Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI


Diajukan untuk Memenuhi tugas profesi Ners Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :
Nessa Ishmah Munyati
2010721059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020

I. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Herdman (2012) dalam Halimah (2016) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai
suatu gangguan didalam melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias,
makan, toileting). Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar
manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut
dengan defisit kehidupan sehari-hari. Tidak ada kelainan klien untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau nafas, dan penampilan tidak
rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien
gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat
diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan klien dikucilkan,
baik dalam keluarga maupun masyarakat (Sutejo,2017).

B. Etiologi
Menurut Potter dan Perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personel
hygine, yaitu :
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu untuk tidak
peduli terhadap kebersihannya.
2. Status ekonomi sosial
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat
mencukup perlengkapan perawat diri yang penting, seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, dan sampo. Selain itu,hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan
ssuai dengan kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
perawatan diri.
4. Variabel budaya
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan diri.
Orang dari latar belakang yang berbeda mengikuti praktik kesehatan yang berbeda
pula. Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan mandi setiap hari,
tetapi masyarakat dengan lingkup yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik yang
tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawat diri (Sutejo,2017)

C. Lingkup Defisit Perawatan Diri


1. Kebersihan diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau
nafas,dan penampilan tidak rapi.
2. Berdandan atau berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, dan
mencukur kumis.
3. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari
piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
4. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan (Sutejo,2017)

D. Faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami deficit perawatan diri, yaitu:


1. Faktor prediposisi
a) Biologis, seringkali defisit perawaan diri disebabkan karena adanya penyakit fisik
dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan
adanya faktor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
b) Psikologis, factor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal
ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalamai defisit
perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga
menyebabkan pasien tidakpeduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk
perawatan diri.
c) Kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan mengakibatkan penurunan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

E. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan deficit perawatan diri antara
lain:
1. Data subjektif
Klien mengatakan tentang:
a. Malas mandi
b. Tidak mau menyisir rambut
c. Tidak mau menggoosok gigi
d. Tidak mau memotong kuku
e. Tidak mau berhias atau berdandan
f. Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri
g. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
h. BAB dan BAK sembarangan
i. Tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB dan BAK setelah
BAB dan BAK
j. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
2. Data objektif
a. Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
b. Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
c. Rambut kusut,berantakan,kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
d. Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan, dan memindahkan pakaian.
e. Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian, misalnya memakai
pakaian berlapis-lapis,penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian,misalnya telanjang
f. Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan,memindahkan makanan ke alat
makan (dari panic ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok
dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makanan), memegang alat makan,
membawa makanan dri piring ke mulut, mengunyah, menelan maknan secara
aman dan menghabiskan makanan.
g. BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebershan toilet dan menyiram toilet
setelah BAB dan BAK.
F. Sumber koping
Sumber koping deficit perawatan diri mencangkup kemampuan personal
(personal ability) akan:
1. kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. berhias dan berdandan secara baik
3. melakukan makan dengan baik
4. melaksanakan BAB dan BAK secara mandiri
5. mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptive
6. kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptive

G. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Katagorinya adalah tidak mau merawat diri

H. Rentang respon

Adaptif Maladaptif
Pola perawatan kadang perawatan diri tidak melakukan
Diri seimbang kadang tidak perawatan
saat stress

III. POHON MASALAH DAN MASALAH KEPERAWATAN


A. Pohon Masalah

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Deficit Perawatan Diri


Kehilangan Fungsi Tubuh, Kurangnya Motivasi

B. Masalah keperawatan
Gangguan deficit perawatan diri

IV. Intervensi Defisit Perawatan Diri


Diagnosa
Perencanaan
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan Tuk/Tum
Defisit TUM: Pasien menunjukan Bina hubungan saling Kepercayaan
perawatan diri: Pasien dapat tanda tanda dapat percaya dengan prinsip dari pasien
kebersihan diri, memlihara atau membina hubungan komunikasi terapeutik, merupakan
berdandan, merawat saling percaya yaitu: hal yang akan
makan, kebersihan sendiri dengan perawat, 1.1 Sapa pasien dengan memudah
BAK/BAB secara mandiri. yaitu: ramah baik verbal perawat
a. Ekpresi maupun nonverbal. dalam
TUK 1: wajah 1.2 Perkenalkan diri melakukan
Pasien dapat bersahabat. dengan sopan. pendekatan
membina hubungan b. Pasien 1.3 Tanyakan nama keperawatan
saling percaya. menunjukan lengkap pasien dan atau
rasa senang. nama panggilan. intervensi
c. Pasien 1.4 Jelaskan tujuan selanjutnya
bersedia pertemuan. terhadap
berjabat 1.5 Jujur dan menepati pasien.
tangan. janji.
d. Pasien 1.6 Tunjukan sikap
bersedia empati dan
menyebutka menerima pasien
n nama. apa adanya.
e. Ada kontak 1.7 Beri perhatian pada
mata. pemeuhan
f. Pasien kebutuhan dasar
berseia pasien.
duduk
berdamping
an dengan
perawat.
g. Pasien
bersedia
mengutarak
an masalah
yang
dihadapinya
TUK 2: Kriteria Evaluasi: Melatih pasien cara-cara Pengetahuan
Pasien mampu Pasien dengan perawatan diri dengan tentang
melakukan aman melakukan cara: pentingnya
kebersihan diri (kemampuan 2.1 Menjelaskan perawatan
secara mandiri. maksimum) pentingnya diri dapat
aktivitas perawatan kebersihan diri. meningkatka
diri secara mandiri. 2.2 Menjelaskan alat- n motivasi
alat untuk menjaga pasien.
kebersihan diri. Menyiapkan
2.3 Menjelaskan cara- untuk
cara melakukan meningkatka
kebersihan diri. n
2.4 Melatih pasien kemandirian.
mempraktikan cara
menjaga Bimbingan
kebersihan diri. perawat akan
mempermuda
h pasien
melakukan
perawatan
diri secara
mandiri.
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Melatih pasien
Pasien mampu Pasien dengan berdandan, dengan Membiasaka
melakukan aman melakukan rincian: n diri untuk
tindakan (kemampuan a. untuk pasien melakukan
perawatan, berupa maksimum) atau laki-laki latihan perawatan
berhias atau berdan mempertahankan meliputi: diri sendiri.
dan secara baik. aktivitas perawatan 1) Berpakai
diri berupa berhias an Bimbingan
dan berdandan. 2) Menyika perawat akan
Pasien berusaha t rambut mempermuda
untuk memelihara 3) Bercukur h pasien
kebersihan diri, b. Untuk pasien melakukan
seperti mandi pakai wanita, latihan perawatan
sabun dan di siram meliputi: diri secara
dengan air sampai 1) Berpakai mandiri.
bersih, mengganti an
pakaian brsih 2) Menyisir Penguatan
sehari-hari, dan rambut (reinforceme
merapikan 3) Berhias nt) dapat
penampilan. 3.2 Memantauan meningkatka
kemampuan pasien n motivasi
dalam berpakian pasien.
dan berhias.
3.3 Memonitor
mengidentifikasi
adanya
kemunduran
sensori, kognitif,
dan psikomotor
yang menyebabkan
pasien mempunyai
kesulitan dalam
berpakaian dan
berhias.
3.4 Diskusikan dengan
pasien
kemungkinan
adanya hambatan
dalam berpakaian
dan berhias.
3.5 Menggunakan
komunikasi/
instruksi yang
mudah dimengerti
pasien untuk
mengakoodasi
keterbatasan
kognitif pasien.
3.6 Sediakan baju
bersih, dan sisir,
jika mungkin
bedak,parfum,dsb
3.7 Dorong pasien
untuk mengenakan
baju sendiri dan
memasang kancing
dengan benar.
3.8 Memberikan
bantuan kepada
pasien jika perlu.
3.9 Evaluas perasaan
pasien setelah
mampu berpakaian
dan berhias.
4.0 Berikan
reinforcementatau
pujian atas
keberhasilan
pasien berpakaian
dan berhias.
TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Memantau Identifikasi
Pasien mampu Kebutuhan kemampuan pasien mengenai
melakukan personal hygine makan. penyebab
kegiatan maka pasien terpenuhi. 4.2 Identifikasi pasien tidak
dengan baik. Pasien mampu bersama pasien mau makan
melakukan faktor-faktor menentukan
kegiatan makan penyebab pasien intervensi
secara mandri dan tidak mau makan. perawat
tepat dengan 4.3 Identifikasi adanya selanjutnya.
mengungkapkan hambatan makan.
kepuasan makan. a. Fisik: Pengetahuan
kelemahan, tentang-
isolasi, pentingnya
keterbatasa perawatan
n, diri
extermitas, meningkatka
dll. n motivasi.
b. Emosi:
depresi, Pasien
manik, mungkin
penurunan kesulitan
nafsu dalam
makan. mempersiapk
c. Intelektual: an,
Curiga mengambil
d. Sosial: makanan
Curiga sendiri, dan
e. Spiritual merapikan
4.4 Diskusikan dengan peralatan.
pasien akibat
kurang/ tidak mau Menambah
makan. wawasan
4.5 Diskusikan dengan pasien
pasien fugsi tentang
makanan bagi personal
kesehatan. hygine:
4.6 Menjelaskan cara makan.
memperiaspkan
makan kepada Penguatan
pasien. (reinforceme
4.7 Menjelaskan nt) dapat
tentang personal meningkatka
hygine tentang pola n motivasi
makan. pasien.
4.8 Menjelaskan cara
makan yan tertib.
4.9 Menjelaskan cara
merapikan
peralatan makan
setelah makan.
4.10 Praktik makan
disesuaikan
dengan tahapan
makan yang baik.
4.11 Evaluasi perasaan
pasien setelah
makan. Berikan
penguatan
(reinforcement)
terhadap kemajuan
pasien (misalnya:
peningkatan porsi
makan).
TUK 5: Mampu Kriteria Evaluasi: 5.1 Mengkaji budaya Mengetahui
melakukan Pasien dapat pasien ketika kebiasaan
BAB/BAK secara melaksanakan mempromosikan pasien dalam
mandiri. perawatan diri aktivias perawatan toileting
secara mandiri diri. dapat
dalam hal 5.2 Bantu pasien ke membantu
BAB/BAK, seperti: toilet. perawat
a. Mampu 5.3 Berikan melakukan
duduk dan pengetahuan intervensi
turn dari tentang personal selanjutnya.
toilet. hygine dalam
b. Mampu kaitannya dengan Hambatan
membersihk toileting. mobilitas
an diri 5.4 Menjelaskan menyebabkan
setelah tempat BAB/BAK pasien tidak
eliminasi yang sesuai. mampu
secara 5.5 Menjelaskan cara melakukan
mandiri/ membersihkan diri perawatan
dibantu setelah BAB/BAK. secara
5.6 Menjelaskan cara mandiri.
membersihkan
tempat BAB/BAK. Mengetahui
penting nya
personal
hygine bagi
pasien.

Meemberikan
kesempatan
jepada
keluarga
untuk
membantu
pasien.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan Memberikan
Keluarga mampu Keluarga dapat akeluarga tentang kesempatan
merawat anggota mengetahui defisit fasilitas kebersihan kepada
keluarganya yang perawatan diri diri yang keluarga
mengalami pasien dan cara dibutuhkan oleh untuk
masalah kurang memberikan pasien untuk membantu
perawatan diri. dukungan dalam menjaga perawatan pasien dan
memberikan diri pasien. memberikan
dukungan pada 6.2 Anjurkan keluarga motivasi.
pasien dalam untuk terlibat
melakukan dalam merawat diri Keluarga
perawatan diri. pasien dan sebagai
membantu sistem
meningkatkan penduung
pasien dalam berperan
merawat diri penting
(sesuai dengan dalam
yang telah di membantu
sepakati). pasien.
6.3 Anjurkan keluarga
untuk memberikan
pujian atas
keberhasilan pasien
dalam merawat
diri.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.Heather. 2018. NANDA-I Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020. Jakarta: EGC.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta; Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai