COMBUSTIO/LUKA BAKAR
DISUSUN OLEH :
COMBUTSIO/LUKA BAKAR
1. Pendahuluan
a Latar Belakang
Dalam pedoman nasional pelayanan kedokteran tentang tata laksana luka
bakar (2019) dikatakan bahwa luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang
disebabkan oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya adalah
api, air panas, listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini
dapat menyertakan jaringan bawah kulit. Luka bakar memiliki angka kejadian dan
prevalensi yang tinggi, mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
memerlukan sumber daya yang banyak dan memerlukan biaya yang besar.
Luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan juga
salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana
berdampak kepada gangguan permanen pada penampilan dan fungsi diikuti oleh
ketergantungan pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan masa depan.
Menurut WHO, sekitar 90 persen luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah di
negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, daerah yang umumnya tidak
memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengurangi insiden luka bakar .
Indonesia mengalami luka bakar sebanyak 92,976 orang, terkhusus di Jawa Tengah
sebanyak 12,213 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan atau kemajuan dalam dekade
terakhir ini, sehingga terjadi penurunan angka kematian akibat luka bakar. Amerika
Serikat kurang lebih 2 juta penduduk memerlukan pertolongan medis setiap tahun
untuk injury yang disebabkan karena luka bakar. Sebanyak 70.000 orang dirawat di
rumah sakit dengan injury yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian
ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Negara berkembang wanita
berisiko dua kali lebih tinggi dari pada pria, hal ini sering dikaitkan dengan
kecelakaan di dapur dan kekerasan rumah tangga. Kalangan anak, kematian karena
luka bakar terjadi lebih dari sepuluh kali lebih tinggi di negara berkembang
dibandingkan di negara maju. Secara keseluruhan, luka bakar merupakan salah satu
dari lima belas penyebab utama kematian di kalangan anak-anak (Suprapto,2016).
Luka bakar memiliki dampak pada perubahan anatomi patologik pada kulit
sehingga dapat mengakibatkan cacat yang permanen jika tidak ditangani dengan
segera dan tepat. Tidak hanya itu, luka bakar juga bisa mengakibatkan perubahan
fisiologi seperti gangguan cairan, gangguan sirkulasi dan hematologi, gangguan
hormonal dan metabolisme, gangguan immunologi (Nugroho, 2012). Untuk itu
diperlukan penanganan yang cepat dan tepat khususnya dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem integument; luka bakar sehingga
dapat mencegah dan mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
b Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar luka bakar dan
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan pada
pasien dengan luka bakar
b) Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami tentang konsep luka bakar ( defenisi,
anatomi fisiologi, etiologic, derajat luka bakar, patofisiologi, tanda dan
gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan konsep asuhan keperawatan)
2) Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
pada klien yang mengalami luka bakar.
2. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia, elektrik
maupun radiasi ( Hale, 2019). Sedangkan menurut Sendy (2022) mendeskripsikan luka
bakar sebagai keseluruhan cedera yang terjadi akhibat paparan suhu yang tinggi.
Dalam PNPK (2019) luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan
oleh trauma panas atau trauma dingin (frost bite), penyebabnya adalah api, air panas,
listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite) dan kerusakan ini dapat menyertakan
jaringan bawah kulit. Menurut Susanti (2016), luka bakar adalah suatu respon kulit atau
kerusakan sebuah jaringan subkutan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas
seperti api, listrik, air panas, bahan kimia, dan radiasi.
Jadi, luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi).
3. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Berat kulit diperkirakan sekitar 15 persen dari seluruh berat tubuh manusia. Luas kulit
pada orang dewasa sekitar 1,5 m2. Tingkat keasaman kulit (pH) antara 5 sampai 6,5
(Among Guru, 2020).
Selain sebagai alat eksresi manusia, kulit juga berfungsi sebagai indra peraba. Fungsi
utama dari kulit adalah untuk melindungi tubuh bagian dalam. Kulit menjadi pelindung
tubuh dari zat kimia, patogen, sinar ultraviolet, dan juga gangguan fisik. Kulit juga
memiliki nilai estetika tinggi dalam kehidupan manusia, karena dapat mempengaruhi
penampilan dan kepercayaan diri seseorang. Beberapa lapisan kulit manusia dari bagian
terdalam sampai terluar yang berfungsi untuk melindungi tubuh.
Kulit manusia tersusun atas tiga lapis, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis.
5. Klasifikasi
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi (Rahayuningsih, 2017) :
a Luka bakar derajat I atau luka bakar ringan
Luka bakar derajat I ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada
lapisan epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit, kulit kemerahan
pada bagian yang terbakar, bengkak ringan, nyeri namun kulit tidak terkoyak karena
melepuh, tidak terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
b Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat II terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis
dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Umumnya
memiliki gejala berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang selama
beberapa hari, kulit terlihat lembab atau becek, nyeri, dan bercak-bercak berwarna
merah muda.
c Luka bakar derajat III
Luka bakar derajat III terjadi pada seluruh ketebalan kulit. Semua organ kulit
sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk melakukan regenerasi kulit
secara spontan atau repitelisasi. Umumnya memiliki gejala berupa daerah luka
tampak berwarna putih, kulit hancur, sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak dan
biasanya tidak melepuh.
6. Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar (Clevo, 2017) :
a Rumus Sembilan (Rule Of Nines)
Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang
terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan
terhadap permukaan tubuh yang luas.
8. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas. Cidera luka bakar mempengaruhi
semua system organ. Besarnya respon patofisiologis berkaitan dengan luasnya luka bakar
dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas permukaan
tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan perubahan tergantung pada luas dan
kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan kerusakan dimulai dari terjadinya luka
bakar dan akan berlangsung sampai 48- 72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan
pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke ruang intertestitium. Bila jaringan
terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan
permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang
banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat melalui darah yang
terbakar dan akan membentuk gelembung-gelembung dan odema atau keluar melalui
luka terbuka. Akibat adanya odema luka bakar pada lingkungan kulit akan mengalami
kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri
yang sangat penting , dari organisme yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan
lingkungan kulit akan memungkinkan mikro organisme masuk dalam tubuh dan akan
menyebabkan infeksi pada luka yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
9. Tanda dan Gejala
Menurut Wong dan Whaley’s 2013, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
a Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
b Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam),
terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya
penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri, sembuh
dalam 21-28 hari tergantung komplikasi infeksi.
c Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan
(seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam
keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati),
tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
Gejala luka bakar bersifat relatif terhadap intensitas dengan benda atau zat yang
memicunya. Secara umum, ada beberapa gejalanya, antara lain:
a Kulit memerah atau ruam pada kulit
Gejala luka bakar yang pertama adalah kulit menjadi kemerahan ataupun
ruam. Biasanya, kulit yang kemerahan disebabkan oleh kenaikan suhu yang
terjadi pada kulit.
b Kulit Terkelupas
Kulit yang terkelupas terjadi karena rusaknya lapisan terluar daerah kulit
(epidermis) akibat paparan zat panas.
c Peradangan di Sekitar Area yang Terluka
Peradangan terjadi akibat reaksi alami tubuh ketika mengalami luka,
tujuannya untuk mencegah bakteri dan patogen lainnya menginfeksi luka.
d Rasa Sakit dan Perih di Sekitar Area yang Terluka
Sel saraf khusus (nosiseptor) yang rusak saat terjadinya luka, menyebabkan
kamu mengalami rasa sakit ketika mengalami kondisi ini.
e Kulit Bergelembung Berisi Cairan
Umumnya kulit bergelembung ini muncul ketika kamu sudah mencapai
masa penyembuhan. Gelembung ini berfungsi sebagai pertahanan tubuh
alami agar luka tidak mengalami infeksi.
f Kulit Menjadi Berwarna Coklat Hingga Kehitaman
Segala hal yang terkena panas berlebih biasanya akan berubah warna
menjadi coklat sampai kehitaman, salah satunya adalah kulit kamu jika
terbakar.
11. Penatalaksanaan
a Penatalaksanaan awal
1) Segera dinginkan dengan kompres air selama kurang lebih 10 menit
2) Bersihkan dengan kain yang bersih
3) Bila punya boleh diolesi dengan salep Silver Sulfadiazine.
4) Jangan diolesi dengan kecap, odol, mentega, kopi, dll.
5) Segera bawa ke rumah sakit
b Penatalaksanaan emergensi
1) Primary Survey
Pemeriksaan seperti pada trauma yang lain yaitu :
Airway dan cervical spine proteksi
Breathing dan ventilasi
Circulasi dan kontrol perdarahan
Disability – pemeriksaan neurologis
Exposure – estimated TBSA dan log roll
2) Secondary Survey
History / anamnesa: ample ( alergi,medicine,past illness, last meal, even)
Pemeriksaan fisik / lengkap : mulai kepala - kaki
Dokumentasi
Re evaluasi : nafas, sirkulasi,neurologis, cairan infus, .urine,hasil test lab.
3) FATT :
Fluid : resusitasi cairan
Resusitasi cairan BAXTER RL 4cc/kg BB/ luas (%) / 24 jam 1/2 8
jam pertama 1/2 16 jam berikutnya
Analgetik : morfin,dosis 0,05 mg/kgbb
Test : lab. Darah, penunjang lain
Tube : pemasangan NGTube, kateter
4) Monitoring resusitasi cairan
Urine produksi setiap jam. Dewasa: 0,5 cc/kg/jam (30-50 cc/jam) anak : 1
cc/kg/jam
Oligo-uria : bila urine kurang ditambahkan cairan resusitasi 50% dari
sebelumnya
Apakah ada haemochromogenuria (red pigmented urine)
Monitor tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu respirasi)
Hematoctrit dan haemoglobin assessment perfusi ekstrimitas
Continued ventilatory assessment
Paint management
Psychosocial assessment
Pemberian tetanus toksoid
Timbang berat badan
Pencucian luka di kamar operasi (bius total)
Escharotomy dan fasciotomy
5) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang
6) Perawatan luka di rumah sakit
Luka dicuci, debridement dan didesinfeksi dengan savlon 1 : 30 atau
antiseptik lain yang tersedia
Dibersihkan lagi dengan air steril, dikeringkan
Tutup tulle
Diolesi topikal antibakteri : silver sulfadiazine (ssd)
Tutup kasa steril tebal/elastic verban
Luka dibuka hari ke 5 - 7 kecuali ada tanda infeksi
Dilakukan dengan pembiusan total di kamar operasi untuk luka bakar
sedang dan berat.
7) Obat-obatan
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur
Analgetik : kuat (morfin, petidine)
Antasida : kalau perlu
b Analisa Data
Mengi, wheezing,
ronchi terjadi udem pada
Sianosis
peningkatan secret di
Bunyi napas menurun
bronkus
Frekuensi napas
berubah
Pola napas berubah bersihan jalan napas
tidak efektif
2. DS : adanya cidera/terpapar Gangguan
Tidak berespon (termal, listrik, kimia, sirkulasi spontan
DO : radiasi) ( D. 0007 )
Frekuensi nadi <50
kali/menit atau >150 terjadi hantaran atau
kali/menit radiasi elektromagnetik
Tekanan darah
sistolik <60 mmHg merusak kulit
menurun
Tekanan nadi terjadi luka bakar
menyempit
Turgor kulit menurun merusak pembuluh
Hematokrit darah
meningkat
Pengisian vena terjadi peningkatan
meningkat
Status mental berubah penurunan tekanan
meningkat
terjadi perpindahan
Berat badan turun
cairan dari intrasel ke
tiba-tiba
interstisial
hipovolemia
4. DS : adanya cidera/terpapar Nyeri akut
Mengeluh nyeri (termal, listrik, kimia, (D.0077)
DO : radiasi)
Tampak meringis
Bersikap protekektif terjadi hantaran atau
Gelisah radiasi elektromagnetik
Frekuensi nadi
meningkat merusak kulit
Sulit tidur
Tekanan darah terjadi luka bakar
meningkat
merusak serabut saraf
Pola napas berubah
Nafsu makan berubah
merangsang pelepasan
Proses berpikir
mediator nyeri
terganggu
Menarik diri (histamin, bradykinin)
Berfokus pada diri
sendiri merangsang nosireseptor
Diaforesis nyeri melalui serabut
saraf
merangsang medulla
spinalis
mengaktivasi sistem
retikula
diterima oleh
hipotalamus dan sistem
limbik
Persepsi nyeri
Nyeri akut
5. DS : adanya cidera/terpapar Gangguan
tidak tersedia (termal, listrik, kimia, integritas
DO : radiasi) kulit/jaringan
Kerusakan jaringan ( D. 0129 )
dan /atau lapisan kulit terjadi hantaran atau
Nyeri radiasi elektromagnetik
Perdarahan
Kemerahan merusak kulit
Hematoma
terjadi luka bakar
merusak integritas
epidermis, dermis dan
hypodermis
gangguan integritas
kulit/jaringan
6. DS : adanya cidera/terpapar Gangguan
Mengeluh sulit (termal, listrik, kimia, mobilitas fisik
menggerakkan radiasi) ( D. 0054 )
ekstremitas
Nyeri saat bergerak terjadi hantaran atau
Enggan melakukan radiasi elektromagnetik
pergerakan
Merasa cemas saat merusak kulit
bergerak
DO : terjadi luka bakar
Kekuatan otot
merusak serabut saraf
menurun
Rentang gerak (ROM)
merangsang pelepasan
menurun
mediator nyeri
Sendi kaku
(histamin, bradykinin)
Gerakan tidak
terkoordinasi
merangsang nosireseptor
Gerakan terbatas
nyeri melalui serabut
Fisik lemah
saraf
merangsang medulla
spinalis
mengaktivasi sistem
retikula
diterima oleh
hipotalamus dan sistem
limbik
Persepsi nyeri
Nyeri akut
Gangguan mobilitas
fisik
minimal 10 %
dibawah rentang ideal terjadi luka bakar
metabolisme
gastrointestinal
terganggu
merusak kulit
perlindungan tubuh
terganggu
jaringan terbuka
invasi bakteri
resiko infeksi
c Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas, sekresi yang
tertahan
2) Gangguan sirkulasi spontan b.d abnormalitas kelistrikan jantung
3) Hypovolemia b.d peningkatan permeabilitas kapiler
4) Nyeri akut b.d agen pencedera kimiawi
5) Gangguan integritas kulit b.d agen pencedera kimiawi
6) Gangguan mobilitas fisik b.d adanya nyeri dan keengganan dalam melakukan
pergerakan
7) Deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme tubuh, faktor psikis
8) Deficit perawatan diri b.d kelemahan
9) Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
d Rencana Keperawatan
No Diagnosa Rencana
Keperawatan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Setelah 1.1 Monitor pola 1.1 Untuk
napas tidak dilakukan napas mengetahui
efektif b.d tindakan (Frekuensi mekanisme
spasme jalan keperawatan kedalaman dan pernapasan klien
napas, sekresi selama 3x24 usaha napas) dan menentukan
yang tertahan jam diharapkan tindakan
ditandai dengan : bersihan jalan selanjutnya
DS : napas 1.2 Monitor bunyi 1.2 Untuk
membaik
120/80 mmHg. 4.7 Berikan analgesic
Nadi membaik sesuai indikasi
60-100x/menit.
5. Gangguan Setelah 5.1 Identifikasi 5.1 Untuk
integritas kulit dilakukan penyebab luka mengetahui jenis
b.d agen tindakan bakar luka bakar dan
pencedera keperawatan tindakan
kimiawi ditandai selama 14 x 24 selanjutnya
dengan : jam diharapkan 5.2 Identifikasi
DS : integritas kulit durasi terkena 5.2 Untuk
e. Implementasi
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Stander M, Wallis LA. The emergency management and treatment of severe burns. Emerg
Med Int. 2011;2011:161375. doi: 10.1155/2011/161375. Epub 2011 Sep 4. PMID: 22046536;
PMCID: PMC3195355.
Greenhalgh DG. Management of Burns. N Engl J Med. 2019 Jun 13;380(24):2349-2359. doi:
10.1056/NEJMra1807442. PMID: 31189038.
Sheridan RL. Burn Care for Children. Pediatr Rev. 2018 Jun;39(6):273-286. doi:
10.1542/pir.2016-0179. PMID: 29858290.
Strobel AM, Fey R. Emergency Care of Pediatric Burns. Emerg Med Clin North Am. 2018
May;36(2):441-458. doi: 10.1016/j.emc.2017.12.011. PMID: 29622333.
Susanti, (2016). Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA dengan Pemberian ekstrak Daun
Sirih. Stikes Adihusada. Surabaya. Diakses tanggal 23 Januari 2013
Young AW, Dewey WS, King BT. Rehabilitation of Burn Injuries: An Update. Phys Med
Rehabil Clin N Am. 2019 Feb;30(1):111-132. doi: 10.1016/j.pmr.2018.08.004. Epub 2018
Oct 31. PMID: 30470416.