Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN ATONIA UTERI

Diajukan untuk memenuhi tugas stase maternitas

Dosen Koordinator: Lisbet Octovia Manula, S. Kep., Ners, M.Kep.

Disusun oleh :

Riska Andriani 4120065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir). Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium
uterus untuk berkontraksi dan memendek. Atonia uteri adalahsuatu
kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi
maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi
tidak terkendali.

2. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga
pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
a) Alat genitalia wanita bagian luar
1) Mons veneris atau mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea
(minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
2) Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong,
panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing
pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu
membentuk perineum, permukaan terdiri dari bagian luar Tertutup
oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons
veneris dan bagian dalam Tanpa rambut merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak).

3) Bibir kecil (labia minora)


Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian
dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang ke
arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu
merah muda dan basah.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
5) Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti
perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum
yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia,
panas, dan friksi.
6) Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
7) Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh
dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir
meningkat.
8) Himen (Selaput darah)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh
dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
9) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan labia
minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu
cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette
dan himen.
b) Alat genitalia wanita bagian dalam
1) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian
atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm,
sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di
depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan
saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada
puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus.
Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio.
Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik
anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding
vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan
seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.

2) Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu atau buah peer
terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan
rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan
bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan
posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara
8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,
miometrium atau lapisan otot, dan endometrium.
(a) Peritoneum
- Meliputi dinding rahim bagian luar
- Menutupi bagian luar uterus
- Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat
- pembuluh darah limfe dan urat saraf
- Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
(b) Lapisan otot
- Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
- Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
- Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim.
Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
(c) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara
osteum uteri internum anatomikum yang merupakan batas dan
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum
uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus
uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
(d) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus
otot-otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus
adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovari)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum
dan ligamentum uterinum.
(e) Pembuluh darah uterus
- Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
- Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.
(f) Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan
dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui
ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.

3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terlentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan
ovum mencapai rongga uterus. Terletak di tepi atas ligamentum
latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum
pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12 cm diameter 3-8 cm.
Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta
mukosa dengan epitel bersilia. Fungsi tuba fallopi :
- Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
uteri.
- Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
- Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
- Tempat terjadinya konsepsi.
- Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
4) Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormone-hormon
steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum
latum melalui mesovarium.
5) Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium:
- Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
- Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
- Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
- Bagian belakang terdapat ligamentum ovari.

3. Etiologi
Lemahnya kontraksi miometrium merupakan akibat dari kelelahan
karena persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama
bila mendapatkan stimulasi. Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari
inhibisi kontraksi yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti anestesi
terhalogenisasi, nitrat, obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat,
beta-simptomimetik dan nifedipin. Penyebab lain yaitu plasenta letak
rendah, toksin bakteri (koroamnionitis, endomiometritis, septicemia),
hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus coulvelaire pada abroptio plasenta
dan hipotermia akibat resusitasi masif.
Beberapa faktor predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri, diantaranya adalah:
a) Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya:
1) Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihiramnion)
2) Kehamilan gemelli
3) Janin besar (makrosomia)
b) Kala 1 atau 2 memanjang
c) Persalinan cepat (partus presipitatus)
d) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitoksin
e) Infeksi intrapartum
f) Multiparitas tinggi
g) Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia atau eklamsia
h) Umur yang terlalu tua atau muda (<20 tahun dan >35 tahun)
i) Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah
dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus.

4. Patofisiologi
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan
mekanisme ini. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah
yang memvaskularisasikan daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi
(Cuningham, 2005). Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan
tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk
menghentikan perdarahan postpartum, lapisan tengah miometrium
tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah. Masing-
masing serabut mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua
buah serabut kira-kira membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan
adanya susunan otot seperti diatas, jika otot berkontraksi akan menjepit
pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi ini
akan menyebabkan pembuluh darah pada uterus tetap vasodilatasi
sehingga terjadinya perdarahan postpartum (Cuningham, 2005).

5. Pencegahan
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah. Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia
uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan
tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian
oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada
manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi
lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau
10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam. Analog sintetik oksitosin,
yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk
mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin
merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu
paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
6. Komplikasi
a) Syok hipovolemik
b) Mudah terjadi komplikasi infeksi terutama akibat perdarahan yang
berasal dari trauma jalan lahir.

