Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IDENTIFIKASI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

DALAM KEPERAWATAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Keselamatan Pasien Semester II Program Khusus Ekstensi B

OLEH :
KELOMPOK 3
1. Findi Dwi Ariestania Putri
2. Made Sudarmi
3. Firman
4. Pian
5. Arifuddin
6. Irawati

SARJANA KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MATARAM
2017

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit, baik tenaga
medis maupun non medis akibat pajanan biologi, kimia dan fisik di dalam lingkungan kerja
rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang-orang sakit
maupun sehat, atau anggota masyarakat baik petugas maupun pengunjung, pasien yang
mendapat perawatan di rumah sakit dengan berbagai macam penyakit menular. Hal tersebut
membuat rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki resiko terhadap gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja bagi petugas. Berbagai macam penyakit yang ada di
lingkungan rumah sakit memungkinkan rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit
infeksi baik bagi pasien, tenaga kerja maupun pengunjung. Petugas di lingkungan rumah
sakit sangat beresiko dengan kontak langsung terhadap agent penyakit menular melalui
darah, sputum, jarum suntuk dan lain-lain.
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja pada Pasal (9)
menyatakan bahwa Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril. Karena petugas rumah sakit baik medis ataupun
non medis tidak luput dari pajanan berbagai aspek baik biologi, kimia, dan fisik dalam
lingkungan rumah sakit maka diperlukan adanya upaya mitigasi resiko ataupun pencegahan
terhadap resiko-resiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan yang dijalankan.

b. Rumusan Masalah
1. Apasaja penyakit akibat kerja ?
2. Apasaja penyakit atau cidera akibat kecelakaan kerja ?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit akibat kerja ?

c. Tujuan
Tujuan di tulisnya makalah ini diantaranya untuk :
1. Mengetahui penyakit akibat kerja
2. Mengetahui cidera akibat kecelakaan kerja
3. Mengatahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara
Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan Preventif
Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat kerja menyebutkan Kecelakaan Kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja. Kemudian yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Lebih rinci disampaikan
pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja, yang dimaksud penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja, penyakit terkait kerja adalah
penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau
lingkungan kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya.
Adapun penyebab Penyakit Akibat Kerja dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan yaitu:
1. Golongan fisika
Suhu eksrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non pengion dan
tekanan udara
2. Golongan Kimia
Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel
nano dan lain-lain
3. Golongan Biologi
Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain
4. Golongan Ergonomi
Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak repetitif,
penerangan Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain
5. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981 dan pada Surat
Keputusan Presiden RI Nomor : 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja disebutkan jenis-jenis penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Penumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut (silikosis,
antrasilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan factor
utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu
logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) atau byssinosis yan disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep (serat yang diperolah dari tanaman cannabis sativa) dan sisal
(serat yang diperolah dari tumbuhan Agave Sisalana)
4. Asma akibat kerja yang disebabakan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat penghirup debu
organic
6. Penyakit yang diakibatkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya yang beracun
7. Penyakit yang disebabkan oleh cadmium (Cd) atau persenyawaannya yang beracun
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya yang beracun
9. Penyakit yang disebabkan oleh Kromium (Cr) atau persenyawaannya yang beracun
10. Penyakit yang disebabkan oleh Mangan (Mn) atau persenyawaannya yang beracun
11. Penyakit yang disebabkan oleh Arsenik (As) atau persenyawaannya yang beracun
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau merkurium (Hg) atau persenyawaannya yang
beracun
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbel atau plumbum (Pb) atau persenyawaannya yang
beracun
14. Penyakit yang disebabkan oleh flourin (F) atau persenyawaannya yang beracun
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfide
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik
atau aromatic yang beracun
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzana atau homolognya yang beracun
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzana atau homolognya
yang beracun
19. Penyakit yang diakibatkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya
20. Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol atau keton
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti
karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfide atau derivatnya yang beraun,
amoniak, seng, braso, dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan otot, urat, tulang persendian
dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi)
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara bertekanan tinggi
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologis
27. Kanker kulit epiteloma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak mineral,
antrasena atau persenyaeaan, produk, dan residu zat-zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontamintasi khusus
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas radiasi atau kelembapan
udara yang tinggi
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat
(Nursalam,2009)
Lebih lanjut disebutkan jenis penyakit akibat kerja berdasar agen dan pekerjaannya
adalah sesuai dengan ICD-10 (International Statistical Clasidication of Diseases and Related
Health Problems in Occupatinal Health)

B. Penyakit Akibat Kerja pada Perawat


Suatu penyakit bersifat multifaktor, oleh katena itu suatu oenyakit tidak dapat
disebabkan oleh satu factor saja karena terdapat keterkaitan yang kompleks antara berbagai
macam agen, pejamu, dan lingkungan. Berdasarkan Agen penyebabnya penyakit dapat
dibedakan menjadi :
1. Agen Biologi
Agen biologi adalah seperti bakteri, mikroba dan lain-lain dimana penyakit yang
dapat timbul baik dalam suatu komunitas maupun fasilitas kesehatan yang dapat
mengkontaminasi warga fasilitas kesehatan, termasuk perawat antara lain seperti
Methiciliin resistant Staphylococcus Aureus (MRS), vancomycin resistant
Mycobacterium enterococcus (VRE) dan multidrug resistant Mycobacterium tuberculosis
(MDR-TB). Bahaya biologic ditempat kerja terdiri atas infeksi akut dan kronis, parasite,
bahan beracun, reaksi alergi dan iritan. Perawat sangat rentan terhadap risiko lecet
ataupun tertusuk jarum yang kemudian luka tersebut dapat terinfeksi oleh agen biologi
yang terdapat di fasilitas kesehatan.
Penyakit akibat kerja berdasar agen biologi yang dapat menjangkiti pekerja rumah sakit
seperti Brucellosis dapat disebabkan oelh brucella abortus dapat terpajan pada petugas
laboratorium, Hepatitis Serum (Hepatitis B, HBV) dan Tuberculosis juga beresiko
pajanan pada pekerja medis.
2. Agen Kimia
Sebagian besar agen kimia dapat menyebabkan reaksi yang berbahaya pada manusia
orang-orang dalam fasilitas pelayanan kesehatan dapat terjangkit penyakit dermatitis dan
reaksi alergik lainnya terhadap pajama pada agen kimi tersebut, seperti penggunaan
lateks, hydrogen peroksida, merkuri, gas anastesi, obat-obatan sitotoksik, Aldehid
(formaldehid) di kamar mayat, dan glutaraldehid untuk endoskopi dapat menimbulkan
masalah pernafasan.
3. Agen Fisika
Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi dapat menyebabkan
penyakit pada petugas difasilitas pelayan kesehatan seperti Konjungtivitis akibat pajanan
sinar ultraviolet (UV).
Agen fisika seperti suhu panas biasanya didapat pada trowongan bawah tanah untuk
pemasangan pipa dan kabel rumah sakit, fasilitas binatu dan dapur di rumah sakit. Agen
fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan pekerja terhadap
ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi pengion juga tidak luput
terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan radiasi elektromagnetik bukan pengion
sperti laser yang dipakai dibagian bedah, dermatologi, oftalmologi dan ginekologi juga
dapat menimbulkan resiko kerusakan mata.
Dalamlampiran peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor :
PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. dibagi dalam beberapa bidang antara lain :
1. Penyakit Kulit adalah setiap penyakit kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja yang berupa factor risiko mekanik, fisik, kimia, bilogik dan
psikologik. Dapat berupa dermatitis kontak, acne, neoplasi kulit, kelainan pigmentasi,
infeksi kulit.
2. Neurologi adalah setiap penyakit yang mengenai system saraf pusat dan perifer yang
penyebabnya antara lain trauma, gangguan vaskuler, infeksi, degenerasi, keganasan,
gangguan metabolism dan intoksikasi yang bermanifestasi berupa keluhan subjektif
seperti nyeri, rasa berputar, kehilangan keseimbangan, penglihatan kabur, gangguan
kognitif dan emosi dengankeluhan objektif berupa system motorik, system sensorik ,
system autonomy.
3. Penyakit Dalam adalah penyakit yang timbul akibat paparan factor risiko yang dapat
mengenai organ seperti Penyakit Jantung dan Pembuluh darah, penyakit ginjal dan
saluran kemih, penyakit saluran cerna dan hati, penyakit system endokrin, penyakit
darah dan system pembuluh darah, penyakit otot dan rangka serta penyakit infeksi
lainnya.
4. penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) adalah penyakit atau kelainan pada
telinga, hidung dan tenggorok akibat paparan factor risiko di tempat kerja seperti,
rhinitis alergi, afoni, disfoni, disfagia, ganggauan pendengaran karena bising ataupun
cidera kepala dll.
5. Orthopedi adalah penyakit yang mengenai system musculoskeletal sehingga
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan yang menimbulkan hambatan pada kegiatan
penderita.
6. Penyakit Paru adalah penyakit atau kelainan paru yang disebabkan oleh pajanan factor-
faktor risiko di tempat kerja antara lain berupa debu, gas, uap.
7. Penyakit Mata adalah penyakit atau kelainan pada mata akibat pemaparan factor-faktor
risiko di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan yang dapat
mengurangi kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan
akivitas normal.
8. Penyakit akibat radiasi mengion adalah penyakit akibat kerja karena paparan radiasi
mengion di tempat kerja
Penyakit akibat kerja yang dapat dialami petugas medis sangat beragam tergantung
pada agen, pejamu dan lingkungan fasilitas kesehatan tempat perawat bekerja baik disebabkan
oleh agen biologi, agen kimia maupun agen fisika yang dapat menyebabkan sakit diberbagai
bidang baik dalam bidang penyakit kulit,penyakit mata, penyakit paru dan lain-lain. Untuk
menegakkan diagnose penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan pendekatan sistematis
antara lain :
Langkah 1 : Diagnosa Klinik harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan
anamnesa dan pemerikasaan fisik bila diperlukan dilakukan pemeriksaan
penunjang dan pemeriksaan khusus
Langkah 2 : Menetukan pajanan yang dialami pekerja ditempat kerja, petugas medis
harus melakukan anamnesa yang lengakap pada pekerjaan pasien
Langkah 3 : Menentukan hubungan antara ajanan dengan diagnosis klinis, pajanan
tersebut diidentifikasi berdasarkan efidence based yang dihubungkan dengan
penyakit yang dialami
Langkah 4 : Menentukan besarnya pajanan dilakukan secara kualitatif (pengamatan cara,
proses dan lingkungan kerja dengan memperhitungan lama kerja dan masa
kerja serta Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk
mengurangi besarnya pajanan ) dan dilakuakn secara kuantitatif yaitu dengan
melakuka pengukuran lingkugan kerja secara periodik dan data monitoring
biologis.
Langkah 5 : Menentukan faktor individu yang berperan antara lain jenis kelamin, usia,
kebiasaan, genetik, riwayat atopi dan penyakit penyerta.
Langkah 6 : Menentukan pajanan diluar tempat kerja maka diperlukan informasi tentang
kegiatan yang dilakukan diluar tempat kerja
Langkah 7 : Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja berdasarkan langka-langkah
diatas apakah termasuk penyakit akibat kerja atau bukan

C. Cidera Akibat Kerja


Dalam pekerjaan sehari-hari petugas kesehatan selalu dihadapkan pada bahaya-bahaya
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagen yang toksik , peralatan listrik maupun peralatan
kesehatan yang dapat menimbulkan cidera. Ada beberapa klasifikasi Jenis Cidera dan tingkat
keparahan kibat Kecelakaan Kerja :

1. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat
kerja

2. Cidera yang mengakibatkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury) adalah suatu kejadian
yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja selama satu hari
kerja atau lebih.

3. Cidera yang mengakibatkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day) karyawan tidak dapat
masuk karena cidera.

4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan bekerja terbatas (Restricted Duty) adalah
karyawan tidak mampu mengerjakan pekerjaan rutin sehingga ditempatkan pada
pekerjaan lain yang sudah dimodifikasi termasuk perubahan jadwal ataupun pola kerja.

5. Cidera dirawat dirumah sakit ( Medical Treatment Injury ) adalah kecelakaan kerja yang
ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang memeiliki kualifikasi untuk menangani
atau memberikan pertolongan pada kecelakaan
6. Cidera Ringan (First Aid Injury) adalah cidera ringan akibat kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat seperti ; luka lecet dll.

( Badraningsih, 2015)

D. Upaya Pencegahan
Pada PMK nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja disebutkan bahawa penyakit akibat kerja bersigat irreversible sehingga tindakan
pencegahan sangat diperlukan, karena bila tidak dilakukan akan menimbulkan penyakit
akibat kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama. Upaya pencegahan
penyakit akibat kerja antara lain melakukan identifikasi potensi bahaya penyakit akibat kerja,
melakukan promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya yang ada
di tempat kerja, melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, memberikan
informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada di
tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang benar dan memberikan imunisasi
bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi.
Menurt Effendy (1998) Upaya pencegaha penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
1. Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida diganti
dengan triklor etilen
2. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan
kedalam ruang kerja agar sesuai dengan kadar nilai ambang batas bagi bahan-bahan
ataupun aktifikas dalam ruangan tersebut.
3. Ventilasi Keluar Setempat (local exhausers) adalah alat yang dapat menghisap udara dari
suatu tempat kerja tetentu agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat
dialirkan keluar
4. Isolasi adalah dengan cara mengisolasi alat-alat medis yang membahayakan ataupun
mengkhususkan pasien dengan penyakit infeksius diruang isolasi
5. Alat pelindung adalah dapat berupa pakaian, masker kacamata, sepatu yang dijadikan
sebagai pelindung diri untuk mengurangi atau mencegah adanya kontak langsung antara
kontaminan dengan petugas
6. Pemeriksaan sebelum bekerja, hal ini dapat dilakukan pada penerimaan calon petugas
apakah sudah sesuai dengan jenis dan beban kerja paik secara fisik, psikologis maupun
dari segi kesehatannya
7. Pemeriksaan secara berkala dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk mengidentifikasi
secara dini penyakit akibat kerja yang dapat dialami.
Berdasarkan dari agen penyebabnya upaya pencegahan penyakit akibat kerja adalah sebagai
berikut :
1. Agen Biologi, upaya pencegaha yang dapat dilakukan antara lain :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi
b. Sebelum berkerja dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja untuk memastikan dalam
keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja ditempat infeksius
dan dilakukan imunisasi
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan benar
d. Menggunakan desinfektan dengan cara yang sesuai
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
specimen yang benar
f. Pengolahan limbah yang baik
g. Menggunakan alat pelindung diri atau kabinet keamanan biologis yang sesuai
h. Kebersihan diri petugas harus dijaga
2. Agen Kimia
a. Material safty data sheet dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas
b. Menggunakan karet hisap atau alat vakum untuk mencegah tetelannya bahan kimia
dan terhirupnya aerosol
c. Menggunakan alat pelindung diri
3. Agen Fisika
a. Pengaturan cahaya dan vebtilasi serta penyediaan air minum yang cukup
b. Menggunakan alat pelindung diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
Bahaya terhadap berbagai agen baik agen biologi, kimia, fisika dapat dialami perawat
di fasilitas kesehatan. Agen agen tersebut dapat menyebabkan penyakit menular maupun non
menular yang tentu dapat menyebabkan sakit atau cidera bagi perawat. Upaya pencegaha
yang dapat dilakukan adalah menerapkan procedure sesuai dengan SOP dan tidak lupa
menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan kriteria atau klasifikasi pasien yang dihadapi
dengan demikian perawat dapat lebih waspada dan dapat mengenakan alat pelindung diri
sesuai dengan kondiri yang dibutuhkan.

B. Saran
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin tersedianya
fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja kami
harapakan informasi pengenai penyakit akibat kerja ini dapat kita jadikan pembelaaran agar
penyakit yang timbul akibat kerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicegah
untuk meminimalkan resiko yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Badraningsih, 2015. Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Dalam https: //
staff.uny.ac.id diakses pada minggu, 04 Juni 2017
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2 . EGC. Jakarta
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan dan transmigrasi RI nomor PER.25/MEN/XII/2008 tentang
Pedoman Diganosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 10 tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian
Program Kembali Kerja serta Kegiatan serta Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan
Kerja dan Penyakit Akibat kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI nomor : PER-01/MEN/1981 tentang kewajiban melapor
penyakit akibat kerja
Peraturan Menteri kesehatan nomor : 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik ed 4. EGC
Jakarta
UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

Anda mungkin juga menyukai