Disusun oleh :
2) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu atau buah peer
terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan
bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan
posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara
8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,
miometrium atau lapisan otot, dan endometrium.
(a) Peritoneum
- Meliputi dinding rahim bagian luar
- Menutupi bagian luar uterus
- Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat
- pembuluh darah limfe dan urat saraf
- Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
(b) Lapisan otot
- Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
- Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
- Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
(c) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara
osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum
uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus
uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
(d) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus
adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovari)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum
dan ligamentum uterinum.
(e) Pembuluh darah uterus
- Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
- Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.
(f) Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan
dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui
ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.
3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terlentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan
ovum mencapai rongga uterus. Terletak di tepi atas ligamentum
latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum
pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12 cm diameter 3-8 cm.
Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta
mukosa dengan epitel bersilia. Fungsi tuba fallopi :
- Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
uteri.
- Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
- Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
- Tempat terjadinya konsepsi.
- Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
4) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormone-hormon
steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum
latum melalui mesovarium.
5) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium:
- Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
- Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
- Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
- Bagian belakang terdapat ligamentum ovari.
3. Etiologi
Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan
karena persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama
bila mendapatkan stimulasi. Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari
inhibisi kontraksi yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti anestesi
terhalogenisasi, nitrat, obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat,
beta-simptomimetik dan nifedipin. Penyebab lain yaitu plasenta letak
rendah, toksin bakteri (koroamnionitis, endomiometritis, septicemia),
hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus coulvelaire pada abroptio plasenta
dan hipotermia akibat resusitasi masif.
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri, diantaranya adalah:
a) Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya:
1) Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihiramnion)
2) Kehamilan gemelli
3) Janin besar (makrosomia)
b) Kala 1 atau 2 memanjang
c) Persalinan cepat (partus presipitatus)
d) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitoksin
e) Infeksi intrapartum
f) Multiparitas tinggi
g) Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia atau eklamsia
h) Umur yang terlalu tua atau muda (<20 tahun dan >35 tahun)
i) Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah
dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus.
4. Patofisiologi
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan
mekanisme ini. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah
yang memvaskularisasikan daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi
(Cuningham, 2005). Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan
tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk
menghentikan perdarahan postpartum, lapisan tengah miometrium
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah. Masing-
masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua
buah serabut kira-kira membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan
adanya susunan otot seperti diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit
pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini
akan menyebabkan pembuluh darah pada uterus tetap vasodilatasi
sehingga terjadinya perdarahan postpartum (Cuningham, 2005).
5. Pencegahan
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah. Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia
uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan
tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian
oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada
manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi
lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau
10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam. Analog sintetik oksitosin,
yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin
merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu
paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
6. Komplikasi
a) Syok hipovolemik
b) Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan yang
berasal dari trauma jalan lahir.
7. Manifestasi Klinik
a) Perdarahan pervaginam
3) Pucat
8. Penatalaksanaan Medis
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau
sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan
tergantung pada keadaaan klinisnya.
a) Resusitasi
d) Pemberian Uterotonika
1. Anamnesa
Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa
medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum
perdarahan.
b) Keluhan utama
4. Data Lain-Lain:
f) Payudara
i) Vagina
j) Portio
k) Pembukaan, ketuban
a) Nyeri Akut
b) Risiko Syok
c) Risiko Perdarahan
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional
Tujuan
Disusun oleh :
2. Diagnosa Keperawatan
Trimester I
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan, ketidakmampuan makan dan factor
biologis.
b) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang
sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
c) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute normal, kehilangan volume cairan aktif,
penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan.
d) Resiko cedera (janin) berhubungan dengan malnutrisi dan profil darah
yang abnormal.
Trimester II
a) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(kehamilan)
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.
Trimester III
a) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
b) Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada
vesika urinaria.
3. Intervensi Keperawatan
Trimester I
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makan,
ketidakmampuan makan dan factor biologis.
Tujuan : Setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
tubuh akan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Pasien tidak lagi menunjukan bukti penurunan berat badan
- Pasien dapat menghabiskan setengah atau seluruh porsi makan yang
disediakan
- Pasien mengatakan tidak mual dan muntah lagi bila makan
Intervensi dan rasional :
a) Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
Rasional : untuk mendapaykan pembacaan yang paling akurat
b) Pantau asupan dan haluaran pasien
Rasional : berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi
cairan.
c) Hidangkan makan dalam porsi kecil tapi sering (dibagi menjadi 6 porsi
untuk 6 kali makan)
Rasional : tidak terjadi distensi lambung d. Hidangkan makanan dalam
bentuk menarik dan masih hangat Rasional : meningkatkan
nafsu makan
d) Semua benda yang menimbulkan mual dan muntah disingkirkan
Rasional : mencegah mual.
e) Sebelum makan anjurkan pasien untuk berkumur-kumur.
Rasional : mencegah mual
f) Beri posisi duduk atau setengah duduk saat makan.
Rasional : melonggarkan abdomen dari penekanan diafragma bila posisi
terlentang.
g) Auskultasi bising usus, kaji turgor.
Rasional : mengkaji efektifitas tindakan.
Trimester II
Diagnosa 1 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh (kehamilan)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan citra tubuh
pasien tetap dipertahankan.
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan penerimaan/adaptasi bertahap
untuk mengubah konsep diri.
Intervensi dan rasional
a) Kaji sikap terhadap kehamilan
Rasional: Pada trimester II perubahan bentuk tubuh telah tampak efek-
efek yang tampak, kloasma, strial, jerawat, perubahan emosi
b) Berikan informasi tentang kenormalan perubahan
Rasional: Informasi dapat membantu klien memahami/menerima apa
yang terjadi
c) Anjurkan gaya dan sumber-sumber yang tersedia dari pakaian saat
hamil
Rasional: Situasi menandakan kebutuhan akan pakaian yang akan
meningkatkan penampilan klien untuk kerja dan melakukan
aktivitas yang menyenangkan.
Trimester III
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyaman
pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien menyatakan rasa nyaman dan segar
- Pasien melakukan aktivitas perawatan diri dengan tepat untuk
mengurangi ketidaknyamanan
Intervensi dan rasional :
a) Kaji secara terus-menerus ketidaknyamanan pasien dan metode untuk
mengatasinya
Rasional : Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
b) Kaji status pernapasan klien
Rasional: Penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea. Khususnya pada
multigravida yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan
antara ibu dan bayi dalam kandungan
c) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan
cara jalan, anjurkan memakai sepatu hak rendah
Rasional: Lordososis dan regangan otot disebabkan oleh pengaruh
hormone pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat
gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
d) Perhatikan keluhan frekuensi BAK dan tekanan pada daerah kandung
kemih
Rasional: Pemberian uterus trimester III menurunkan kapasitas kandung
kemih, mengakibatkan sering berkemih
DAFTAR PUSTAKA
Buku KIA (2016). Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016
Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.
Cunningham FG etc (2005). editor. Williams Obstetrics 21th edition.EGC.
Jakarta.
Departemen Kesehatan. (2014). Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI
Jakarta.
Ika, Saryono. (2010). Perawatan Maternitas. Edisi 4. EGC: Jakarta.
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-
2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Klossner J.(2006). Introductory Maternity Nursing. Lippincott William Dan
Wilkins.