Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO/LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH :

MARTINA NURTIANA SUNARTI WIKA SESO ( NIM.1420122084)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG A


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUTSIO/LUKA BAKAR

1. Pendahuluan
a Latar Belakang
Dalam pedoman nasional pelayanan kedokteran tentang tata laksana luka
bakar (2019) dikatakan bahwa luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang
disebabkan oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya adalah
api, air panas, listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini
dapat menyertakan jaringan bawah kulit. Luka bakar memiliki angka kejadian dan
prevalensi yang tinggi, mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
memerlukan sumber daya yang banyak dan memerlukan biaya yang besar.
Luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan juga
salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana
berdampak kepada gangguan permanen pada penampilan dan fungsi diikuti oleh
ketergantungan pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan masa depan.
Menurut WHO, sekitar 90 persen luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah di
negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, daerah yang umumnya tidak
memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengurangi insiden luka bakar .
Indonesia mengalami luka bakar sebanyak 92,976 orang, terkhusus di Jawa Tengah
sebanyak 12,213 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan atau kemajuan dalam dekade
terakhir ini, sehingga terjadi penurunan angka kematian akibat luka bakar. Amerika
Serikat kurang lebih 2 juta penduduk memerlukan pertolongan medis setiap tahun
untuk injury yang disebabkan karena luka bakar. Sebanyak 70.000 orang dirawat di
rumah sakit dengan injury yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian
ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Negara berkembang wanita
berisiko dua kali lebih tinggi dari pada pria, hal ini sering dikaitkan dengan
kecelakaan di dapur dan kekerasan rumah tangga. Kalangan anak, kematian karena
luka bakar terjadi lebih dari sepuluh kali lebih tinggi di negara berkembang
dibandingkan di negara maju. Secara keseluruhan, luka bakar merupakan salah satu
dari lima belas penyebab utama kematian di kalangan anak-anak (Suprapto,2016).
Luka bakar memiliki dampak pada perubahan anatomi patologik pada kulit
sehingga dapat mengakibatkan cacat yang permanen jika tidak ditangani dengan
segera dan tepat. Tidak hanya itu, luka bakar juga bisa mengakibatkan perubahan
fisiologi seperti gangguan cairan, gangguan sirkulasi dan hematologi, gangguan
hormonal dan metabolisme, gangguan immunologi (Nugroho, 2012). Untuk itu
diperlukan penanganan yang cepat dan tepat khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem integument; luka bakar sehingga
dapat mencegah dan mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
b Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar luka bakar dan
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan pada
pasien dengan luka bakar
b) Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami tentang konsep luka bakar ( defenisi,
anatomi fisiologi, etiologic, derajat luka bakar, patofisiologi, tanda dan
gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan konsep asuhan keperawatan)
2) Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
pada klien yang mengalami luka bakar.
2. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik
maupun radiasi ( Hale, 2019). Sedangkan menurut Sendy (2022) mendeskripsikan luka
bakar sebagai keseluruhan cedera yang terjadi akhibat paparan suhu yang tinggi.
Dalam PNPK (2019) luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan
oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite), penyebabnya adalah api, air panas,
listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite) dan kerusakan ini dapat menyertakan
jaringan bawah kulit. Menurut Susanti (2016), luka bakar adalah suatu respon kulit atau
kerusakan sebuah jaringan subkutan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas
seperti api, listrik, air panas, bahan kimia, dan radiasi.
Jadi, luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi).

3. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Berat kulit diperkirakan sekitar 15 persen dari seluruh berat tubuh manusia. Luas kulit
pada orang dewasa sekitar 1,5 m2. Tingkat keasaman kulit (pH) antara 5 sampai 6,5
(Among Guru, 2020).
Selain sebagai alat eksresi manusia, kulit juga berfungsi sebagai indra peraba. Fungsi
utama dari kulit adalah untuk melindungi tubuh bagian dalam. Kulit menjadi pelindung
tubuh dari zat kimia, patogen, sinar ultraviolet, dan juga gangguan fisik. Kulit juga
memiliki nilai estetika tinggi dalam kehidupan manusia, karena dapat  mempengaruhi
penampilan dan kepercayaan diri seseorang. Beberapa lapisan kulit manusia dari bagian
terdalam sampai terluar yang berfungsi untuk melindungi tubuh.
Kulit manusia tersusun atas tiga lapis, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.

Gambar Anatomi kulit ( Sumber Among Guru, 2020)


a Lapisan luar (Epidermis)
Epidermis merupakan bagian terluar dari kulit. Lapisan ini disebut juga kulit air.
Epidermis merupakan lapisan kulit yang tahan air yang memiliki ketebalan
berbeda-beda. Bagian kulit yang tepal, yaitu telapak kaki dan tangan, memiliki
ketebalan antara 400-600 µm. Sedangkan bagian kulit yang tipis (selain telapak
kaki dan tangan) memiliki ketebalan sekitar 75-100 µm. Epidermis merupakan
lapisan kulit yang tidak memiliki pembuluh darah. Epidermis terdiri dari lapisan-
lapisan sel yang telah mati, dinamakan lapisan tanduk, berfungsi untuk
melindungi kulit dari bakteri, iritasi, maupun pancaran sinar ultraviolet. Lapisan
epidermis  terdiri atas beberapa lapisan berikut.
1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Lapisan tanduk merupakan lapisan kulit paling luar dan tersusun atas sel-
sel mati yang mudah mengelupas. Lapisan ini merupakan lapisan tebal
dari kulit dan terdapat pada pada telapak kaki dan paling tipis pada
pelupuk mata, pipi, serta dahi.
2) Lapisan seperti butir (stratum granulosum)
Lapisan ini merupakan lapisan yang menggandung sel-sel bergranula
untuk menghambat pengeluaran air berlebihan.
3) Daerah rintangan (stratum lucidum)
Daerah rintangan adalah lapisan berwarna terang dan hanya terlihat pada
lapisan kulit yang tebal, misalnya telapak kaki dan telapak tangan.
4) Lapisan sel duri (stratum spinosum)
Lapisan sel duri merupakan lapisan paling tebal pada epidermis, karena
terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal.
5) Lapisan sel basal (stratum germinativum)
Lapisan ini merupakan lapisan yang selalu membelah dan banyak terdapat
pada sel melanosit yang menghasilkan pigmen melamin untuk penentuan
warna kulit.
b Lapisan Dalam (Dermis)
Dermis adalah lapisan kulit yang terletak di bawah epidermis. Lapisan dermis
lebih tebal daripada epidermis, yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis tersusun atas
beberapa komponen struktural, seperti kolagen, serat elastis, dan
mechanoreceptor yang berfungsi memberikan rasa sentuhan.
Dermis merupakan bagian kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat,
kelenjar minyak, kantong rambut, pembuluh darah, dan serabut saraf.
1) Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera)
Kelenjar keringat berfungsi mengeluarkan keringat melalui saluran
keringat yang bermuara di pori-pori kulit.
2) Kantong Rambut
Kantong rambut merupakan tempat akar rambut dan batang rambut
berdiri. Bagian ini dilengkapi dengan otot penegak rambut, sehingga
rambut dapat berdiri tegak, misalnya pada saat cuaca dingin.
3) Kelenjar Minyak (Glandula Sebasea)
Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak (sebum) yang berfungsi
untuk melumasi kulit agar tidak kering.
4) Pembuluh Kapiler Darah
Pembuluh kapiler darah berfungsi untuk mengedarkan sarisari makanan
untuk pertumbuhan rambut dan sel-sel kulit.
5) Ujung-Ujung Saraf Penerima Rangsang
Ujung-ujung saraf penerima rangsang pada kulit dapat menerima rangsang
berupa tekanan (pacini), panas (ruffini), dingin (krause), dan sentuhan
(meissener)
c Hipodermis
Hipodermis merupakan bagian paling bawah dari kulit yang banyak
mengandung lemak. Lemak ini berfungsi sebagai cadangan makanan,, untuk
menahan panas tubuh, dan melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik
luar, contohnya benturan.
Hipodermis merupakan lapisan terdalam kulit yang didalamnya terdapat
pembuluh darah, limfa, dan sara yang sejajar dengan permukaan kulit di bawah
lapisan dermis. Hipodermis terdiri atas empat unsur utama sebagai berikut.
1) Jaringan lemak
Jaringan lemak memilliki ketebalan dan kedalaman yang bervariasi.
Lapisan paling tipis berada di daerah kelopak mata, sedangkan lapisan
paling tebal berada di daerah pantat.
2) Jaringan ikat bawah kulit
Jaringan ikat bawah kulit berfungsi untuk menyangga tubuh bagian dalam
dari adanya benturan, membentuk kontur tubuh, dan sebagai cadangan
makanan.
3) Fibroblast
Fibroblast bertanggung jawab untuk menghasilkan kolagen yang nantinya
disalurkan ke lapisan dermis untuk memperkuat kulit.
4) Pembuluh darah dan limfe
Pembuluh darah dan limfe merupakan saraf-saraf yang berjalan sejajar
dengan permukaan kulit.
4. Etiologic
Dalam pedoman nasional pelayanan kedokteran (PNPK) tahun 2019, dijelaskan
bahwa penyebab terbanyak luka bakar pada orang dewasa dan anak adalah:
a Luka bakar termal
Agen cidera berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas, luka bakar
berhubungan dengan asap atau cidera inhalasi (cidera terbakar, kontak dan kobaran
api).
b Luka bakar listrik
Cidera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik di rumah merupakan sebuah
insiden, tertinggi pada anak-anak masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan menggigit atau mengisap kabel listrik yang
tersambung.
c Luka bakar kimia
Terjadi akhibat adanya kontak kulit dengan asam atau basa yang kuat.
d Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi

5. Klasifikasi
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi (Rahayuningsih, 2017) :
a Luka bakar derajat I atau luka bakar ringan
Luka bakar derajat I ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada
lapisan epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit, kulit kemerahan
pada bagian yang terbakar, bengkak ringan, nyeri namun kulit tidak terkoyak karena
melepuh, tidak terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
b Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat II terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis
dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Umumnya
memiliki gejala berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama
beberapa hari, kulit terlihat lembab atau becek, nyeri, dan bercak-bercak berwarna
merah muda.
c Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III terjadi pada seluruh ketebalan kulit. Semua organ kulit
sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk melakukan regenerasi kulit
secara spontan atau repitelisasi. Umumnya memiliki gejala berupa daerah luka
tampak berwarna putih, kulit hancur, sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak dan
biasanya tidak melepuh.
6. Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar (Clevo, 2017) :
a Rumus Sembilan (Rule Of Nines)
Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang
terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan
terhadap permukaan tubuh yang luas.

Rumus Sembilan (Rule of Nines) pada Orang Dewasa Wallace (2017),


membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan Rule of
Nines atau rule of Wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia / perineum : 1%
Rumus Sembilan (Rule of Nines) pada Anak-anak Wallace (2017), membagi
tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan Rule of Nines atau
rule of Wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 18%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 7% : 28%
b Metode Lund and Browder
Metode Lund and Browder adalah metode mementukan presentase luas luka
bakar pada berbagai bagian anatomik, berubah menurut pertumbuhan dengan
membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan
estimasi proporsi luas permukaan tubuh. Metode Lund dan Browder
persentasenya disesuikan dengan usia (Wallace, 2017).
c Metode Hand Palm
Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan pasien (termasuk
jari tangan ) adalah sekitar 1% total luas permukaan tubuh. Metode ini biasanya
digunakan pada luka bakar kecil (Gurnida dan Lilisari, 2011).

7. Fase Luka Bakar


a Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam
fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang
berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2
dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat
berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan problema
instabilitas sirkulasi.
b Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme
c Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

8. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas. Cidera luka bakar mempengaruhi
semua system organ. Besarnya respon patofisiologis berkaitan dengan luasnya luka bakar
dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaan
tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan perubahan tergantung pada luas dan
kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka
bakar dan akan berlangsung sampai 48- 72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan
pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke ruang intertestitium. Bila jaringan
terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan
permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang
banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat melalui darah yang
terbakar dan akan membentuk gelembung-gelembung dan odema atau keluar melalui
luka terbuka. Akibat adanya odema luka bakar pada lingkungan kulit akan mengalami
kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri
yang sangat penting , dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan
lingkungan kulit akan memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan akan
menyebabkan infeksi pada luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
9. Tanda dan Gejala
Menurut Wong dan Whaley’s 2013, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
a Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
b Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya
penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri, sembuh
dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.
c Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati),
tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
Gejala luka bakar bersifat relatif terhadap intensitas dengan benda atau zat yang
memicunya. Secara umum, ada beberapa gejalanya, antara lain:
a Kulit memerah atau ruam pada kulit
Gejala luka bakar yang pertama adalah kulit menjadi kemerahan ataupun
ruam. Biasanya, kulit yang kemerahan disebabkan oleh kenaikan suhu yang
terjadi pada kulit.
b Kulit Terkelupas
Kulit yang terkelupas terjadi karena rusaknya lapisan terluar daerah kulit
(epidermis) akibat paparan zat panas.
c Peradangan di Sekitar Area yang Terluka
Peradangan terjadi akibat reaksi alami tubuh ketika mengalami luka,
tujuannya untuk mencegah bakteri dan patogen lainnya menginfeksi luka.
d Rasa Sakit dan Perih di Sekitar Area yang Terluka
Sel saraf khusus (nosiseptor) yang rusak saat terjadinya luka, menyebabkan
kamu mengalami rasa sakit ketika mengalami kondisi ini.
e Kulit Bergelembung Berisi Cairan
Umumnya kulit bergelembung ini muncul ketika kamu sudah mencapai
masa penyembuhan. Gelembung ini berfungsi sebagai pertahanan tubuh
alami agar luka tidak mengalami infeksi.
f Kulit Menjadi Berwarna Coklat Hingga Kehitaman
Segala hal yang terkena panas berlebih biasanya akan berubah warna
menjadi coklat sampai kehitaman, salah satunya adalah kulit kamu jika
terbakar.

10. Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
a Hitung darah lengkap:
Perhatikan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan cairan. Menurutnya hematokrit dan sel darah merah menjadi
sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c Analisa Gas Darah ( AGD ) : untuk kecurigaan cidera inhalasi
d Elektrolit Serum.
Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan, hypokalemia terjadi bila
diuresis.
e Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
f Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
g EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
i CVP untuk mengetahui tekanan vena sentral.

11. Penatalaksanaan
a Penatalaksanaan awal
1) Segera dinginkan dengan kompres air selama kurang lebih 10 menit
2) Bersihkan dengan kain yang bersih
3) Bila punya boleh diolesi dengan salep Silver Sulfadiazine.
4) Jangan diolesi dengan kecap, odol, mentega, kopi, dll.
5) Segera bawa ke rumah sakit
b Penatalaksanaan emergensi
1) Primary Survey
Pemeriksaan seperti pada trauma yang lain yaitu :
 Airway dan cervical spine proteksi
 Breathing dan ventilasi
 Circulasi dan kontrol perdarahan
 Disability – pemeriksaan neurologis
 Exposure – estimated TBSA dan log roll
2) Secondary Survey
 History / anamnesa: ample ( alergi,medicine,past illness, last meal, even)
 Pemeriksaan fisik / lengkap : mulai kepala - kaki
 Dokumentasi
 Re evaluasi : nafas, sirkulasi,neurologis, cairan infus, .urine,hasil test lab.
3) FATT :
 Fluid : resusitasi cairan
Resusitasi cairan  BAXTER RL 4cc/kg BB/ luas (%) / 24 jam 1/2  8
jam pertama 1/2  16 jam berikutnya
 Analgetik : morfin,dosis 0,05 mg/kgbb
 Test : lab. Darah, penunjang lain
 Tube : pemasangan NGTube, kateter
4) Monitoring resusitasi cairan
 Urine produksi setiap jam. Dewasa: 0,5 cc/kg/jam (30-50 cc/jam) anak : 1
cc/kg/jam
 Oligo-uria : bila urine kurang ditambahkan cairan resusitasi 50% dari
sebelumnya
 Apakah ada haemochromogenuria (red pigmented urine)
 Monitor tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu respirasi)
 Hematoctrit dan haemoglobin assessment perfusi ekstrimitas
 Continued ventilatory assessment
 Paint management
 Psychosocial assessment
 Pemberian tetanus toksoid
 Timbang berat badan
 Pencucian luka di kamar operasi (bius total)
 Escharotomy dan fasciotomy
5) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang
6) Perawatan luka di rumah sakit
 Luka dicuci, debridement dan didesinfeksi dengan savlon 1 : 30 atau
antiseptik lain yang tersedia
 Dibersihkan lagi dengan air steril, dikeringkan
 Tutup tulle
 Diolesi topikal antibakteri : silver sulfadiazine (ssd)
 Tutup kasa steril tebal/elastic verban
 Luka dibuka hari ke 5 - 7 kecuali ada tanda infeksi
 Dilakukan dengan pembiusan total di kamar operasi untuk luka bakar
sedang dan berat.
7) Obat-obatan
 Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian
 Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur
 Analgetik : kuat (morfin, petidine)
 Antasida : kalau perlu

12. Asuhan Keperawatan


a Pengkajian
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan diagnose
medis.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien, mempunyai penyakit yang
merubah kemampuan untuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti Diabetes mellitus , gagal jantung,
sirosis hipatis, gangguan pernafasan).
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Sumber kecelakaan
 Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
 Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
 Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
 Keadaan fisik disekitar luka bakar
 Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien apakah memeliki riwayat penyakit yang sama
e) Riwayat Psiko- Sosio- Spiritual dengan yang diderita klien.
Pengkajian psikologi meliputi status emosi, kognitif, dan perilaku klien,
pengkajian mekanisme koping klien terhadap penyakit yang diderita
2) Pola Kesehatan Sehari-hari
a) Pola kebiasaan
Pasien biasanya melakukan kegiatan berhubungan dengan benda panas
dan sangat beresiko.
b) Pola tidur dan istirahat
Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa tidak nyaman ataupun nyeri
pada bagian luka.
c) Pola eliminasi
Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah melakukan seperti biasa.
d) Pola hubungan dan peran
Terjadinya perubahan peran dan hubungan karena terhambatnya pola
aktivitas.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien merasa tidak berdaya ketika sakit dan punya harapan untuk
sembuh
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
 Tingkat kesadaran : Compos metis sampai dengan coma
 Keadaan umum: lemah
 Tanda-tanda vital : Tekanan darah, Nadi, Respirasi, Suhu tubuh
b) Pemeriksaan fisik head to toe
 Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi atau
bekas luka.
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan
penyebaran rambut.
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta
tekstur kasar atau halus, akral dingin/ hangat.
 Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut,
penyebaran rambut.
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya
ketombe atau tidak.
Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.
 Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk mengetahui
luka dan kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika
ada perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.
Palpasi :lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan
penekanan sesuai kebutuhan.
 Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk melihat
apakah ada kelainan pada mata.
Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau
ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada
maka ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika
ada nyeri tekan.
 Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada
kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.
Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada
sinus, apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah
terjadi benjolan.
 Mulut dan Faring
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan faring.
Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir sumbing),
bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir, kelembapan,
apakah ada gigi yang berlubang, kebersihan gigi, serta lihat
apakah ada pembesaran pada tonsil.
Palpasi : ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan
penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
 Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada
kondisi abnormal pada telinga.
Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak
antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau
tidak dan elastisitas kartilago.
 Leher
Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada leher.
Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya pembesaran
kelenjar tiroid.
Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan
kedua tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan
lalu rasakan apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.
 Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama
pernafasan dan bunyi paru.
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada
retraksi dada atau tidak.
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada
pelebaran pada ictus cordis.
Perkusi: untuk melihat batas normal paru.
Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.
 Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan
apakah ada nyeri tekan.
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan,
dan asites.
Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada
peningkatan pada bising usus.
Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan.
Perkusi: apakah ada hipertimpani atau tidak.
 Musculoskeletal/ Ektremitas
Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi
tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada
anggota gerak atas dan bawah.
 Pemeriksaan Nervus
NI olfaktorius : untuk memeriksa indra penciuman dengan bau-
bauan yang tajam .
NII optikus : pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan visual
test snellen card.
N III,IV,VI okulomotorius, throkhlearis, abdusens : apakah ada
paralisis pada salah satu mata, pemeriksaan pupil, gerakan bola
mata.
N V trigeminus : apakah ada gangguan mengunyah, kasus
stroke terkadang terdapat paralisis pada saraf trigeminus.
N VII fasialis : kaji persepsi pengecapan, dan kesimetrisan
wajah. N VIII akustikus : apakah ada gangguan pendengaran .
N IX dan X glosofaringeus dan vagus : kemampuan menelan
berfungsi secara normal atau tidak, serta ajak klien untuk
membuka mulut untuk menilai fungsi dari vagus.
N XI asesorius : minta klien untuk menengok kesisi salah satu
tubuh serta mengangkat bahu.
N XII hipoglosus : melihat saraf motorik untuk ekstrinsik dan
intrinsik lidah .
 Pemeriksaan Integumen
Inspeksi: amati warna kulit, kaji adanya lesi dan edema
Palpasi: kelembaban kulit, mengecek suhu kulit dengan cara
membandingkan kedua kaki dan lengan tangan dengan
menggunakan jari, tarik/cubit untuk mengetahui turgor kulit
(normalnya kembali cepat).
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan rule of nine of Wallace yaitu :
o Kepala dan leher :9%
o Lengan masing-masing 9% :18%
o Badan depan 18%, badan bagian belakang :36%
o Tungkai masing-masing 18 :36%
o Genitalia/perinium :1%

b Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : adanya cidera/terpapar Bersihan jalan
 Dispnea (termal, listrik, kimia, napas tidak efektif
 Sulit bicara radiasi) ( D. 0001)
 Ortopnea
DO : terjadi hantaran atau
 Batuk tidak efektif radiasi elektromagnetik
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih merusak kulit

 Mengi, wheezing,
ronchi terjadi udem pada

 Gelisah saluran napas

 Sianosis
peningkatan secret di
 Bunyi napas menurun
bronkus
 Frekuensi napas
berubah
 Pola napas berubah bersihan jalan napas
tidak efektif
2. DS : adanya cidera/terpapar Gangguan
Tidak berespon (termal, listrik, kimia, sirkulasi spontan
DO : radiasi) ( D. 0007 )
 Frekuensi nadi <50
kali/menit atau >150 terjadi hantaran atau
kali/menit radiasi elektromagnetik
 Tekanan darah
sistolik <60 mmHg merusak kulit

atau >200 mmHg


 Frekuensi napas <6 terjadi udem pada

kali/menit atau > 36 saluran napas


kali /menit
mekanisme anaerob
 Kesadaran menurun
atau tidak sadar
gangguan sirkulasi
 Suhu tubuh < 34,5 °C
spontan
 Tidak ada produksi
urin dalam 6 jam
 Saturasi oksigen <85
%
 Gambaran ekg
menunjukkan aritmia
letal
3. DS : adanya cidera/terpapar Hipovolemia
 Merasa lemah (termal, listrik, kimia, (D.0023)
 Mengeluh haus radiasi)
DO:
 Frekuensi nadi terjadi hantaran atau
meningkat radiasi elektromagnetik
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah merusak kulit

menurun
 Tekanan nadi terjadi luka bakar
menyempit
 Turgor kulit menurun merusak pembuluh
 Hematokrit darah
meningkat
 Pengisian vena terjadi peningkatan

menurun permeabilitas pembuluh

 Suhu tubuh darah

meningkat
 Status mental berubah penurunan tekanan

 Konsentrasi urin onkotik

meningkat
terjadi perpindahan
 Berat badan turun
cairan dari intrasel ke
tiba-tiba
interstisial

terjadi secara luas

hipovolemia
4. DS : adanya cidera/terpapar Nyeri akut
 Mengeluh nyeri (termal, listrik, kimia, (D.0077)
DO : radiasi)
 Tampak meringis
 Bersikap protekektif terjadi hantaran atau
 Gelisah radiasi elektromagnetik
 Frekuensi nadi
meningkat merusak kulit

 Sulit tidur
 Tekanan darah terjadi luka bakar

meningkat
merusak serabut saraf
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
merangsang pelepasan
 Proses berpikir
mediator nyeri
terganggu
 Menarik diri (histamin, bradykinin)
 Berfokus pada diri
sendiri merangsang nosireseptor
 Diaforesis nyeri melalui serabut
saraf

merangsang medulla
spinalis

mengaktivasi sistem
retikula

diterima oleh
hipotalamus dan sistem
limbik

Persepsi nyeri

Nyeri akut
5. DS : adanya cidera/terpapar Gangguan
tidak tersedia (termal, listrik, kimia, integritas
DO : radiasi) kulit/jaringan
 Kerusakan jaringan ( D. 0129 )
dan /atau lapisan kulit terjadi hantaran atau
 Nyeri radiasi elektromagnetik
 Perdarahan
 Kemerahan merusak kulit

 Hematoma
terjadi luka bakar

merusak integritas
epidermis, dermis dan
hypodermis
gangguan integritas
kulit/jaringan
6. DS : adanya cidera/terpapar Gangguan
 Mengeluh sulit (termal, listrik, kimia, mobilitas fisik
menggerakkan radiasi) ( D. 0054 )
ekstremitas
 Nyeri saat bergerak terjadi hantaran atau
 Enggan melakukan radiasi elektromagnetik
pergerakan
 Merasa cemas saat merusak kulit

bergerak
DO : terjadi luka bakar

 Kekuatan otot
merusak serabut saraf
menurun
 Rentang gerak (ROM)
merangsang pelepasan
menurun
mediator nyeri
 Sendi kaku
(histamin, bradykinin)
 Gerakan tidak
terkoordinasi
merangsang nosireseptor
 Gerakan terbatas
nyeri melalui serabut
 Fisik lemah
saraf

merangsang medulla
spinalis

mengaktivasi sistem
retikula

diterima oleh
hipotalamus dan sistem
limbik

Persepsi nyeri
Nyeri akut
Gangguan mobilitas
fisik

7. DS : adanya cidera/terpapar Defisit nutrisi


 Cepat kenyang setelah (termal, listrik, kimia, ( D. 0019 )
makan radiasi)
 Kram /nyeri abdomen
 Nafsu makan terjadi hantaran atau
menurun radiasi elektromagnetik
DO :
 Berat badan menurun merusak kulit

minimal 10 %
dibawah rentang ideal terjadi luka bakar

 Bising usu hiperaktif


merusak pembuluh
 Otot pengunyah
darah
lemah
 Otot menelan lemah
mengganggu saraf
 Membrane mukosa
otonom
pucat
 Sariawan
merangsang saraf
 Serum albumin turun
simpatis dan
 Rambut rontok
parasimpatis
berlebihan

metabolisme
gastrointestinal
terganggu

sekresi asam lambung


meningkat

mual dan muntah


Defisit Nutrisi
8. DS : adanya cidera/terpapar Risiko infeksi
tidak tersedia (termal, listrik, kimia, ( D. 0142 )
DO: radiasi)
tidak tersedia
terjadi hantaran atau
radiasi elektromagnetik

merusak kulit

perlindungan tubuh
terganggu

jaringan terbuka

invasi bakteri

resiko infeksi

c Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, sekresi yang
tertahan
2) Gangguan sirkulasi spontan b.d abnormalitas kelistrikan jantung
3) Hypovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler
4) Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi
5) Gangguan integritas kulit b.d agen pencedera kimiawi
6) Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri dan keengganan dalam melakukan
pergerakan
7) Deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh, faktor psikis
8) Deficit perawatan diri b.d kelemahan
9) Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
d Rencana Keperawatan

No Diagnosa Rencana
Keperawatan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah 1.1 Monitor pola 1.1 Untuk
napas tidak dilakukan napas mengetahui
efektif b.d tindakan (Frekuensi mekanisme
spasme jalan keperawatan kedalaman dan pernapasan klien
napas, sekresi selama 3x24 usaha napas) dan menentukan
yang tertahan jam diharapkan tindakan
ditandai dengan : bersihan jalan selanjutnya
DS : napas 1.2 Monitor bunyi 1.2 Untuk

 Dispnea meningkat napas tambahan mengetahui


 Sulit bicara dengan kriteria adanya suara
 Ortopnea hasil: napas tambahan
1.3 Monitor sputum
DO :  Batuk efektif seperti mengi,
( jumlah, warna
 Batuk tidak meningkat ronchi, gurgling
dan aroma)
efektif  Produksi 1.3 Untuk
 Tidak sputum mengetahui
1.4 Pertahankan
mampu batuk menurun kemampuan
kepatenan jalan
 Sputum  Mengi pengeluaran
napas dengan
berlebih menurun sputum dan
headtilt dan
 Mengi,  Ronchi karakteristiknya
chinlift
wheezing, menurun 1.4 Headtill dan
ronchi  Dispnea chinlift akan
1.5 Posisikan semi
 Gelisah menurun membantu
fowler atau
 Sianosis  Ortopnea membuka jalan
fowler
 Bunyi napas menurun napas
menurun  Frekuensi 1.5 Membantu
1.6 Berikan minum
 Frekuensi napas pengembangan
hangat
napas membaik ekspansi paru
berubah  Pola napas 1.6 Membantu
1.7 Lakukan
Pola napas membaik mengecerkan
fisioterapi dada
berubah jika perlu sputum
1.7 Membantu dalam
1.8 Lakukan pelepasan
penghisapan sputum dalam
lendir kurang paru
dari 15 detik 1.8 Penghisapan
lendir akan
1.9 Lakukan membantu
hiperoksigenasi membersihkan
sebelum jalan napas
penghisapan 1.9 Meningkatkan
endotrakel kebutuhan
1.10 Keluarkan oksigen dalam
sumbatan tubuh
benda padat 1.10 Membersihkan
dengan forsep jalan napas
McGill
1.11 Berikan 1.11 Meningkatkan
oksigen jika kebutuhan
perlu oksigen dalam
tubuh
1.12 Anjurkan 1.12 Asupan cairan
asupan cairan sebanyak 2000
2000 ml ml perhari
perhari, jika dapat
tidak menghindari
kontraindikasi dehidrasi agar
jalan napas
tetap efektif
1.13 Ajarkan
1.13 Untuk
Teknik batuk
menghemat
efektif
energi sehingga
tidak mudah
Lelah dan dapat
mengeluarkan
1.14 Kolaborasi dahak secara
pemberian maksimal
broncodelator, 1.14 Membantu
ekspetoran, dalam
mucolitik jika mengencerkan
perlu dan
pengeluaran
sputum
2. Gangguan Setelah 1.1 Identifikasi 1.1 Untuk
sirkulasi spontan dilakukan kelas syok mengetahui
b.d abnormalitas tindakan tindakan efektif
kelistrikan keperawatan keperawatan
jantung, 3x24 1.2 Monitor status
selama selanjutnya
penurunan fungsi jam diharapkan hemodinamik 1.2 Untuk
ventrikel sirkulasi mengetahui
ditandai dengan : spontan 1.3 Monitor status adanya gangguan
DS : meningkat oksigen henodinamik
Tidak berespon dengan kriteria tubuh
1.4 Monitor output
DO : hasil : 1.3 Untuk
cairan tubuh
 Frekuensi  Tingkat mengetahui
nadi <50 kesadaran kebutuhan
1.5 Monitor nilai
kali/menit meningkat oksigen klien
BUN, kreatinin,
atau >150  Saturasi 1.4 Untuk
protein total dan
kali/menit oksigen mengetahui
albumin jika
 Tekanan meningkat status
perlu
darah sistolik  Gambaran keseimbangan
<60 mmHg EKG cairan klien
1.6 Monitor tanda
atau >200 aritmia 1.5 Untuk
dan gejala
mmHg menurun mengetahui
edema paru
 Frekuensi  TTV status
napas <6 membaik keseimbangan
kali/menit  Produksi elektrolit tubuh
1.7 Pasang jalur iv
atau > 36 kali urin berukuran besar klien
/menit membaik 1.6 Tanda dan gejala
 Kesadaran 1.8 Berikan infus edema paru
menurun atau cairan kristaloit menunjukan
tidak sadar 1 – 2 liter pada adanya gangguan
 Suhu tubuh < dewasa pada jantung
34,5 °C 1.7 Untuk
 Tidak ada 1.9 Berikan infus mempercepat
produksi urin kristaloit 20 ml masuknya cairan
dalam 6 jam perkg berat melalui intravena
 Saturasi badan pada anak 1.8 Membantu

oksigen <85 menjaga


% 1.10 Kolaborasi keseimbangan
Gambaran ekg penentuan cairan elektrolit
menunjukkan jenis dan dalam tubuh
aritmia letal jumlah cairan 1.9 Membantu
menjaga
1.11 Lakukan
keseimbangan
resusitasi
cairan elektrolit
jantung paru
dalam tubuh
jika perlu
1.10 Untuk
menentukan
jumlah cairan
1.12 Lakukan
yang
manajemen
dibutuhkan
defibrilasi jika
dalam tubuh
perlu
1.11 Resusitasi
jantung paru
merupakan
penanganan
pada klien
dengan henti
napas dan henti
jantung
1.12 Penanganan
pada pasien
dengan henti
jantung dan
henti napas
3. Hypovolemia b.d Setelah 3.1 Periksa tanda 3.1 Menentukan
peningkatan dilakukan dan gejala tindakan
permeabilitas tindakan hipovolemia keperawatan
kapiler ditandai keperawatan efektif
dengan : 3x24 jam 3.2 Monitor selanjutnya
DS : diharapkan intake-output 3.2 Menentukan
 Merasa keseimbangan cairan dan jumlah cairan
lemah cairan hitung balans yang dibutuhkan
 Mengeluh meningkat cairan 24 jam sesuai dengan
haus dengan kriteria berat badan dan
DO: hasil : luas luka bakar
 Frekuensi - Asupan 3.3 Berikan posisi dalam 24 jam
nadi cairan modified 3.3 Posisi modified
meningkat meningkat trendelendburg Trendelenburg
 Nadi teraba - Output urin dapat
lemah meningkat meningkatkan
3.4 Monitor tanda
 Tekanan - Membrane aliran balik vena
– tanda vital
darah mukosa dan
menurun lembab meningkatkan
3.5 Monitor
 Tekanan nadi meningkat output jantung
jumlah dan
menyempit - Asupan 3.4 Untuk
warna urin
 Turgor kulit makanan mengetahui
menurun meningkat tanda adanya
3.6 Anjurkan
 Hematokrit - TTV hipovolemia
memperbanyak
meningkat membaik 3.5 Untuk
asupan cairan
 Pengisian - Turgor kulit mengetahui
oral
vena membaik adanya
menurun gangguan pada
3.7 Jelaskan tujuan
 Suhu tubuh dan prosedur fungsi ginjal
meningkat pemantauan 3.6 Untuk
 Status mental memenuhi
berubah 3.8 Kolaborasi kebutuhan cairan
 Konsentrasi pemberian tubuh
urin cairan IV 3.7 Menambah
meningkat isotonis, pengetahuan
 Berat badan hipotonis, tentang luka
turun tiba- cairan koloid bakar
tiba
 3.8 Meningkatkan
keseimbangan
cairan dalam
tubuh
4. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 4.1Tentukan 4.1 Untuk mengetahui
agen pencedera tindakan karakteristik dan lokasi,

kimiawi ditandai keperawatan lokasi karakteristik,


selama 7x24 jam ketidaknyamanan. durasi, kualitas,
dengan :
diharapkan Perhatikan isyarat dan intensitas
DS :
tingkat nyeri verbal seperti nyeri untuk
 Mengeluh
menurun dengan meringis, kaku dan merencanakan
nyeri
Kriteria Hasil : gerakan melindungi penanganan yang
DO : atau terbatas efektif.
- Mampu
 Tampak mengontrol 4.2 Untuk mengetahui
meringis nyeri (tahu tingkat nyeri klien
 Bersikap penyebab, dan merencanakan
protekektif mampu 4.2 Identifikasi skala penanganan yang
 Gelisah menggunakan nyeri efektif

 Frekuensi teknik 4.3 Mengurangi


nonfarmakologi kecemasan klien
nadi
untuk dan meningkatkan
meningkat
mengurangi pengetahuan klien
 Sulit tidur
nyeri, mencari
 Tekanan
bantuan) 4.3Berikan informasi 4.4 Saat ada nyeri
darah dan petunjuk maka akan terjadi
- Melaporkan
meningkat
 Pola napas bahwa nyeri antisipasi mengenai peningkatan TTV
berubah berkurang penyebab dan membantu

 Nafsu makan - Mampu ketidaknyamanan dalam penanganan


mengenali yang efektif
berubah
nyeri (skala, 4.5 Latihan relaksasi
 Proses
intensitas, 4.4 Monitor tanda- napas dalam akan
berpikir
frekuensi dan tanda vital membuat relaksasi
terganggu
tanda nyeri) pada otot dan
 Menarik diri mengurangi nyeri.
- Menyatakan
 Berfokus rasa nyaman 4.6 Mencegah
pada diri setelah nyeri terjadinya
sendiri berkurang kontraktur.
 Diaforesis - Meringis 4.5 Lakukan latihan 4.7 Pemberian
menurun nafas dalam, analgesic akan
- Sikap protektif memblok reseptor

menurun nyeri dan

- Frekuensi mengurangi nyeri

napas 12- 4.6 Anjurkan ambulasi yang dirasakan.

20x/menit dini secara

- Tekanan darah bertahap

membaik
120/80 mmHg. 4.7 Berikan analgesic
Nadi membaik sesuai indikasi

60-100x/menit.
5. Gangguan Setelah 5.1 Identifikasi 5.1 Untuk
integritas kulit dilakukan penyebab luka mengetahui jenis
b.d agen tindakan bakar luka bakar dan
pencedera keperawatan tindakan
kimiawi ditandai selama 14 x 24 selanjutnya
dengan : jam diharapkan 5.2 Identifikasi
DS : integritas kulit durasi terkena 5.2 Untuk

tidak tersedia dan jaringan luka bakar dan mengetahui


DO : meningkat riwayat lamanya kontak
 Kerusakan dengan kriteria penanganan luka dengan
jaringan hasil: sebelumnya penyebab luka
dan /atau - Kerusakan bakar dan
lapisan kulit jaringan 5.3 Monitor kondisi penangan yang
 Nyeri menurun luka telah dilakukan
 Perdarahan - Kerusakan 5.3 Untuk
 Kemerahan lapisan kulit 5.4 Gunakan Teknik mengetahui
 Hematoma menurun aseptic selama derajat dan
- Nyeri menurun merawat luka kedalaman luka
- Kemerahan 5.5 Lepaskan bakar
menurun balutan lama 5.4 Mencegah

- Nekrosis dengan terjadinya


menurun menghindari infeksi
Suhu kulit nyeri dan

membaik perdarahan 5.5 Mengganti


balutan yang
5.6 Rendam dengan kotor akan
air steril jika mencegah
balutan lengket terjadinya
pada luka infeksi
5.7 Bersihkan luka 5.6 Mencegah
dengan cairan kerusakan
Nacl 0.9 % pertumbuhan
jaringan baru
5.7 Cairan Nacl
bersifat isotonic
5.8 Lakukan terapi
sehingga tidak
relaksasi napas
mengganggu
proses
penyembuhan
5.9 Jadwalkan
luka
frekuensi
5.8 Terapi relaksasi
perawatan luka
napas dalam
dapat
mengurangi
nyeri yang
5.10 Gunakan dirasakan klien
modern 5.9 Mencegah
dressing sesuai terjadinya
dengan kondisi gangguan pada
luka proses
pertumbuhan
jaringan dan
5.11 Berikan diet mencegah
tinggi kalori infeksi
dan protein 5.10 Moderen
dressing
5.12 Berikan merupakan
suplemen Teknik
vitamin dan membalut luka
mineral sesuai agar cepat
indikasi kering namun
5.13 Jelaskan tanda tetap terjaga
dan gejala kelembabannya
infeksi 5.11 Diet tinggi
kalori dan
protein
membantu
dalam proses
5.14 Kolaborasi
pembentukan
pemberian
jaringan baru
antibiotik
5.12 Membantu
dalam proses
pembentukan
jaringan baru
5.13 Meningkatkan
pengetahuan
klien dan
keluarga
tentang tanda
dan gejala
infeksi seperti
rubor, kalor,
tumor dan
dolor
5.14 Pemberian
antibiotic akan
membantu
dalam
membunuh
bakteri yang
masuk ke
dalam tubuh
akhibat adanya
perlukaan.
6. Deficit nutrisi Setelah 6.1 Identifikasi 6.1 Untuk
b.d peningkatan dilakukan status nutrisi megetahui status
kebutuhan tindakan nurtisi klien
metabolisme keperawatan 6.2 Identifikasi 6.2 Untuk
tubuh, faktor selama 7 x 24 alergi dan menentukan
psikis ditandai jam diharapkan intoleransi rencana diet
dengan : status nutrisi makanan sesuai kebutuhan
DS : membaik klien
 Cepat dengan kriteria 6.3 Monitor asupan
kenyang hasil: makanan 6.3 Mengetahui
setelah - Porsi jumlah kalori
makan makanan yang 6.4 Berikan klien
 Kram /nyeri dihabiskan makanan tinggi 6.4 Makan tinggi
abdomen meningkat kalori dan tinggi kalori dan tinggi
 Nafsu makan - Serum protein protein akan
menurun albumin membantu
DO : meningkat proses
6.5 Kolaborasi
 Berat badan - Verbalisasi regenerasi sel
pemberian
menurun keinginan medikasi anti
minimal 10 untuk emetic 6.5 Mengurangi
% dibawah meningkatkan 6.6 Kolaborasi nyeri mual dan
rentang ideal nutrisi dengan ahli gizi muntah klien
 Bising usu meningkat 6.6 Menetukan diet
hiperaktif - Persaaan yang sesuai
 Otot cepat kenyang dengan
pengunyah menurun kebutuhan klien
lemah - Nyeri
 Otot menelan abdomen
lemah menurun
 Membrane - Frekuensi
mukosa makan
pucat membaik
 Sariawan Nafsu makan
 Serum membaik
albumin
turun
 Rambut
rontok
berlebihan

7. Risiko infeksi Setelah 7.1 Evaluasi keadaan 7.1 Mengetahui


d.d dilakukan luka setiap hari pertumbuhan

ketidakadekuatan tindakan jaringan baru dan


tanda-tanda infeksi
pertahanan tubuh keperawatan
7.2 Lakukan jika ada
primer ditandai selama 14x 24
perawatan luka 7.2 Mencegah
dengan : jam diharapkan
terjadinya infeksi
DS : integritas kulit
7.3 Lakukan 7.3 Mencegah
tidak tersedia dan jaringan
manajemen terjadinya infeksi
DO: meningkat
asepsis selama pada luka dan
dengan kriteria
tidak tersedia perawatan luka mempercepat
hasil :
proses
- Perfusi jaringan
7.4 Anjurkan pasien
meningkat untuk melakukan penyembuhan luka
- Kerusakan mobilisasi dini 7.4 Mobilisasi dapat
jaringan 7.5 Anjurkan klien mempercepat
menurun untuk makan proses
- Kerusakan makanan yang penyembuhan luka
lapisan kulit bergizi yang 7.5 Nutrisi yang
menurun. menunjang bergizi dan kaya
penyembuhan akan protein akan
luka mempercepat
pertumbuhan
7.6 Informasikan jaringan baru dan
tentang proses
pentingnya penyembuhan luka
perawatan luka, 7.6 Pemberian
prosedurnya dan informasi akan
kebersihan diri. meningkatkan
pengetahuan klien
tentang pentingnya
perawatan luka
7.7 Kolaborasi dalam dan kebersihan diri
pemberian untuk mencegah
antibiotik terjadinya infeksi
pada luka.
7.7 Pemberian
antibiotic akan
membantu dalam
membunuh bakteri
yang masuk ke
dalam tubuh
akhibat adanya
perlukaan.

e. Implementasi

Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi keperawatan


yang telah di susun.
f. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai.
DAFTAR PUSTAKA

Among Guru, (2020). Bahan Ajar Lapisan pada Kulit Manusia.


https://www.amongguru.com/lapisan-pada-kulit-manusia-beserta-fungsi-dan-gambarnya/
diakses pada tanggal 2 Januari 2023

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen Publising

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Saputro, D., (2019). Bahan Ajar Luka Bakar. https://spesialis1.bpre.fk.unair.ac.id/wp-


content/uploads/2019/08/kuliah-klasik-luka-bakar-ISD-EMSB-2019.pdf diakses tanggal 2
Januari 2023

Standar Kompetensi Dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2016

Stander M, Wallis LA. The emergency management and treatment of severe burns. Emerg
Med Int. 2011;2011:161375. doi: 10.1155/2011/161375. Epub 2011 Sep 4. PMID: 22046536;
PMCID: PMC3195355.

Greenhalgh DG. Management of Burns. N Engl J Med. 2019 Jun 13;380(24):2349-2359. doi:
10.1056/NEJMra1807442. PMID: 31189038.

Sheridan RL. Burn Care for Children. Pediatr Rev. 2018 Jun;39(6):273-286. doi:
10.1542/pir.2016-0179. PMID: 29858290.

Strobel AM, Fey R. Emergency Care of Pediatric Burns. Emerg Med Clin North Am. 2018
May;36(2):441-458. doi: 10.1016/j.emc.2017.12.011. PMID: 29622333.
Susanti, (2016). Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA dengan Pemberian ekstrak Daun
Sirih. Stikes Adihusada. Surabaya. Diakses tanggal 23 Januari 2013

Young AW, Dewey WS, King BT. Rehabilitation of Burn Injuries: An Update. Phys Med
Rehabil Clin N Am. 2019 Feb;30(1):111-132. doi: 10.1016/j.pmr.2018.08.004. Epub 2018
Oct 31. PMID: 30470416.

Anda mungkin juga menyukai