DALAM KEPERAWATAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Keselamatan Pasien Semester II Program Khusus Ekstensi B
OLEH :
KELOMPOK 3
1. Findi Dwi Ariestania Putri
2. Made Sudarmi
3. Firman
4. Pian
5. Arifuddin
6. Irawati
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit, baik tenaga
medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di dalam lingkungan kerja
rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang-orang sakit
maupun sehat, atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung, pasien yang
mendapat perawatan di rumah sakit dengan berbagai macam penyakit menular. Hal tersebut
membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang ada di
lingkungan rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit
infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah
sakit sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit menular melalui
darah, sputum, jarum suntuk dan lain-lain.
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja pada Pasal (9)
menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril. Karena petugas rumah sakit baik medis ataupun
non medis tidak luput dari pajanan berbagai aspek baik biologi, kimia, dan fisik dalam
lingkungan rumah sakit maka diperlukan adanya upaya mitigasi resiko ataupun pencegahan
terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan yang dijalankan.
b. Rumusan Masalah
1. Apasaja penyakit akibat kerja ?
2. Apasaja penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja ?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja ?
c. Tujuan
Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :
1. Mengetahui penyakit akibat kerja
2. Mengetahui cidera akibat kecelakaan kerja
3. Mengatahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat
kerja
2. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) adalah suatu kejadian
yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu hari
kerja atau lebih.
3. Cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) karyawan tidak dapat
masuk karena cidera.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan bekerja terbatas (Restricted Duty) adalah
karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rutin sehingga ditempatkan pada
pekerjaan lain yang sudah dimodifikasi termasuk perubahan jadwal ataupun pola kerja.
5. Cidera dirawat dirumah sakit ( Medical Treatment Injury ) adalah kecelakaan kerja yang
ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang memeiliki kualifikasi untuk menangani
atau memberikan pertolongan pada kecelakaan
6. Cidera Ringan (First Aid Injury) adalah cidera ringan akibat kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat seperti ; luka lecet dll.
( Badraningsih, 2015)
D. Upaya Pencegahan
Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersigat irreversible sehingga tindakan
pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan menimbulkan penyakit
akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya pencegahan
penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat kerja,
melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya yang ada
di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, memberikan
informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang benar dan memberikan imunisasi
bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Menurt Effendy (1998) Upaya pencegaha penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida diganti
dengan triklor etilen
2. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-bahan
ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Ventilasi Keluar Setempat (local exhausers) adalah alat yang dapat menghisap udara dari
suatu tempat kerja tetentu agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat
dialirkan keluar
4. Isolasi adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan ataupun
mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi
5. Alat pelindung adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang dijadikan
sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak langsung antara
kontaminan dengan petugas
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon petugas
apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik secara fisik, psikologis maupun
dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk mengidentifikasi
secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.
Berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah sebagai
berikut :
1. Agen Biologi, upaya pencegaha yang dapat dilakukan antara lain :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja ditempat infeksius
dan dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
specimen yang benar
f. Pengolahan limbah yang baik
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai
h. Kebersihan diri petugas harus dijaga
2. Agen Kimia
a. Material safty data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tetelannya bahan kimia
dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri
3. Agen Fisika
a. Pengaturan cahaya dan vebtilasi serta penyediaan air minum yang cukup
b. Menggunakan alat pelindung diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
Bahaya terhadap berbagai agen baik agen biologi, kimia, fisika dapat dialami perawat
di fasilitas kesehatan. Agen agen tersebut dapat menyebabkan penyakit menular maupun non
menular yang tentu dapat menyebabkan sakit atau cidera bagi perawat. Upaya pencegaha
yang dapat dilakukan adalah menerapkan procedure sesuai dengan SOP dan tidak lupa
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan kriteria atau klasifikasi pasien yang dihadapi
dengan demikian perawat dapat lebih waspada dan dapat mengenakan alat pelindung diri
sesuai dengan kondiri yang dibutuhkan.
B. Saran
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja kami
harapakan informasi pengenai penyakit akibat kerja ini dapat kita jadikan pembelaaran agar
penyakit yang timbul akibat kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicegah
untuk meminimalkan resiko yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Badraningsih, 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Dalam https: //
staff.uny.ac.id diakses pada minggu, 04 Juni 2017
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2 . EGC. Jakarta
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan transmigrasi RI nomor PER.25/MEN/XII/2008 tentang
Pedoman Diganosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian
Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981 tentang kewajiban melapor
penyakit akibat kerja
Peraturan Menteri kesehatan nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik ed 4. EGC
Jakarta
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja