Tugas Kelompok
Disusun Oleh:
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
9. Evaluasi
a. Sebutkan faktor-faktor perilaku kekerasan
b. Sebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Cara perawatan resiko perilaku kekerasan dirumah
MATERI PENYULUHAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan merupakan suatu kemarahan yang diekspresikan oleh
individu secara berlebihan sehingga tidak dapat dikendalikan baik secara verbal
maupun nonverbal dan dapat menyiderai diri, oranglain, serta merusak
lingkungan (Depkes, 2007 dalam Suerni & Liviana, 2019). Perilaku kekerasan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor predisposisi ataupun
presipitasi yang keduanya dapat memicu terjadinya perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan terjadi karena adanya hasil akumulasi frustasi yang berulang dan
dikarenakan keinginan individu yang tidak tercapai atau bahkan gagal, sehingga
individu berperilaku agresif.
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive
behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk kepada hewan atau benda-
benda. Ada perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun
perasaan dengan agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon
terhadap kemarahan, kekecewaan perasaan dendam atau ancaman yang
memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu perilaku kekerasan
sebagai suatu cara untuk melawan atau menghukum yang berupa tindakan
menyerang orang lain (assault), agresivitas terhadap diri sendiri (self
aggression) serta penyalahgunaan narkoba (drugs abuse). Untuk melupakan
persoalan hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku
agresi. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Muhith,
Abdul, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
merupakan suatu respon yang muncul akibat adanya perasaan kecemasan yang
dirasakan oleh individu sebagai suatu ancaman. Perilaku kekerasan ini dapat
dilakukan baik secara verbal maupun fisik yang diarahkan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan (Kemenkes RI,2016).
B. ETIOLOGI
Proses terjadinya perilaku kekerasan pada pasien akan dijelaskan dengan
menggunakan konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi faktor predisposisi
dan presipitasi (Depkes, 2016) :
a. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan, meliputi :
1) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
yaitu adanya anggota keluarga yang sering memperlihatkan atau
melakukan perilaku kekerasan, adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, adanyan riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA (narkoti, psikotropika dan zat
aditif lainnya).
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi
sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau
terhambat. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berperilaku”, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut
berperilaku destruktif.
a) Kehilangan
Seseorang yang mengalami kehilangan, kegagalan dan berduka
akan merasakan perasaan yang tidak enak dan tidak nyaman.
Perasaan yang berlebihan akan menyebabkan seseorang tertekan
dan terganggu kejiwaannya. Perasaan cemas yang berlebihan akan
sangat mempengaruhi seseorang mengalami gangguan jiwa dan
dapat mengakibatkan terjadinya risiko perilaku kekerasan (Kandar
& Iswanti, 2019).
b) Kepribadian
Kebanyakan pasien yang mengalami risiko perilaku kekerasan
memiliki tipe kepribadian introvert. Individu dengan tipe
kepribadian introvert lebih tertuju kepada tenaga bersifat intuitif
dan suka mengkhayal, merenung, dan ragu-ragu dalam mencapai
keputusan akhir. Selain itu, orang memiliki tipe kepribadian
introvert tidak menyenangi keramaian sehingga tidak hanya datang
untuk berkumpul bersama dengan orang lain tetapi lebih punya
tujuan tertentu dan ketika menghadiri kegiatan mereka juga terlihat
kurang percaya diri sehingga tidak berani dalam bertidak, dan
cenderung pemalu (Kandar & Iswanti, 2019).
3) Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory) menyatakan bahwa
lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari
secara langsung melalui proses sosialisasi (social learning theory).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik,
berbeda satu orang dengan yang lain.Stresor tersebut dapat merupakan
penyebab yang brasal dari dari dalam maupun luar individu. Faktor dari
dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan dengan orang
yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian, kematian), kehilangan
rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar
individu meliputi serangan terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan. Menurut
Yosep dan Suntini (2014), faktor-faktor yang menjadi pencetus perilaku
kekerasan berkaitan dengan :
1) Ekspresi diri, ingin emnunjukan ekssistensi diri atau symbol solidaritas
seperti sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah , perkelahian
massal, dan geng motor
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kebutuhan
ekonomi
3) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu memngendalikan emosinya saat marah
4) Kesulitan dalam mengkomunikasikan suatu masalah dan tidak
membiasakan diri dalam berdiaolog untuk emngatasi masalah
5) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya sebagai
kemampuan menempatkan dirinya pada sosok dewasa
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan keluarga
Objektif
Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI). (2016). Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan: Keperawatan Jiwa. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Diakses pada [26 Oktober 2020], dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Keper
awatan- Jiwa-Komprehensif.pdf
Muhith, Abdul, (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa; Penerbit CV Andi
Offset,Yogyakarta.