Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. Y DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESAREA (SC) DENGAN


INDIKASI INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD) DI RUANG RAWAT
DAHLIA RSUD CHASBULLAH ABDUL MAJID

Disusun Oleh :
Ayuandi Enggal Putri
NIM : 0432950922005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
2022/2023
I. Konsep Medis IUFD

1. Definisi

Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang meninggal di dalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gr Beberapa kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya dengan
memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan yang tepat
(Mochtar R, 2017).

2. Anatomi Fisiologi IUFD

Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.

Gambar 1.1 Organ eksterna wanita (Bobak, IM, 2017)

a. Mons veneris / Mons pubis

Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian


depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa
tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.

b. Labia Mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia


mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir
ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari

1) Bagian luar : Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.

2) Bagian dalam : Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar


sebasea (lemak).
c. Labia Minora

Merupakan lipatan kulit yang Panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kearah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mmengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa
vagina yaitu merah muda dan basah.

d. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-
laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksual.

e. Vestibulum

Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri
dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
dan friksi.

f. Perinium

Merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.

g. Kelenjar Bartholin

Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.

h. Himen (Selaput darah)

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.

i. Fourchette

Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak


pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen.
Gambar 1.2 Organ interna wanita (Bobak, IM, 2017)

j. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo- membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.

Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan


terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada
bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio
uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
fornik dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lender uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan
lahir pada waktu persalinan.

k. Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,


cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis
minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian
yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang,
dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus
disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan
yaitu peritoneum, myometrium/lapisan otot, dan endomentrium.
1) Peritoneum

a) Meliputi dinding rahim bagian luar

b) Menutupi bagian luar uterus

c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat saraf

d) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

2) Lapisan otot

a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju


ligamentum

b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum

c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk


lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.

3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum
uterinum.

a) Ligamentum latum

 Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke


dinding panggul

 Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter

 Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi


 Ligamentum rotundum (teres uteri)

 Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus

 Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat

 Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi

b) Ligamentum infundibulo pelvikum

 Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul

 Menggantung uterus ke dinding panggul

 Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum


ovarii proprium

c) Ligamentum kardinale machenrod

 Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul

 Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri

 Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus

d) Ligamentum sacro uterinum

Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os


sacrum.

e) Ligamentum vesika uterinum

 Dari uterus menuju ke kandung kemih

 Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti


perkembangan uterus saat hamil dan persalinan

5) Pembuluh Darah Uterus

a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral
dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium
membentuk arteri spinalis uteri

b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi
dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus

Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf


simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang
terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.

l. Tuba Fallopi

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12 cm diameter 3-
8 cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia.

Tuba fallopi terdiri atas :

1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.

2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.

3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “S”

4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.

Fungsi tuba fallopi :

1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.

2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.

3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi

4) Tempat terjadinya konsepsi.

5) Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai


bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

m. Ovarium

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi


ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. Letak: Ovarium ke
arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada
ligamentum latum melalui mesovarium. Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii

a) Mengandung folikel primordial

b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff c) Terdapat


corpus luteum dan albikantes

2) Medula ovarii

a) Terdapat pembuluh darah dan limfe

b) Terdapat serat saraf

n. Parametrium

Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar


ligamentum latum.

1) Batasan parametrium

2) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping

3) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri

4) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

5) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari

3. Etiologi IUFD

Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu:

a. 50% kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

b. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan dengan


peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang sesuai
akan mengurangai risiko IUFD.

c. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan


kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan,
tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar
monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.

d. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian


janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus
ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik
menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis
dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenet.
e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin) Kondisi ini
terjadi pada semua kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 ml)
pada kondisi yang jarang, perdarahan janin ibu mungkin bersifat masif.

f. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlihat


pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histologi terhadap janin,
plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.

4. Patofisiologi IUFD

Kematian janin dalam rahim pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.

b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-


mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.

c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban


menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.

d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas dan hubungan antara tulang- tulang sangat longgar edema di bawah
kulit.

5. Penatalaksanaan medis IUFD

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin
atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak terobati. Berikut penanganan secara medis :

1) Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.


Tanda-tandanya berupa overlopping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

2) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan


kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan,
tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

3) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien


selalu didampingi oleh orang terdekatnya, yakinkan bahwa kemungkinan besar.

4) Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspetatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum mengambil keputusan.

5) Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2
minggu dan yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.

6) Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan


penanganan aktif.

7) Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :

a) Jika servik matamg, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau


prostaglandin

b) Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik dengan prostaglandin aatu
kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.

c) Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif terakhir.

8) Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang matangkan serviks dengan misoprostol :

a) Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam

b) Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50
mg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan melebihi
dosis.

c) Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis

9) Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.

10) Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

11) Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi


plasenta dan infeksi.
11

6. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Standard : perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial di
awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien dalam
lingkup kegawatdaruratan.

Keluaran : adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiapklien


gawat darurat

Proses : pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasimasalah


keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian dalam dua bagian : pengkajian
primer dan pengkajian skunder.

1. Pengkajian Primer

a. Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan


sekret akibat kelemahan reflek batuk. jika adaobstruksi maka lakukan :

1) Chin lift /jaw trust

2) Suction /hisap

3) Guedel airway

4) Intubasi trakhea dengan leher ditahan +imobilisasi/ pada posisi netral.

b. Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,timbulnya


pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suaranafas terdengar ronchi /
aspirasi, whezing, sonor, stidor / ngorok, ekspansi dinding dada.

c. Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada


tahaplanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

d. Disability

Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya responterhadap


nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. tidak dianjurkan mengukur GCS.
Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah:
Awake : A
Respon bicara : V
Respon nyeri : P
12

Tidak ada respon : U

e. Eksposure

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicarisemua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cederaleher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan.

2. Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan


fisik.Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post
illnes, Last meal, dan Event / Environment yang berhubungan dengan kejadian).
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kakidan dapat pula ditambahkan
pemeriksaan diagnostik.

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu


sebagai berikut :

S : Sign and Symptom.

Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada thorak,
Nyeri pada tempat trauma, bertambah saatinspirasi, Pembengkakan lokal dan
krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,
dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, penurunan tekanan darah

A : Allergies

Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. baik alergi obat-obatan
ataupun kebutuhan akan makan/minum.

M : Medications

(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medicationsespecially). Pengobatan


yang diberikan pada klien sebaiknyayang sesuai dengan keadaan klien dan tidak
menimbulka reaksialergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat
pengobatan klien.

P : Previous medical / Surgical history.

Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.

L : Last meal (time)

Waktu klien terakhir makan atau minum.

E : Events/ Environment surrounding the injury,ie, E5actly what happened.


13

Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera ada kejadian yang menyebabkan
adanya keluhan utama. Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara
mengkaji data dasar klien yang kemudian digolongkan dalam SAMPLE.

a. Aktivitas / istirahat

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Sirkulasi

Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung, gallop,


nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda
homman (bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan
udara dalam mediastinum).

c. Psikososial

Ketakutan, gelisah.

d. Makanan / cairan

Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.

e. Nyeri / kenyamanan

Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkatkarena


batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri
menusuk yang diperberat oleh napas dalam.

f. Pernapasan

Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot


aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas
menurun / hilang (auskultasi à mengindikasikan bahwa paru tidak
mengembang dalam rongga pleura/, fremitus menurun, perkusi dada :
hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak
sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah,
bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma :
penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan
(mis. Obstruksi tumor).

g. Keamanan

Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.


14

B. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat perdarahan.

3. Resiko perdarahan

4. Resiko infeksi

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Dengan dilakukan 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Memberikan data
berhubungan tindakan keperawatan dengan skala nyeri dasar untuk
dengan diharapkan nyeri hilang 2. Beri posisi nyaman mengevaluasi
kontraksi dengan 3. Anjurkan teknik kebutuhan atau
uterus Kriteria hasil: relaksasi dan distraksi keefektifan intervensi
1. Melaporkan nyeri 4. Kolaborasi dengan 2. Merilekskan pasien
hilang/ terkontrol. dokter dalam pemberian 3. Mengalihkan
2. Tampak rileks dan obat analgetik secara perhatian dari
tidur/ istirahat teratur kontraksi yang
dengan baik. berlebihan
3. Berpartisipasi dalam 4. Untuk mengurangi
aktivitas yang rasa nyeri
diinginkan/
dibutuhkan

