Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

OLIGOHIDRAMNION

DISUSUN OLEH :

MARTINA NURTIANA SUNARTI WIKA SESO ( NIM.1420122084)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG A


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESAREA INDIKASI OLIGOHIDRAMNION

1. Pengertian Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu sedikit cairan
amnion, indeks AFI kurang dari 5 cm. oligohidramnion adalah suatu kejadian yang
biasanya ditemui dan membutuhkan perawatan yang intensif dan penanganan antepartum
dan intraprtum yang lebih baik (Lumentut & Tendean, 2018). Cairan ketuban adalah
predictor janin terhadap persalinan, apabila menurun berkaitan dengan peningkatan
resiko dari denyut jantung janin dan meconium. Air ketuban berada di dalam kantong
ketuban. Apabila oligohidramnion terjadi maka akan menyebabkan kurang baiknya
pertumbuhan janin dan amnion, serta janin mengalami tekanan dinding Rahim.
A. Pengertian Sectio Caesarea
Persalinan Sectio Caesar merupakan suatu persalinan buatan yang dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan
dinding uterus (histerektomi), dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
badan janin sekitar <500 gram (Lubis, 2018). Menurut Smeltzer & Bare dalam
(Anggorowati & Sudiharjani, 2018) Sectio Caesarea merupakan suatu tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk melahirkan bayi yang akan meninggalkan bekas
luka insisi. Sectio Caesarea (SC) adalah tindakan insisi dilakukan dengan potongan
steril dengan menggunakan instrument tajam seperti operasi section Caesarea ini.
Sectio Caesarea (SC) Adalah luka steril biasanya ditutup dengan jahitan setelah
semua pembuluh darah yang diligasi dengan baik. Efek dari tindakan insisi ini akan
menimbulkan terputusnya jaringan tubuh dan menjadi luka pada pasien yang
dilakukan pembedahan (Anggorowati & Sudiharjani, 2018).
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Genetalia Eksterna
Gambar 1.1 Genetalia eksterna
Genetalia eksterna terdiri dari :
1) Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi
lemak, terletak di atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan ini
tergantung dari suku  bangsa dan juga dari jenis kelamin.pada wanita umumnya 
batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan  kebawaah
sampai sekitar  anus dan paha.

2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia
mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa  panjang 7- 8
cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium
dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium
vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette.
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan
2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula
terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah
muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar
bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan
seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
6) Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior.

7) Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk
menjaga kerja dari sphincter ani.
b. Genetalia Interna

1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak
antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam
vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi :
a) Forniks anterior
b) Forniks dekstra
c) Forniks posterior
d) Forniks sinistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan pH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina :
a) Saluran untuk mengeluarkan lender uterus dan darah menstruasi
b) Alat hubungan seks
c) Jalan lahir pada waktu persalinan.
2) Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti
bola lampu dan gepeng.
a) Korpus uteri : berbentuk segitiga
b) Serviks uteri : berbentuk silinder
c) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.

Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,


jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80
gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a) Perimetrium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf.
b) Miometrium (Lapisan otot)
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah,
dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman
serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan
dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus.
Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi.
Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua,
sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus,
sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul
ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga,
tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah :
a) Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya menahan uterus
dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod
Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri. Tempat masuknya
pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju
os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
3) Tuba fallopi
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. Fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan
dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi.
4) Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan
folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki
cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis
menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi yaitu:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormon estrogen
Hormone estrogen berperan penting dalam membentuk fisik seorang gadis
pada masa pubertas, seperti pertumbuhan payudara, serta memulai dan
mengontrol siklus menstruasi. Selain itu hormone ini punya fungsi penting
dalam proses persalinan, membantu menjaga kadar kolesterol, serta
Kesehatan tulang, otak, jantung, kulit dan jaringan lainnya. Tingkat estrogen
yang rendah biasanya pada Wanita yang menopause.
c) Memproduksi progesterone
Hormone progesterone diproduksi oleh kelenjar adrenal dan ovarium,
tepatnya di korpus luteum. Saat hamil, plasenta juga memproduksi hormone
ini. Hormone progesterone berperan dalam siklus menstruasi dan proses
pembuahan. Pada proses pembuahan, hormone ini membantu mempersiapkan
endometrium (dinding Rahim) untuk menerima dan mengembangkan sel telur
yang telah dibuahi oleh sperma. Ketika kehamilan terjadi, progesterone juga
bekerja untuk menjaga kehamilan serta mendorong kelenjar penghasil susu
untuk memproduksi ASI. Hormon health network menyebutkan bahwa
Wanita yang memiliki kadar progesterone rendah akan mengalami siklus
menstruasi yang tidak teratur dan sulit untuk hamil. Adapun Wanita dengan
kadar progesterone rendah dan berhasil hamil, beresiko tinggi mengalami
keguguran atau kelahiran premature.

3. Etiologi
Beberapa faktor penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo pelvik disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakkukan tindakan oprasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran
bidang panggul menjadi abnormal.

2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)


Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan dibawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan
pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini
merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran
premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu.Ketuban pecah dini disebebkan oleh berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan
oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Penanganan ketuban
pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi
ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan (Sarwono Prawirohardjo,2012).
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesarea. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernapas.
6) Kelainan letak janin terdiri dari :
a. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagaian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelianan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi. Dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagaian bawah kavum uteri.dikenal
beberapa jenis sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(Saifuddin,2012)
c. Kelainan letak lintang
Letak lintang ialah jika letak anak di dalam Rahim sedemikian rupa hingga
paksi tubuh anak melintang terhadap paksi Rahim. Sesungguhnya letak lintang
sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada Rahim dan menjadikan sudut 90°)
jarang terjadi (Eni Nur Rahmawati, 2011). Pada letak lintang, bahu biasanya
berada diatas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa
iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain. Pada keadaan ini, janin biasa
berada pada presentase bahu atau acromion (Icesmi Sukarni, 2013).

4. Klasifikasi
a) Sectio caesarea transperionealis profunda
Sectio caesarea transperionealis profunda dengan insisi di segmen uterus. Insisi
pada bawah Rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan
dari pembedahan ini ialah pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak, bahaya
peritonitis tidak besar, perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak
seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.

b) Sectio caesarea klasik atau section caesarea corporal


Pada sectio caesarea klasik ini di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang
agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk 12
melakukan sectio caesarea transperitonalis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
c) Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio caesarea ektra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d) Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi Atonia uteri,
plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uteri berat.

5. Komplikasi
a) Infeksi puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-
lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-
gejala infeksi intrapartum atau ada factor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu. Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama Sectio Caesarea klasik dalam hal
ini lebih bahaya daripada Sectio Caesareatransperitonealis profunda.
b) Perdarahan
Perdarahan banyak bias timbul pada waktu pembedahan jika cabang Arteria
uterine ikut terbuka atau karena Atonia uteri.
c) Komplikasi Lain
Luka kandung kemih dan embolisme paru-paru. Suatu komplikasi yang baru
kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bias Ruptura uteri. Kemungkinan hak ini lebih banyak
ditemukan sesudah Sectio Caesarea.

6. Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi perlukaan pada dinding abdomen
(kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi.
Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses
penyembuhan sebagai berikut: Sewaktu incise (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel
dermis dan jaringan kulit akan mati. Runag incise akan diisi oleh gumpalan darah dalam
24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak. Dalam 2-3 hari kemudian,
eksudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipat gandaan) fibroblast mulai
terjadi.Pada hari ke 3-4 gumpalan darah mengalami organisasi , Pada hari ke 5 tensile
strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat
mencegah terjadi dehiscence (merekah). Pada hari 7-8, epitelisai terjadi dan luka akan
sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka kea rah
tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis.Pada hari ke 14-15, tensile strength
hanya 1/5 maksimum. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu
pada seseorang dengan riwayat Sectio Caesarea dianjurkan untuk tidak hamil pada satu
tahun pertama setelah operasi.

Pathway Sectio Caesarea

Indikasi Sectio Caesarea

Chepalopelvik disproportion Bayi kembar


Ketuban pecah dini Kelainan letak janin
Pre eklamis Faktor hambatan jalan lahir

Sectio Caesarea
Post Op Sectio Caesarea

Post Anestesi Luka Post Op Masa Nifas

Penurunan Jaringan Jaringan terbuka


saraf otonom terputus Uterus Laktasi Psikologis

Proteksi kurang Kontraksi Progesteron Perubahan


Penurunan Merangsang area psikologis
uterus dan esterogen
saraf vegetatif motoric sensorik
menurun

Invasi bakteri
Adekuat Pertambahan
Penurunan Nyeri akut Prolactin anggota baru
peristaltic usus meningkat
Resiko infeksi
Pengeluaran Kebutuhan
desidua Isapan bayi meningkat
Konstipasi oksitosin
meningkat
Lokhes Perubahan
peran
Ejeksi ASI

Kesiapan
Tidak meningkatkan
adekuat menjadi orang
tua

ASI tidak
keluar Ansietas

7. Tanda dan Gejala


Menyusui
Tanda dan gejala sehingga memungkinkan untuk dilakukan tidak efektif tindakan
section caesarea adalah :
a. Fetal distress
b. His lemah/ melemah
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d. Bayi besar
e. Plasenta previa
f. Kelainan letak
g. Disproporsi cevalopelvic (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
h. Ruktur uteri mengancam
i. Hidrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Partus dengan komplikasi
l. Panggul sempit
m. Problema plasenta

8. Penatalaksanaan
1) Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan DS 10%, garam fisiologis dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfuse darah
sesuai kebutuhan.
2) Diet
Pemberian cairan intravena biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan teh.
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak
6-8 jam setelah operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil tidur
terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari pertama post operasi pasien dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi
posisi semifowler dan selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien dapat dipulangkan.
4) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpaang 24-48 jam / lebih lama tergantung jeis operasi.
5) Pemberian obat-obatan
a. Antibiotic Cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda disetiap institusi
dan berdasarkan resep dokter.
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
supositoria (ketopropen sup 2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam /
paracetamol), Injeksi pentidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu.
c. Obat-obatan lain Untukmeningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien
dapatdiberikan caboransia seperti Neurobion I vit.C.
6) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
7) Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi dan pernafasan. (Manuaba, 1999)
9. Data Fokus
a. Anamnesa
 Identitas
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
dan nomor registrasi.
 Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dirasakan klien postpartum adalah nyeri seprti
ditusuk-tusuk, panas, perih, mules, dan sakit pada jahitan perineum
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervaginam secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,
DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
Hipertensi, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin dapat
diturunkan kepada pasien.
 Riwayat Kehamilan/Persalinan/Postnatal
Kaji riwayat kehamilan, gangguan selama masa kehamilan, riwayat
persalinan sebelumnya dan masalah saat masa nifas, kaji ada tidaknya
riwayat abortus, kaji usia anak dan jarak kehamilan.
 Riwayat Imunisasi
Tanyakan imunisasi yang telah diterima seperti vaksin HPV, MMR dan
TT
 Riwayat KB
Tanyakan alat kontrasepsi yang pernah digunakan dan keluhan selama
menggunakan alat kontrasepsi tersebut.
 Riwayat Kesehatan Reproduksi
Kaji usia menarche, siklus haid, lama haid, haid terakhir, keluhan selama
haid
 Riwayat Pernikahan
Kaji hubungan perkawinan, ada tidaknya rencana kehamilan dalam
perkawinan.
 Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Pola persepsi dan pemeliharaan Kesehatan: Pengetahuan tentang
keperawatan kehamilan sekarang
b. Pola nutrisi dan metabolisme: Pada pasien nifas biasanya terjadi
peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyususi
bayinya
c. Pola aktivitas: Pada pasien nifas pasien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, dan didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eliminasi: Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau,
dan pasien dengan Post Op Sectio Caesarea untuk BAK melalui
dawer kateter yang sebelumnya terpasang.
e. Pola istirahat dan tidur: Pada pasien nifas terjadi perubahan pola
istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri
setelah persalinan.
 Riwayat Psikososial Ekonomi Spritual
a. Pola hubungan dan peran: Peran pasien dalam keluarga meliputi
hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain.
b. Pola penanggulangan stress: Biasanya pasien sering melamun dan
cemas
c. Pola sensori dan kognitif: Pola sensori pasien merasakan nyeri pada
perineum akibat luka jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri,
pada pola kognitif pasien nifas primipara kurangnya pengetahuan
merawat bayinya.
d. Pola persepsi dan konsep diri: Biasanya terjadi kecemasan terhadap
keadaan kehamilannya, lebihl-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis pasien terjadi perubahan konsep diri antara lain body
image dan ideal diri.
e. Pola reproduksi dan social: Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan
dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat
karena adanya proses persalinan dan nifas.
f. Pola keyakinan dan spiritual: Pasien yang menganut agama islam
selama keluar darah nifas atau masa nifas tidak diperbolehkan
melaksanakan ibadah.

f. Pemeriksaan Fisik
Perlu dikaji keadaan umum pasien tingkat kesadaran pasien, GCS, tanda-tanda
vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, respirasi dan saturasi oksigen,
antropometi.

 Pemeriksaan Head to toe


 Kepala, Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
 Muka, Terlihat pucat dan tampak menahan sakit
 Mata, Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar
atau merah pucat, sclera putih atau kuning.
 Hidung, Ada terdapat polip atau tidak, bersih atau kotor
 Gigi, Bersih atau kotor, ada karies atau tidak
 Lidah, Bersih atau kotor
 Bibir, Lembab atau kering
 Telinga, Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tiroid atau tidak.
 Abdomen, ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka
oprasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya, bagaimana
dengan bising usus dan adakah nyeri tekan atau tidak. 30
 Thoraks, Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi
intercostal, pernapasan tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana
irama dan frekuensi pernapasan.
 Payudara, Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol atau
tidak dan pengeluaran ASI
 Genetalia, Ada oedema atau tidak, adakah pengeluaran lochea dan
bagaimana warnanya
 Ektermitas, Simetris atau tidak, ada terdapat oedema atau tidak

g. Pemeriksaan Diagnostic
1. Hemogblobin atau hematocrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit

10. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Data Subyektif: Indikasi SC (KPD, Eklamsi, Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri Kelainan Letak Janin, Kelainan
Plasenta, Bayi Kembar, dll)
Data Obyektif
1. Tampak meringis Sectio Caesarea
2. Bersikap protekektif
3. Gelisah Kontinuitas jaringan terputus
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur Merangsang area motoric
6. Tekanan darah meningkat sensorik
7. Pola napas berubah
8. Nafsu makan berubah Nyeri akut
9. Proses berpikir terganggu
10. Menarik diri
11. Berfokus pada diri sendiri
12. Diaforesis

2. Data Subyektif: Indikasi SC (KPD, Eklamsi, Konstipasi


1. Defakasi kurang dari 2 kali Kelainan Letak Janin, Kelainan
seminggu Plasenta, Bayi Kembar, dll)
2. Pengeluaran feses lama dan
sulit Sectio Caesarea

Data Obyektif: Post Anestesi


1. Feses keras
2. Peristaltic usus menurun Penurunan kerja saraf otonom
3. Distensi abdomen
4. Kelemahan umum Penurunan peristaltic usus
5. Teraba massa pada rektal

Konstipasi
3. Data Subyektif: Indikasi SC (KPD, Eklamsi, Menyusui tidak efektif
1. Kelelahan maternal Kelainan Letak Janin, Kelainan
2. Kecemasan maternal Plasenta, Bayi Kembar, dll)

Data Obyektif Sectio Caesarea


1. Bayi tidak mampu melekat
pada payudara ibu Post Sectio Caesarea
2. ASI tidak menetes/memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali Masa nifas
dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau lecet terus Laktasi
menerus setelah minggu kedua
5. Intake bayi tidak adekuat Progesteron dan estrogen
6. Bayi menghisap tidak terus menurun
menerus
7. Bayi menangis saat disusui
Prolaktin meningkat
8. Bayi rewel dan menangis terus
dalm jam-jam pertama setelah
Adanya isapan bayi, oksitosin
menyusui
meningkat
9. Menolak untuk menghisap

Asi tak keluar

Menyusui tidak efektif

Indikasi SC (KPD, Eklamsi, Resiko infeksi


Kelainan Letak Janin, Kelainan
Plasenta, Bayi Kembar, dll)

Sectio Caesarea

Post Sectio Caesarea

Jaringan terbuka

Invasi bakteri

Resiko infeksi

11. Diagnose Keperawatan


Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat, sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial
(NANDA 2015).
1. Nyeri akut b.d agen pencedera luka Sectio Caesarea (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
2. Konstipasi b.d penurunan tonus otot (D.0049)
Kategori : fisiologis
Subkategori : Eliminasi
3. Inkontinensia Urin Stres b.d efek hormonal (D.0046)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
4. Inkontinensia Urin Stres b.d efek hormonal (D.0046)
Kategori : Fisiologis Subkategori : Eliminasi
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D.0109)
Kategori : Perilaku
Subkategori : Kebersihan diri
6. Defisit pengetahuan tentang perawatan melahirkan caesarea (D.0111)
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran
7. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua (D.0112)
Kategori : Relasional
Subkategori : interaksi social
8. Risiko Infeksi b.d tindakan invasive adanya luka Sectio Caesare (D.0142)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
12. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1.1Tentukan karakteristik dan
pencedera luka Sectio keperawatan… diharapkan lokasi ketidaknyamanan.
Caesarea nyeri berkurang bahkan Perhatikan isyarat verbal seperti
hilang dengan Kriteria meringis, kaku dan gerakan
Hasil : melindungi atau terbatas
- Mampu mengontrol nyeri 1.2Berikan informasi dan
(tahu penyebab, mampu petunjukantisipasi mengenai
menggunakan teknik penyebab ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 1.3Evaluasi tekanan darah dan nadi
mengurangi nyeri, 1.4Perhatikan nyeri tekanan uterus
mencari bantuan) dan adanya/ karakteristik nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri penyerta
berkurang 1.5Lakukan latihan nafas dalam,
- Mampu mengenali nyeri spirometri intensif dan batuk
(skala, intensitas, dengan menggunakan prosedur
frekuensi dan tanda nyeri) yang tepat
- Menyatakan rasa nyaman 1.6Anjurkan ambulasi dini.
setelah nyeri berkurang Anjurkan menghindari makanan
cairan pembentuk gas, kacang-
kacangan, kol, minuman
karbonat, susu murni atau
penggunaan sedotan untuk
minuman.
1.7Berikan analgesic sesuai
indikasi
2. Konstipasi b.d Setelah dilakukan tindakan 2.1Auskultasi terhadap adanya
penurunan tonus otot keperawatan… diharapkan bising usus pada keempat
(D.0049) konstipasi dapat diatasi kuadran setiap 4 jam setelah
dengan Kriteria Hasil : kelahiran
- Bebas dari 2.2Palpasi abdomen, perhatikan
ketidaknyamanan distensi atau ketidaknyamanan
konstipasi 2.3Anjurkan cairan oral yang
- Mengidentifikasi adekuat, bila masukan oral
indikator untuk sudah mulai kembali
mencegah konstipasi – 2.4 Anjurkan latihan kaki dan
- Fases lunak dan pengencangan abdominal,
berbentuk tingkatkan ambulasi dini.
2.5 Identifikasi aktivitas-aktivitas
dimana klien dapat
menggunakannya dirumah
untuk merangsang kerja usus
3. Inkontinensia Urin Setelah dilakukan tindakan 3.1Perhatikan dan catat jumlah,
Stress b.d efek keperawatan… diharapkan warna, dan konsentrasi drainase
hormonal inkontinensia urin dapat urin.
diatasi dengan Kriteria 3.2Berikan cairan per oral.
Hasil: 3.3 Palpasi kandung kemih. Pantau
- Mengidentifikasi tinggi fundus dan lokasi dan
keinginan berkemih jumlah aliran lokhia.
- Melakukan eliminasi 3.4Perhatikan tanda dan gejala
secara mandiri infeksi saluran kemih (ISK)
- Mengkonsumsi cairan setelah pengangkatan kateter.
dalam jumlah adekuat 3.5Pertahankan infuse intravena
- Tidak ada rasa sakit pada selama 24jam setelah
saat berkemih pembedahan, sesuai indikasi.

4. Menyususi tidak Setelah dilakukan tindakan 4.1Evaluasi pola menghisap/


efektif (D.0029) keperawatan… diharapkan menelan bayi
menyusui dapat efektif 4.2Pantau keterampilan ibu dalam
dengan Kriteria Hasil : menempelkan bayi ke puting
- Kemantapan pemberian 4.3Pantau integritas puting ibu
ASI : bayi: perlekatan 4.4Demonstrasikan latihan
bayi yang sesuai pada dan menghisap, bila perlu
proses menghisap dari 4.5 Fasilitasi proses bantuan
payudara ibu untuk interaktif untuk membantu
memperoleh nutrisi mempertahankan keberhasilan
selama 3 minggu pertama proses pemberian ASI
pemberian ASI 4.6Sediakan informasi tentang
- Kemantapan pemberian laktasi dan teknik memompa
ASI: ibu: kemantapan ibu ASI
untuk membuat bayi 4.7 Sediakan informasi tentang
melekat dengan tepat dan keuntungan dan kerugian
menyusui pemberian ASI
- Pemeliharaan pemberian
ASI : keberlangsungan
pemberian ASI untuk
menyediakan nutrisi bagi
bayi
- Pengetahuan pemberian
ASI : tingkat pemahaman
yang ditunjukkan
mengenal laktasi dan
pemberian makan bayi
melalui proses pemberian
ASI ibu mengenali isyarat
lapar dari bayi,
mengidentifikasi
kepuasan terhadap
pemberian ASI,
mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
5. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 5.1Pastikan berat/durasi ketidak
b.d kelemahan keperawatan…diharapkan nyamanan. Perhatikan adanya
(D.0109) defisit perawatan diri dapat sakit kepala pascaspinal.
teratasi dengan Kriteria 5.2Tentukan tipe-tipe anesthesia,
Hasil: perhatikan adanya pesanan atau
- Mampu mempertahankan protokl mengenai pengubahan
mobilitas yang diperlukan posisi.
untuk ke kamar mandi 5.3Ubah posisi klien setiap 1-2
- Perawatan diri: ADL jam, bantu dalam latihan paru,
ambulasi, dan latihan kaki.
5.4Berikan bantuan sesuai
kebutuhan dengan higiene.
5.5Berikan agens analgesic setiap
3-4 jam, sesuai kebutuhan.
6. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 6.1 Berikan penilaian tentang
b.d tentang perawatan keperawatan… diharapkan tingkat pengetahuan pasien
melahirkan caesarea pasien dapat mengetahui 6.2 Jelaskan tentang perawatan
(D.0111) informasi dengan Kriteria melahirkan Caesarea
Hasil: 6.3 Gambarkan tanda bahaya
- Pasien dan kelaurga setelah melahirkan
menyatakan pemahaman 6.4 Identifikasi kemungkinan
tentang perawatan penyebab dengan cara yang
melahirkan Caesarea cepat
- Pasien dan keluarga mampu 6.5 Sediakan informasi pada
melaksanakan prosedur pasien tentang kondisi, dengan
yang dijelaskan secara cara yang tepat
benar 6.6 Instruksikan pasien untuk
- Pasien dan kelaurga mampu mengenal tanda gejala bahaya
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/
tim kesehatan lainnya
7. Kesiapan Setelah dilakukan tindakan 7.1Anjurkan klien untuk
meningkatkan menjadi keperawatan… diharapkan menggendong, menyentuh dan
orang tua (D.0112) tidak terjadi infeksi dengan memeriksa bayi tergantung
Kriteria Hasil : pada kondisi klien dan bayi
- Pasien terbebas dari tanda baru lahir
gejala infeksi 7.2Berikan kesempatan untuk
- Menunjukkan kemampuan ayah/pasangan untuk
untuk mencegah timbulnya menyentuh dan menggendong
infeksi bayi dan bantu dalam perawatan
- Jumlah leukosit dalam bayi sesuai kemungkinan situasi
batas normal 7.3Observasi dan catat interaksi
- Menunjukkan prilaku hidup keluarga bayi, perhatikan
sehat perilaku yang dianggap
menandakan ikatan dan
kedekatan dalam budaya
tertentu
7.4Perhatikan pengungkapan
prilaku yang menunjukkan
kekecewaan atau kurang
minat/kedekatan
7.5Anjurkan dan bantu dalam
menyusui
7.6Berikan informasi, sesuai
kebutuhan, tentng keamanan
dan kondisi bayi.
8. Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 8.1Kaji suhu, nadi dan jumlah sel
tindakan invasivedan keperawatan… diharapkan darah putih
adanya luka Sectio tidak terjadi infeksi dengan 8.2Perhatikan karakter dan jumlah
Caesare Kriteria Hasil : aliran lochia dan konsistensi
- Pasien terbebas dari tanda fundus
gejala infeksi 8.3Perhatikan jumlah dan bau
- Menunjukkan rabas lochia atau perubahan
kemampuan untuk pada kemajuan normal dari
mencegah timbulnya rubra menjadi serosa
infeksi 8.4Anjurkan dan gunakan teknik
- Jumlah leukosit dalam mencuci tangan dengan cermat
batas normal dan pembuangan pengalas
- Menunjukkan prilaku kotoran dengan, pembalut dan
hidup sehat linen terkontaminasi dengan
tepat
8.5Inspeksi balutan terhadap
perdarahan berlebihan. Catat
tanggal dranase pada balutan
8.6Evaluasi kondisi putting,
perhatikan adanya pecah-pecah,
kemerahan, atau nyeri tekan.
Anjurkan pemeriksaan payudara
rutin
8.7Dorong klien untuk mandi
shower dengan air hangat setiap
hari
8.8Berikan antibiotic khusus untuk
infeksi yang teridentifikasi

13. Daftar Pustaka


Fauziah, Fitriana.2018. Hubungan mobilisasi dini Post Sectio caesarea (SC) dengan
proses penyembuhan luka operasi di ruang kebidanan RSUD. Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ). Diakses pada tanggal
13 Januari 2023 http://jurnal.akbidbunda.ac.id/index.php/BEMJ/article/view/14

Falentina. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post Op
Sectio Caesarea Di Ruang Perawatan Mawar Nifas Rsud. Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Diakses tanggal 13 Januari 2023.

Icesmi Sukarni K, MargarethZh. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :


Citra Pustaka.

Mochtar, Rustam. (2002) .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2.
Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. 2005. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi 1. Jakarta : Bina Pustaka.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat
PPNI.

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Reeder, Martin dan Koniak-Griffin. 2003. Keperawatan Maternitas: Kesehatan wanita,


bayi & keluarga, Ed.18, Vol.2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Setiyani. 2012. Skripsi Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Sectio Caesarea. Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP. Diakses tanggal 14 Januari 2023.

Anda mungkin juga menyukai