2. Etiologi
Menurut Potter dan Perry (2009), terdapat factor – factor yang mempengaruhi personal hygiene,
yaitu :
a. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Perubahan fisik
akibat operasi bedah, misalnya dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap
kebersihannya.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan
implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri.
d. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai dari mempengaruhi perawatan diri. Orang dari
latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula.
Disebagian masyarakat, misalnya ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi
masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi semiggu sekali.
e. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik yang tidak
sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari piring
ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau berkemih
tanpa bantuan.
B. Pengkajian
defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya perubahan proses berfikir., yang
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Defisit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat kebersihan diri, makan, berhias
dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.
1. Batasan karakteristik
NANDA (2016) menjelaskan batasan karateristik yang terdapat pada lingkup defisit
perawatan diri. Batasan karakteristik pada tiap lingkup meliputi :
a. Defisit perawatan diri : mandi (Bathing self – care deficit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi
untuk diri sendiri. Batasan karakteristiknya meliputi :
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi
2. Faktor predisposisi
Factor predisposisi merupakan factor – factor yang mempengaruhi terjadinya suatu kondisi.
Factor predisposisi defisit perawatan diri meliputi :
a. Faktor Psikologis
Pada factor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga klien
menjadi begitu bergantung perkembangan insiatifnya terganggu. Pasien gangguan jiwa,
misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang
berkurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya
termasuk perawatan diri
b. Faktor Biologis
Pada factor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan adanya penyakit fisik dan mental yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri. Selain itu, factor herediter
(keturunan) berupa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi
penyebab.
c. Faktor Sosial
Faktor social ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya.
3. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi, kerusakan kognitif
atau perceptual, cemas dan kelelahan yang dialami klien.
b. Data Objektif
1) Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
2) Tidak menggunakan alat – alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar
3) Rambut kusut, bernatakan, kumis dan jenggot tida rapi, serta tidak mampu berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakan, mengencangkan
dan memindahkan pakaian.
5) Memakai barang – barang yang tidak perlu dalam berpakaian, misalnya memakai
pakaian berlapis – lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang –
barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceraan, tidak menggunakan alat makan,
tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan (dari
panic ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak
mengetahui fungsi alat – alat makan), memegang alat makan, membawa makanan
dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak membersihkan diri setelah BAB
dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah
BAB atau BAK.
5. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mecakup kemampuan personal (personal ability) akan :
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Berhias dan berdandan secara baik
c. Melakukan makan dengan baik
d. Melakukan BAB dan BAK secara mandiri
e. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptive
f. Kemampuan klien mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosis masalah keperawatan dalam gangguan deficit
perawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan dan eliminasi. Berikut merupakan pohon
masalah deficit perawatan diri :
Gambar. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
D. Intervensi
Rencana Keperawatan Pasien Dengan Defisit Perawatan Diri
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan Kriteria
Keperawatan Intervensi Rasional
(TUM/TUK) Evaluasi
Defisit TUM : Pasien Bina hubungan saling Kepercayaan
perawatan diri : Pasien dapat menunjukan percaya dengan dari pasien
Kebersihan memelihara tanda – tanda prinsip komunikasi merupakan hal
diri, berdandan, atau merawat dapat membina teraupetik, yaitu : yang akan
makan, kebersihan hubungan saling 1.1 Sapa pasien memudahkan
BAK/BAB sendiri secara percaya dengan dengan ramah perawat dalam
mandiri. perawat, yaitu : baik verbal melakukan
a. Eksperi wajah maupun non pendeatan
TUK 1 : bersahabat. verbal. keperawatan
Pasien dapat b. Pasien 1.2 Perkenalkan diri atau intervensi
membina menunjukkan dengan sopan. selanjutnya
hubungan rasa senang. 1.3 Tanyakan nama terhadap pasien.
saling percaya c. Pasien lengkap pasien
bersedia dan nama
berjabat panggilan.
tangan. 1.4 Jelaskan tujuan
d. Pasien pertemuan
bersedia 1.5 Jujur dan
menyebutkan menepati janji.
nama. 1.6 Tunjukan sikap
e. Ada kontak empati dan
mata. menerima pasien
f. Pasien apa adanya
bersedia 1.7 Beri perhatian
duduk pada pemenuhan
berdamingan kebutuhan dasar
dengan pasien.
perawat. 1.8
g. Pasien
bersedia
mengutarakan
masalah yang
dihadapinya.
TUK 2 : Kriteria evaluasi Melatih pasien cara – Pengetahuan
Psien mampu : cara perawatan diri tentang
melakukan Pasien dengan dengan cara : pentingnya
kebersihan diri aman melakukan 2.1 Menjelaskan perawatan diri
secara mandiri (kemampuan pentingnya dapat
maksimum) kebersihan diri. meningkatkan
aktivitas 2.2 Menjelaskan alat – motovasi
perawatan diri alat untuk menjaga pasien.
secara mandiri kebersihan diri.
2.3 Menjelaskan cara Menyiapkan
– cara melakukan untuk
kebersihan diri. meningkatkan
2.4 Melatih pasien kemandrian
mempraktikkan
cara menjagaBimbingan
kebersihan diri. perawat akan
mempermudah
pasien
melakukan
perawatan diri
secara mandiri.
TUK 3: Kriteria hasil : 3.1 Melatih pasien Membiasakan
Pasien mampu Pasien dengan berdandan, diri untuk
melakukan aman melakukan dengan rincian : melakuka
tindakan (kemampuan a. Untuk pasien perawatan diri
perawatan, maksimum) atau laki – laki, sendiri
berupa berhias mempertahankan latihan
atau berdandan aktivitas meliputi : Bimbingan
secara baik. perawatan diri - Berpakaian perawat akan
berupa berhias - Menyikat mempermudah
dan berdandan. rambut pasien
Pasien berusaha - Bercukur melakukan
untuk b. Untuk pasien perawatan diri
memelihara wanita, latihan secara mandiri
kebersihan diri, meliputi :
seperti mandi - Berpakaian Penguatan
pakai sabun dan - Menyisir (reinforcement)
disiram dengan rambut dapat
air sampai bersih - Berhias meningkatkan
sehari – hari, dan 3.2 Memantau motivasi pasien.
merapikan kemampuan
penampilan. pasien dalam
berpakaian dan
berhias.
3.3 Memonitor atau
mengidentifikasi
adanya
kemunduran
sensori, kognitif,
dan psikomotor
yang
menyebabkan
pasien
mempunyai
kesulitan dalam
berpakaian dan
berhias.
3.4 Diskusikan
dengan pasien
kemungkinan
adanya hambatan
dalam berpakaian
dan berhias.
3.5 Menggunakan
komunikasi /
instruksi yang
mudah di
mengerti pasien
untuk
mengakomodasi
keterbatasan
kognitif pasien.
3.6 Sediakan baju
bersih dan sisir,
jika mungkin
bedak, parfum
dsb.
3.7 Dorong pasien
untuk
mengenakan baju
sendiri dan
memasang
kancing dengan
benar.
3.8 Memberikan
bantuan kepada
pasien jika perlu.
3.9 Evaluasi perasaan
pasien setelah
mampu
berpakaian dan
berhias.
3.10 Berikan
reinforcement
atau pujian atas
keberhasilan
pasien berpakaian
dan berhias.