Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :

FAHREZA ALIF MAULANA

21033

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMERINTAH

KABUPATEN PURWOREJO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa Defisit Perawatan Diri ini disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk manfi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas, dan
penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah
yang timbul pada pasien gangguan jiwa (Rohima, 2020).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif
dan menyebabkan pasien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, Rizky & Hanik, 2015).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perbuhana proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan
minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan Realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
dirilingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut (Azizah, L.A Zainuri, I. Akbar, 2016), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kulitnya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo, dan lain-lain.
g. Kondisi Fisik
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah :
1) Dampak Fisik
Banyak gangguan Kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan intergritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta
gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa aman nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.
C. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif
Pola Kadang Tidak
perawatan perawatan diri melakukan
diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

Gambar 1. Rentang Repon Defisit Perawatan Diri

Keterangan :

1. Pola Perawatan Diri Seimbang


Saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif,
maka pola perawatan yang dapat dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang Perawatan Diri, Kadang Tidak
Saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang klien tidak
memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak Melakukan Perawatan Diri
Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan
saat stressor.
D. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri atas :
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit Perawatan Diri : Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri.
4. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi/Toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
E. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit .perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh sumber sir, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.
2. Berpakaian dan Berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, melengkapi makanan, mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan dalam mendapatka jamban atau kamar kecil,
duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet
atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) dalam (Yosep, I, H. Sutini, 2016), tanda dan


gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku Panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa terhina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai normal
d. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB sembarangan, gosok gigi dan
mandi tidak mampu sendiri
F. Mekanisme Koping
1. Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas dari
suatu taraf perkembangan yang kebih dini.
2. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realita dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive
3. Isolasi diri, meranik diri
Sikap mengelompokkan orang/keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan menandukkan nilai-nilai positif dan negative
didalam diri sendiri.
4. Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu (Badar, 2016).
G. Perilaku
Perilaku klien tidak yakindengan apa yang diharapkan jika perilaku
klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa
bersalah atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal
menyediakan kehidupan penuh cinta dan dukungan klien bahwa mreka gagal
menyediakan kehidupan di rumah dan dukungan (Baadar, 2016).
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti Insomnia : Phnebarbital
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien
2) Lihatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah Sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri
2) Menjaga kebersihan diri
3) Tata cara makan dan minum
4) Tata cara eliminasi
5) Tata cara berhias
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan menurut (Ade, 2011) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
I. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain,
terlihat murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri
sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan
mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya factor
perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya
kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya
dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan
head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-
acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b) Identitas Diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan
yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran Diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam
keluarga/pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan
pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal Diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang
ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta
harapan pasien terhadap penyakitnya.
e) Harga Diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berhubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian
pasien terhadap pasien orang lain.
f) Hubungn Sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
dalam berhubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g) Spiritual
(1) Nilai Dan Keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghiraua lagi dirinya.
(2) Kegiatan Ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika
pasien mengalami gangguan jiwa.
h) Status Mental
(1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu
cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
(2) Cara Bicara/Pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan.
(3) Aktivitas Motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
(4) Alam Perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa
tidak berdaya, rendah diri, dan merasa dihina.
(5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
(6) Interaksi Selama Wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
(7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan baik
halusinasi pendengaran, penglihatan serta halusinasi
perabaan yang membuat pasien tidak mau membersihkan
diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
(8) Proses Pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya, dan
kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
f. Kebutuhan Pasien Pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu serta
pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai, dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok
gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh pasien
tampak kusam, dan badan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di tempat
tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan aktivitas
apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan Obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat tidak
teratur.
7) Aktivitas Dalam Rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di dalam
maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
g. Mekanisme Koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak bisa
menyelesaikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,
pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang
lain.
3) Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan
yang kurang, masalah yang kurang, masalah dengan sosial
ekonomi dan sosial ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
h. Sumber Koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan
strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber
koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress
dan mengadopsi strategi koping yang efektif.
2. Pohon Masalah

Effect Gangguan pemeliharaan


Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
Defisit Perawatan Diri
Core Problem

Causa Menurunnya motivasi


dalam perawatan diri

3. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
defisit perawatan diri menurut Fitria (2012) adalah sebagai sebagai
berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
4. Intervensi Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Identifikasi masalah 1. Diskusi masalah yang
keperawatan diri : kebersihan dirasakan dalam merawat
diri, berdandan, makan/minum, pasien
BAK/BAB 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
2. Jelaskan pentingnya gejala, dan proses terjadinya
kebersihan defisit perawatan diri
3. Jelaskan cara dan alat 3. Jelaskan cara merawat defisit
kebersihan diri perawatan diri
4. Latih cara menjaga kebersihan 4. Latih duacara merawat :
diri : mandi dan ganti pakaian, kebersihan diri dan berdandan
sikat gigi, cuci rambut, potong 5. Anjurkan membantu pasien
kuku sesuai jadwal dan memberikan
5. Masuk pada jadwal kegiatan pujian
untuk Latihan mandi, sikat gigi
(2 kali perhari), cuci rambut (2
kali perminggu), potong kuku
(1 kali perminggu)
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan kebersihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
diri, beri pujian dalam merawat/melatih pasien
2. Jelaskan cara dan alat untuk kebersihan diri, beri pujian
berdandan 2. Latih dua cara merawat :
3. Latih cara berdandan setelah makandan minum, BAB dan
kebersihan diri BAK
4. Masukan pada jadwal kegiatan 3. Anjurkan membantu pasien
untuk kebersihan diri dan sesuai jadwal dan memberi
berdandan pujian
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan kebersihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
diri dan berdandan, beri pujian dalam merawat/melatih pasien
2. Jelaskan cara dan alat makan kebersihan diri dan
dan minum berdandan, beri pujian
3. Latih cara makan dan minum 2. Bombing keluarga merawat
yang baik kebersihan diri dan
4. Masukkan pada jadwal kegiatan berdandan, makan dan minum
untuk Latihan kebersihan diri, pasien yang baik
berdandan, makan dan minum 3. Anjurkan membantu pasien
yang baik sesuai jadwal dan berikan
pujian
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan kebersihan 1. Evaluasi keluarga dalam
diri dan berdandan, makan dan merawat/melatih pasien
minum, beri pujian kebersihan diri dan
2. Jelaskan cara BAK dan BAB berdandan, beri pujian
3. Latih BAB dan BAK yang baik 2. Bimbing keluarga merawat
4. Masukan pada jadwal kegiatan kebersihan diri dan
untuk Latihan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum
berdandan, makan dan minum pasien
yang baik, BAB dan BAK yang 3. Anjurkan membantu pasien
baik sesuai jadwal dan berikan
pujian

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana Tindakan
keperawatan. Dengan memperhatikan masalah utama yang actual dan
mengancam integritas klien dan lingkungan (Febriana, D, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan Tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemajuan Kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Metode penulisan evaluasi keperawatan dalam
progress notes atau catatan perkembangan pasien dapat dilakukan dengan
pendekatan SOAP (Subjective, Objective, Assesment, Planning) (Febriana,
2017).

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Teori dan
Aplikasi Praktik Klinik (1st ed) Yogyakarta : Indomedia Pustaka.

Badar. (2016). Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah
Utama”Isolasi Sosial”. Bogor : Penerbit In Media.

Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Febriana, D,V. (2017). Konsep dasar Keperawatan. Yogyakarta : Healthy.

Yosep, I, H. Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (7th ed). Bandung : PT
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai