Anda di halaman 1dari 43

DEFISIT PERAWATAN

DIRI
PENGERTIAN
DAN ETIOLOGI
Arlia Fika Damayanti
1710711099
Ketidakmampuan dalam : kebersihan diri, Pengertian…
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri,
buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(Keliat B.A ,dkk, 2011)
Berdasarkan dua pengertian
diatas dapat ditarik kesimpulan
Kurangnya perawatan diri pada pasien bahwa deficit perawatan diri adalah
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya ketidakmampuan seseorang untuk
perubahan proses pikir sehingga kemampuan melakukan kebersihan diri
untuk melakukan aktivitas perawatan diri diantaranya mandi, makan & minum
menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari secara mandiri, berhias mandiri,
ketidakmampuan merawat kebersihan diri toileting akibat adanya perubahan
antaranya mandi, makan minum secara proses pikir sehingga kemampuan
mandiri, berhias secara mandiri, toileting untuk melakukan aktivitas perawatan
(BAK/BAB) (Damayanti, 2012) diri menurun.
ETIOLOGI
Variabel
Citra Kebuday
Tubuh aan
Pengetah
uan
Status Kondisi
Sosial Fisik
Ekonomi
3. Makan

1. Kebersihan Mengalami
Diri 2.Berdandanan kesukaran
/ berhias dalam 4. Toileting
Tidak ada mengambil,
keinginan Kurangnya ketidakmampu Ketidakmam
untuk mandi minat dalam an membawa puan atau tidak
secara teratur, memilih makanan dari adanya
pakaian kotor, pakaian yang piring ke mulut, keinginan
bau badan, bau sesuai, tidak dan makan untuk
napas, dan menyisir hanya beberapa melakukan
penampilan rambut, atau suap makanan defekasi atau
dari piring berkemih tanpa
PENGKA JIAN
N O V I TA S A R I 1710711006
CLARA SEPTI AMANDA 1710711066
ANNISA HILMY NURARIFAH 1710711087
SHERIN ALINDA ZULFA 1710711095
KASUS
Seorang perempuan usia 40 th di bawa ke RSJ 1 minggu yang lalu oleh keluarganya, dengan
keluhan: mengurung diri, tidak mau makan, mandi, sering menangis dan menyendiri selama
dirumah. Hasil pengkajian: mandi tidak bersih, gigi dan rambut kotor dan berpakaian tidak sesuai,
kadang BAK di tempat tidur, sebelum dan sesudah makan jarang cuci tangan
PENGKAJIAN

• Defisit perawatan diri pada lien terjadi akibat adanya perubahan proses piker, yang
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Deficit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat kebersihan diri, makan, berhias,
dan eliminasi (buang air besar atau buang air kecil) secara mandiri.
FAKTOR PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Faktor predisposisi
merupakan faktor- Faktor pesipitasi
faktor yang defisit perawatan
mempengaruhi diri, meliputi
terjadinya suatu kurangnya motivasi,
kondisi kerusakan kognitif
atau perseptual,
• Faktor psikologis cemas, dan kelelahan
• Faktor biologis yang dialami klien.
• Faktor sosial
KASUS
FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor Psikologis
Klien malas untuk melakukan perawatan diri karena merasa trauma pada masa lalunya dan keluarga yang kurang
memperhatikan
• Faktor Biologis
Adanya gangguan psikologis pada klien menyebabkan nya sering menangis dan tidak mau mandi atau merawat dirinya ,
bahkan klien sering BAK di tempat tidur
• Faktor Sosial
Kurang dukungan social dari keluarga tentang perawatan diri. Dimana keluarga tidak ikut andil untuk membantu klien
melakukan perawatan diri.

FAKTOR PRESIPITASI
• Klien memiliki trauma pada suatu hal yang membuatnya mengurung diri di dalam kamar.
ANALISA DATA

N Data Fokus Diagnosa


o
Ds :
a) Klien mengatakan lebih nyaman dengan kondisi seperti ini (tidak mau mandi)
Defisit Perawatan Diri
b) Keluarga mengatakan klien tidak mau makan
Do :
a) Klien terlihat sering menangis
b) Klien selalu menyendiri selama dirumah
c) Gigi dan mulut klien terlihat kotor dan berpakaian tidak sesuai
d) BAK di tempat tidur
e) Klien terlihat tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
TANDA
DAN GEJALA
Defisit perawatan diri: mandi

1. Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh


2. Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3. Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4. Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan
mandi
5. Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6. Gangguan kemampuan membasuh tubuh
Defisit perawatan diri: berhias /
berpakaian
1. Ketidakmampuan memilih pakaian
2. Ketidakmampuan memadukan pakaian
3. Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4. Ketidakmampuan mengambil pakaian
5. Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh
6. Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian atas tubuh
7. Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian (mis: kemeja, kaus kaki)
8. Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis: kemeja kaus kaki,
sepatu)
9. Ketidakmampuan menggunakan alat bantu alat
10.Ketidakmampuan menggunakan resleting
11.Ketidakmampuan mengancing pakaian
Defisit perawatan diri: makan
1. Ketidakmampuan mengambil dan memasukan makanan ke mulut
2. Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
3. Ketidakmampuan mengunyah makanan
4. Ketidakmampuan memanipulasi makanan di mulut
5. Ketidakmampuan membuka kontainer/wadah makanan
6. Ketidakmampuan mengambil cangkir
7. Ketidakmampuan meletakkan makanan ke alat makan
8. Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan
9. Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang bisa diterima
10. Ketidakmampuan menelan makanan
11. Ketidakmampuan menelan jumlah makan yang emadai
12. Ketidakmampuan memegang alat makan
13. Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri
Defisit perawatan diri: eliminasi

1. Kemampuan untuk melakukan hygine eliminasi


secara komplet
2. Kemampuan untuk menyiram toilet
3. Kemampuan untuk manipulasi pakaian untuk
toileting
4. Kemampuan untuk mencapai toileting
5. Kemampuan untuk naik ke toilet
6. Kemampuan duduk di toilet
Data Subjektif Data Objektif
1. Keluarga pasien mengatakan bahwa 1. Pasien mandi tidak bersih
pasien sering mengurung diri 2. Gigi dan rambut kotor
2. Keluarga pasien mengatakan bahwa 3. Pasien berpakaian tidak
pasien tidak mau makan dan mandi sesuai
3. Keluarga pasien mengatakan bahwa 4. Pasien terkadang BAK di
pasien sering menangis tempat tidur
4. Keluarga pasien mengatakan pasien 5. Sebelum dan sesudah
sering menyendiri selama dirumah makan pasien jarang
mencuci tangan
Sumber koping
• Personal ability : Kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
Sumber koping deficit perawatan diri mencakup kemampuan personal ( personal
ability) akan :
1. kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. berhias dan berdandan secara baik
3. melakukan makan dengan baik
4. melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
5. mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
6. kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif

18
• Social support : Dukungan dari lingkungan terdekat klien.
• Material aset :Dukungan material yang dimiliki pasien (ekonomi, pendidikan,
asuransi, dan transportasi, jarak mencapai pelayanankesehatan )
• Positif belief : Keyakinan pasien akan kesembuhannya

Contoh pada kasus


Sumber Koping
• Social support: keluarga membawa pasien ke RSJ 1 minggu yang lalu.

19
MEKANISME
KOPING
MEKANISME KOPING BERDASARKAN • MEKANISME KOPING MALADAPTIVE
PENGGOLONGAN DIBAGI MENJADI 2 YAITU : MEKANISME KOPING YANG MENGHAMBAT FUNGSI
• MEKANISME KOPING ADAPTIF INTEGRASI MEMECAH PERTUMBUHAN,
MENURUNKAN OTONOMI DAN CENDERUNG
MEKANISME KOPING YANG MENDUKUNG FUNGSI
MENCELAKAI LINGKUNGAN. KATEGORINYA ADALAH
INTERGRASI PERTUMBUHAN BELAJAR DAN
TIDAK MAU MERAWAT DIRI.
MENCAPAI TUJUAN. KATEGORI INI ADALAH KLIEN
BISA MEMENUHI KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI
SECARA MANDIRI.
MEKANISME KOPING PADA KASUS
• REGRESI
PROSES PERAWATAN DIRI BERGANTUNG PADA ORANG LAIN DAN TIDAK INGIN MELAKUKAN PERAWATAN
DIRI.
• ISOLASI
KLIEN MENGURUNG DIRI DAN SELALU MENANGIS.
• PENYANGKALAN
KLIEN MENGANGGAP PERAWATAN DIRI TIDAK PENTING
POHON MASALAH,
DX, DAN INTERVENSI
D E F I S I T P E R A W ATA N
DIRI
FENNY ANDRIANI 1710711077
D I N DA T R I A N A N DA 1710711089
S I N T YA M A R L I A N I P U T R I 1710711092
POHON MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi), berdandan, makan, BAB/BAK (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:155).

Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:

Defisit perawatan diri: mandi


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri
untuk diri sendiri.

Defisit perawatan diri : berpakaian


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias
untuk diri sendiri

Defisit perawatan diri : makan


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara mandiri

Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting


Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.
INTER
VENSI
Perencanaan
No Dx
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx Keperawatan

Defisit TUM: Pasien dapat


perawatan diri memelihara kesehatan
diri secara mandiri

TUK:

1. Klien dapat membina


hubungan saling percaya 1. Dalam … kali interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya :
dengan perawat menunjukkan tanda-tanda
 Beri salam setiap berinteraksi.
percaya kepada perawat:
 Perkenalkan nama, nama
o Wajah cerah, tersenyum panggilan perawat dan tujuan
o Mau berkenalan perawat berkenalan
o Ada kontak mata  Tanyakan nama dan panggilan
o Menerima kehadiran perawat kesukaan klien
o Bersedia menceritakan  Tunjukkan sikap jujur dan
perasaannya menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang
jelas
 Dengarkan ungkapan perasaan
klien dengan empati
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan TUM:Pasien dapat


diri
memelihara
kesehatan diri
secara mandiri

TUK:
2. Dalam … kali interaksi klien 2. Diskusikan dengan klien:
2. Klien mengetahui menyebutkan: • Penyebab klien tidak
pentingnya • Penyebab tidak merawat merawat diri
perawatan diri diri • Manfaat menjaga
• Manfaat menjaga perawatan diri untuk
perawatan diri keadaan fisik, mental, dan
• Tanda-tanda bersih dan rapi sosial.
• Gangguan yang dialami jika • Tanda-tanda perawatan
perawatan diri tidak diri yang baik
diperhatikan • Penyakit atau gangguan
kesehatan yang bisa
dialami oleh klien bila
perawatan diri tidak
adekuat
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan diri TUM: Pasiendapat


memelihara
kesehatan diri secara
mandiri

3.1. Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri


TUK: 3.1. Dalam … kali interaksi klien selama ini
menyebutkan frekuensi menjaga
3. Klien mengetahui cara-  Mandi
perawatan diri:  Gosok gigi
cara melakukan
• Frekuensi mandi  Keramas
perawatan diri • Frekuensi gosok gigi  Berpakaian
• Frekuensi keramas  Berhias
• Frekuensi ganti pakaian  Gunting kuku
• Frekuensi berhias
• Frekuensi gunting kuku 3.2. Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik
dan benar :
3.2. Dalam … kali interaksi klien
menjelaskan cara menjaga perawatan  mandi
diri:  gosok gigi
• Cara mandi  Keramas
• Cara gosok gigi  Berpakaian
• Cara Keramas  Berhias
• Cara Berpakaian  Gunting kuku
• Cara berhias
• Cara gunting kuku 3.3. Berikan pujian untuk setiap respon klien yang
positif
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan TUM: Pasien dapat


diri memelihara kesehatan
diri secara mandiri

TUK: 4. Dalam … kali interaksi klien 4.1.Bantu klien saat


mempraktekkan perawatan perawatan diri :
4. Klien dapat diri dengan dibantu oleh • Mandi
melaksanakan perawat: • Gosok gigi
perawatan diri • Mandi • Keramas
dengan bantuan • Gosok gigi • Ganti pakaian
• Keramas • Berhias
perawat
• Ganti pakaian • Gunting kuku
• Berhias
• Gunting kuku 4.2. Beri pujian setelah klien
selesai melaksanakan
perawatan diri
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan TUM: Pasien dapat


diri memelihara kesehatan
diri secara mandiri

TUK: 5. Dalam … kali interaksi klien 5.1. Pantau klien dalam


melaksanakan praktek melaksanakan perawatan
5. Klien dapat perawatan diri secara mandiri diri:
melaksanakan • Mandi 2 X sehari • Mandi
perawatan diri • Gosok gigi sehabis makan • Gosok gigi
secara mandiri • Keramas 2 X seminggu • Keramas
• Ganti pakaian 1 X sehari • Ganti pakaian
• Berhias sehabis mandi • Berhias
• Gunting kuku setelah mulai • Gunting kuku
panjang
5.2. Beri pujian saat klien
melaksanakan perawatan
diri secara mandiri.
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan TUM: Pasien dapat


diri memelihara kesehatan
diri secara mandiri

TUK:
6.1. Dalam … kali interaksi 6.1 Diskusikan dengan
6. Klien mendapatkan keluarga menjelaskan cara-cara keluarga:
dukungan keluarga membantu klien dalam • Penyebab klien tidak
memenuhi kebutuhan perawatan melaksanakan perawatan
untuk meningkatkan
dirinya diri
perawatan diri • Tindakan yang telah
6.2. Dalam … kali interaksi dilakukan klien selama di
keluarga menyiapkan sarana rumah sakit dalam menjaga
perawatan diri klien: sabun mandi, perawatan diri dan
pasta gigi, sikat gigi, shampoo, kemajuan yang telah
handuk, pakaian bersih, sandal, dialami oleh klien
dan alat berhias • Dukungan yang bisa
diberikan oleh keluarga
6.3. Keluarga mempraktekan untuk meningkatkan
perawatan diri pada klien kemampuan klien dalam
perawatan diri
Tgl No Dx Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Defisit perawatan TUM: Pasien dapat


diri memelihara kesehatan
diri secara mandiri

TUK: 6.2. Diskusikan dengan keluarga


6.1. Dalam … kali interaksi
tentang:
6. Klien mendapatkan keluarga menjelaskan cara-cara • Sarana yang diperlukan untuk
dukungan keluarga membantu klien dalam
menjaga perawatan diri klien
memenuhi kebutuhan perawatan • Anjurkan kepada keluarga
untuk meningkatkan
dirinya menyiapkan sarana tersebut
perawatan diri
6.3. Diskusikan dengan keluarga hal-
6.2. Dalam … kali interaksi hal yang perlu dilakukan keluarga
keluarga menyiapkan sarana dalam perawatan diri :
perawatan diri klien: sabun mandi, • Anjurkan keluarga untuk
pasta gigi, sikat gigi, shampoo, mempraktekkan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas,
handuk, pakaian bersih, sandal, ganti baju, berhias dan gunting
dan alat berhias kuku)
• Ingatkan klien waktu mandi,
6.3. Keluarga mempraktekan gosok gigi, keramas, ganti baju,
perawatan diri pada klien berhias, dan gunting kuku.
• Bantu jika klien mengalami
hambatan dalam perawatan diri
• Berikan pujian atas keberhasilan
Hasil Penelitian
Hubungan Tingkat Kemampuan Perawatan Diri dengan
Judul Depresi pada Pasien Depresi di Bangsal Rumah
Sakit Jiwa Tingkat A Daerah Surakarta
Keywor Depresi, perawatan diri, kemandirian
d
Freyti Mariyani Emanuela Tumanduka, Sanfia Tesabela Messakha
Penulis
, H. Sukardi

Tahun 2018

Untuk mengetahui hubungan tingkat kemampuan perawatan diri


Tujuan dengan tingkat depresi pada pasien depresi
ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin
Lokasi Surakarta Jawa Tengah
Dalam penelitian ini partisipan penelitian menggunakan teknik
purposive sampling (Sugiyono, 2013). Jumlah populasi yang diambil
Sampel sebanyak 53 pasien rawat inap RS. Jiwa Surakarta dengan diagnosa
depresi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis


penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi.
Tipe penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian


Teknik ini adalah dengan menggunakan kuisioner, wawancara dan
pengumpulan data observasi (Sastroasmoro, 2011).

Lokasi, waktu, dan Lokasi: Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta


durasi pengumpulan Waktu : Minggu terakhir di bulan April dan dua minggu
data pertama di bulan Mei
Durasi pengumpulan data : 3 Minggu

35
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat,
2011). Menurut World Health Organization (2012) secara global saat ini sekitar
450 juta orang mengalami gangguan jiwa, diantaranya 150 juta menderita
depresi, 90 juta mengalami gangguan penggunaan zat dan alkohol, 38 juta
mengalami epilepsi, 25 juta mengalami skizofrenia, serta hampir 1 juta
melakukan bunuh diri setiap tahun.
Berdasarkan data Riskesdas (2013) Indonesia mengalami peningkatan jumlah
penderita gangguan jiwa, dimana prevalensi gangguan jiwa berat mencapai 1,7
Latar per mil dan Provinsi Jawa Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami
gangguan jiwa. Depresi masih menjadi salah satu gangguan jiwa dengan jumlah
belakang penderita yang signifikan di dunia terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
termasuk di Indonesia. Prevalensi depresi pada populasi dunia adalah 3-8 %
dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun.
Gangguan yang timbul membuat kemampuan dalam melakukan aktivitas
menurun, salah satunya adalah kemampuan dalam melakukan perawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
hambatan atau gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan
eliminasi untuk diri sendiri (Wilkinson, 2007).
Merujuk pada penjelasan diatas, kemandirian dalam melakukan perawatan diri
akan menjadi tantangan yang berat saat seorang yang menderita depresi.
Klasifikasi stroke
Tabel 1: Distribusi pasien stroke menurut tipe stroke pada
pasien rawat inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD
Kabupaten Solok Selatan periode 1 Januari 2010 – 31 Juni
2012
Tipe stroke Jumlah pasien Persentase (%)
Iskemik 59 61,46
Hemoragik 37 38,54
Hasil
JUMLAH 96 100,00

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tipe stroke ischemic


(61,46%) lebih banyak dibandingkan stroke hemorrhage
(38,54%). Hasil ini sesuai dengan berbagai tinjauan pustaka
dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1) Tingkat depresi
Data tingkat depresi responden diukur
dengan instrumen Zung Self-rating
Depression Scale berupa kuisioner
yang berisi 20 pertanyaan.

2) Tingkat kemampuan perawatan diri


Tingkat kemampuan pasien dalam melakukan
perawatan diri diukur menggunakan lembar
observasi Nanda yang meliputi aktivitas
mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi dan
Hasil
kemampuan perawatan diri secara umum.
3) Hubungan tingkat depresi dengan tingkat
kemampuan perawatan diri

Hasil
Berdasarkan grafik di atas, dari 53 responden yang
Hasil terbagi dalam 3 tingkat depresi, paling banyak responden
masuk dalam kategori moderate depression yaitu
sebanyak 56,6% responden. Pada tingkat depresi ini
43,4% reponden membutuhkan pertolongan orang lain
untuk bantuan, pengawasan, pendidikan dalam
perawatan diri mandi dan berpakaian sedangkan untuk
perawatan diri makan dan eliminasi terdapat 45,3%
responden. Kemudian 13,2% lainnya hanya
membutuhkan peralatan atau alat bantu dalam perawatan
diri mandi dan berpakaian sedangkan untuk perawatan
diri makan dan eliminasi terdapat 11,3% reponden.
Hasil Uji Pearson diperoleh nilai sig
Kurang dari α (< 0,05) maka H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti ada
hubungan antara tingkat kemampuan
perawatan diri dengan tingkat depresi
pada pasien depresi di RSJD Surakarta.
Nilai koefisien korelasi pearson sebesar
0,617 yang artinya menunjukan bahwa
arah korelasi positif dengan kekuatan
Hasil kuat.
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari 53 responden penelitian yang merupakan pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
dengan depresi, 30 responden atau 56.6% tergolong dalam kategori moderate depression atau
tingkat depresi sedang.
2. Jumlah responden yang membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan,
pendidikan pada tingkat kemampuan perawatan diri: mandi 32 responden (60,4%) , berpakaian 31
responden (58,5%) dan makan 28 responden (52,8%) kemudian tingkat kemampuan perawatan
diri: eliminasi responden yang membutuhkan peralatan atau alat bantu sebanyak 30 responden
(56,6%). Secara umum tingkat kemampuan perawatan diri responden terbanyak adalah responden
yang membutuhkan pertolongan orang lain untuk bantuan, pengawasan, pendidikan, sebanyak
56,6%.
Kesimpulan 3. Hasil Uji Pearson diperoleh nilai sig 0.000 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya bahwa
ada hubungan antara tingkat kemampuan perawatan diri dengan tingkat depresi pada pasien
dan Saran
depresi di RSJD Surakarta. Nilai koefisien korelasi pearson sebesar 0,617 yang artinya
menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan kuat.
Maka dari itu perhatian terhadap kesehatan jiwa harus ditingkatkan terkhususnya depresi dimana
dari tahun ketahun angka kejadian depresi semakin meningkat selain itu dalam bidang
keperawatan penelitian ini juga dapat menjadi masukan kepada proses perawatan pasien dengan
gangguan kesehatan jiwa depresi. Bagi bidang pendidikan keperawatan penelitian ini bisa
dijadikan sumber untuk penelitian yang berkaitan mengenai depresi.
Kekurangan dari penelitian ini adalah penelitian ini tidak memandang segala aspek kehidupan
seperti aspek dukungan keluarga ataupun motivasi sehingga penelitian selanjutnya bisa
menggunakan aspek dukungan keluarga dan motivasi pada pasien depresi dalam pemenuhan
perawatan diri.
Craven, F.R, & Hirnle, J.C. Fundamentals of nursing: Human health andfunction.(5 th
ed). Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2007. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical care untuk penderita depresi [Internet]. 2007. [diakses pada 29 November
2016]. Dari http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimage s/13615 17835.
Desty Emilyani. Peningkatan Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia Dengan Terapi Aktivitas Kelompok Menggunakan Pendekatan Health Belief Model Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB. 2012
Fidora I. Faktor-faktor kinerja yang berhubungan dengan pelaksanaan standar operasional (SOP) sindromdefisit perawatan diri pasien oleh perawat
pelaksana di RSJ Prof.Dr.HB.Sa’anin Padang pada tahun 2010. Padang : Jurnal FK Unand; 2010.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
Sixtine Agustiana Fahmi. Tingkat Kecemasan Dan Depresi Pada Penderita Geographic
Tongue (Studi Epidemiologi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember) Jawa Tengah: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember; 2015.
Daftar Pustaka Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta; 2013.
Wilkinson, Judith M. Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes. 8th Ed. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall Health;
2008.
Wilkinson. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC; 2007.
World Health Organization. Depression [Internet]. 2010. [diaskes pada 28 November 2016]. Dari http://library.who.edu.au/~sthomas/papers/perseff.html.
Thanks!

43

Anda mungkin juga menyukai