Disusun Oleh :
Ayuandi Enggal Putri
NIM : 0432950922005
1. Definisi
Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gr Beberapa kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya dengan
memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat
(Mochtar R, 2017).
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
b. Labia Mayora
1) Bagian luar : Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
Merupakan lipatan kulit yang Panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kearah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mmengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-
laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
j. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo- membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
k. Uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat saraf
2) Lapisan otot
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum
uterinum.
a) Ligamentum latum
Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium
membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi
dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus
l. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12 cm diameter 3-
8 cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia.
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “S”
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
m. Ovarium
2) Medula ovarii
n. Parametrium
1) Batasan parametrium
3. Etiologi IUFD
4. Patofisiologi IUFD
Kematian janin dalam rahim pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:
a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.
d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas dan hubungan antara tulang- tulang sangat longgar edema di bawah
kulit.
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin
atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak terobati. Berikut penanganan secara medis :
4) Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan.
5) Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu dan yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
b) Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin aatu
kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.
8) Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang matangkan serviks dengan misoprostol :
b) Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50
mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan melebihi
dosis.
9) Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.
10) Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
A. Pengkajian
Standard : perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di
awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam
lingkup kegawatdaruratan.
1. Pengkajian Primer
a. Airway
2) Suction /hisap
3) Guedel airway
d. Disability
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicarisemua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cederaleher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan.
2. Pengkajian Sekunder
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada thorak,
Nyeri pada tempat trauma, bertambah saatinspirasi, Pembengkakan lokal dan
krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, penurunan tekanan darah
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. baik alergi obat-obatan
ataupun kebutuhan akan makan/minum.
M : Medications
Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera ada kejadian yang menyebabkan
adanya keluhan utama. Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara
mengkaji data dasar klien yang kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
b. Sirkulasi
c. Psikososial
Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
e. Nyeri / kenyamanan
f. Pernapasan
g. Keamanan
3. Resiko perdarahan
4. Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Dengan dilakukan 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Memberikan data
berhubungan tindakan keperawatan dengan skala nyeri dasar untuk
dengan diharapkan nyeri hilang 2. Beri posisi nyaman mengevaluasi
kontraksi dengan 3. Anjurkan teknik kebutuhan atau
uterus Kriteria hasil: relaksasi dan distraksi keefektifan intervensi
1. Melaporkan nyeri 4. Kolaborasi dengan 2. Merilekskan pasien
hilang/ terkontrol. dokter dalam pemberian 3. Mengalihkan
2. Tampak rileks dan obat analgetik secara perhatian dari
tidur/ istirahat teratur kontraksi yang
dengan baik. berlebihan
3. Berpartisipasi dalam 4. Untuk mengurangi
aktivitas yang rasa nyeri
diinginkan/
dibutuhkan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
A. PENGKAJIAN
pasien kembali ke RSUD ke ponek untuk dilakukan tindak lanjut. Hasil tanda
tanda vital TD : 136/74 mmHg, N : 93 x/m, RR : 20 x/m T : 36,5 ˚C.
Terpasang Cairan infus RL 500 cc 20 tpm sebelah kiri, adanya bercak darah
keluar dari vagina. Pada tanggal 10 Januari 2023 pasien di pindahkan ke ruang
rawat dan dilakukan tindakan Sectio Caesar di tanggal 10 Januari 2023 pada
jam 14:40-15:40. Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap kembali dengan
tanda tanda vital, TD : 128/73 mmHg, T: 36,2˚C, RR : 18 x/m, N : 90 x/m dan
SpO2 : 97%. Pasien terpasang urine kateter. Pasien mengatakan nyeri di
bagian perut post operasi, pasien mengatakan hanya bisa menggerakkan jari
kaki saja.
berhubungan selama
hamil tua
e. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem kardiovaskuler/sirkulasi :
Nadi : 90 x/m, Irama teratur, Denyut kuat
Tekanan Darah : 128/73 mmHg
Suhu : 36.2o C
Edema : Tidak
Konjungtiva : Anemis, Sklera Ikhterik
Riwayat Peningkatan TD : Tidak
Riwayat Penyakit Jantung : Tidak
Keluhan : Tidak ada
b) Sistem Pernafasan
Frekuensi : 18 x/m
Irama : Teratur
Kedalaman : Dangkal
Keluhan : Tidak ada
c) Sistem Pencernaan
Gigi : Tidak Caries
Stomatitis : Tidak
Memakai Gigi Palsu : Tidak
Bau Mulut : Tidak
Muntah : Tidak
Mual : Tidak
Nafsu makan : Baik
BB Sekarang : 67 Kg
Bentuk Tubuh : Simetris
Lingkar Lengan Atas : 29 cm
BAB : Ya
Hemoroid : Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada
d) Neurosensori
Memakai kacamata : Ya, minus 6 mata kanan dan kiri
Alat bantu dengar : Tidak
Gangguan bicara : Tidak
Sakit kepala : Tidak
e) Sistem Endokrin
21
Perineum : Utuh
Epistome : Tidak dilakukan
Tanda-Tanda Reeda : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang
Catatan : 9 Januari 2023 jam 23:27
HEMATOLOGI
Darah Rutin DHF
HEMOSTATIS
APTT
FIBRINOGEN
IMUNOSEROLOGI
KIMIA KLINIK
Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 105 mg/dl 60-110
5. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Ruang Dahlia
Diagnosis Medis : G2P1A1 27 minggu dengan IUFD
PENGELOMPOKAN DATA MASALAH
TGL/JAM ETIOLOGI
SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF KEPERAWATAN
10/1/2023 DS : Nyeri akut Agen Pencedera
Jam : Pasien mengatakan nyeri pada (D.0077) Fisik Operasi
16:30 bagian perut bekas operasi. Sectio Caesarea
P : Luka Operasi SC
Q : tertusuk – tusuk
R : menetap pada rea luka saja.
S : skala nyeri 5
T : menetap dan meningkat saat
merubah posisi.
DO :
Pasien terlihat tidak bergerak
karena sakit dan lemas.
TTV :
TD : 128/73 mmHg
N : 90 x/m
S : 36,2˚C,
RR : 20 x/m,
SpO2 : 97 %
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik Operasi Sectio Caesarea.
2. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur Invasif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Selasa, Resiko Infeksi b.d Efek Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
27/12/22 Prosedur Invasif keperawatan 1 x 24 jam gejala infeksi lokal
diharapkan tidak terjadi dan sistemik
infeksi dengan :
Kriteria Hasil : 2. Informasikan hasil
1. Pasien terbebas dari pemeriksaan
tanda gejala infeksi laboratorium
D. IMPLEMENTASI
Kolaborasi pemberian
analgetik
4 11/1/23 1. Memonitor tanda dan gejala 11/1/23 S:
Jam : infeksi lokal dan sistemik Jam Klien mengatakan
16:45 17:45 dilakukan perawatan
2. Menginformasikan kepada
luka besok pagi saat akan
Klien mengenai pemeriksaan
pulang ke rumah.
laboratorium dengan Leukosit,
20 rbu/uL Klien mengatakan tidak
terasa ada rembesan
3. Menjelaskan tanda dan gejala
cairan yang keluar dari
infeksi, seperti keluarnya cairan
luka
nanah, berbau, kemerahan.
4. Saat mengganti balutan luka Klien mengatakan keluar
atau saat mandi perhatikan area darah dari vagina seperti
balutan apa ada cairan yang haid berwarna merah ati
keluar dari luka operasi Klien mengatakan
5. Membersihkan sekitar luka menggunakan perban
dengan mandi seperti biasa dan area luka tidak boleh
(jika menggunakan perban anti terkena air
air) atau cukup waslap daerah Klien mengatakan
sekiar luka dan jaga agar tetap perban di ganti sehari 2
kering. kali dan akan melakukan
6. Menganjurkan pasien untuk control pada tanggal 16
perbanyak nutrisi dengan tinggi januari 2023
protein (putih telur 6-8 butir, Klien mengatakan hanya
tahu, tempe, ikan, sayur, dan nyeri saja pada bagian
buah), minum air mineral 2.5 luka
liter perhari dan istirahat yang
cukup 8 jam untuk tidur. O:
TTV :
7. Mengajarkan pasien mencuci
TD : 104/60
tangan 6 langkah sebelum
T : 36,0˚C
memegang area luka dan
N : 85 x/m
setelah memegang area luka
RR : 17 x/m
8. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid (dexamethasone, Terlihat Luka pasca
12 mg 1x1 intravena) operasi vertical tertutup
oleh perban
ribu/uL
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi di Hentikan
28
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Levono KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD. (2017).
Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America: McGraw-Hill
Companies.Inc
Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI.(2017). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniawati, Dini. (2017). Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada Kemajuan
Persalinan. Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, Volume 3,
No. 4
Manuaba I.B.G; Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G. (2017). Pengantar
Kuliah Obstetri. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC
Mashudi, Sugeng. (2011). Anatomi dan fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid I.
Jakarta: EGC
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2017). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI.
Tobing, S. A. & Indriyani. (2017). Karakteristik Ibu yang Mengalami Intrauterine Fetal
Death di RSMP Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2013. Syifa’MEDIKA,
6(1), 30-36.