7. Manifestasi Klinik

a) Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa


sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah.
b) Konsistensi rahim lunak

Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang


membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
c) Fundus uteri naik

d) Terdapat tanda-tanda syok :

1) Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)

2) Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg

3) Pucat

4) Keringat atau kulit terasa dingin dan lembap

5) Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih

6) Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran

7) Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

8. Penatalaksanaan Medis
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau
sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan
tergantung pada keadaaan klinisnya.
a) Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal


yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring
saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu
dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
b) Massase dan kompresi bimanual

Massase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus


yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera
setelah lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka
lakukan evaluasi, jika uterus berkont raksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum atau vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
c) Jika uterus tidak berkontraksi maka :

Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan


lobang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
1) Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
2) Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk
mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; keluarkan tangan
perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan
jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau
18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml
pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
3) Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama
kala empat

4) Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

d) Pemberian Uterotonika

Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh


lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang
efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan
timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan
kontraksi dan meningkatkan frekuensi, tetapi pada dosis tinggi
menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV,
untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20
IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU
intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat
sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu
intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang
dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat
diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai
dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada
miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini
dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat
juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan
pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil
prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal,
intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal.
Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15
menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat
dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1
g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat
menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus,
diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan
kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral,
sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat,
dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini
menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh
diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan
disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang
ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa
laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi
perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka
kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan
uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.
e) Operatif

Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka


keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina
yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah
rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan
segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum
atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan
vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa
uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum
latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa
uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium,
untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan
kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi
perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika
urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian
bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus
mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah
rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika
perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau
unilateral ligasi vasa ovarian.
f) Ligasi arteri Iliaka Interna

Identifikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk


melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral
paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik
ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio
iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan
dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi
bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.
Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan
sebelum dan sesudah ligasi. Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma
vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan
tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi
pasien.
g) Histerektomi

Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan


jika terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan
operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih
banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
h) Kompresi bimanual atonia uteri

Peralatan: sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan


dengan tangan telanjang yang telah dicuci.
Teknik:

Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam


kedaruratan tidak diperlukan
1) Eksplorasi dengan tangan kiri

Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina

2) Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri


dan menangkap uterus dari belakang atas
3) Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar

Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh


darah aferen sehingga menyempitkan lumennya.Kompresi uterus
bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.
Biasanya sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering
menghentikan perdarahan secara sempurna.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Anamnesa

a) Identitas klien dan penanggung jawab

Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa
medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum
perdarahan.
b) Keluhan utama

Perdarahan dan tidak ada kontraksi setelah persalinan.

c) Data Riwayat penyakit

1) Riwayat kesehatan sekarang.

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau


penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan pasien.
Pada atonia uteri meliputi tidak ada merasa kontraksi dan
perdarahan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit


sekarang, misalnya gizi kurang pada ibu, DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi atau urinary, penyakit endokrin,
HIV/AIDS.
3) Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan meliputi pada saat kehamilan, persalinan,


dan nifas sebelumnya bagi klien multipara. Jumlah kehamilan
(GPA) jumlah anak hidup, jumlah kelahiran premature, jumlah
keguguran, jumlah persalinan dengan tindakan, riwayat
perdarahan, riwayat kehamilan dengan hipertensi, berat badan
bayi lahir
d) Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
2. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya


terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran
dan penghidu. Hal yang diinspeksi antara lain mengobservasi kulit
terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase,
pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
dengan jari.

 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,


derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontraksi uterus.
 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan atau tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang
organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi
yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
reflex atau gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit
perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan
bunyi yang terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang
antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah (Hb yang menurun)

4. Data Lain-Lain:

a) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan


selama dirawat di RS.

b) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola


komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien
dan mekanisme koping yang digunakan.
c) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien

d) Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,


apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB
jenis apa.
e) Kaji kepala dan leher bayi

f) Payudara

g) Pemeriksaan genetalia ( vulva oeden / tan )


h) VT

i) Vagina

j) Portio

k) Pembukaan, ketuban

5. Diagnosa yang mungkin muncul

a) Nyeri Akut

b) Risiko Syok

c) Risiko Perdarahan
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional
Tujuan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Pain Management


Agen cidera biologis. 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda
Tujuan: setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara dengan demikian akan dapat
tindakan keperawatan selama 1x komprehensif termasuk lokasi, menentukan tindakan perawatan
15 menit diharapkan klien dapat karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas yang sesuai dengan respon pasien
beradaptasi terhadap nyeri. dan faktor presipitasi terhadap nyerinya
NOC: 2. Ajarkan teknik posisi dan relaksasi untuk 2. Dengan nafas dalam otot-otot dapat
1. Pain control mengurangi nyeri berelaksasi, terjadi vasodilatasi
2. Comfort level pembuluh darah, expansi paru
optimal sehingga kebutuhan 02 pada
Kriteria Hasil:
jaringan terpenuhi
1. Klien dapat beristirahat 3. Kontraksi uterus merupakan hal
2. Klien mengatakan dapat 3. Kaji kontraksi uterus dan yang normal sebelum persalinan
mengontrol rasa nyeri ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, 4. Mencegah bertambahnya tekanan
durasi, intensitas, dan gambaran psikologis klien terhadap nyeri
ketidaknyamanan) 5. Jika dengan tindakan keperawatan
4. Kontrol lingkungan yang dapat tidak dapat menyelesaikan
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, permasalahan kline, maka
pencahayaan, dan kebisingan berdiskusi dengan tenaga medis lain
5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada merupakan hal yang tepat.
keluhan dan tindakan penanganan nyeri
yang tidak berhasil
6. Intervensi Keperawatan
2. Risiko Syok berhubungan Manajemen Hipovolemi
dengan perdarahan masive 1. Monitor TTV 1. Menilai status hemodinamik
Tujuan : Setelah dilakukan 2. Monitor tanda dehidrasi 2. Menilai status hidrasi
tindakan keperawatan selama 3. Mendeteksi sumber penyebab
3. Monitor sumber kehilangan darah
1 jam diharapkan diharapkan kehilangan darah
tidak terjadi syok 4. Lakukan pemerikasaan laboratorium
4. Menilai status hemokonsentrasi
NOC: 5. Berikan cairan IV (isotonis) dengan
dalam tubuh
aliran cepat
5. Mengembalikan cairan ektraseluler
Kriteria Hasil : 6. Berikan cairan hipotonik (dextrose)
6. Mengembalikan cairan intraseluler
1. Tidak ditemukan tanda-tanda 7. Berikan produk darah sesuai resep
7. Menginkatkan tekanan plasma
syok 8. Posisikan trendelenburg
onkotik dan mengganti volume
2. Jumlah Hb meningkat darah
8. Mengoptimalkan perfusi otak
3. Resiko Perdarahan NIC : 1. Menilai perdarahan
berhubungan dengan  Bleeding Precaution 2. Menilai respon berdasarkan ttv
Komplikasi Pacapartum (atonia  Bleeding reduction 3. Mencegah perdarahan
uterus)
4. Mengatasi masalah berdasarkan
Tujuan: Blood Lose Severity
1. Monitor tanda – tanda perdarahan penyebab
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x 15 menit 2. Monitor TTV 5. Menilai cairan tubuh
perdarahan teratasi 3. Pertahankan bed rest selama perdarahan
Kriteria Hasil : aktif
1. Kehilangan darah yang 4. Identifikasi penyebab perdarahan
terlihat 5. Monitor status cairan intake dan output
2. Tidak ada perdarahan
aktif pervagina.
4. Kekurangan Volume Cairan Fluid Management
berhubungan dengan 1. Menilai status hidrasi
Kehilangan cairan secara aktif 1. Pertahankan catatan intake dan output 2. Monitor cairan tubuh berkaitan
yang akurat dengan suhu tubuh
Tujuan: 2. Pantau suhu klien 3. Menilai status maternal
Setelah dilakukan tindakan 3. Kaji DJJ dan data dasar, perhatikan 4. Meningkatkan status hidrasi dalam
keperawatan selama 2 x 60 perubahan periodic dan variabilitas tubuh
menit volume cairan dapat 4. Berikan cairan peroral atau parenteral 5. Menjaga suhu tubuh agar tetab stabil
ditingkatkan dengan kriteria
5. Lepaskan pakaian yang berlebih, lindungi 6. Menilai status hidrasi
hasil:
dari menggigil 7. Meningkatkan cairan tubuh secara
Fluid management 6. Monitor status dehidrasi cepat
7. Terapi IV administrasi cairan 8. Menilai status hemodinamik
1. Klien bebas dari tanda 8. Monitor TTV
dehidrasi dan rasa haus
2. Keluaran urine adekuat,
membrane mukosa lembab
LAPORAN PENDAHULUAN ANTENATAL CARE

Diajukan untuk memenuhi tugas stase maternitas

Dosen Koordinator: Lisbet Octovia Manula, S. Kep., Ners, M.Kep.

Disusun oleh :

Riska Andriani 4120065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020

A. Konsep Teori Antenatal Care


1. Definisi
Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil
secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini
meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan
dan intervensi dasar yang dilakukan (Manuaba, 2010). Kunjungan
antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak dirinya hamil untuk menjaga agar ibu sehat selama
masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang
dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan,
dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan
(Bobak, 2005).

2. Tujuan Kunjungan Antenatal Care


a) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses
kelahiran.
b) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis bedah ataupun
obstetrik selama kehamilan.
c) Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan
menghadap komplikasi.
d) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses.
e) Menjalankan puerpurium normal, dan merawat anak secara fisik,
Psikologi dan sosial (Manuaba, 2010).

3. Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care


a) Trimester I dan II
- Setiap bulan sekali
- Diambil data tentang laboratorium
- Pemeriksaan ultrasonagrafi
- Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna, tambahan protein 0,5
g/kg BB (satu telur/hari).
- Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya
komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus I.
b) Trimester III
- Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran
- Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
- Diet empat sehat lima sempurna
- Pemeriksaan ultrasonografi
- Imunisasi tetanus II
- Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, kompikasi
hamil trimester ketiga
- Rencana pengobatan
- Nasehat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan
(Manuaba, 2010).

4. Langkah-Langkah dalam Perawatan Kehamilan atau Antenatal Care


Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan
standar minimal “10 T” yang terdiri dari :
a) Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali waktu kunjungan pertama.
Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Sedangkan penimbangan
berat berat badan setiap kali periksa. Sejak bulan ke-4 pertambahan
berat badan paling sedikit 1kg/bulan.
b) Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmhg ada faktor resiko hipertensi (Tekanan
darah Tinggi) dalam kehamilan.
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila kurang dari 23,5 cm menunjukan ibu hamil menunjukan ibu hamil
kurang energi kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi
berat badan rendah (BBLR).
d) Pengukuran Tinggi Rahim Pengukuran tinggi rahim berguna untuk
melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.
e) Penentuan Letak Janin (Presentase janin) dan perhitungan Denyut
Jantung Janin.
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada
masalah lain. Bila denyut jantung kurang dari 120 kali/menit
menujukan ada tanda gawat janin, segera rujuk.
f) Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT) oleh petugas untuk
selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus toksoid
sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan
bayi.
g) Pemberian Tablet Tambah Darah
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap
hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam
hari untuk mengurangi rasa mual
h) Tes Laboratorium
- Tes golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan
- Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
- Tes pemeriksaan urine (air kencing).
- Pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis
i) Konseling atau Penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,
pencegahan kelainan, persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), ASI
eksklusif, Keluarga berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini
diberikan secara bertahap pada saat kunjungan hamil.
j) Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan. Jika ibu mempunyai
masalah kesehatan pada saat hamil

5. Tempat Pelayanan Antenatal Care


Pelayanan antenatal care bisa didapatkan di rumah sakit, puskesmas, bidan
praktek swasta, dokter praktek swasta, posyandu. Pelayanan antenatal care
hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan dukun bayi.

6. Cakupan Pelayanan Antenatal


Cakupan pelayanan antenatal adalah persentasi ibu hamil yang telah
mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja yang terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4. Cakupan K1
adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Departemen Kesehatan.
2014).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Prenatal
(a) Aktivitas dan Istirahat
Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu)
kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan
terakhir. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM. Murmur sistolik
pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan volume episode
singkope.
(b) Varises
Sedikit edema ekstremitas bawah atau tangan mungkin ada (terutama
pada trisemester akhir).

(c) Integritas Ego


Menunjukkan perubahan persepsi diri
(d) Eliminasi
Perubahan pada konsistensia atau frekuensi defekasi, peningkatan
frekuensi perkemihan dan peningkatan berat jenis serta hemoroid
(e) Makanan atau cairan
- Mual dan muntah, terutama trimester pertama; nyeri ulu hati umum
terjadi
- Penambahan berat badan : 2 sampai 4 lb trimester pertama,
trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
- Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi
mudah berdarah
- Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
- Sedikit edema dependen
- Sedikit glikosuria mungkin ada
- Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.
(f) Nyeri dan kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi
Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung
(g) Pernapasan Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran atau tinggi;
pernapasan torakal.
(h) Keamanan
- Suhu tubuh 36,1 – 37,6 ºC
- Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12
minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
- Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu.
- Sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
- Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
(i) Seksualitas
- Penghentian menstruasi.
- Perubahan respon atau aktivitas seksual.
- Leukosa mungkin ada.
- Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis
pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30
minggu) agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu).
- Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan
pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery, sensasi
kesemutan (trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan strial
gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu.
- Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler
nevi, strial gravidarum.
- Tanda-tanda Goodell, Hegar Scodwick positif.
(j) Integritas Sosial
- Bingung atau meragukan perubahan peran yang diantisipasi.
- Tahap maturasi atau perkembangan bervariasi dan dapat mundur
dengan stressor kehamilan
- Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan
mendukung sampai disfungsional.
(k) Penyuluhan atau Pembelajaran
(l) Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan
tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas,
keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.
(m) Pemeriksaan Diagnostik
- Golongan darah: ABO dan Rh untuk mengidentifikasi resiko
terhadap inkompatibilitas
- Usap vagina atau rektal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
- Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma
Reagen)
- Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh
kutil vagina, lesi, rabas abnormal.
- Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
- Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks
tipe 2
- Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan
infeksi, diabetes penyakit ginjal)
- Tes serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
- Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
- Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
- Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu.

2. Diagnosa Keperawatan
Trimester I
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan, ketidakmampuan makan dan factor
biologis.
b) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang
sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
c) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute normal, kehilangan volume cairan aktif,
penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan.
d) Resiko cedera (janin) berhubungan dengan malnutrisi dan profil darah
yang abnormal.
Trimester II
a) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(kehamilan)
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.

Trimester III
a) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
b) Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada
vesika urinaria.

3. Intervensi Keperawatan
Trimester I
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makan,
ketidakmampuan makan dan factor biologis.
Tujuan : Setalah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
tubuh akan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Pasien tidak lagi menunjukan bukti penurunan berat badan
- Pasien dapat menghabiskan setengah atau seluruh porsi makan yang
disediakan
- Pasien mengatakan tidak mual dan muntah lagi bila makan
Intervensi dan rasional :
a) Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari
Rasional : untuk mendapaykan pembacaan yang paling akurat
b) Pantau asupan dan haluaran pasien
Rasional : berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi
cairan.
c) Hidangkan makan dalam porsi kecil tapi sering (dibagi menjadi 6 porsi
untuk 6 kali makan)
Rasional : tidak terjadi distensi lambung d. Hidangkan makanan dalam
bentuk menarik dan masih hangat Rasional : meningkatkan
nafsu makan
d) Semua benda yang menimbulkan mual dan muntah disingkirkan
Rasional : mencegah mual.
e) Sebelum makan anjurkan pasien untuk berkumur-kumur.
Rasional : mencegah mual
f) Beri posisi duduk atau setengah duduk saat makan.
Rasional : melonggarkan abdomen dari penekanan diafragma bila posisi
terlentang.
g) Auskultasi bising usus, kaji turgor.
Rasional : mengkaji efektifitas tindakan.

Diagnosa 2: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang


informasi kurang sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan
pasien meningkat.
Kriteria hasil :
- Pasien mengkomunikasikan semua keperluan yang diketahui
- Pasien menyatakan atau mendemonstrasikan pemahaman tentang apa
yang telah diajarkan
- Pasien menyatakan maksud untuk melakukan perubahan yang
diperlukan dari professional kesehatan bila diperlukan.
Intervensi dan rasional :
a) Bangun hubungan saling percaya dan perhatian
Rasional : Memberikan informasi dan meningkatkan hubungan saling
percaya
b) Jelaskan proses penyakit, dorong pasien dan keluarga untuk bertanya.
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan.
c) Ajarkan keterampilan yang pasien masukan ke dalam gaya hidup sehari
hari. Biarkan pasien mendemonstrasikan kembali setiap keterampilan
yang baru.
Rasional : Membantu mendapatkan rasa percaya.

Diagnosa 3 : Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan melalui rute normal, kehilangan volume
cairan aktif, penyimpangan yang mempengaruhi asupan
cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien
tidak mengalami kekurangan volume cairan
Kriteria hasil : Pasien dapat mengkomsumsi volume cairan dengan jumlah
yang sesuai setiap hari
Intervensi dan rasional :
a) Auskultrasi denyut jantung janin
Rasional: Adanya denyut jantung memastikan adanya janin bukan mola
hidatidosa
b) Tentukan frekuensi atau beratnya mual atau muntah
Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.
Peningkatan kadar Hormon Gonadotropin Korionik
(HCG), perubahan matabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastric memperberat mual dan muntah
pada trisemester pertama.
c) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. (Misalnya
uklus, peptikum, gastritis, kolesistisis)
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk
mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi
d) Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, TD, suhu, masukan
haluaran dan berat jenis urine.
Rasional: Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi
tingkat/kebutuhan hidrasi

Diagnosa 4 : Resiko cedera (janin) berhubungan dengan malnutrisi dan


profil darah yang abnormal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan bayi tidak
mengalami cedera.
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukkan prilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri
dan janin.
Intervensi dan rasional :
a) Diskusikan pentingnya kesejahteraan ibu
Rasional: Kesejahteraan janin secara langsung berhubungan dengan
kesejahteraan ibu, khususnya selama trimester pertama.
b) Anjurkan klien untuk melakukan latihan secukupnya
Rasional: Karena aktivitas keras dapat menurunkan aliran darah ke
uterus. Takikardia sementara, kemungkinan hiperkemia janin.

Trimester II
Diagnosa 1 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh (kehamilan)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan citra tubuh
pasien tetap dipertahankan.
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan penerimaan/adaptasi bertahap
untuk mengubah konsep diri.
Intervensi dan rasional
a) Kaji sikap terhadap kehamilan
Rasional: Pada trimester II perubahan bentuk tubuh telah tampak efek-
efek yang tampak, kloasma, strial, jerawat, perubahan emosi
b) Berikan informasi tentang kenormalan perubahan
Rasional: Informasi dapat membantu klien memahami/menerima apa
yang terjadi
c) Anjurkan gaya dan sumber-sumber yang tersedia dari pakaian saat
hamil
Rasional: Situasi menandakan kebutuhan akan pakaian yang akan
meningkatkan penampilan klien untuk kerja dan melakukan
aktivitas yang menyenangkan.

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan posisi


tubuh yang menghambat ekspansi paru.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola napas
pasien efektif.
Kriteria hasil :
- Irama dan frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada retraksi dinding dada
- Pasien mengatakan rasa nyaman setelah pola sesak berkurang atau
hilang
Intervensi dan rasional :
a) Kaji status pernapasan
Rasional: Menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-
kira 60 % klien prenatal, meskipun kapasitas vital meningkat.
Fungsi pernapasan diubah saat kemampuan diafragma untuk
turun pada inspirasi. Berkurang oleh pembesaran ulkus.
b) Anjurkan sering istirahat
Rasional: Menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang
disebabkan kelebihan aktivitas.
c) Anjurkan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk
Rasional: Pengubahan posisi tegak meningkatkan ekspansi paru.

Trimester III
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan rasa nyaman
pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien menyatakan rasa nyaman dan segar
- Pasien melakukan aktivitas perawatan diri dengan tepat untuk
mengurangi ketidaknyamanan
Intervensi dan rasional :
a) Kaji secara terus-menerus ketidaknyamanan pasien dan metode untuk
mengatasinya
Rasional : Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
b) Kaji status pernapasan klien
Rasional: Penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea. Khususnya pada
multigravida yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan
antara ibu dan bayi dalam kandungan
c) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan
cara jalan, anjurkan memakai sepatu hak rendah
Rasional: Lordososis dan regangan otot disebabkan oleh pengaruh
hormone pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat
gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
d) Perhatikan keluhan frekuensi BAK dan tekanan pada daerah kandung
kemih
Rasional: Pemberian uterus trimester III menurunkan kapasitas kandung
kemih, mengakibatkan sering berkemih

Diagnosa 2 : Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan


penekanan pada vesika urinaria
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien
mengungkapkan pemahamannya tentang perubahan yang
terjadi dalam pola eliminasi urine.
Kriteria hasil :
- Pasien mengungkapkan pemahaman tentang perubahan pola eliminasi
BAK yang terjadi
- Pasien bisa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi
Intervensi dan rasional :
a) Berikan info tentang perubahan berkemih
Rasional: Membantu klien memahami perubahan fisiologi dari
frekuensi berkemih.
b) Anjurkan pada klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur
Rasional: Meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi bagian yang
mengalami oedema.
c) Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine
Rasional: Posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena kava dan
menurunkan aliran ke vena

DAFTAR PUSTAKA
Buku KIA (2016). Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016
Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta.
Cunningham FG etc (2005). editor. Williams Obstetrics 21th edition.EGC.
Jakarta.
Departemen Kesehatan. (2014). Survey Kesehatan Nasional. Laporan.Depkes RI
Jakarta.
Ika, Saryono. (2010). Perawatan Maternitas. Edisi 4. EGC: Jakarta.
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-
2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Klossner J.(2006). Introductory Maternity Nursing. Lippincott William Dan
Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai