Anda di halaman 1dari 18

I.

Laporan Pendahuluan (Tinjauan Teori)


A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2011).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2010)
Jadi, Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau
suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

B. Anatomi Fisiologi
1. Alat Genetalia Eksterna
a. Mons Pubis
Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan
anterior simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai
bantalan pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan
mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengelilingi labia monora, berakhir di perineum pada
garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus
urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).
c. Labia Minora (bibir kecil)
Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior
labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan basah.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna
merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus
fisik.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil
yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak
terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris di namai glans dan lebih sensitif
daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang,
glans dan badan klitoris membesar.
e. Vulva
Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi
bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar
parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan
kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau
Bartholini). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant
semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi
(celana jins yang ketat).
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora di garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu
cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-
rata 4 cm. Jaringan yang menopang perineum adalah
diafragma pelvis dan urogenital. Perineum terdiri dari otot-
otot yang dilapisi, dengan kulit dan menjadi penting karena
perineum dapat robek selama melahirkan.
2. Alat Genetalia Interna
a. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk
perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintesis dari sekresi
hormone steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar
1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium
terletak pada bagian atas rongga panggul dan menempel pada
lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal yang
divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica
waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan
ovulasi dan memproduksi hormon. Ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen,
progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita
normal.
b. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum
dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari
introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora
vulva) sampai serviks (portio). Vagina merupakan
penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna.
Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian
belakang berukuran 9,5 cm. Vagina mempunyai banyak
fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi
uterus dan kotoran menstruasi sebagai organ kopulasi dan
sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Vagina adalah
suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri,
anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan
cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-sel
mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan
selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas
lima, insiden infeksi vagina meningkat.
c. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup
oleh peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir
yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm,
dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat
uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram.
Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80
gram / lebih. Uterus terdiri dari:
1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua
tuba fallopi berinsensi ke uterus.
2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar.
Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum
uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa,
muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai
janin berkembang.
3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus,
terletak dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot
polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen,
ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah.
4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum
parietalis.
d. Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan
merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba
fallopi antara 8-14 cm. Tuba falopii oleh peritoneum dan
lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri
atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di dinding
uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya, pars ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar
tempat konsepsi terjadi, pars infudibulum : bagian ujung tuba
yang terbuka ke arah abdomen mempunyai rumbai/umbul
disebut fimbria.
e. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks
menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina
yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm,
1 cm menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil.
Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta
sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic.
3. Anatomi Otot Perut dan Fasia
a. Fasia
Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan
lemak yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam
lapisan fibrosa, Fasia profunda terletak pada otot-otot perut.
Menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini
membentuk pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam
fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di
bawah lapisan terdalam otot abdominis transverses, terletak
fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari
peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias
adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama
meliputi struktur tubuh.
b. Otot Perut
Otot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral,
serta otot dinding perut posterior. Otot dinding perut anterior
dan lateral (rectus abdominis) meluas dari bagian depan
margo costalis di atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu
disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam
selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang
pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke
simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus
abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan
transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding
abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus
externus berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus
internus berjalan ke atas dan ke depan ; serat transverses (otot
terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan transversal
di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu
selubung bersama yang menutupi rectus abdominis. Otot
dinding perut posterior (Quadrates lumbolus) adalah otot
pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa
keduabelas diatas ke krista iliaca.

C. Etiologi/ Predisposisi
Manuaba (2008) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin
yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas
37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa
jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

D. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala


Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum. Manifestasi klinis sectio caesarea antara lain : (Astuti,
M, 2010)
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-
800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya
kurang paham prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

E. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu
Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf
di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi. (Robson, 2013)
F. Pathway

Kelainan/hambatan selama hamil


dan proses persalinan misalnya,
plasenta previa sentralis/lateralis
panggul menyempit

Section Caesaria

Perubahan Fisiologis

Luka operasi Sistem resproduksi

Jaringan terputus uterus

Jaringan terbuka Kontraksi

Defisit Perawatan imobilisasi Pelepasan lochea


Proteksi tubuh Nyeri Akut
Diri

Pintu masuk Lochea statis


Intoleransi
kuman
aktivitas
Resiko infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah
pada pembedahan (>35mg%).
1. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
2. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
3. Test HCG untuk mengetahui hamil atau tidak.
4. USG untuk mengetahui kondisi janin / cavum uteria apakah
terdapat janin atau sisa janin.
5. Urinalisis / kultur urine untuk mengetahui kuman spesifik.
6. Pemeriksaan elektrolit (Robson, 2013)

H. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi,
atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan
makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam
setelah operasi.
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan
selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi
posisi setengah duduk (semifowler).
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,
dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari
ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-
beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
c. Obat-obatan lain.
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan luka.
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Robson, 2013)

II. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis


A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit nomor register  , dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
5. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
c. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan
sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan
karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan
inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis
setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola
kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri
j. Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas.

6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada
benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
g. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
rupture
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Anda mungkin juga menyukai