2D/34
Siti Nurkudsiah Sari
P17210224192
Defisit perawatan diri di sebabkan karena dua faktor yaitu faktor predisposisi dan
faktor pretisipasi :
a. Factor predisposisi
Faktor predisposisi meliputi faktor biologis yang dimana penyakit kronis yang
menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri sendiri. Faktor
perkembangan yaitu keluarga terlalu memanjakan dan melindungi pasien sehingga
perkembangan insiatif pasien menjadi terganggu. Faktor sosial dimana dukungan
dan latihan dalam merawat diri yang kurang situasi lingkungan yang
mempengaruhi latihan dalam kemampuan merawat diri dan kemapuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
1. Factor psikologis
4. Kurangnya
dukungan dan latihan
kemampuan perawatan
diri di
5. lingkungan. Situasi
lingkungan
mempengaruhi latihan
kemampuan dalam
6. perawatan diri
Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri di
lingkungan. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri
b. Factor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau menurunnya
motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah atau lemah yang
dialami individu tidak peduli dengan perawatan diri(Reptiana, 2020b)
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu
untuk tidak perduli terhadap kebersihannya
2. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan
apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang
penting, seperti sabun, shampo, pasta gigi, sikat gigi. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan tersebut sesuai
dengan kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial pasien.
3. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula. Di sebagian masyarakat,
misalnya, ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyarakat
dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik perawatan diri
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Biasanya, jika tidak
mampu, klien dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak
melakukan perawatan diri
C. Jenis-jenis deficit perawatan diri
Jenis – jenis defisit perawatan diri menurut ( Dermawan 2013) terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan Defisit perawatan diri mandi adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi, menggosok gigi dan
aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri berpakaian dan berdandan Defisit perawatan diri berpakaian
dan berhias adalah gangguan kemampuan seseoarang dalam memakai pakaian dan
aktivitas berdandan atau berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri makan dan minum Defisit perawatan diri makan adalah
gangguan kemampuan pasien untuk menyelesaikan aktivitas makan dan minum
sendiri.
4. Defisit perawatan diri toileting Defisit perawatan diri toileting adalah gangguan
kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas buang air
besar dan buang air kecil secara mandiri.
D. Tanda dan Gejala deficit perawatan diri
tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :
a. Data subjektif
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/berdandan
6. Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
7. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dab BAK
10. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang.
2. Tidak menggunakan alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar.
3. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan.
4. Pakaiann tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak
mengkancingkan baju atau celana.
5. Memakai barang-barang yang tidak perlu dlaam berpakaian, mis: memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaa pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, mis: telanjang.
6. Makan dan minum sembarangan dan berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan kealat
makan, tidak mampu memegang alat makan, membawa makanan dari piring
ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabiskan
makanan.
7. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan dir setelah BAB
dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah
BAB dan BAK
E. Rentan respon Defisit perawatan diri
F. Cara Pengobatan
Dalam konsep defisit perawatan diri ini terdapat empat komponen yang saling
mempengaruhi yaitu kemampuan klien, kebutuhan perawatan diri, faktor pendukung
dan penghambat, dan tenaga keperawatan. Kemampuan klien ini dapat dipengaruhi
oleh factor pendukung dan penghambat yang berasal dari dalam maupun berasal dari
luar individu, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri diperlukan
bantuan dari tenaga keperawatan. Perawat juga dapat memberikan edukasi kepada
keluarga untuk membantu klien memenuhi kebutuhan dirinya, pemberian edukasi ini
dapat berupa penyuluhan Kesehatan. Pengalaman keluarga dalam memenuhi
kebutuhan klien terkait dengan kebutuhan perawatan diri mandi adalah klien tidak
selalu menolak untuk merawat dirinya, sehingga usaha yang diperlukan keluarga
untuk membantu klien untuk mandi tidak memerlukan usaha lebih karena klien hanya
membutuhkan bantuan Sebagian. Diharapkan dengan cara meningkatkan pengetahuan
klien dan meningkatkanpersepsi klien bahwa kebersihan dirinya juga harus
diperhatikan selain mendapatkan penanganan untuk kondisi kesehatan jiwanya.
Peningkatan pengetahuan yang dilakukan kepada klien dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pemberian terapi kognitif.
Terapi kognitif dan perilaku adalah terapi menggunakan modifikasi dari
integrasi perilaku dengan pendekatan penataan kembali proses kogitif dan
diselesaikan dengan membentuk perilaku yang adaptif. Terapi kognitif dan perilaku
adalah terapi yang didasari oleh gabungan intervensi yaitu terapi kognitif dan terapi
perilaku yang dirancang untuk merubah cara berpikir klien terkait masalah yang
sedang dialami dan memahami situasi, serta bagaimana menentukan perilaku
sehingga memunculkan reaksi adaptif dalam segi kognitif maupun perilaku klien.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi kognitif perilaku adalah terapi psikososial
yang merubah pola pikir negatif yang dimiliki oleh klien dan perilaku maladaptif yang
dimiliki klien agar menjadi adaptif
G. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian