Herdman (2012) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam
melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting).
Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia untuk
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
b) Faktor Presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Keterangan :
a) Pola perawatan diri seimbang : Saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b) Kadang perawatan diri, kadang tidak : Saat klien mendapatkan stressor,
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c) Tidak melakukan perawatan diri : Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stressor.
5. Pohon Masalah
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a) Mekanisme Koping Adaptif. Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrase, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b) Mekanisme Koping Mal Adaptif. Mekanisme koping yang menghambat,
fungsi integrase, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit perawatan
diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala defisit
perawatan diri, maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah Defisit
perawatan diri : Kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK .
(Nurhalimah, 2018)
3. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga.
Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau
didampingi keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui
keluarga terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga, perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga. Setelah itu, perawat
menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi
defisit perawatan diri yang dialami pasien.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga dan
melatih keluargauntuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah
dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi defisit perawatan diri yang telah
diajarkan oleh perawat.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
d) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
Tindakan keperawatan
a) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat melakukan
tahapan tindakan berikut.
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
b) Melatih pasien berdandan/berhias.
Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki
tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien laki – laki diantaranya,
berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur. Untuk pasien perempuan yang
dapat dilakukan adalah berpakaian, menyisir rambut, dan berhias.
c) Melatih pasien makan secara mandiri.
Untuk melatih makan pasien, Anda dapat melakukan tahapan sebagai berikut.
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2) Menjelaskan cara makan yang tertib.
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan.
4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
d) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
1) Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai
tahapan berikut. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai.
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWAWATAN DIRI
SP 1 pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih
pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
a. Fase Orientasi
“Selamat pagi, kenalkan saya suster R.”
“Siapa namanya dan senang dipanggil apa?”
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Selama di rumah sakit
ini saya yang akan merawat T.”
“Dari tadi, suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”
“Berapa lama kita berbicara? 20 menit ya? Mau dimana?”
b. Fase Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari?”
“Apakah T hari ini sudah mandi?”
“Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa? Badan
gatal, mulut bau, apa lagi?” kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah
apa menurut T
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa? Baadan
gatal, mulut bau, apa lagi? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah
apa menurut T yang bisa muncul? Betula da kudis, kutu dan lain-lain.”
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka?”
“Kapan saja T menyisir rambut Bagaimana dengan merias muka?”
“Kaapan saja T menyisir rambut? Bagaimana dengan merias muka? “Apa maksud atau
tujuan menyisir dan berhias?”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba T sebutkan lagi
apa saja cara-cara mandi yang baik, yang sudah T lakukan tadi?”
“Bagaimana perasaan T setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri
tadi? Sekarang coba T ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
“Bagus sekali! Mau berapa kali T mandi dan sikat gigi? 2 kali pagi dan sore, mari kita
masukkan dalam jadwal aktivitas harian!”
“Nah, lakukan ya T, dan beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B
(bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan, dan T (tidak) tidak melakukan. Baik, besok
kita latihan berdandan”
“Jam 7 pagi ya”
b. Fase Kerja
“Sudahkan ibu mengganti pakaiannya setelah mandi? Bagus! Nah, sekarang disisir
rambutnya yang rapih, bagus! Apakah ibu biasa pakai bedak? Coba bedaki mukanya,
yang rata dan tipis. Bagus sekali! Ibu punya lipstick? Mari dioles tipis. Nah, coba lihat
dikaca!”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah belajar berdandan?”
“Ibu tampak segar dan cantik, mari masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Nanti
siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama teman ibu yang lain ya?
Sampai jumpa!”
b. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Di mana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”
“Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silahkan T yang pimpin! Bagus.”
“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu-persatu dengan
pelan-pelan. Ya, ayo...sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita bereskan piring dan
gelas yang kotor. Ya betul...dan kita akhiri dengan cuci tangan.”
“ya bagus! Itu suster Ani sedang membagikan obat, coba T minta sendiri obatnya.”
c. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama.”
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk yang baik,
ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan).”
“Nah, coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadwal?
Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB/BAK yang baik, bagaimana kalau pukul
10.00? tempatnya disini aja ya?”
c. Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara buang air besar atau
buang air kecil yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB dan BAK yang baik!Bagus! Untuk
selanjutnya, T dapat melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi.”
“Nah, besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana T bisa melakukan
jadwal kegiatannya! sampai jumpa!”
Daftar Pustaka
Ah, Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed.6. St Louis:Mosby
Yeart Book