Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi Sistem Reproduksi wanita
a. Genitalia Eksterna (Vulva)

Terdiri dari :

a) Tundun (Mons Veneris) Bagian yang menonjol meliputi simfisis, yang terdiri
dari jaringan dan lemak, area ini mulai di tumbuhi rambut (pubis hair) pada
maa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak diatas simfisis pubis.
b) Labia Mayora Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia
mayora bagian luar tertutuprambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput
yang mengandung kelenjar sabesea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita
dewasa, panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm.
c) Bibir kecil (labia minora) Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit,
terletak dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang
memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara
bagian lateral dan 7 anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d) Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog
dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
e) Vestibulum Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar
paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f) Perinium Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perineum.
g) Kelenjar Bartholin Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat
rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir
meningkat.
h) Himen (Selaput dara) Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina
bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i) Fourchette Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah
berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis
terletak di antara fourchette dan himen.

b. Genitalia bagian dalam wanita


a) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding
posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung
kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol
serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di
sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik
anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina
mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5.
Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina
yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi,
alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga
bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua
pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi
kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder.
Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada
anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9
cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium /
lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
- Meliputi dinding rahim bagian luar
- Menutupi bagian luar uterus
- Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
- Pembuluh darah limfe dan urat saraf
- Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
- Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
- Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum
- Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus
oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim
dan meregang saat persalinan. Kedudukan uterus dalam tulang
panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum
yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum
(teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan
ligamentum uterinum.
c) Tuba Fallopi
Tuba Fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai
rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral
mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi
12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia. Tuba fallopi terdiri atas : 1) Pars
interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba. 2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus
dan merupakan bagian yang paling sempit. 3) Pars ampuralis tubae, bagian
tuba yang paling luas dan berbentuk “s”. 4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir
tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae tubae. Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri. 2) Untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi. 3) Sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi. 4) Tempat terjadinya konsepsi. 5)
Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum,
ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. 15 Letak: Ovarium ke
arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat
pada ligamentum latum melalui mesovarium. Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium
yaitu: 1) Korteks ovarii a) Mengandung folikel primordial b) Berbagai fase
pertumbuhan folikel menuju folikel de graff c) Terdapat corpus luteum dan
albikantes 2) Medula ovarii a) Terdapat pembuluh darah dan limfe b) Terdapat
serat saraf
e) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Batasan parametrium 1) Bagian atas terdapat tuba fallopi
dengan mesosalping. 2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri. 3)
Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium. 4) Bagian belakang terdapat
ligamentum ovarii (Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001).
B. KONSEP SECTIO CAESARIA
1. Definisi
Sectio caesaria adalah cara melahirkan janin dengan menggunakan insisi pada
perut dan uterus (Bobak, IM. 2000).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan
(Mansjoer, 2001).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan sectio sesarea atas indikasi ketuban
pecah dini adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding perut karena pecahnya selaput ketuban spontan 1 jam atau lebih
sebelum terjadi persalinan.
2. Klasifikasi Sectio Caesaria
a) Sectio Caesaria Transperitonealis
Yaitu dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
kirakira 10 cm. Insisi dibuat pada dinding perut pada garis tengah dari simphisis
sampai beberapa sentimeter dibawah pusat. Kelebihan:
- Penjahitan lebih mudah
- Risiko pendarahan lebih kecil karena segmen bawah uterus tidak begitu
banyak mengandung pembuluh darah
- Segmen bawah rahim terletak di luar kavum peritonei kemungkinan infeksi
pasca bedah lebih kecil
- Luka sembuh lebih baik
Kekurangan : Luka dapat melebar ke kanan, kiri, dan bawah sehingga
dapat menyebabkan arteri uterine putus sehingga mengakibatkan pendarahan yang
banyak.
b) sectio caesarea klasik (profunda)
Yaitu dengan membuat insisi memanjang pada korpus uteri sepanjang 10cm.
Kelebihan: Mengeluarkan janin lebih cepat, Tidak menyebabkan komplikasi
kandung kemih tertarik (Bobak, IM, 2000 )
3. Komplikasi Sectio Caesarea
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan post sectio caesarea menurut
Mochtar (1999) adalah:
a) Infeksi Puerperal (Nifas) Berdasarkan berat ringannya infeksi puerperal dibagi
menjadi 3 yaitu:
- Ringan: kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
- Sedang: kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung
- Berat: dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. Sering dijumpai pada
partus terlantar di mana sebelumnya sudah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b) Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,
atonia uteri.
c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
d) Kemungkinan reptura uteri spontan pada kehamilan berikutnya dikarenakan
kurang kuatnya parut pada dinding uteri.
e) Nyeri di bekas jahitan
Keluhan ini sebetulnya wajar karena tubuh tengah mengalami luka, dan
penyembuhannya tidak bisa sempurna 100%. Dalam operasi sesar ada 7 lapisan
perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7 lapisan tersebut
dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Dalam proses
penyembuhan tak bisa dihindari terjadinya pembentukan jaringan parut. Jaringan
parut inilah yang dapat menyebabkan nyeri saat melakukan aktivitas tertentu,
terlebih aktivitas yang berlebihan atau aktivitas yang memberi penekanan di
bagian tersebut.
C. KONSEP GAMELI
1. Definisi
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (Manuaba, 1998
: 265).
Kehamilan ganda adalah bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih
dari satu (Saifuddin, 2001 : 311).
Kehamilan ganda adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
(Mochtar, 1990).
2. Etiologi
Menurut nurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas sering
mempengaruhi kehamilan 2 telur.
b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua
c. Faktor keturunan
d. Faktor yang lain belum diketahui Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya
mempunyai pengaruh terhadap kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga
hormon gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi
dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.
Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme
tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graff atau terbentuknya
2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan
ditemukan korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro dapat
pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi
lebih dari 11 satu, jika semua embrio yang kemudian dimasukan kedalam rongga
rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari
satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali
mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan disini sebabnya ialah faktor
penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi.
Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula
terbentuk,menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion dan 2
plasenta seperti pada kehamilan kembar dizigotik
3. Manifestasi Klinis
Menurut Dutton, dkk (2012:156) tanda dan gejala pada kehamilan kembar adalah
sebagai berikut:
a. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin
pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
b. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat
c. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
d. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika keluarga
memiliki riwayat kehamilan kembar.
e. Penggunaan stimulator ovulasi
f. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.
g. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar
daripada kehamilan tunggal.
h. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar.
i. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva

4. Patofisiologi
Menurut Manuaba (2007:464) kehamilan kembar dibagi menjadi dua. Monozigot,
kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari dua telur.
Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot. Kembar
dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma.
Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan.
Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah
dua.
Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak. Masa
pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 – 8 hari, 9-12
dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim
punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta.
Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya
punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat
banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa
terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-
masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput
ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar. Pasalnya
waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi berdempet. Jadi
kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang pembelahannya lebih dari 13
hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja yang terbaik adalah pembelahan
pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun, keempat
pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu
pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan
dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mochtar (2012:263) dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
berikut:
a. Rontgen foto abdomen : tampak gambaran 2 janin.
b. Ultrasonografi
Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat ditentukan pada triwulan
I.
c. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
d. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta, maka
produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-kadang
sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa. Kadangkala
diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan
ternyata ada satu janin lagi didalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi
bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.
6. Penatalaksanaan
Sectio Caesarea
7. Diagnosa
a. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya kebutuhan nutrisi ibu dan janin.
b. Gangguan rasa nyaman (sesak) berhubungan dengan ekspansi paru tidak
optimal.
c. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur
penatalaksanaan kehamilan kembar
d. Resiko terjadi partus premature berhubungan dengan penekanan rongga
uterus.5Resiko terjadi solutio plasenta berhubungan dengan kontraksi uterus
dini.
e. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan HPP:
(Haemoragic Post Partum).
f. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan sekunder /
HPP (Hamorargie post partum)

8. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
3) Data riwayat kesehatan
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Riwayat psikososial dan spiritual
6) Aktivitas sehari-hari
7) Nutrisi
8) Minum
9) Eleminasi
b) Pemeriksaan fisik
1) Anamnesa
- Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
- Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
- Uterus terasa lebih cepat membesar
- Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
2) Inspeksi dan palpasi
- Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan cepat
tumbuhnya dari biasa.
- Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
- Banyak bagian-bagian kecil teraba
- Teraba 3 bagian besar janin
- Teraba 2 balotemen.
Auskultasi Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan
dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-sama
dihitung dan berselisih
c) Diagnosa
1) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
meningkatnya kebutuhan nutrisi ibu dan janin.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi ibu dan janin terpenuhi dengan kriteria hasil BB ibu
sesuai dengan TB dan usia kehamilan, kebutuhan kalori, protein terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji intake makanan
Rasional : Mengetahui kebutuhan nutrisi ibu
b. Jelaskan pentingnya nutrisi kepada ibu : yaitu untuk ibu dan janin yang
dikandungnya
Rasional : Menambah daya tahan tubuh dan kelemahan fisik
c. Anjurkan makan sedikit tapi sering
Rasional : Intake tambahan 300 kalori/hari, protein 1,5 gram/kg BB,
suplemen tablet Fe 60-1000 mg/hari memenuhi kebutuhan nutrisi.
d. Pantau BB ibu setiap kali kunjungan
Rasional : Mengetahui perubahan berat badan ibu dihubungkan intake
nutrisi yang adekuat

2) Resiko tinggi injury berhubungan dengan kelahiran premature


Tujuan : Tidak terjadi injury pada ibu bila terjadi kelahiran premature
Intervensi :
a. Anjurkan ibu untuk bedrest selama trimester III
Rasional : Meningkatkan perfusi uterine
b. Anjurkan ibu untuk menghindari hubungan suami istri selama kehamilan
trimester III
Rasional : Hal ini dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga bias terjadi
kelahiran premature

3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan meningkatnya kontraksi uterus dan


penambahan berat uterus.
Tujuan : Ibu mampu toleransi terhadap nyeri yang dialaminya
Intervensi :
a. Anjurkan ibu untuk menggunakan sabut ibu hamil, dan tidur dengan posisi
miring kiri
Rasional : Posisi miring kiri mengurangi penekanan pada aorta dan vena
cava serta mencegah terjadinya hipertensi.

b. Anjurkan keluarga untuk memberikan lingkungan yang nyaman bagi ibu


Rasional : Membuat ibu merasa lebih nyaman
Daftar Pustaka
Bobak, IM. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi (edisi 3) Bandung : Yayasan IAPKP
Dutton, dkk. 2012. Rujukan Cepat Kebidanan. EGC : jakarta
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Manuaba, Ida Bagus Gede (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana
Jakarta : EGC
Manuaba, IGB, (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. (1999). Sinopsis Obstetri, Jilid 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Saiffudin, A.B. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta : JNPKKR + POGI

Anda mungkin juga menyukai