2. Intoleransi Dengan dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Menentukan


aktivitas tindakan keperawatan pasien untuk ADL intervensi
berhubungan diharapkan adanya 2. Ubah posisi pasien selanjutnya
dengan peningkatan aktivitas dengan perlahan 2. Meminimalkan
kelemahan dengan, Kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk tekanan pada area
akibat 1. Berpartisipasi dalam mengurangi aktivitas terentu
perdarahan aktivitas fisik tanpa 4. Kolaborasi dengan 3. Dapat menghemat
disertai peningkatan keluarga dalam energi
tekanan darah, nadi membantu ADL 4. Memenuhi
dan RR. kebutuhanADL
2. Mampu melakukan pasien
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara
mandiri
3. Keseimbangan
aktivitas dan
istirahat
15

3. Resiko Dengan dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Agar teridentifikasi


Perdarahan tindakan keperawatan gejala perdarahan tanda-tanda
diharapkan tingkat 2. Monitor nilai perdarahan
perdarahan menurun hematokrit/ 2. Agar dapat
dengan, Kriteria hasil : haemoglobin sebelum mengukur nilai
1. Kelembaban dan setelah kehilangan haemoglobin
membrane mukosa darah 3. Untuk
meningkat 3. Monitor tanda-tanda mengidentifikasi
2. Perdarahan vagina vital tanda- tanda adanya
menurun 4. Pertahankan bed perdarahan
3. Haemoglobin rest selama perdarahan 4. Mempertahankan
membaik 5. Jelaskan tanda dan kondisi dengan cara
4. Tekanan darah gejalan perdarahan bed rest
membaik 6. Anjurkan segera 5. Agar pasien dan
5. Denyut nadi apical melapor jika terjadi keluarga
membaik perdarahan mengetahui tanda
6. Suhu tubuh 7. Kolaborasi pemberian dan gejala
membaik obat pengontrol perdarahan
perdarahan. 6. Anjurkan segera
8. Kolaborasi pemberian melapor agar
produk darah. perdarahan dapat di
tangahi dengan
cepat.
7. Kolaborasi obat
pengontrol darah
dengan dokter agar
dapat menghentikan
atau memperlambat
terjadinya
perdarahan
8. Untuk
meningkatkan
haemoglobin pada
pasien.
16

4. Resiko Tinggi Dengan dilakukan 1. Pantau suhu dengan 1. Untuk mendeteksi


Infeksi tindakan keperawatan teliti. kemungkinan
diharapkan tidak ada 2. Tempatkan pasian infeksi
gejala-gejala infeksi dalam ruangan khusus 2. Untuk
dengan Kriteria hasil : 3. Kolaborasi dengan meminimalkan
1. Klien bebas dari dokter dalam terpaparnya dari
tanda dan gejala pemberian antibiotik sumber infeksi
infeksi sesuai ketentuan. 3. Diberikan untuk
2. Menunjukkan mengobati infeksi
kemampuan untuk
mencegah terjadinya
infeksi.
17

D. Implementasi Keperawatan

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman


klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan, klien, keluarga klien,
dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya. Bidan harus melaksanakan implementasi
yang efisien terhadap waktu, biaya dan kualitas pelayanan. Pada kasus kematian
janin dalam rahim yang dialami Ibu, dilaksanakan pengeluaran hasil konsepsi secara
spontan. Pada kasus kematian janin dalam rahim, setelah diagnosa ditegakkan maka
dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin dan pematangan serviks dengan batang laminaria atau kateter
folley. Ibu yang meninggal bayinya dalam rahim mungkin akan kaget ketika
mengetahui bahwa ia harus melahirkan per vagina. Perlunya mendiskusikan alasan
ibu dan kekhawatiran ibu sehingga ibu menyadari dan menerima kematian bayinya.

E. Evaluasi Keperawatan

Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan yang


diberikan. Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa dan
rencana selanjutnya. Yang di evaluasi adalah apakah diagnosa sesuai, rencana
asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah berkurang, timbul masalah baru, dan
kebutuhan telah terpenuhi.
18

II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 9 Januari 2023 Jam Masuk : 22:30


Ruang/Kelas : Dahlia/03 No. Kamar : 102/2
Pengkajian : 10 Januari 2023 Jam : 16:30
1. Identitas
Nama Pasien : Ny. R Nama Suami : Tn. E
Umur : 28 th Umur : 26 th
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat/Telfon : Kampung Irian Alamat/Telp :-
Status Perkawinan : Menikah Lama Perkawinan : 5 tahun
Kawin : 1 kali

2. Karakteristik dan pengalaman individu


a. Perilaku Sebelumnya
1) Riwayat Obstetric : G2P1A0

Kehamilan Persalinan Anak


Keada
Anak Umur Komplik an &
ke Keha Penyulit Jenis Penolong Penyulit asi Nifas Jenis BB PB umur
milan Sekar
ang
1 32 mg - normal Bidan - - perempuan 3400 43 4 th
Dr Melintan
2 27 mg IUFD - - perempuan - - -
Sp.Og g

2) Riwayat keluarga Berencana (KB) : suntik 3 bulan

3) Riwayat penyakit sekarang :


a. Keluhan masuk ke RS :
Ny. R datang ke Ponek pada hari Senin tanggal 9 Januari 2023 jam 14:00
dengan rujukan dari puskesmas mengatakan bahwa saat ini sedang hamil anak
ke 2 usia 27 minggu, dan mengatakan tidak ada pergerakan janin. Pasien
mengeluh nyeri dengan skala 1 di perut. Pasien mengatakan seminggu yang
lalu sempat jatuh saat mencuci beras, dengan posisi jatuh ke samping
mengenai perut. Pasien sempat di periksa di ponek dan di beritahu bahwa
janin sudah tidak ada hanya saja posisi janin melintang sehingga pasien tidak
bisa dikeluarkan secara normal. Pasien sempat pulang ke rumah dan
merundingkan dengan keluarga, sore hari pasien melakukan USG di klinik
terdekat rumah dengan dokter spesialis kandungan dan hasil USG terlihat
janin sudah meninggal. Sehingga Senin, tanggal 9 Januari 2023 jam 23:30
19

pasien kembali ke RSUD ke ponek untuk dilakukan tindak lanjut. Hasil tanda
tanda vital TD : 136/74 mmHg, N : 93 x/m, RR : 20 x/m T : 36,5 ˚C.
Terpasang Cairan infus RL 500 cc 20 tpm sebelah kiri, adanya bercak darah
keluar dari vagina. Pada tanggal 10 Januari 2023 pasien di pindahkan ke ruang
rawat dan dilakukan tindakan Sectio Caesar di tanggal 10 Januari 2023 pada
jam 14:40-15:40. Pasien dipindahkan ke ruang rawat inap kembali dengan
tanda tanda vital, TD : 128/73 mmHg, T: 36,2˚C, RR : 18 x/m, N : 90 x/m dan
SpO2 : 97%. Pasien terpasang urine kateter. Pasien mengatakan nyeri di
bagian perut post operasi, pasien mengatakan hanya bisa menggerakkan jari
kaki saja.

b. Riwayat penyakit lalu : tidak ada

c. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

d. Riwayat kebiasaan sehari hari sebeum dan selama hamil :

ADL Sebelum Hamil Setelah Hamil


a) Pola Nutrisi/Cairan :
 Frekuensi Makan  3 kali sehari  4 kali sehari
 Jenis makanan  Nasi, sayur, ayam  Nasi, sayur, ayam
 Nafsu makan  Baik  Baik
 Mual/Muntah  Tidak ada  Mual di trimester I
 Keluhan di perut  Tidak ada  Perut membesar
 Alergi/toleransi makanan  Tidak ada  Tidak ada
 Masalah mengunyah/menelan  Tidak ada  Tidak ada
 Pantangan makan  Tidak ada  Tidak ada
b) Pola Eliminasi
 BAK  6 kali sehari  10 kali sehari
 BAB  2 kali sehari  2 kali sehari
c) Personal Hygiene
 Mandi  2 kali sehari  2 kali sehari
 Oral Hygiene  3 kali sehari  2 kali sehari
 Rambut  1 kali 2 hari  1 kali 2 hari
d) Pola Aktifitas/Istirhaat dan Tidur
 Jenis Pekerjaan  IRT  IRT
 Waktu bekerja  Pagi hari  Pagi hari
 Lama Bekerja  8 jam  5 jam
 Hobbi  Main social  Tidur
 Pembatasan karena kehamilan media  Hindari angkat
 Kegiatan waktu luang  Tidak ada barang berat
 Aktifitas kehidupan sehari-hari  Liburan  Di rumah
 Tidur siang  Mandiri  Sedikit di bantu
 Jarang  Sering 4 jam
e) Pola Lainnya
 Pola kebiasaan yang  Tidak ada  Tidak
mempengaruhi Kesehatan
 Masalah pola seksualitas  Tidak ada  Ya, Tidak
20

berhubungan selama
hamil tua

e. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem kardiovaskuler/sirkulasi :
Nadi : 90 x/m, Irama teratur, Denyut kuat
Tekanan Darah : 128/73 mmHg
Suhu : 36.2o C
Edema : Tidak
Konjungtiva : Anemis, Sklera Ikhterik
Riwayat Peningkatan TD : Tidak
Riwayat Penyakit Jantung : Tidak
Keluhan : Tidak ada
b) Sistem Pernafasan
Frekuensi : 18 x/m
Irama : Teratur
Kedalaman : Dangkal
Keluhan : Tidak ada
c) Sistem Pencernaan
Gigi : Tidak Caries
Stomatitis : Tidak
Memakai Gigi Palsu : Tidak
Bau Mulut : Tidak
Muntah : Tidak
Mual : Tidak
 Nafsu makan : Baik

 Nyeri daerah perut : Ya (luka operasi)

BB Sekarang : 67 Kg
Bentuk Tubuh : Simetris
Lingkar Lengan Atas : 29 cm
BAB : Ya
Hemoroid : Tidak Ada
Keluhan : Tidak Ada
d) Neurosensori
Memakai kacamata : Ya, minus 6 mata kanan dan kiri
Alat bantu dengar : Tidak
Gangguan bicara : Tidak
Sakit kepala : Tidak
e) Sistem Endokrin
21

Gula darah : 105 mg/dl


f) Sistem Urogenital
Pola urin : Penggunaan Kateter
Jumlah : 700 cc
Warna : Kuning pekat
Keluhan : Tidak ada
g) Sistem Integumen
Turgor kulit : Elastis, baik
Warna kulit : coklat
Keadaan kulit : Baik
Kebersihan kulit : Bersih
Keadaan rambut : Bersih
h) Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam gerak : Tidak
Tanda homan : Tidak
Edema : Tidak,
Varices : Tidak
Reflek patella :-
i) Dada dan Axilla
Mamae membesar : Ya
Aerola mamae : Normal
Papilla mamae: : exverted
Kolostrum keluar : tidak
Produksi ASI : Asi belum bisa keluar
Sumbatan ASI : Tidak
Pemberian ASI : Belum, asi belum bisa keluar
Pembengkakan : Tidak, tidak nyeri
j) Perut/Abdomen
Tinggi pundus uteri :-
Kontraksi/after pain : Tidak
Konsistensi uterus : Baik
Luka operasi : terdapat luka insisi SC dengan insisi vertical
tertutup perban ukuran panjang 12 cm lebar 2
cm.
Tanda infeksi : Tidak Ada
Diastatis rekti abdominis : Tidak Ada
k) Genital
Lochea : Rubra
Warna : Merah
Jumlah : 30 cc
Bau : Hanyir
22

Perineum : Utuh
Epistome : Tidak dilakukan
Tanda-Tanda Reeda : Tidak ada

4. Pemeriksaan Penunjang
Catatan : 9 Januari 2023 jam 23:27
HEMATOLOGI
Darah Rutin DHF

Leukosit 11.0 Ribu/Ul 5 – 10


Hemoglobin 11.1 g/Dl 12– 14
Hematoktrit 33.9 % 37– 47
Trombosit 267 Ribu/Ul 150 – 400

HEMOSTATIS

PT 12.6 detik 11.5-15.5

PT Control 15.3 detik 12-16.5

APTT

APTT 25.6 detik 20-40

APTT Control 33.0 detik 27.1-40.6

FIBRINOGEN

Fibrinogen 555 mg/dL 200-400

Control 269 mg/dL 230-345

IMUNOSEROLOGI

HBsAg Non reaktif Non Reaktif

KIMIA KLINIK
Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 105 mg/dl 60-110

Catatan : Post SC 10 Januari 2023 jam 23:05


HEMATOLOGI
Darah Rutin DHF

Leukosit 11.7 Ribu/Ul 5 – 10


Hemoglobin 11.2 g/Dl 12– 14
23

Hematoktrit 33.3 % 37– 47


Trombosit 266 Ribu/Ul 150 – 400

Tindakan dan Terapi Yang Telah di Berikan


NAMA OBAT DOSIS INDIKASI
INJEKSI
Ceftriaxson 2 x 1 gr Antibiotik
Hypobac 2 x 100 Antibiotik
meropenem 2 x 1 gr Antibiotik
Kalnex 3 x 500 Antiperdarahan
Paracetamol 3x1 Analgetic,
antipiretik
RL 500 cc 1 cairan

5. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. R
Ruang Rawat : Ruang Dahlia
Diagnosis Medis : G2P1A1 27 minggu dengan IUFD
PENGELOMPOKAN DATA MASALAH
TGL/JAM ETIOLOGI
SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF KEPERAWATAN
10/1/2023 DS : Nyeri akut Agen Pencedera
Jam :  Pasien mengatakan nyeri pada (D.0077) Fisik Operasi
16:30 bagian perut bekas operasi. Sectio Caesarea
P : Luka Operasi SC
Q : tertusuk – tusuk
R : menetap pada rea luka saja.
S : skala nyeri 5
T : menetap dan meningkat saat
merubah posisi.
DO :
 Pasien terlihat tidak bergerak
karena sakit dan lemas.
 TTV :
TD : 128/73 mmHg
N : 90 x/m
S : 36,2˚C,
RR : 20 x/m,
SpO2 : 97 %

10/1/2023 DS : - Resiko Infeksi Efek prosedur


Jam 16:45 DO : (D.0142) Invasif
 Terdapat luka insisi pada
abdomen
24

 Leukosit, 11,7 rbu/uL


 Luka bersih terlihat terpasang
perban

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik Operasi Sectio Caesarea.
2. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur Invasif

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA PERENCANAAN


HARI/TGL
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
Selasa, Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi,
10/1/22 Pencedera Fisik Operasi keperawatan 2 x 24 jam karakteristik, durasi,
Sectio Caesarea. diharapkan nyeri berkurang frekuensi, kualitas ,
bahkan hilang dengan intensitas nyeri
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri (tahu penyebab, 3. Identifikasi respon non
mampu menggunakan verbal
teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi 4. Berikan teknik
nyeri, mencari bantuan) nonfarmakologis
relaksasi napas dalam
2. Melaporkan bahwa untuk mengurangi
nyeri berkurang nyeri
3. Mampu mengenali 5. Ajarkan Teknik
nyeri (skala, intensitas, nonfarmakologis
frekuensi dan tanda untuk mengurangi
nyeri) nyeri
4. Menyatakan rasa 6. Kolaborasi pemberian
nyaman, setelah nyeri analgetic.
berkurang.

Selasa, Resiko Infeksi b.d Efek Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
27/12/22 Prosedur Invasif keperawatan 1 x 24 jam gejala infeksi lokal
diharapkan tidak terjadi dan sistemik
infeksi dengan :
Kriteria Hasil : 2. Informasikan hasil
1. Pasien terbebas dari pemeriksaan
tanda gejala infeksi laboratorium

2. Menunjukkan 3. Jelaskan tanda dan


kemampuan untuk gejala infeksi local
mencegah timbulnya dan sistemik
infeksi 4. Ajarkan cara
25

3. Jumlah leukosit dalam memeriksa kondisi


batas normal luka operasi
4. Menunjukkan prilaku 5. Anjurkan cara
hidup sehat merawat kulit pada
area luka.
6. Anjurkan kecukupan
nutrisi, cairan dan
istirahat.
7. Ajarkan mencuci
tangan dengan benar

D. IMPLEMENTASI

NO. TGL/ HARI


IMPLEMENTASI EVALUASI
DX JAM /TGL
10/1/22 1. Mengidentifikasi nyeri post 10/1/22 S:
Jam section caesarea (SC) lokasi, Jam  Klien mengatakan nyeri
16:45 karakteristik, durasi, frekuensi, 19:45 hanya di lokasi pasca SC,
kualitas, intensitas nyeri. hilang timbul, seperti linu
dan nyeri meningkat saat
2. Mengidentifikasi skala nyeri
gerak
setelah pasca operasi
 Klien mengatakan Skala
3. Mengidentifikasi respon non
mulai berkurang menjadi 4
verbal
4. Memberikan teknik  Klien mengatakan setelah di
nonfarmakologis relaksasi lakukan teknik nafas dalam
napas dalam dan pijat kaki dan dapat sedikit mengurangi
tangan untuk meredakan nyeri rasa nyeri.

5. Mengajarkan pasien dan  Klien dan keluarga


keluarga cara nafas dalam dan mengatakan mengerti
pijat tangan dan kaki. apabila nyeri timbul dapat
melakukan nafas dalam.
6. Memberikan obat analgetic
(Paracetamol ) drip 20 tpm O:
 Klien masih sedikit
merintih saat bergerak
 Klien dan keluarga paham
akan Teknik nafas dalam
dan pemijatan tangan dan
kaki untuk mengurangi
nyeri
A: Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
 Identifikasi skala Nyeri
 Berikan terapi aroma terapi
26

 Kolaborasi pemberian
analgetik
4 11/1/23 1. Memonitor tanda dan gejala 11/1/23 S:
Jam : infeksi lokal dan sistemik Jam  Klien mengatakan
16:45 17:45 dilakukan perawatan
2. Menginformasikan kepada
luka besok pagi saat akan
Klien mengenai pemeriksaan
pulang ke rumah.
laboratorium dengan Leukosit,
20 rbu/uL  Klien mengatakan tidak
terasa ada rembesan
3. Menjelaskan tanda dan gejala
cairan yang keluar dari
infeksi, seperti keluarnya cairan
luka
nanah, berbau, kemerahan.
4. Saat mengganti balutan luka  Klien mengatakan keluar
atau saat mandi perhatikan area darah dari vagina seperti
balutan apa ada cairan yang haid berwarna merah ati
keluar dari luka operasi  Klien mengatakan
5. Membersihkan sekitar luka menggunakan perban
dengan mandi seperti biasa dan area luka tidak boleh
(jika menggunakan perban anti terkena air
air) atau cukup waslap daerah  Klien mengatakan
sekiar luka dan jaga agar tetap perban di ganti sehari 2
kering. kali dan akan melakukan
6. Menganjurkan pasien untuk control pada tanggal 16
perbanyak nutrisi dengan tinggi januari 2023
protein (putih telur 6-8 butir,  Klien mengatakan hanya
tahu, tempe, ikan, sayur, dan nyeri saja pada bagian
buah), minum air mineral 2.5 luka
liter perhari dan istirahat yang
cukup 8 jam untuk tidur. O:
 TTV :
7. Mengajarkan pasien mencuci
TD : 104/60
tangan 6 langkah sebelum
T : 36,0˚C
memegang area luka dan
N : 85 x/m
setelah memegang area luka
RR : 17 x/m
8. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid (dexamethasone,  Terlihat Luka pasca
12 mg 1x1 intravena) operasi vertical tertutup
oleh perban

 Tidak terlihat adanya


kemerahan pada luka
 Teraba lunak
 Terlihat pasien merintih
saat di tekan di sekitar
area luka
 Hasil lab Leukosit, 9.7
27

ribu/uL

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

1 11/1/23 1. Identifikasi skala Nyeri 11/1/23 S:


Jam Jam  Klien mengatakan skala
15:15 2. Berikan Teknik relaksasi otot 19:45 nyeri 2
progesif
 Klien mengatakan
3. Kolaborasi pemberian analgetic
setelah ototnya rileks
(Paracetamol 1 gr/100 ml drip
nyeri semakin berkurang
35 tpm)
O:
 Klien terlihat lebih segar
dan dapat berbicara
dengan senyum
 Klien sudah bisa berjalan
meskipun perlahan.
 TTV :
TD : 104/60
T : 36,0˚C
N : 85 x/m
RR : 17 x/m

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi di Hentikan
28

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Levono KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD. (2017).
Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America: McGraw-Hill
Companies.Inc

Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI.(2017). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kurniawati, Dini. (2017). Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada Kemajuan
Persalinan. Nurscope. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, Volume 3,
No. 4

Manuaba I.B.G; Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G. (2017). Pengantar
Kuliah Obstetri. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC

Mashudi, Sugeng. (2011). Anatomi dan fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid I.
Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2017). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI.

Syaifuddin. (2019). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Tobing, S. A. & Indriyani. (2017). Karakteristik Ibu yang Mengalami Intrauterine Fetal
Death di RSMP Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2013. Syifa’MEDIKA,
6(1), 30-36.

Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai