Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pembimbing : Ibu. Tunjung S. Y., M.Ks

Di susun oleh :

Nama : Ririn Anisa Kusumawati


NIM : D3A2021.048
Kelas : III B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN 2023

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Strategi


Pelaksanaan Defisit Perawatan Diri” telah disahkan di hadapan pembimbing
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala pada tanggal

Mengetahui,
Pembimbing LP

(Ibu. Tunjung S. Y, S.Kep., Ns., M.Ke)


LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan
jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Sutejo (2017), tanda dan gejala yang tampak pada klien
dengan gangguan defisit perawatan diri antara lain :
a. Data subjektif
Klien mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias atau berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau
kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan
minum
8) BAB dan BAK sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB
dan BAK setelah BAB dan BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
1) Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, rambut
panjang
2) Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak
mandi dengan benar
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta
tidak mampu berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian,
misalnya memakai pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang.
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak mampu menyiapkan makanan,
memindahkan makanan ke alat makan (dari panci ke piring atau
mangkok, tidak mampu menggunakan sendok, dan tidak
mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan,
membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman dan menghabiskan makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak membersihkan
diri setelah BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan
toilet dan menyiram toilet setelah BAB atau BAK.
3. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan
kesehatan, yaitu kondisi ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami gangguan kesehatan karena gaya hidup yang tidak sehat
atau kurangnya pengetahuan untuk mengatur kondisi (Sutejo, 2017).
Akibat yang ditimbulkan oleh defisit perawatan diri adalah resiko
tinggi isolasi sosial. Tanda dan gejala dari isolasi sosial yaitu :
a. Tidak ada perhatian
b. Kegiatan menurun
c. Mondar-mandir
d. Kurang semangat atau gairah
e. Menarik diri
Imobilisasi
4. Penyebab
Menurut Sutejo (2017), faktor predisposisi dan faktor presipitasi
dari defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien,
sehingga klien menjadi begitu bergantung dan perkembangan
inisiatifnya terganggu. Pasien gangguan jiwa, misalnya,
mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas
yang kurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri
dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2) Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien
tidak mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri
disebabkan oleh adanya penyakit fisik dan mental yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa juga turut menjadi penyebab.
3) Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan
latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi,
kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang
dialami klien.

5. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri


Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), kurangnya
perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, dan
toileting (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri. Akibat dari
defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan, yaitu
kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami gangguan
kesehatan karena gaya hidup yang tidak sehat atau kurangnya
pengetahuan untuk mengatur kondisi (Sutejo, 2017).
C. Pohon Masalah
1. Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
Menurut Sutejo (2017), pohon masalah defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut :

Ganggguan pemeliharaan kesehatan (Akibat)

Defisit perawatan diri (Core Problem)

Kehilangan fungsi tubuh, kurangnya motivasi (Causa/Penyebab)

2. Data yang perlu di kaji


Menurut Fitria (2012) data yang perlu dikaji pada pasien dengan
gangguan jiwa defisit perawatan diri meliputi :
Data Subjektif, meliputi :
a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di
RS tidak tersedia alat mandi.
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
c. Klien mengatakan ingin disuapi saat makan.
d. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB.
Data Objektif, meliputi :
a. Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang
dan kotor.
b. Ketidakmampuan berpakaian atau berhias ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
c. Ketidakmampuan makan sendiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB atau BAK.
D. Diagnosa Keperawatan
Menurut Fitria (2012) masalah keperawatan yang mungkin bisa
muncul pada pasien gangguan jiwa defisit perawatan diri yaitu :
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
Menurut Keliat et. al., (2011), berdasarkan data yang didapat ditetapkan
diagnosis keperawatan defisit perawatan diri: (kebersihan diri, makan,
berdandan, defekasi/berkemih).

E. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), rencana tindakan
keperawatan yang sesuai untuk diagnosa defisit perawatan diri antara lain
sebagai berikut :
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, dapat
dilakukan tahapan tindakan berikut :
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki
tentu harus dibedakan dengan wanita.
a) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi berpakaian, menyisir
rambut, dan bercukur.
b) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi berpakaian,
menyisir rambut, dan berhias.
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien, perawat dapat melakukan tahapan
sebagai berikut :
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan
d) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Perawat dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri
sesuai tahapan berikut :
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kurang perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara
perawatan diri yang baik maka perawat harus melakukan tindakan
kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien
dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya
meningkat. Tindakan yang dapat perawat lakukan antara lain
sebagai berikut :
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri
yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri
pasien
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai
jadwal yang telah disepakati)
5) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan
diri
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Dx keperawatan
Defisit perawatan diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri
3. Tujuan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
c. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
d. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
e. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal harian
4. Tindakan keperawatan
SP 1
a. Tindakan untuk pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
3) Jalaskan cara dan alat kebersihan diri
4) Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian,
sikat gigi, cuci rambut, potong kuku
5) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2
kali per hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong kuku (satu
kali per minggu)
b. Tindakan untuk keluarga :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya
defisit perawatan diri (gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri
4) Latih dua cara merawat : kebersihan diri dan berdandan
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan
pujian
SP 2
a. Tindakan untuk pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka
untuk perempuan; sisiran, cukuran untuk pria
4) Masukkan pada jadual kegiatan untuk kebersihan diri dan
berdandan
b. Tindakan untuk keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian
2) Latih dua (yang lain) cara merawat : Makan dan minum, BAB
dan BAK
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian

SP 3
a. Tindakan untuk pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum
3) Latih cara makan dan minum yang baik
4) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan dan makan dan minum yang baik
b. Tindakan untuk keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian
2) Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan serta
makan dan minum pasien
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan berikan pujian
SP 4
a. Tindakan untuk pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum. Beri pujian
2) Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik
3) Latih BAB dan BAK yang baik
4) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta BAB dan BAK
b. Tindakan untuk keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
kebersihan diri, berdandan, makan dan minum. Beri pujian
2) Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK pasien
3) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, dan rujukan
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan
pujian
SP 5-12
a. Tindakan untuk pasien :
1) Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK. Beri pujian
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri
4) Nilai apakah perawatan diri telah baik
b. Tindakan untuk keluarga :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
dalam perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK. Beri pujian
2) Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3) Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PK

B. Strategi Komunikasi
SP 1 Pasien :
Mendiskusikan masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK, menjelaskan pentingnya kebersihan diri serta
cara dan alat kebersihan diri, melatih cara menjaga kebersihan diri:
mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku, dan
menyusun jadwal kegiatan untuk perawatan diri.
1. Orientasi
”Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya Annisa. saya biasanya
dipanggil Nisa. Nama ibu siapa? Biasanya dipanggil siapa? Saya
yang akan merawat ibu hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang. Dari
tadi saya lihat ibu menggaruk—garuk badannya, apakah gatal?”
”Bagaimana keadaan ibu hari ini? Ibu apakah sudah mandi? Sudah
berganti baju?”
”Ibu, saya ingin berbincang—bincang tentang pentingnya kebersihan”
”Ibu, kita akan berbincang — bincang jam berapa? Berapa lama?
Bagaimana jika jam 09.30- 09.45?”
”Ibu, dimana kita akan berbincang — bincang?”
2. Kerja
“Ibu, mengapa anda garuk—garuk badan? Apakah ibu sudah mandi?
Apa alasan ibu tidak merawat diri? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut ibu yang bisa muncul? Ya betul,
selain bau badan, masalah yang dapat timbul yaitu kudis, panu, kutu,
gatal—gatal, dan lain—lain. Menurut ibu kita mandi harus
bagaimana? Sebelum mandi apa yang perlu kita siapkan? Benar
sekali, ibu perlu menyiapkan handuk, sikat gigi dan pasta gigi, sabun,
shampoo, dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi,
saya akan membimbing ibu melakukannya. Sekarang, buka pakaian
dan siram seluruh tubuh ibu termasuk rambut lalu ambil shampoo
gosokan pada kepala sampai berbusa, lalu bilas sampai bersih.
Bagus sekali! Selanjutnya ambil sabun, gosokan diseluruh tubuh
secara merata, lalu disiram dengan air sampai bersih, jangan lupa
sikat gigi pakai pasta gigi, giginya disikat mulai dari atas sampai
bawah. Gosok seluruh gigi ibu mulai dari depan sampai belakang.
Bagus, lalu kumur—kumur sampai bersih. Terakhir, siram lagi seluruh
badan ibu sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Ibu bagus
sekali melakukannya. Nah, mari kegiatan mandi ini kita masukkan ke
jadwal harian ya, Bu. Ibu mau mandi berapa kali sehari? Bagaimana
kalau dua kali? Baik, pagi dan sore jam berapa, Bu? Baik. Ini setelah
melakukan aktivitas jangan lupa diisi ya bu, jika ibu mandi secara
mandiri maka ditulis huruf M, jika ibu perlu bantuan atau diingatkan
maka ditulis huruf B, dan jika lupa maka ditulis T ya bu”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah belajar cara menjaga kebersihan
diri (mandi) yang benar?”
“Coba ibu sebutkan lagi apa saja cara—cara mandi yang baik yang
sudah ibu lakukan?”
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang—bincang
lagi tentang cara berdandan yang baik?”
“Ibu mau berbincang—bincang dimana? Bagaimana kalau di depan
cermin itu?”
“Bagaimana kalau kita berbincang—bincang kembali besok jam
08.00 — 08.15? Apakah ibu setuju?”
“Saya harap ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan
lupa memasukkan dalam jadwal kegiatan harian”
“Baiklah, silahkan ibu melakukan aktivitas lagi, saya tinggal dulu ya”
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Salemba
Medika, Jakarta.

Keliat, Budi Anna et. al. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
(Basic Course). EGC, Jakarta.

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru, Yogyakarta.


Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai