakang 900 sehingga telapak tangan menghadap ke depan
7 Rotasi Interna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke belakang
900 sehingga telapak tangan menghadap ke belakang
10 Sirkumduksi
Lengan digerakkan dengan lingkaran penuh 3600 diputar sepanjang sisi
badan

III SIKU
1 Fleksi
Siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan sudut 1500
menuju bahu
2 Ekstensi
Siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

IV LENGAN BAWAH
1 Supinasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke muka
2 Pronasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke bawah
V PERGELANGAN TANGAN
1 Fkesi
Tangan ditekuk 900 kebawah dengan telapak kanan menghadap ke bawah
2 Ekstensi
Tangan digerakkan 900 dengan posisi lurus dengan lengan
3 Hyperekstensi
Tangan ditekuk ke atas, punggung tangan di atas dengan sudut 900
4 Abduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk keluar menuju
ulna
5 Adduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk kedepan menuju
radius

VI JARI DAN IBUJARI


1 Fleksi
Jari-jari digenggamkan
2 Ekstensi
Jari digerakkan 900 lurus dengan lengan, dengan telapak tangan
menghadap ke bawah
3 Hyperekstensi
Jari-jari dengan telapak tangan ke bawah, ditekuk ke atas menuju
punggung tangan 450
4 Abduksi
Jari dan ibu jari dibentangkan / direnggangkan 300
5 Adduksi
Jari dan ibu jari digerakkan merapat bersama 300

6 Oposisi ibu jari


Ibu jari ditekuk ke dalam memutar menuju kelingking dan diikuti oleh jari
jari yang lain
VII PINGGUL
1 Fleksi
Tungkai digerakkan ke atas kemuka 900
2 Ekstensi
Tungkai digerakkan kembali ke posisi lurus sejajar dengan tubuh
3 Hyperekstensi
Tungkai digerakkan ke belakang tubuh 500
4 Sirkumduksi
Tungkai digerakkan dalam lingkaran 3600
5 Abduksi
Tungkai degarkkan kesamping menjauhi tubuh 450
6 Adduksi
Tungkai digerakkan 450 mendekati tubuh
7 Rotasi Interna
Tungkai dan kaki diputar kedalam 900
8 Rotasi Eksterna
Tungkai dan kaki diputar keluar 900

VIII LUTUT
1 Fleksi
Lutut ditekuk diangkat ke belakang dan atas 900
2 Ekstensi
Lutut digerakkan kembali sejajar dengan tubuh
IX PERGELANGAN KAKI
1 Plantar Fleksi
Kaki digerakkan ke bawah 450
2 Dorsi Fleksi
Kaki digerakkan ke atas 450

3 Eversi
Sisi luar kaki ditekuk ke samping keluar diputar
4 Inversi
Kaki diputar dengan sisi medial, diputar ke dalam

X JARI KAKI
1 Fleksi
Jari-jari ditekuk ke bawah 900
2 Ekstensi
Jari-jari sejajar kembali dengan punggung
3 Hyperekstensi
Jari-jari ditekuk ke atas 450
4 Abduksi
Jari-jari digerakkan menjauhi satu sama lain 150
5 Adduksi
Jari-jari digerakkan merapat
XI PINGGANG
1 Fleksi
Pinggang ditekuk ke depan 900
2 Ekstensi
Pinggang diluruskan kembali
3 Hyperekstensi
Pinggang ditarik ke dalam 300

4 Lateral Fleksi
Tubuh ditarik ke kedua sisi 450

5 Rotasi
Tangan dipinggang, pinggang digerakkan melingkar 3600

Keterangan :
0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : ROM Pasif

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Minyak/lotion
2 Tissue
3 Bengkok

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
I LEHER
1 Fleksi
Kepala digerakkan menunduk ke depan 900 dengan dagu di atas dada
2 Ekstensi
Kepala digerakkan 900 ke atas dengan posisi lurus dengan badan
3 Lateral Fleksi
Kepala ditekukkan ke samping 900 menuju bahu

II BAHU
1 Fleksi
Lengan diangkat 1800 dari depan menuju ke atas sampai diatas kepala
2 Ekstensi
Lengan digerakkan keposisi istirahat di samping badan
3 Abduksi
Lengan ditarik ke atas dari samping badan dengan punggung tangan di
atas, digerakkan ke sisi badan 1800 keposisi di atas kepala
4 Adduksi
Lengan digerakkan dari atas kepala 1800 ke samping tubuh
5 Rotasi Eksterna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke depan dan
belakang 900 sehingga telapak tangan menghadap ke depan
6 Rotasi Interna
Dengan lengan di samping, tekukan siku, lengan digerakkan ke belakang
900 sehingga telapak tangan menghadap ke belakang

III SIKU
1 Fleksi
Siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan sudut 1500
menuju bahu
2 Ekstensi
Siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

IV LENGAN BAWAH
1 Supinasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke muka
2 Pronasi
Lengan bawah diputar 900 sampai telapak tangan menghadap ke bawah

V PERGELANGAN TANGAN
1 Fkesi
Tangan ditekuk 900 kebawah dengan telapak kanan menghadap kebawah
2 Ekstensi
Tangan digerakkan 900 dengan posisi lurus
3 Hyperekstensi
Tangan ditekuk ke atas, punggung tangan di atas dengan sudut 900
4 Abduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk keluar menuju
ulna
5 Adduksi
Pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk kedepan menuju
radius

VI JARI DAN IBUJARI


1 Fleksi
Jari-jari digenggamkan
2 Ekstensi
Jari digerakkan 900 lurus dengan lengan, dengan telapak tangan
menghadap ke bawah
3 Hyperekstensi
Jari-jari dengan telapak tangan ke bawah, ditekuk ke atas menuju
punggung tangan 450
4 Abduksi
Jari dan ibu jari dibentangkan / direnggangkan 300
5 Adduksi
Jari dan ibu jari digerakkan merapat bersama 300
6 Oposisi ibu jari
Ibu jari ditekuk ke dalam memutar menuju kelingking dan diikuti oleh jari
jari yang lain

VII PINGGUL
1 Fleksi
Tungkai digerakkan ke atas kemuka 900
2 Ekstensi
Tungkai digerakkan kembali ke posisi lurus sejajar dengan tubuh
3 Hyperekstensi
Tungkai digerakkan ke belakang tubuh 500
4 Abduksi
Tungkai degarkkan kesamping menjauhi tubuh 450
5 Adduksi
Tungkai digerakkan 450 mendekati tubuh
6 Rotasi Interna
Tungkai dan kaki diputar kedalam 900
7 Rotasi Eksterna
Tungkai dan kaki diputar keluar 900

VIII LUTUT
1 Fleksi
Lutut ditekuk diangkat ke belakang dan atas 900
2 Ekstensi
Lutut digerakkan kembali sejajar dengan tubuh

IX PERGELANGAN KAKI
1 Plantar Fleksi
Kaki digerakkan ke bawah 450
2 Dorsi Fleksi
Kaki digerakkan ke atas 450
3 Eversi
Sisi luar kaki ditekuk ke samping keluar diputar
4 Inversi
Kaki diputar dengan sisi medial, diputar ke dalam

X JARI KAKI
1 Fleksi
Jari-jari ditekuk ke bawah 900
2 Ekstensi
Jari-jari sejajar kembali dengan punggung
3 Hyperekstensi
Jari-jari ditekuk ke atas 450
4 Abduksi
Jari-jari digerakkan menjauhi satu sama lain 150
5 Adduksi
Jari-jari digerakkan merapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

KEGIATAN XXVII

TEHNIK FISIOTERAPI DADA

A. KOMPETENSI DASAR
Melaksanakan tindakan fisioterapi dada
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan fisioterapi dada
a. Menjelaskan definisi tindakan fisioterapi dada
b. Menjelaskan tujuan tindakan fisioterapi dada
c. Menentukan teknik tindakan fisioterapi dada
2. Melakukan tindakan fisioterapi dada
a. Menyiapkan alat tindakan fisioterapi dada
b. Mendemonstrasikan tindakan fisioterapi dada
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Fisioterapi dada adalah tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran pernapasan
bagian bawah.

2. Tujuan
a. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan.
b. Membantu membersihkan sekret dari bronkus.
c. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran
sekret.
d. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru.
e. Pasien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup.
f. Mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan.

3. Indikasi
a. Terdapat penumpukkan sekret pada saluran napas yang dibuktikan dengan
pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis.
b. Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran
pernapasan.

4. Kontraindikasi
Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak, seperti kegagalan jantung,
status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif. Sedangkan kontraindikasi relatif
seperti infeksi paru berat, patah tulang iga, atau luka baru bekas operasi, tumor paru
dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.

5. Macam-macam Fisioterapi Dada


a. Perkusi dada (clapping)
Pengertian
Adalah tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada pasien
menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk, tepukan tangan
secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju ke bawah. Selalu
perhatikan ekspresi waja pasien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap
lokasi dilakukan perkusi selama 1 – 2 menit.
(Ilustrasi tangan saat melakukan clapping)

Tujuan
Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau
melonggarkan sekret yang tertahan.

b. Vibrasi
Pengertian
Adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang diletakkan
secara datar pada dinding dada pasien selama fase ekshalasi pernapasan.
Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi sehingga dapat melepaskan mukus kental yang melekat pada
bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.

(Ilustrasi vibrasi pada fisioterapi dada)


Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan napas. Pasien
disuruh bernapas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada
puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan
dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian
dengan dorongan bergetar.
Tujuan
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental.

c. Postural drainase
Pengertian
Adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru dengan bantuan
gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang memungkinkan
gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi bronkial.

(Ilustrasi posisi postural drainase)


Tujuan
Menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh
akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual, muntah
dan aspirasi) dan menjelang / sebelum tidur.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Fisioterapi Dada

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Bantal 2 atau 3
2 Tempat penampung sekret berisi desinfektan
3 Tissue
4 Perlak dan pengalas
5 Bengkok
6 Air minum hangat
7 Tempat tidur yang dapat diatur pada posisi trendelenburg
8 Pakaian/handuk

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan

Tahap Kerja
1 Siapkan pasien dengan menjaga privasi dari pandangan dan pendengaran,
karena batuk dan sekret dapat mempersulit pasien dan gangguan lain
2 Lakukan auskultasi untuk mengetahui letak sekret
3 Atur posisi pasien pada posisi yang tepat untuk postural drainage (sesuai
letak sekret)
4 Mulai melakukan tindakan postural drainage
5 Pengaliran dari lobus atas, lobus atas terdiri dari tiga segmen apikal /
segmen paling atas dan segmen posterior, anterior dibawahnya
a. Untuk mengalirkan segmen apikal lobus atas, tempatkan pasien
terlentang pada sudut 30 derajat. Perkusi dan vibrasi antara
clavicula dan atas scapula
b. Untuk mengalirkan segmen posterior lobus atas, tempatkan pasien
duduk diatas kursi/tempat tidur dengan kepala sedikit kedepan.
Perkusi dan vibrasi daerah antara clavicula dan scapula
c. Untuk mengalirkan segmen anterior lobus atas, tempatkan pasien
terlentang dipermukaan tempat tidur dengan bantal di bawah lutut
untuk fleksi, perkusi dan vibrasi dada atas dan dibawah scapula,
dibawah garis susu, kecuali perempuan. Payudara perempuan
tidak diperkusi karena dapat menyebabkan nyeri. Pengaliran lobus
tengah kanan dan daerah bawah lobus atas kiri; lobus tengah
kanan mempunyai dua segmen lateral dan medial, daerah bawah
lobus atas kiri, disebut lobus lingula, mempunyai dua segmen
superior dan anterior.
d. Untuk mengalirkan dari segmen lateral dan medial, miringkan
kaki dari tempat tidur + 15º/40 cm, dan tempatkan pasien
terlentang pada sisi kiri. Bantu pasien untuk sedikit memiringkan
punggung (+ ¼ putaran), tempatkan bantal dipunggung mulai
pundak sampai pinggul. Jika perempuan, letakkan tangan miring
didepan axila, dengan melengkung didepan bawah payudara untuk
perkusi dan vibrasi.
e. Untuk mengalirkan segmen lingular kiri, miringkan kaki dari
tempat tidur + 15º/40 cm, dan letakkan pasien terlentang pada sisi
kanan. Lakukan perkusi dan vibrasi seperti tindakan nomor 6.
6 Pengaliran lobus bawah; lobus bawah mempunyai empat segmen: segmen
superior, lateral basal, anterior basal dan posterior basal.
a. Untuk mengalirkan segmen superior, tempatkan pasien tengkurap
di permukaan tempat tidur dan letakkan dua bantal dibawah
pinggul. Perkusi dan vibrasi daerah tengah dada (dibawah scapula)
pada kedua sisi spinal.
b. Untuk mengalirkan segmen anterior basal, tempatkan pasien
terlentang pada sisi yang tidak efektif dengan kedua tangan di atas
kepala. Miringkan kaki dari tempat tidur 30º/40 cm atau setinggi
kemampuan pasien. Letakkan bantal antara kedua lutut, perkusi
dan vibrasi sisi yang mempengaruhi dada diatas iga bawah,
dibawah axila.
c. Untuk mengalirkan segmen lateral basal, tempatkan pasien miring
sebagaian pada sisi yang tidak dipengaruhi dan sebagaian pada
abdomen. Miringkan kaki dari tempat tidur 30º/40 cm atau
miringkan pinggul pasien dengan bantal. Perkusi dan vibrasi sisi
paling atas dari iga bawah.
d. Untuk mengalirkan segmen posterior basal, tempatkan pasien pada
posisi prone. Miringkan kaki dari tempat tidur + 45 cm dan
miringkan pinggul pasien dengan dua atau tiga bantal untuk
menghasilkan posisi jack-knife dari lutut sampai bahu. Perkusi dan
vibrasi diatas iga bawah pada kedua sisi, tapi tidak langsung di
atas spina dan ginjal.
Gambar : Variasi berbagai posisi postural drainage
7 Lakukan perkusi/clapping dengan cara tangan perawat membentuk
mangkuk dan menepuk punggung pasien secara bergantian. Pastikan
daerah yang diperkusi ditutup baju/handuk, karena perkusi langsung ke
kulit dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

Gambar : Perkusi / clapping


8 Anjurkan pasien melakukan ekshalasi, pada saat bersamaan perawat
melakukan vibrasi
9 Dorong klien untuk batuk efektif dan mengeluarkan sekret kedalam
tempat sputum.
10 Bersihkan mulut jika sudah selesai
11 Lakukan auskultasi paru dan bandingkan ke data dasar
12 Observasi jumlah, warna dan karakteristik sekret

Tahap Terminasi
1 Evaluasi hasil/respon pasien
2 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3 Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXVIII

TERAPI INTRAVENA

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan terapi intravena
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan terapi intravena
a. Menjelaskan definisi terapi intravena
b. Menjelaskan tujuan terapi intravena
c. Menjelaskan jenis-jenis larutan intravena
2. Melakukan tindakan terapi intravena
a. Menyiapkan alat terapi intravena
b. Mendemonstrasikan tindaka terapi intravena
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Terapi intravena merupakan tindakan memasukkan jarum (abocath) melalui
transkutan yang kemudian disambungkan dengan selang infus.

2. Tujuan
a. Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh yang mengandung air,
elektorit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat di pertahankan
melalui oral.
b. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit.
c. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
d. Memberikan transfusi darah.
e. Menyediakan medium untuk pemberian obat melalui intravena.

3. Jenis-jenis Larutan Intravena


Larutan elektrolit dianggap isotonik jika elektrolit totalnya (anonim ditambah
katinon) kira-kira 310 mEq/L. Larutan di anggap hipotonik jika kandungan elektrolit
totalnya kurang dari 250 mEq/L. Larutan di anggap hipertonik jika kandungan
elektrolit totalnya kurang dari 375 mEq/L. Perawat juga harus mempertimbangkan
osmolalitas suatu larutan, bahwa osmolalitas plasma adalah kira-kira 300 mOsm/L.
a. Cairan isotonis : Cairan yang di klasifikasikan isotonik mempunyai
osmolalitas total yang mendekati cairan ekstraseluler dan tidak menyebabkan
seldarah merah mengkerut atau membengkak. Contohnya:
1) Saline normal (0,9% natrium klorida)
2) Ringer laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air (D5W)
b. Cairan hipotonik : Tujuanya adalah untuk mengganti cairan seluler, karena
larutan ini bersifat hipotonis di bandingkan dengan plasma serta untuk
menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Contohnya:
1) Salin berkekuatan menengah (Nacl 0,45%)
2) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%
c. Cairan hipertonik : Larutan-larutan ini menarik air dari kompartemen intra
seluler dan menyebabkan sel-sel mengkerut jika diberikan dengan cepat dan
dalam jumlah besar, dapat menyebabkan kelebihan volum ekstraseluler dan
mencetuskan kelebihan cairan sirkulatori dan dehidrasi. Contohnya:
1) Dekstrosa 5% dalam Nacl 0,9%
2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45%
3) Dextrose 10% dalam air
4) Dextrose 20% dalam air
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
7) Dextrose 5% dalam ringer laktat
8) Albumin 25

4. Pemilihan Ukuran Kateter


Sebaiknya dipilih sesuai dengan anatomi vena pasien. Kateter terdiri dari ukuran 16-
24 dengan variasi panjang dari 25 sampai 45 mm. Pada umumnya, pemilihan kateter
dengan ukuran yang kecil seharusnya menjadi pilihan utama pada terapi pemasangan
intravena untuk mencegah kerusakan pada vena intima dan memastikan darah
mengalir disekitar kateter dengan adekuat untuk menurunkan resiko kejadian flebitis.

Ukuran Kateter Warna Aplokasi Klinis


(Gauge)
14 G Coklat Trauma, pembedahan,
tranfusi darah
16 G Abu-abu Trauma, pembedahan,
tranfusi darah
18 G Hijau Trauma, pembedahan,
tranfusi darah
20 G Pink Infus kontinu atau
intermitten, tranfusi darah
22 G Biru Infus intermitten umum,
anak-anak, pasien lansia
24 G Kuning Fena fragil untuk infus
intermitten atau kontinu

CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK
Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Terapi Intravena

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Abocath sesuai ukuran
2 Set infus
3 Cairan infus dan gantungan infus
4 Tourniquet
5 Plester hipoalergik (potongan sesuai kebutuhan)
6 Sarung tangan
7 Perlak dan pengalas
8 Kapas alkohol dan betadine (antiseptik lain)
9 Kasa verband atau transparans dressing
10 Anastesi lokal & alat cukur (jika perlu)
11 Bengkok/tempat sampah

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien)
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertany/mengutarakan pendapat
sebelum tindakan
2 Memberikan posisi yang nyaman sebelum tindakan
3 Gunakan sarung tangan
4 Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke botol cairan
infuse

5 Isi cairan kedalam set infuse dengan menekankan bagian ruang tetesan
sampai ruangan tetesan terisi sebagian, buka penutup sampai selang terisi
dan udara keluar
6 Letakkan perlak dan pengalas
7 Dekatkan bengkok
8 Atur posisi dengan tidur telentang
9 Lakukan pembendungan dengan tourniquet
10 Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan gerakan sirkulasi
11 Lakukan penusukan dengan lubang jarum ke arah atas

12 Periksa apakah sudah masuk ke vena, yang ditandai dengan keluarnya


darah melalui jarum infuse
13 Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
14 Buka tetesan
15 Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kassa steril
16 Memasang plester

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXIX

TERAPI OKSIGEN

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan tindakan pemberian terapi oksigen
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan tindakan pemberian terapi oksigen
a. Menjelaskan definisi pemberian terapi oksigen
b. Menjelaskan tujuan pemberian terapi oksigen
c. Menentukan teknik pemberian terapi oksigen
2. Melakukan tindakan pemberian oksigen
a. Menyiapkan alat tindakan pemberian terapi oksigen
b. Mendemonstrasikan tindakan pemberian terapi oksigen
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Pemberian oksigen
pada pasien dapat melalui kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.

2. Tujuan
a. Mencegah atau mengobati hipoksia.
b. Menurunkan kerja paru-paru pada pasien dengan dyspnea.
c. Menurunkan kerja jantung.
d. Meningkatkan ekspansi dada.
e. Memperbaiki status oksigenasi pasien dan memenuhi kekurangan oksigen
f. Membantu kelancaran metabolisme.
g. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru.

3. Indikasi Pemberian Terapi Oksigen


a. Hipoksia / hipoksemia.
b. Penurunan curah jantung.
c. Peningkatan kebutuhan oksigen.
d. Penurunan kapasitas pembawa oksigen.
e. Peningkatan beban kerja miokard
f. Prosedur yang dapat menyebabkan hipoksemia.
4. Pemberian Oksigen Melalui Kanula Nasal
a. Definisi
Kanula nasal adalah memberikan oksigen dengan konsentrasi rendah (24 –
44%) dengan kecepatana aliran 1 – 6 liter/menit.
b. Indikasi
Pasien bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (pasien dapat dalam keadaan sesak atau tidak
sesak).
c. Keuntungan
1) Toleransi pasien baik
2) Pemasangannya mudah
3) Pasien bebas untuk makan dan minum
4) Harga lebih murah
d. Kerugian
1) Mudah terlepas
2) Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
3) Suplai oksigen berkurang jika pasien bernafas lewat mulut
4) Mengiritasi selaput lendir, nyeri sinus

Gambar. Kanula Nasal


5. Pemberian Oksigen Melalui Kateter Nasal
a. Definisi
Kateter nasal adalah memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran
1 – 6 liter/menit, dengan konsentrasi 24 – 44%. Lebih jarang digunakan
daripada kanula nasal. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi
kateter oksigen ke dalam hidung sampai naso faring.
b. Keuntungan
1) Pemberian oksigen stabil
2) Pasien bebas bergerak, makan, dan berbicara
3) Murah, dapat digunakan sebagai kateter penghisap
4) Dapat digunakan dalam jangka waktu lama
c. Kerugian
a. Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%
b. Teknik memasukkan kateter nasal lebih sulit daripada kanula nasal
c. Nyeri saat kateter melewati nasofaring
d. Aliran dengan lebih dari 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri sinus
dan mengeringkan mukosa hidung
e. Kateter mudah tersumbat dan tertekuk

6. Pemberian Oksigen Melalui Sungkup Muka Sederhana


a. Definisi
Memberikan oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran lebih tinggi
dari kanula nasal, 40 – 60% pada kecepatan 5 – 8 liter/menit.
b. Keuntungan
1) Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
2) Sistem humidifier dapat ditingkatkan
c. Kerugian
1) Umumnya tidak nyaman bagi pasien
2) Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
3) Aktivitas makan dan berbicara terganggu
4) Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi. Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan
karbondioksida.

Gambar. Sungkup Muka Sederhana

7. Pemberian Oksigen Melalui Sungkup Muka Rebreathing


a. Definisi
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka
sederhana yaitu 60 – 80% dengan aliran oksigen 8 – 12 liter/menit.
b. Indikasi
Pada pasien dengan kadar tekanan karbondioksida yang rendah, udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi, sehingga konsentrasi
karbondioksida lebih tinggi daripada sungkup muka sederhana.
c. Keuntungan
1) Konsentrasi lebih tinggi dari sungkup muka sederhana
2) Tidak mengeringkan selaput lendir
d. Kerugian
1) Kantung oksigen bisa terlipat
2) Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
Sungkup muka Non-rebreathing
(memiliki 1 katup disamping
sungkup, dan satu katup yang
terletak diantara kantung reservoir
dengan sungkup muka)

Sungkup Muka
Rebreathing

8. Pemberian Oksigen Melalui Sungkup Muka Non-rebreathing


a. Definsi
Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada
kantong rebreathing. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak tercampur dengan
ekspirasi.
b. Indikasi
Pada pasien dengan kadar tekanan karbondioksida yang tinggi
c. Keuntungan
1) Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu
arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantong mengandung
konsentrasi oksigen yang tinggi, dan tidak tercampur dengan udara
ekspirasi.
2) Tidak mengeringkan selaput lendir.
d. Kerugian
1) Kantung oksigen bisa terlipat.
2) Beresiko untuk terjadi keracunan oksigen
3) Tidak nyaman bagi pasien
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Pemberian Terapi Oksigen

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Tabung oksigen yang berisi oksigen dengan flowmeter yang masih
berfungsi
2 Humidifier / botol pelembab diisi aquades
3 Water steril / aquades
4 Bak instrumen besar berisi selang oksigen sesuai kebutuhan (nasal kanul,
face mask, non-rebreathing mask)
5 Bengkok
6 Sarung tangan bersih
7 Masker
8 Cotton bud atau kassa
9 Tissue
10 Jam tangan dengan jarum detik (untuk mengecek nadi dan pernafasan
pasien)
a. Nadi :
Normal 60 – 100 x/menit
Takikardi >100 x/menit
Bradikardi <60 x/menit
b. Pernapasan :
Normal 16 – 20 x/menit (Dewasa)
40 – 50 x/menit (Bayi)
11 Kom kecil berisi kassa alkohol atau tissue

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
a. Memenuhi kebutuhan oksigen
b. mencegah terjadinya hipoksia
c. sebagai tindakan pengobatan dan prosedur tindakan kepada pasien
atau keluarga
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Memakai sarung tangan
2 Atur posisi semi fowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien
3 Sebelum melakukan tindakan, cek TTV pasien yaitu nadi dan pernapasan
4 Dekatkan alat ke dekat pasien
5 Cek kembali flowmeter, pastikan berfungsi dengan baik
6 Cek humidifier, pastikan terisi dengan water steril / aquades hingga batas
garis. Cek apakah ada gelembung udara pada humidifier yang berisi water
steril/aquades
7 Sambungkan selang oksigen ke tabung oksigen
8 Cek dan pastikan selang oksigen berfungsi dengan baik (aliran oksigen
mengalir ke selang oksigen)
9 Bersihkan hidung pasien dengan menggunakan cotton bud atau kassa
10 Pasang selang oksigen pada pasien
a. Nasal kanul : Pasang nasal kanul pada kedua lubang hidung,
kemudian atur pita elastic dan kencangkan di belakang atas
kepala, atau lingkarkan ke belakang telinga sampai dagu (pastikan
pasien merasa nyaman). Beri plester pada kanula di kedua sisi
wajah pasien, jika diperlukan.
b. Face mask / non rebreathing mask : Pasang masker hingga
menutupi hidung dan mulut (pastikan pasien merasa nyaman)
11 Berikan aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien dan pastikan
berfungsi dengan baik
12 Tanyakan respon pasien saat dipasang terapi oksigen
13 Monitor aliran oksigen dan respon TTV pasien setiap beberapa waktu
14 Jika telah selesai, lepaskan selang kanula nasal atau face mask dengan
perlahan
15 Bersihkan kembali hidung pasien dengan kassa atau tissue
16 Cek kembali nadi dan pernapasan pasien
17 Cek / tanyakan respon pasien

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat
a. Nama pasien
b. Hari, tanggal, waktu
c. Hasil pemeriksaan, dan respon pasien
d. Nama terang dan tanda tangan perawat

keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXX

TETES MATA & TELINGA

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pemberian obat tetes
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pemberian obat tetes
a. Menjelaskan definisi dan jenis obat tetes
b. Menjelaskan tujuan pemberian obat tetes
c. Menentukan teknik pemberian obat tetes
2. melakukan pemberian obat tetes
a. Menyiapkan alat pemberian obat tetes
b. Mendemonstrasikan pemberian obat tetes
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Obat tetes merupakan obat yang diberikan dengan cara diteteskan pada daerah lokasi
yang akan diberikan sesuai indikasi.

2. Pemberian Obat Tetes Mata


Pengertian
Pemberian obat-obat / cairan tertentu ke dalam mata dengan cara meneteskan /
mengoleskan pada mata.

Tujuan Pemberian Obat Tetes Mata


a. Untuk memberikan tindakan pengobatan mata sesuai program terapi.
b. Untuk mencegah kekeringan pada mata.
c. Untuk mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata.
d. Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran retraksi mata.
e. Untuk mencegah kekeringan mata.

3. Pemberian Obat Tetes Telinga


Pengertian

Pemberian obat kedalam rongga telinga bagian luar dengan cara meneteskan atau
irigasi.
Tujuan Pemberian Obat Tetes Telinga
Membersihkan rongga telinga dari nanah, kotoran telinga atau benda asing.
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Memberikan Obat Tetes Mata

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Bak / tray obat
2 Kartu obat, kardex, atau formula pencatat yang memuat tentang :
a. Identitas pasien
b. Jenis obat / nama obat
c. Dosis obat
d. Waktu / jam pemberian
e. Tanggal dipesan dan tanda tangan yang mengerjakan
3 Salep mata / obat tetes
4 Pipet
5 Bengkok
6 Kom steril
7 Kapas steril/gauze steril
8 Tissue
9 Gunting dan plester
10 Pinset steril/sarung tanga steril
11 Penutup mata (bila diperlukan)
12 Sarung tangan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Baca catatan keperawatan dan catatan medis
2 Siapkan ruangan
3 Tetapkan tujuan dilakukan prosedur
4 Siapkan alat-alat dan obat
a. Ambil kartu obat dari kotak obat
b. Cocokkan kartu obat dengan status pasien, periksa keakuratan
serta kelengkapan kartu obat, bentuk dengan pesanan tertulis dari
dokter, perhatikan nama pasien, nama dan dosis obat, cara dan
waktu pemberian serta waktu kedaluarsa obat. Laporkan setiap
ketidakjelasan pesanan.
5 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Lakukan persiapan pasien :
a. Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat
b. Mengkaji kemungkinan adanya kontraindikasi untuk pemberian
obat tetes mata
c. Mengkaji pengetahuan dan kebutuhan pasien dan keluarga tentang
pengobatan
d. Mengkaji TTV pasien
e. Menjelaskan prosedur, tujuan tindakan dan reaksi obat pada pasien
/ keluarga
f. Meminta persetujuan lisan tentang tindakan yang akan dilakukan
4 Lakukan kontrak
5 Pastikan privasi pasien terjaga/tutup sampiran
6 Pastikan penerangan/cahaya cukup
7 Atur posisi pasien sehingga kepala menengadah (hiperekstensi) dengan
posisi perawat di samping pasien
Tahap Kerja
1 Dekatkan alat dan obat
2 Pasang sarung tangan
3 Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab steril dari
sudut mata ke arah hidung. Jika terlalu kotor basuh dengan air hangat
4 Ambil tissue bersih atau kapas bersih, letakkan di atas tulang pipi tepat di
bawah kelopak mata bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk tangan non
dominan. Dengan perlahan buka konjungtiva dengan cara menekan
bagian bawah tepat di atas tulang orbita
5 Minta pasien melihat ke atas
6 Teteskan atau oleskan obat mata
a. Bila obat tetes : Teteskan sejumlah obat mata sesuai pesanan
dokter pada sepanjang permukaan konjungtiva kelopak mata
bagian bawah. Pegang penetes mata 1 – 2 cm diatas sakus
konjungtiva
b. Bila obat mata berbentuk salep : Pegang aplikator salep. Pijat tube
hingga obat keluar, kemudian berikan aliran tipis pada sepanjang
kelopak mata bawah dari kantus dalam ke kantus luar
7 Anjurkan pasien untuk menutup dan mengedipkan kelopak mata atau
menggerakkan mata secara sirkuler (bila obat salep)
8 Bersihkan sisa obat tetes/salep yang ada disekitar mata dengan kapas
basah
9 Bila saat pasien berkedip atau menutup mata tetesan jatuh ke pinggiran
luar kelopak mata, ulangi prosedur
10 Tutup mata dengan kassa steril dan plester (bila perlu) dengan aman tanpa
menyebabkan tekanan pada mata
11 Lepas sarung tangan
12 Kembalikan kartu obat atau instruksi tertulis
13 Sesudah dicek, kembalikan kartu obat untuk persiapan pemberian obat
berikutnya
14 Bereskan alat-alat dan dikembalikan ke tempat semula

Tahap Terminasi
1 Evaluasi perasaan pasien
2 Simpulkan hasil kegiatan
3 Lakukan kontrak untuk selanjutnya
4 Cuci tangan (sesuai SPO)
5 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
a. Catat nama obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu dan tempat
pemberian (mata kanan, kiri, atau keduanya)
b. Catat setiap obat yang telah diberikan dan respon pasien terhadap
obat pada catatan obat
c. Parf petugas yang memberikan obat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Memberikan Obat Tetes Telinga

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Bak / tray obat
2 Kartu obat, kardex, atau formula pencatat yang memuat tentang :
a. Identitas pasien
b. Jenis obat/nama obat
c. Dosis obat
d. Waktu/jam pemberian
e. Tanggal dipesan dan tanda tangan yang mengerjakan
3 Obat yang dibutuhkan
4 Alat irigasi telinga
5 Air hangat pada tempatnya
6 Bengkok
7 Perlak dan pengalas
8 Handuk
9 Pinset telinga (bengkok)
10 Lidi kapas steril
11 Korentang steril
12 Bengkok
13 Lap atau tissue
14 Sarung tangan

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Baca catatan keperawatan dan catatan medis
2 Siapkan ruangan
3 Tetapkan tujuan dilakukan prosedur
4 Siapkan alat-alat dan obat
a. Ambil kartu obat dari kotak obat
b. Cocokkan kartu obat dengan status pasien, periksa keakuratan
serta kelengkapan kartu obat, bentuk dengan pesanan tertulis dari
dokter, perhatikan nama pasien, nama dan dosis obat, cara dan
waktu pemberian serta waktu kedaluarsa obat. Laporkan setiap
ketidakjelasan pesanan.
5 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Lakukan persiapan pasien :
a. Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat
b. Mengkaji kemungkinan adanya kontraindikasi untuk pemberian
obat tetes mata
c. Mengkaji pengetahuan dan kebutuhan pasien dan keluarga tentang
pengobatan
d. Mengkaji TTV pasien
e. Menjelaskan prosedur, tujuan tindakan dan reaksi obat pada pasien
/ keluarga
f. Meminta persetujuan lisan tentang tindakan yang akan dilakukan
4 Lakukan kontrak
5 Pastikan privasi pasien terjaga/tutup sampiran
6 Pastikan penerangan/cahaya cukup
7 Atur posisi pasien dengan posisi berbaring-miring dengan telinga yang
sakit menghadap ke atas atau posisi duduk
Tahap Kerja
1 Dekatkan alat dan obat
2 Pasang sarung tangan
3 Letakkan perlak dan alasnya di bawah bahu pasien, kemudian bersihkan
liang telinga dengan kapas lidi steril
4 Isi pipet dengan obat yang dibutuhkan
5 Dengan tangan non dominan, luruskan lubang telingan dengan menarik
daun telinga ke atas dan ke belakang (pada orang dewasa) atau ke bawah
pada anak
6 Letakkan ujung irigasi pada bagian depan liang telinga jangan sampai
menutupi rongga telinga
7 Lakukan penyemprotan dengan hati-hati tapi agak kuat dari bagian depan
liang telinga
8 Tampung cairan yang keluar dari bengkok (bila pasien dalam posisi
duduk)
9 Lakukan penyemprotan beberapa kali sampai bersih
10 Setelah bersih, bersihkan lubang telinga dengan kapas lidi, dan bagian
sekitar telinga bersihkan dengan handuk
11 Teteskan obat yang telah diisi pada pipet pada dinding saluran telinga
untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara. Sesuaikan jumlah obat
dengan dosis yang telah direncanakan. Apabila obatnya berupa salep,
ambil kapas lidi dan oleskan salep pada kapas lidi tersebut. Lalu
masukkan atau oleskan obat pada liang telinga
12 Bersihkan bekas obat dengan kapas bulat, pertahankan posisi kepala
sekitar 2 – 3 menit
13 Rapikan pasien dan lingkungannya
14 Kembalikan kartu obat atau instruksi tertulis
15 Sesudah dicek, kembalikan kartu obat untuk persiapan pemberian obat
berikutnya
16 Bereskan alat-alat dan dikembalikan peralatan ke tempat semula

Tahap Terminasi
1 Evaluasi perasaan pasien
2 Simpulkan hasil kegiatan
3 Lakukan kontrak untuk selanjutnya
4 Cuci tangan (sesuai SPO)
5 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
a. Cata nama obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu dan tempat
pemberian (telinga kanan, kiri, atau keduanya)
b. Catat setiap obat yang telah diberikan dan respon pasien terhadap
obat pada catatan obat
c. Parf petugas yang memberikan obat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXXI

TOURNIQUET TEST

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan uji Tourniquet
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan uji Tourniquet
a. Menjelaskan definisi uji Tourniquet
b. Menerapkan uji Tourniquet
2. Melakukan uji Tourniquet
a. Menyiapkan alat uji Tourniquet
b. Melakukan uji Tourniquet
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Tes tourniquet (Rumple Leed Test) adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan
melakukan pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji
diagnostik kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit. Rumple leed test adalah salah
satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan apakah terkena demam
berdarah atau tidak.

Gambar. Tes Tourniquet


2. Prinsip
Prinsip yang digunakan dalam uji Tourniquet adalah dimana terhadap kapiler
diciptakan suasana anoksia dengan jalan membendung aliran darah vena. Anoksia
merupakan ketiadaan penyediaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah ke
jaringan adekuat. Suasana anoksia dan penambahan tekanan internal akan
memperlihatkan kemampuan ketahanan kapiler. Jika ketahanan kapiler turun akan
timbul petekie di kulit.

3. Hasil
Nilai rujukan yang digunakan untuk menentukan hasil uji Tourniquet sebagai berikut
:
Hasil Jumlah Petekie
Abnormal (+) > 20 petekie
Normal (-) < 10 petekie
Dubia (Ragu-ragu) 10-20 petekie
CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Tourniquet Test

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Sfigmomanometer
2 Stetoskop
3 Kertas
4 Pena

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Periksa terlebih dahulu tekanan darah pasien
2 Ambil nilai tengah dari tekanan darah pasien dengan rumus :
(Sistolik + Diastolik) ; 2
3 Pompa sfigmomanometer sampai nilai tengah yang telah didapat
menggunakan rumus tersebut
4 Tahan sfigmomanometer selama 10 menit
5 Setelah 10 menit, normalkan kembali dan lepas sfigmomanometer
6 Lihat adanya petekie (bintik-bintik merah) disekitar pemasangan manset
7 Hitung jumlah petekie dan catat

Tahap Terminasi
1 Evaluasi tindakan yang dilakukan
2 Akhiri pertemuan
3 Kembalikan alat pada tempatnya
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur (sesuai SPO)
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan
KEGIATAN XXXII

TRANFUSI DARAH

A. KOMPETENSI DASAR
Menerapkan pertolongan tranfusi darah
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menerapkan pertolongan tranfusi darah
a. Menjelaskan definisi tranfusi darah
b. Menjelaskan tujuan tranfusi darah
2. Melakukan pertolongan tranfusi darah
a. Menyiapkan alat tranfusi darah
b. Mendemonstrasikan tranfusi darah
C. URAIAN MATERI
1. Definisi
Memasang transfusi darah adalah memberikan darah dari flabot darah ke dalam
tubuh melalu intra vena.

2. Tujuan
Memberikan terapi transfusi dara sesuai advis.

3. Indikasi
a. Kecelakaan, trauma, atau operasi pembedahan yang besar.
b. Penyakit yang menyebabkan terjadinya perdarahan, misal maag kronis dan
berdarah.
c. Penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal
anemia hemolitik atau trombositopenia.
d. Jika pasien menderita penyakit pada sumsung tulang sehingga produksi sel
darah terganggu.

4. Syarat Menjadi Pendonor


a. Umur 17 – 60 tahun
(Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis
dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan
darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter).
b. Berat badan minimum 45 kg
c. Temperature tubuh : 36.6 – 37.50C
d. Tekanan darah baik
1) Sistole 110 – 160 mmHg
2) Diastole 70 – 100 mmHg
e. Denyut nadi : Teratur 50 – 100 x/menit

f. Hemoglobin
1) Wanita minimal 12 gr/dl
2) Pria minimal 12.5 gr/dl
g. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak
penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai
dengan keadaan umum donor.

5. Orang yang Tidak Boleh Menjadi Pendonor


a. Pernah menderita hepatitis B.
b. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
c. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tranfusi.
d. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tatto / tindik telinga.
e. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
f. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
g. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
h. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera,
tetanus, difteri atau profilaksis.
i. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis
epidemica, measles, tetanus toxin.
j. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies
therapeutic.
k. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
l. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transplantasi kulit.
m. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
n. Sedang menyusui.
o. Ketergantungan obat.
p. Alkoholisme akut dan kronik
q. Sifilis.
r. Menderita tuberkulosa secara klinis.
s. Menderita epilepsi dan sering kejang
t. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk
u. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya
thalasemia, polibetemiavera.
v. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko
tinggi untuk mendapatkan HIV / AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti
pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
w. Penderita HIV / AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.

Gambar. Terpasang tranfusi Gambar. Kantong tranfus Gambar. Selang tranfusui


CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTIK

Nama Mahasiswa :
Nim Mahasiswa :
Judul Unit Kompetensi : Tranfusi Darah

Nilai
No KOMPONEN PENILAIAN 0 1
A PERSIAPAN ALAT
1 Filter darah dan set tranfusi
2 Cairan intravena (NaCl 0.9%)
3 Darah dalam kantong darah sesuai golongan darah
4 Sarung tangan
5 Infus pump
6 Plester
7 Perlak dan pengalas
8 Bengkok
9 Kapas alkohol dalam tempatnya

B PELAKSANAAN
Tahap Pra-interaksi
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2 Siapkan alat
3 Cuci tangan (sesuai SPO)

Tahap Orientasi
1 Memberikan salam, kenalkan diri perawat dan menyapa pasien dengan
ramah
2 Memastikan identitas pasien dengan menanyakan nama pasien (jika
pasien sadar) kemudian mencocokkan dengan identitas pasien
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien atau keluarganya
4 Kontrak waktu
5 Tanyakan persetujuan dan kesiapan pasien/keluarga sebelum melakukan
tindakan
6 Jaga privasi

Tahap Kerja
1 Ukur TTV 30 menit sebelum pemberian tranfusi, terutama suhu tubuh.
Lapor dokter jika ada peningkatan suhu tubuh
2 Kosongkan urine bag
3 Buka set tranfusi, letakkan klem 2 – 4 cm di bawah tabung drip dalam
keadaan off/terkunci
4 Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan tusukkan set
infus ke botol/kantong cairan dengan benar
5 Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip infus ⅓-½
penuh
6 Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan sampai ke
ujung jarum hingga tidak ada udara dalam selang, klem kembali, dan
tutup kembali jarum
7 Pilih jarum intravena/abbocath
8 Atur posisi pasien dan pilih vena
9 Pasang perlak dan pengalas
10 Bebaskan daerah yang diinsersi, letakkan tourniquet 10 – 15 cm
proksimal tempat insersi
11 Pakai sarung tangan
12 Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam keluar)
13 Pertahankan vena pada posisi stabil
14 Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20 – 300, tusuk vena dengan
lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan IV kateter masuk intravena
dengan tanda darah masuk ke abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm
15 Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan sambungkan IV
kateter dengan selang infus
16 Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus
17 Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan daerah tusukan dan
tutup dengan kassa
18 Klem selang infus, lepaskan selang infus dari flabot infus dan
memindahkan ke kantong darah
19 Hitung jumlah tetesan sesuai program
20 Observasi TTV dan reaksi pasien setiap 5 menit selama 15 menit, dan
kemudian setiap 15 menit

Tahap Terminasi
1 Evaluasi hasil/respon pasien
2 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3 Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
4 Cuci tangan setelah melakukan prosedur
5 Mendokumentasikan kegiatan dan hasil yang didapat

Keterangan :

0 : Tidak dilakukan/dilakukan tapi tidak sempurna

1 : Dilakukan dengan sempurna

Mahasiswa dinyatakan lulus bila nilai ≥ 75% dari nilai keseluruhan tindakan

DAFTAR PUSTAKA

American Psychological Association. (2004). The Effects of Trauma Do Not Have to Last a
Lifetime.US: APA.

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2012). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice. Canada: Addison Publishing Co.

Carpenito, L.J. 2007. Handbook of Nursing Diagnosis. Toronto: Lippincot.

Craven,R.F., Hirnle,C.J., 2000., Fundamentals of Nursing : Human Health and Function., Third
Edition., Philadelphia : JB. Lippincott Company.

Culligan K : Spirituality and healing in medicine, American Journal, August 31, 1996.

Elvira D. 2006. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Miller J.F and Power MJ: Development of an instrument to measure hope, Nurs Res 37(1):6,
1988.

O’neill DP and Kenny EK: Spirituality and chronic illness , Image Journal Nursing Sch
30(3):275, 1998.

Pangkahila, W. 2005. Disfungsi Seksual Pria. Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Potter, P.A., Perry. A,G., & Ostendorf, W. (2014). Clinical Nursing Skill & Techniques. 8th
Edition., St.Louis, Missouri : Mosby-Year. Book Inc.
Potter, P.A., Perry, A.G., (2010). Fundamentals of Nursing: Fundamental Keperawatan., Buku
3., Edisi 7., Jakarta: EGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2000). Pocket Guide to Basic Skill and Procedures (3rd ed).,
Toronto: Mosby.

Satino. (2005). Konsep Kehilangan, Berduka, Kematian Dan Kebutuhan Spiritual. Jakarta:
Depkes RI; Pusdiknakes.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, KePerawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Alih
Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC.

Stoll, R.I (1979) Guidelines for spiritual assessment, American Journal of Nursing, 79, 1574-
1577.

Sundeen, S.J., Stuart, G.W., & Laraia, M.T. 2007. Stuart and Sundeen's Principles and Practice
of Psychiatric Nursing. Toronto: Mosb.

Tarwoto dan Wartonah (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses KePerawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Toth, J.C. (1992) Faith in recovery: Spiritual support after an acute MI, Journal of Christian
Nursing, 9(4), 28-31.

Townsend, M. C. (2005). Essential of Psichiatric mental Hralth Nursing. (3rd Ed). Philadelphia:
F.A. Davis Company.

Wilkinson, J.M., 2007., Buku Saku Diagnosis KePerawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC., Edisi 7., Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai