Disusun Oleh :
Nama : Nessa Ishmah Munyati
NIM : 2010721059
Kelas : C
c) Anatomi Payudara
Gambar 3. Anatomi Payudara
1) Korpus (badan payudara)
Yang dimaksud korpus adalah bagian melingkar yang mengalami pembesaran
pada payudara atau bisa disebut dengan badan payudara. Sebagian besar badan
payudara terdiri dari kumpulan jaringan lemak yang dilapisi oleh kulit.
2) Areola
Areola merupakan bagian hitam yang mengelilingi putting susu. Ada banyak
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar susu. Kelenjar sebasea berfungsi
sebagai pelumas pelindung bagi areola dan putting susu. Bagian areola inilah yang
akan mengalami pembesaran selama masa kehamilan dan menyusui. Di bagian
dalam areola, terdapat saluran-saluran melebar yang disebut sinus laktiferus. Sinus
laktiferus ini berfungsi untuk menyimpan susu dalam payudara ibu selama masa
menyusui sampai akhirnya dikeluarkan untuk bayi.
3) Putting susu (papilla)
Putting susu dan areola adalah area payudara yang paling gelap. Putting susu
terletak di bagian tengah areola yang sebagian besar terdiri dari otot polos yang
berfungsi untuk membantu putting agar terbentuk saat distimulasi. Selama masa
pubertas, pigmen yang berada di putting susu dan areola akan meningkat sehingga
warnanya menjadi lebih gelap dan membuat putting susu semakin menonjol.
4) Jaringan adiposa
Sebagian besar payudara wanita terdiri dari jaringan adiposa atau jaringan
lemak. Jumlah lemak inilah yang menentukan perbedaan ukuran payudara wanita
satu dengan lainnya. Jaringan ini memberikan konsistensi yang lembut pada
payudara.
5) Lobulus, lobus, dan saluran susu
Lobulus merupakan kelenjar susu, salah satu bagian dalam penyusun korpus atau
badan payudara, yang terbentuk dari kumpulan-kumpulan alveolus sebagai unit
terkecil produksi susu. Lobulus yang terkumpul kemudian membentuk lobus, dalam
satu payudara wanita umumnya terdapat 12-20 lobus (Deswani et al., 2018).
2. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010).
Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar mengganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak komplek dibandingkan
dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi
serius juga sering terjadi. (Cunningham, F, et al, 2013)
Berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan postpartum adalah masa
setelah kelahiran bayi dan masa si ibu untuk memulihkan kondisi fisiknya meliputi alat-
alat kandungan dan saluran reproduksi kembali pada keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama enam minggu.
3. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011).
4. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-
kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti
corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal
2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga
akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri
(nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi.
Fase Maternal
FASE TAKING IN FASE TAKING HOLD FASE LETTING GO
Fase Taking in, masa Fase Taking hold, masa Fase Letting go, masa
perilaku tergantung, peralihan dari dependen dari mandiri ke peran
terjadi selama 24–48 ke independen perilaku, baru.
jam pertama setelah bertahan hingga Karakteristik ibu selama
lahir dan perilaku ibu berminggu–minggu dan fase ini adalah:
sebagai berikut : perilaku ibu sebagai - Berduka dan melepaskan
- Ibu berfokus pada berikut: perilaku lama beralih ke
pribadinya,kenyamananfisi - Fokus bergerak dari perilaku baru yang
k dan perubahan. diri ke bayi. mendukung.
- Ibu bercerita kembali - Ibu mulai menjadi - Memasukkan bayi
tentang pengalaman mandiri. baru lahir ke dalam
melahirkan. - Ibu memiliki kehidupan dirinya
- Ibu menyesuaikan dengan kemampuan dimana bayi menjadi
perubahan psikologis. meningkat untuk tak terpisah darinya.
- Ibu tergantung pada orang membuat keputusan. - Menerima bayi baru
lain untuknya dan bayinya - Ibu tertarik pada bayi lahir dengan sungguh–
dalam memenuhi baru lahir dan dapat sungguh.
kebutuhan. memenuhi kebutuhan. - Berfantasi apa akan/
- Ibu memiliki kemampuan - Ibu mulai mengambil bisa mempunyai peran
yang menurun untuk peran sebagai ibu. baru.
membuat keputusan. - Ibu mulai ingin - Kemerdekaan
belajar. kembali; mungkin
- Ini adalah waktu yang pergi kembali ke
sangat baik untuk tempat kerja atau
memberikan sekolah.
pendidikan kesehatan - Mungkin memiliki
tentang postpartum. perasaan duka, rasa
- Ibu mulai menyukai bersalah, atau
peran "Ibu." kegelisahan.
- Ibu mungkin memiliki
perasaan banyak yang
dikerjakan dan
kewalahan.
- Ibu membutuhkan
jaminan lisan bertemu
dengan bayi yang baru
lahir.
- Ibu mungkin
menunjukkan tanda–
tanda dan gejala baby
blues serta kelelahan.
d. PospartumBlues
Postpartum blues, juga dikenal sebagai baby blues, terjadi selama minggu
pertama postpartum, berlangsung selama beberapa hari, dan mempengaruhi mayoritas
ibu. Selama periode ini, ibu merasa sedih dan mudah menangis tapi dia mampu
merawat dirinya sendiri dan bayinya. Penyebab postpartum blues adalah: perubahan
kadar hormon, kelelahan, stress mempunyai peran baru sebagai ibu. Tanda dan gejala
postpartum blues adalah: kemarahan, kecemasan, perubahan suasana hati, kesedihan,
menangis, kesulitan tidur, dan kesulitan makan.
7. Manifestasi Klinis
Menurut Hafiffah (2011) ibu pada masa post partus di tandai oleh :
a. Sistem reproduksi
Uterus di tandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil
b. Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahapannya:
1) Rubra(merah) : 1-3 hari
2) Sanguinolenta: warna merah kekuningan , berisi darah dan lendir terjadi pada hari
ke 3-7
3) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-
14 pasca persalinan
4) Lochea alba: cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca
persalinan
5) Lochea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau
busuk
6) Lochiotosis: lochea tidak lancar keluarnya
c. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui
d. Serviks
Setelah lahir servik akan mengalami edema , bentuk distensi untuk beberapa hari ,
struktur interna akan kembali setelah 2 minggu
e. Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu
f. Perinium
Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan terjadi masa
penyembuhan selama 2 minggu
g. Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen (bengkak karena
peningkatan prilaktin.
8. Komplikasi
a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Perdarahan post partum diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu:
a. Early postpartum: terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late postpartum: terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi berhubungan dengan berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya. Infeksi pascapartum ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan.
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post partum blues atau sering juga disebut baby blues yang diartikan sebagai suatu
sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung memburuk pada hari ketiga sampai
kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau 2 minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan dimana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/ gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan bayi ataupun dengan dirinya sendiri (Putri & Hastina,
2020).
10. Penatalaksanaan
a) Nutrisi dan cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. kebutuhan
gizi ibu saat menyusui:
1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori setiap hari
2) Diet seimbang, protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari
4) Fe/ tablet darah sampai 40 hari pasca persalinan
5) Kapsul vitamin A 200.000 unit
b) Ambulasi
Ambulasi dini ialah kebijaksanaan agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing
ibu postpartum bagun dari tempat tidur dan membimbing secepat mungkin untuk
berjalan. Ibu postparum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam
postpartum. Ambulasi dini tidak diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit
anemia, penyakit jantung, penyakit paruparu, demam dan sebagainya
c) Eliminasi
Setelah 6 jam post partum diharapkan ibu dapat berkemih, jika kandung kemih
penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi.
d) Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap
terjaga. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
2) Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin dengan air dari depan kebelakang
3) Sarankan ibu mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi, atau laserasi pada alat kelamin, menyarankan
untuk tidak menyentuh area tersebut
e) Istirahat Dan Tidur
Menganjurkan ibu istirahat cukup dan dapat melakukan kegiatan rumah tangga
secara bertahap. Kurang istirahat dapat mengurangi produksi ASI, memperlambat proses
involusi dan depresi pasca persalinan (Wahyuningsih, 2019a).
f) Perawatan Perineal
Bila sudah BAB atau BAK, perineum harus dibersihkan secara rutin. Biasanya ibu
akan takut akan jahitan yang lepas juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan
atau tidak dicuci. Sesudah atau sebelum mengganti pad harus cuci tangan dengan larutan
desinfektan atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara mengganti pas yaitu bagian dalam
jangan sampai terkontaminsasi oleh tangan. Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka.
g) Keluarga Berencana
Memberikan edukasi mengenai kontrasepsi, yaitu untuk menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma (Rini & Kumala, 2017)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Konsep Dasar Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai kelima
pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga,
berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal :
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui). Payudara :
produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur, biasanya pada hari
ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
2. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum dan
saluran kemih
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi
Intervernsi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil
Atin Karjatin. (2016). Keperawatan Maternitas (1st ed.). Kementerian Kesehatan RI.
Deswani, Desmamita, U., & Mulyanti, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Prenatal dengan
Pendekatan Neurosains. Wineka Media.
Putri, Y. R., & Hastina, E. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus Komplikasi
Kehamilan Persalinan dan Nifas. Pena Persada.
Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Jakad Publishing.
Wahyuningsih, S. (2019b). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi Dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan (Cetakan pe). Deepublish.