Anda di halaman 1dari 6

A.

KONSEP TEORI
1. Pengertian defisit perawatan diri
Perawatan diri (persona hygiene) mencangkup aktivitas yang
dibutuhkan sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivias kehidupan
(ADLs). Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan
seumur hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus
dilakukan (kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi juga berapa,
kapan di mana, dengan siapa, dan bagaiman (Miller dalam Carpenito-
Moyet,2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri disebut dengan defisit perawatan diri. Tidak ada keinginan klien
untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan,
bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah
satu masalah yang muncul pada klien ganguan jiwa. Klien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan klien dikucilkan, baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
2. Etiologi
Menurut potter dan perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene, yaitu :
a. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu
untuk tidak peduli terhadap lingkungannya.
b. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mengpengaruhi jenis dan tingkat
perktek perawatan diri yang di lakukan. Perawat harus menentukan apakah
pasien dapat mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting,seperti
sabun,pasta gigi,sikat gigi,sampo. Selain itu hal yang perlu di perhatikan

1
adalah apa kah penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan
sosial yang di peraktikkan oleh kelompok sosial pasien.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktik perawatan diri.
d. Variabel kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda
mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula. Disebagian masyarakat,
misalnya ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyaakat dengan
lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
e. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkuang
dan memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan
kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan
perawatan diri.
3. Proses terjadinya masalah
a) Faktor predisposisi
Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan
inisiatif dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah
faktor biologis, beberapa penyakit kronis dapat menyebabakan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
b) Faktor prespitasi
Yang merupakan factor prespitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cenmas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan

2
individu kurang mampu melakukan perawatan diri itu. Sedangkan
menurut Depkes 2000 faktoryang mempengaruhi personal hygiene adalah
body image, praktik social, status social ekonomi, pengetahuan, budaya,
kebiasaan dan kondisi fisik.

4. Jenis-jenis defisit perawatan diri


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
1) Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2) Defisit perawatan diri: berpakain
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3) Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara sendiri
4) Defisit perawatan diri: eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikanaktivitas
eliminasi sendiri

5. Tanda dan gejala


a. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur pakaiankotor , bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
b. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dala memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir , atau
mencukur kumis.

3
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membaa
makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa siap makanan
dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defeksi
atau berkemih tanpa bantuan
6. Rentang respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Untuk melakukan


seimbang yang tidak seimbang perawan diri

Gambar 1. Rentang respon defisit perawatan diri

Keterangan:

a. pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan kiln
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
b. Pada perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stressor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirimya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stressor.

7. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi 2 (Stuart dan
sundeen, 2000) yaitu:
a. Mekanisme koping adaftif

4
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah: klien bias memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping mal adaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, menegah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasi lingkungan.
Kategorinya adalah: tidak mau merawat diri.

8. Pohon masalah
Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan

(BAB/BAK, mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam perawatan diri

Isolasi social : menarik diri

5
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, GW. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta; EGC

Anekdot. 2016. Model Keperawatan Jiwa. Mataram; Poltekkes Mataram

Anda mungkin juga menyukai