Anda di halaman 1dari 19

ASKEP PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK (

CHILD ABUSE )

Oleh kelompok 5
definisi

Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang
lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat
penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian.

Nadia (2004) mengartikan kekerasan terhadap anak sebagai bentuk penganiayaan baik
fisik maupun psikis. Penganiayaan fisik adalah tindakan-tindakan kasar yang
mencelakakan anak, dan segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya.
Sedangkan penganiayaan psikis adalah semua tindakan merendahkan atau
meremehkan anak.
Klasifikasi child abuse

1. Emotional Abuse
2. Physical Abuse
3. Neglect
4. Sexual Abuse
etiologi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak.


2. Stress keluarga
3. Stres berasal dari orang tua
Dampak child abuse
1. Kerusakan fisik atau luka fisik;
2. Anak akan menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam
dan agresif
3. Memiliki perilaku menyimpang, seperti, menarik diri dari lingkungan,
penyalahgunaan obat dan alkohol, sampai dengan kecenderungan bunuh diri;
4. Jika anak mengalami kekerasan seksual maka akan menimbulkan trauma
mendalam pada anak, takut menikah, merasa rendah diri, dll;
5. Pendidikan anak yang terabaikan
Manifestasi klinis
1. Akibat pada fisik anak, antara lain: Lecet, hematom, luka bekas gigitan, luka
bakar, patah tulang, perdarahan retinaakibat dari adanya subdural hematom dan
adanya kerusakan organ dalam lainnya.
2. Sekuel/cacat sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf,
gangguan pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
3. Kematian Akibat pada tumbuh kembang anak.
Mekanisme koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien untuk melindungi diri antara
lain :
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti untuk melampiaskan
kemarahannya
2. Proyeksi :Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu.
Konsep asuhan keperawatan child abuse
pengkajian
1. Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang
lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
2. Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau
masalah psikiatrik.
3. Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse
4. Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan anak.
5. Kaji respon psikologis pada trauma
6. Kaji keadekuatan dan adanya support system
7. Situasi Keluarga.
Pemeriksaan fisik
1. Penganiyayaan fisik
2. Pengabaian
3. Penganiyayaan seksual
Pemeriksaan laboratorium

Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan. Pada


penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan:
1. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah
penganiayaan seksual.
2. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
3. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B
4. Analisa rambut pubis
Pemeriksaan radiologi
Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada
anak, yaitu untuk identifiaksi fokus dari jejas, dokumentasi,
Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya dilakukan
untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun hanya perlu
dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada
saat pemeriksaan fisik.
1. CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
hanya diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalami trauma kepala yang berat.
2. MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut
dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
3. Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi visceral
4. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.
Diagnosa keperawatan

1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.


2. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan keluarga tidak harmonis.
3. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
Intervensi keperawatan

DX I : Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan.
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.
Kriteria hasil:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkannya klien terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
3 Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif
klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
4. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
5. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah
sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai
kemampuan yang dimiliki.
6. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
7. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
8. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
9. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya
menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif
DX II : Koping keluarga inefektif berhubungan dengan keluarga tidak harmonis.
Tujuan :
Koping adatif dapat dilakukan dengan optimal
Kriteria hasil:
Keluarga dapat mengenal masalah dalam keluarga dan menyelesaikannya dengan tindakan yang tepat.
Intervensi:
1. Identifikasi dengan keluarga tentang prilaku maladaptif
Rasional : Keluarga mengenal dan mengungkapkan serta menerima perasaannya sehingga
mempermudah pemberian asuhan kepada anak dengan benar.
2. Beri reinforcement positif atas tindakan keluarga yang adaptif.
Rasional : Untuk memotivasi keluarga dalam mengasuh anak secara baik dan benar tanpa menghakimi
dan menyalahkan anak atas keadaan yang buruk.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan yang semestinya terhadap anak.
Rasional : Memberikan gambaran tentang tindakan yang semestinya dapat dilaksanakan keluarga
terhadap anak.
4. Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya peran orang tua sebagai status pendukung dalam
proses tumbuh kembang anak.
Rasional : Memberikan kejelasan dan memotivasi keluarga untuk meningkatkan peran sertanya dalam
pengasuhan dan proses tumbuh kembang anaknya.
5. Kolaborasi dalam pemberian pendidikan keluarga terhadap orang tua.
Rasional :Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga ( orang tua ),tentang pentingnya
peran orang tua dalam tumbuh kembang anak,memiliki pengetahuan tentang metode pengasuhan yang
baik,dan menanamkan kesadaran untuk menerima anaknya dalam keadaan apapun.
DX III : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
Tujuan:
Klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Kriteria hasil:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6. Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7. Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9. Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya. Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak
waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non
verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk
intervensi selanjutnya.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan
masalah yang konstruktif.
3. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong
pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
4. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang
konstruktif pula.
5. Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
6. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
7. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
8. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
9. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.

Anda mungkin juga menyukai