Anda di halaman 1dari 35

Rheumatic Heart

Disease
Keperawatan Anak II
Kelas F
Pengertian
merupakan penyakit jantung yang sering ditemukan pada
anak. Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup
jantung yang menetap akibat demam reumatik akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta
(25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah
menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat
menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya
Prevalensi

Insiden penyakit jantung rematik diperkirakan 15,6-19,6 juta kasus di


seluruh dunia dan bertanggung jawab untuk lebih dari 233.000
kematian setiap tahunnya. RHD merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang utama khususnya di negara-negara berkembang,
yang mencakup lebih dari 80% kasus ARF dan RHD. Sementara
kejadian ARF dan RHD telah menurun di negara-negara yang paling
maju. Hal demikian dapat disimpulkan bahwa penyakit ini
mempengaruhi populasi universal. Di seluruh dunia ARF
diperkirakan terjadi pada 5-30 juta anak anak dan dewasa muda.
90.000 akan meninggal setiap tahunnya. Mortalitas penyakit ini 1-
10%.
Prevalensi

Selandia Baru memiliki prevalensi tinggi yang


berkelanjutan terhadap ARF dan RHD selama beberapa
dekade. RHD menjadi penyebab signifikan kematian dini
di negara ini. Sejumlah survei ARF dan kejadian RHD telah
dilakukan sejak awal 1900-an di Selandia Baru. Dari tahun
1995 sampai tahun 2000, sekitar 100 kasus ARF telah
diemukan setiap tahun di Selandia Baru, dengan kejadian
13,8 per 100.000 penduduk pada usia 5 sampai 14 tahun.
Prevalensi

Setiap tahunnya rata rata ditemukan 55 kasus dengan ARF dan RHD.
Diperkirakan prevalensi RHD di Indonesia sebesar 0,3-0,8 anak sekolah 5-15
tahun.

Pada banyak populasi kejadian ARF dan RHD sering pada wanita dengan alasan
yang beraneka ragam, antara lain peningkatan paparan terhadap streptokokus
grup A melalui mengasuh anak, ataupun kurangnya akses terhadap terapi,
pencegahan terhadap wanita pada kebudayaan tertentu. Pada infeksi faringitis
oleh streptokokus grup A 0.3% akan mengalami demam rematik, dan 39%
penderita ARF akan mengalami karditis yang disertai dengan insufisiensi katub,
gagal jantung, perikarditis bahkan kematian. RHD adalah komplikasi terberat
dari ARF.
Prevalensi

ARF dan RHD diperkirakan berasal dari respon


autoimun, tetapi patogenesa pastinya belum jelas.
Di seluruh dunia ARF diperkirakan terjadi pada 5-30
juta anak anak dan dewasa muda. 90.000 akan
meninggal setiap tahunnya. Mortalitas penyakit ini
1-10%.
Klasifikasi

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV


infeksi saluran nafas atas periode laten,ialah masa fase akut demam reumatik, Disebut juga stadium inaktif.
oleh kuman Beta antara infeksi streptococcus saat ini timbulnya berbagai
Streptococcus Hemolyticus dengan permulaan gejala manifestasi klinis demam
Grup A. demam reumatik reumatik /penyakit jantung
reumatik
Daftar
Pustaka:
Cakradinata, Wa Ode Faryssa. 2015. Rheumatic Heart Disease.
Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Makassar.

Premana, Pande Made Indra. 2018. Penyakit Jantung Rematik.


Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Etiologi
Dinda Triananda 1710711089
Mutiara Zahira F 1710711107
Tanda dan Gejala
Annisa Hilmy 1710711087
Kiki Audilah 1710711109
Komplikasi
Sintya Marliani Putri 1710711092
Christin Maria 1710711102
12
Reaktan Fase Akut

Rapid Test Antigen


Streptococcus

Pemeriksaan
Pemeriksaan Antibodi
Laboratorium Antistreptokokus

Kultur tenggorok
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan
dan Pemeriksaan
Elektrokardiografi
Penatalaksanaan Medis
Sherin Alinda Zulfa
1710711095
Rismayanti Saleha
1710711100
Pengobatan terhadap Demam Rematik
ditunjukkan pada 3 hal yaitu:
• Pencegahan primer pada saat serangan Demam
Rematik.
• Pencegahan sekunder Demam Rematik.
• Menghilangkan gejala yang menyertainya,
seperti tirah baring, penggunaan antiinflamasi,
dan penatalaksanaan gagal jantung.
Diet pasien rheumatic heart disease
harus bernutrisi dan tanpa restriksi
kecuali pada pasien gagal jantung. Pada
pasien tersebut, cairan dan natrium
harus dikurangi. Suplemen kalium
diperlukan apabila pasien diberikan
kortikosteroid atau diuretik.
• Diperlukan jika telah terjadi gagal jantung yang
menetap atau semakin memburuk meskipun
telah mendapat terapi medis yang agresif untuk
penanganan rheumatic heart disease.
• Pasien yang simptomatik, dengan disfungsi
ventrikel atau mengalami gangguan katup yang
berat, juga memerlukan tindakan intervensi.
• Stenosis Mitral: pasien dengan stenosis mitral murni yang
ideal, dapat dilakukan ballon mitral valvuloplasty (BMV). Bila
BMV tak memungkinkan, perlu dilakukan operasi.
• Regurgitasi Mitral: Rheumatic fever dengan regurgitasi mitral
akut (mungkin akibat ruptur khordae)/kronik yang berat
dengan rheumatic heart disease yang tak teratasi dengan
obat, perlu segera dioperasi untuk reparasi atau penggantian
katup.
• Stenosis Aortik: stenosis katut aorta yang berdiri sendiri amat
langka. Intervensi dengan balon biasanya kurang berhasil,
sehingga operasi lebih banyak dikerjakan.
• Regurgitasi Aortik: regurgitasi katup aorta yang berdiri sendiri
atau kombinasi dengan lesi lain, biasanya ditangani dengan
penggantian katup.
Pengkajian
Jesica Rachel Meiliala 1710711098
Aktivitas/istrahat Nyeri/ketidaknyamanan
■ Gejala : Kelelahan, kelemahan ■ Gejala : Nyeri pada dada anterior yang
diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan
■ Tanda : Takikardia, penurunan TD,
menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/
dispnea dengan aktivitas.
sendi.
Sirkulasi
■ Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
■ Gejala : Riwayat penyakit jantung
Pernapasan
kongenital, IM, bedah jantung.
Palpitasi, jatuh pingsan. ■ Gejala : dispnea, batuk menetap atau
nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).
■ Tanda : Takikardia, disritmia,
perpindahan TIM kiri dan inferior, ■ Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius
Friction rub, murmur, edema, (krekels dan mengi), sputum banyak dan
petekie, hemoragi splinter. berbercak darah (edema pulmonal).
Eliminasi Keamanan
■ Gejala : Riwayat penyakit ginjal, ■ Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri,
penurunan frekuensi/jumlah jamur, penurunan sistem imun.
urine.
■ Tanda : Demam.
Diagnosa
Keperawatan
Refiana Gunawan
1710711083
Ni Luh Gede Vidya Gayatri 1710711106
 Penurunan Curah Jantung b.d adanya gangguan pada penutupan
katup mitral (stenosiskatup).
 Perfusi jaringan tidak adekuat b.d perubahan metabolism terutama
perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
 Nyeri akut b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi
 Hipertermia b.d peradangan pada membrane synovial dan
peradangan katup jantung.
 Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada kulit dan jaringan
subkutan.
 Intoleransi akitivitas b.d kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
Intervensi
Keperawatan
Refiana Gunawan
1710711083
Ni Luh Gede Vidya Gayatri 1710711106
■ Intervensi :
Penurunan cardiac output b.d
adanya gangguan pada a. Observasi KU dan TTV.
penutupan katup mitral
b. Kaji perubahan warna kulit terhadap
(stenosiskatup)
sianosis dan pucat.
■ Tujuan : c. Batasi aktifitas secara adekuat.
Setelah diberikan asuhan keperawatan d. Berikan kondisi psikologis lingkungan
diharapkan pompa jantung berkurang. yang tenang.
■ Kriteria Hasil : e. Kolaborasi untuk pemberian oksigen
a. Menunjukkan TTV yang normal. f. Kolaborasi untuk pemberian digitalis
b. Edema ekstermitas bawah
berkurang.
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
b.d perubahan metabolism terutama ■ Intervensi :
perifer akibat vasokonstriksi
a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan
pembuluh darah
mental kontinyu, contoh: cemas, bingung,
■ Tujuan : letargi, pingsan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan b. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau
diharapkan perfusi jaringan perifer pasien lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
efektif
c. Kaji tanda edema.
■ Kriteria hasil :
d. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan
a. Klien tidak pucat
e. Pantau data laboratorium, contoh: GDA, BUN,
b. Tidak ada sianosis creatinin, dan elektrolit

c. Tidak ada edema


Nyeri akut b.d distensi jaringan ■ Intervensi :
oleh akumulasi cairan/proses a. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan intensitas ( skala
inflamasi, destruksi sendi 1-10 )

b. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR , suhu)


■ Tujuan :
c. Pertahankan posisi daerah sendi yang nyeri dan
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
beri posisi yang nyaman
nyeri pada sendi berkurang atau hilang.
■ Kriteria hasil : d. Kompres dengan air hangat jika diindikasikan

a. Anak akan mempertahankan tingkat nyeri pada e. Ajarkan teknik relaksasi progresif ( napas
skala 3 atau kurang pada daerah sendi. dalam, Guide imageri, visualisasi, berikan
b. Anak memperlihatkan teknik relaksasi secara masssase)
individual yang efektif untuk mencapai f. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
kenyamanan.
c. Anak akan melaporkan pola tidur yang baik.
Hipertermi berhubungan dengan
peradangan pada membrane Intervensi
synovial dan peradangan katup
jantung. ■ Kaji suhu tubuh klien dan ukur
tanda-tanda vital lain, seperti nadi,
■ Tujuan : TD, dan respirasi.
Setelah dilakukan tindakan ■ Berikan klien kompres hangat
keperawatan masalah hipertermi pada lipatan tubuh dan terdapat
teratasi banyak pembuluh darah besar.
■ Anjurkan klien untuk minum 2
■ Kriteria hasil : liter
a) Suhu normal ( 36,50C – 37,50C) ■ Anjurkan klien untuk tirah baring
b) Nadi normal
■ Kolaborasi untuk pemberian
c) Leukosit normal ( 4.500-10.000 per antipiretik
mm3)
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan Intervensi :
peradangan pada kulit dan
jaringan subkutan. ■ Kaji tingkat kerusakan kulit
■ Berikan perawatan kulit
■ Tujuan : sering, minimalkan dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kelembapan
kerusakan integritas kulit teratasi ■ Berikan bantalan yang lembut
pada badan
■ Kriteria hasil : ■ Kolaborasi untuk pemberian
a) Eritema hilang pada tangan dan tubuh obat anti radang
klien.
b) Mendemonstrasikan perilaku / teknik
mencegah kerusakan kulit.
Intoleransi aktivitas b.d
■ Intervensi :
kelemahan otot, tirah baring
atau imobilisasi a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah
aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan

■ Tujuan : vasolidator, diuretik, penyekat beta.

Setelah diberikan asuhan keperawatan b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas,

diharapkan intoleransi aktivitas dapat catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat,

teratasi. pucat.

■ Kriteria hasil : c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas

a. Anak tidak mudah lelah. d. Kolaborasi : Implementasikan program

b. Anak dapat melakukan aktivitas rehabilitasi jantung/aktifitas.

sesuai batas toleransi.


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai