Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


1. Pengertian
Menururt Yusuf (2015) defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri.

Herdman (2012) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam
melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting).
Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya.

2. Proses Terjadinya Masalah


Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami deficit
perawatan diri, yaitu (Nurhalimah, 2016) :
a) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan jumlah
sumber risiko yang dapat menyebabkan individu mengalami stress (Stuart, 2013).
1) Biologis. Seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri dan adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
2) Psikologis. Factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting
hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu
sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai
defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga
menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.
3) Sosial. Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan
penurunan kemampuan dalam perawatan diri.

b) Faktor Presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang
kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan
didukung dengan data hasil observasi: (Nurhalimah, 2016)
Data subyektif, pasien mengatakan tentang :
a) Malas mandi
b) Tidak mau menyisir rambut
c) Tidak mau menggosok gigi
d) Tidak mau memotong kuku
e) Tidak mau berhias/ berdandan
f) Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri
g) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
h) BAB dan BAK sembarangan
i) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
j) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
Data obyektif:
a) Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
b) Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
c) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
d) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak
mengkancingkan baju atau celana.
e) Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,mis memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas
barang-barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang.
f) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan,
membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan
secara aman dan menghabiskan makanaan).
g) BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB
dan BAK, tidak mampu ( menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet
setelah BAB atau BAK.).

4. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Adaptif Mal Adaptif

Pola perawatan Kadang Tidak


diri seimbang perawatan diri melakukan
tidak seimbang perawatan diri

Keterangan :
a) Pola perawatan diri seimbang : Saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b) Kadang perawatan diri, kadang tidak : Saat klien mendapatkan stressor,
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c) Tidak melakukan perawatan diri : Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.

5. Pohon Masalah

Effect Gangguann Pemeliharaan


Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi


dalam perawatan diri

Isolasi social : Menarik diri

(Sumber : Keliat, 2006)

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a) Mekanisme Koping Adaptif. Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrase, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b) Mekanisme Koping Mal Adaptif. Mekanisme koping yang menghambat,
fungsi integrase, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Defisit Perawatan Diri


1. Pengkajian Defisit Perawatan Diri
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala deficit perawatan diri dapat ditemukan melalui wawancara dengan
perawat sebagai berikut : (Nurhalimah, 2016)
a) Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
b) Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok
gigi dan,menggunting kuku?
c) Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien puas
dengan penampilan sehari-hari pasien?
d) Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-
laki) secara teratur?
e) Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan yang
akan dilakukan?
f) Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan
mandi apa saja yang digunakan pasien ?
g) Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h) Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan fungsinya ?
i) Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB atau BAK ?
j) Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB
dan BAK?
k) Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang
benar.
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi
adalah sebagai berikut :
a) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
b) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c) Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB dan
BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB dan BAK.
Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada kartu status pasien.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan
diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala defisit
perawatan diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah Defisit
perawatan diri : Kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK .
(Nurhalimah, 2018)

3. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga.
Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau
didampingi keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui
keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat
menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi
defisit perawatan diri yang dialami pasien.

Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan
melatih keluargauntuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah
dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
d) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Tindakan keperawatan
a) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat melakukan
tahapan tindakan berikut.
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
b) Melatih pasien berdandan/berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki
tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien laki – laki diantaranya,
berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur. Untuk pasien perempuan yang
dapat dilakukan adalah berpakaian, menyisir rambut, dan berhias.
c) Melatih pasien makan secara mandiri.
Untuk melatih makan pasien, Anda dapat melakukan tahapan sebagai berikut.
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2) Menjelaskan cara makan yang tertib.
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan.
4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
d) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
1) Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

Tindakan Keperawatan pada Keluarga


Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.
Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang
baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam
perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai
berikut.
a) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
b) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
c) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
d) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati).
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam
merawat diri.
f) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.

STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWAWATAN DIRI
SP 1 pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih
pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi, kenalkan saya suster R.”
“Siapa namanya dan senang dipanggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Selama di rumah sakit
ini saya yang akan merawat T.”
“Dari tadi, suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara? 20 menit ya? Mau dimana?”

b. Fase Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari?”
“Apakah T hari ini sudah mandi?”
“Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa? Badan
gatal, mulut bau, apa lagi?” kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah
apa menurut T
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa? Baadan
gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah
apa menurut T yang bisa muncul? Betula da kudis, kutu dan lain-lain.”
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka?”
“Kapan saja T menyisir rambut Bagaimana dengan merias muka?”
“Kaapan saja T menyisir rambut? Bagaimana dengan merias muka? “Apa maksud atau
tujuan menyisir dan berhias?”

c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba T sebutkan lagi
apa saja cara-cara mandi yang baik, yang sudah T lakukan tadi?”
“Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri
tadi? Sekarang coba T ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
“Bagus sekali! Mau berapa kali T mandi dan sikat gigi? 2 kali pagi dan sore, mari kita
masukkan dalam jadwal aktivitas harian!”
“Nah, lakukan ya T, dan beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B
(bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan, dan T (tidak) tidak melakukan. Baik, besok
kita latihan berdandan”
“Jam 7 pagi ya”

SP 2 pasien: melatih pasien berhias (laki-laki:berpakaian, menyisir rambut, dan


bercukur. Perempuan: berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaan ibu hari ini? Ibu sudah mandi? Sudah ditandai di
jadwal harian?”
“Hari ini kita akan latihan berhias diri, supaya ibu tampak rapih dan cantik. Mari kita
mendekat ke cermin dan bawa alat-alatnya (sisir, bedak, dan lipstick)”

b. Fase Kerja
“Sudahkan ibu mengganti pakaiannya setelah mandi? Bagus! Nah, sekarang disisir
rambutnya yang rapih, bagus! Apakah ibu biasa pakai bedak? Coba bedaki mukanya,
yang rata dan tipis. Bagus sekali! Ibu punya lipstick? Mari dioles tipis. Nah, coba lihat
dikaca!”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah belajar berdandan?”
“Ibu tampak segar dan cantik, mari masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Nanti
siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama teman ibu yang lain ya?
Sampai jumpa!”

SP 3 pasien: Melatih pasien makan secraa mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan


makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan peralatan
makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik).
a. Fase Orientasi
“Selamat siang T! T tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik.”
“kita latihan langsung di ruang makan ya!”
“Mari...itu sudah datang makanan.”

b. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Di mana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”
“Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silahkan T yang pimpin! Bagus.”
“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu-persatu dengan
pelan-pelan. Ya, ayo...sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita bereskan piring dan
gelas yang kotor. Ya betul...dan kita akhiri dengan cuci tangan.”
“ya bagus! Itu suster Ani sedang membagikan obat, coba T minta sendiri obatnya.”

c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama.”
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan).”
“Nah, coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal?
Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB/BAK yang baik, bagaimana kalau pukul
10.00? tempatnya disini aja ya?”

SP 4 pasien: Mengajarkan pasien melakukan BAB / BAK secara mandiri (menjelaskan


tempat BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan secara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, menjelaskan cara membersikan tempat BAB dan BAK).
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi T? Bagaimana perasaan hari ini? Baik, sudah di jalankan jadwal
kegiatannya?”
“Kita akan membicarakan tentang cara membuang air besar dan buang air kecil yang
baik, ya. Kira- kira 30 menit, bisa T? Dimana kita duduk?”
b. Fase Kerja
“Cara membilas yang bersih setelah T buang air besar yaitu dengan menyiramkan air
dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya! Cara seperti ini berguna untuk
mencegah masuknya kotoran atau tinja yang ada di bokong kebagian kemaluan kita.
Setelah T selesai cebok, jangan lupa tinja atau air yang ada di Wc di bersihkan.
Caranya siram tinja atau air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja atau
air kencing itu tidak tersisa di Wc. Jika T membersihkan tinja atau air kencing seperti
ini, berarti T ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada air
kencing atau kotoran.”
“Jangan lupa merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC, lalu cucitangan
menggunakan sabun.”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara buang air besar atau
buang air kecil yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB dan BAK yang baik!Bagus! Untuk
selanjutnya, T dapat melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi.”
“Nah, besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana T bisa melakukan
jadwal kegiatannya! sampai jumpa!”

Daftar Pustaka
Ah, Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Nurhalimah. 2018. Modul Ajar Konsep Keperawatan Jiwa. Jakarta: AIPViKI

Herdman, H.T. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:EGC

Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed.6. St Louis:Mosby
Yeart Book

Keliat B, dkk. 2006. Proses Keperawatan Jiwa Ed.2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai