OLEH:
NAMA:KOMARUDDIN
KELAS:II-A
NIM:2018/041
T.A 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
LATARBELAKANG
Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia dibandingkan
dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan sumber panas
ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas
sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya
keadaan panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya
(Azhari, 2012).
Luka bakar telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang bertanggung
jawab terhadap kematian sekitar 195.000 orang per tahun. Berdasarkan angka kejadian di
Amerika Serikat luka bakar menjadi penyebab kematian terbesar yang setiap tahunnya
sejumlah 2,5 juta orang mengalami luka bakar dan sekitar 12.000 orang meninggal dunia
yang disertai cedera inhalasi. Menurut World Fire Statistics Centre pada tahun 2003
sampai 2005 mengenai terjadinya luka bakar negara dengan prevalensi terendah yaitu
Singapura dengan persentase 0,12% per 100.000 orang. Dan yang tertinggi adalah
Hongaria dengan persentase 1,98% (Artawan, 2013 dan Adhy dkk, 2014:386).
Menurut Riskesdas 2013, prevalensi luka bakar di Jawa Tengah adalah 7,2 % dari
seluruh kejadian cedera total. Data yang diperoleh dari Unit Luka Bakar RSCM dari
tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa penyebab luka bakar terbesar adalah ledakan
tabung gas LPG (30,4 Persen) diikuti kebakaran (25,7 %) dan tersiram air panas (19,1 %)
dengan mortalitas pasien luka bakar mencapai 34 %. Sebagian besar pasien dirawat
karena luka bakar dengan luas 20-50%, yang menempati angka mortalitas tertinggi
(58,25%) dari keseluruhan kasus kematian akibat luka bakar (34%) (RISKESDAS,
2013).
mempertahankan jaringan yang ada, mencegah infeksi, menghentikan proses luka bakar
Pasien dengan cedera luka bakar dianggap sebagai pasien trauma multiple
dikarenakan efek fisiologik dari luka bakar pada sistem organ dan seringkali pasien juga
diberikan ketika terjadi luka bakar merupakan hal penting untuk pencegahan kematian
dan kecacatan. Sehingga penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas
tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah terjadinya
cedera dan motivasi terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan
keluarganya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.DEFENISI
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Artawan,
2013).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah (Adhy dkk, 2014:386).
Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang berkembang di dunia.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Pitoyo,
2013:2).
2.ETIOLOGI
kontak dengan api, cairan panas dan bahan padat. Luka bakar api berhubungan
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa yang kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
Luka bakar kimia dapat terjadibmisalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) disebabkan karena lewatnya tenaga
panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya mengenai kulit dan jaringan
subkutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Luka bakar listrik
biasanya disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltase tinggi. Anggota
gerak merupakan kontak yang terlazim, dengan tangan dan tangan yang lebih sering
cedera daripada tungkai dan kaki. Kontak sering menyebabkan gangguan jantung dan
kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya listrik biasanya gosong dan
tampak cekung.
d. Luka bakar radiasi (radiasi injury) disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau sumber dari radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terpapar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah
(Musliha, 2010)
Anatomi fisilogi sistem integumen terdiri dari kulit, stuktur tambahannya, seperti
folikel rambut dan kelenjar keringat, dan jaringan subkutan dibawah kulit. Kulit terbentuk
dari berbagai macam jaringan yang berbeda dan dianggap sebagai suatu organ. Karena
kulit menutupi seluruh permukaan tubuh, salah satu fungsinya sudah jelas terlihat:
memisahkan tubuh dari lingkungan luar dan mencegah masuk berbagai macam zat
berbahaya. Jaringan subkutan yang secara langsung berada dibawah kulit dan
Lapisan kulit
1. Lapisan Epidermis
a. Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, tidak
b. Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
c. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan
terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti ditengah dan
sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan keratin dengan hialin.
Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan bahan kimia masuk ke dalam
tubuh.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm
terdiri dari 5-8 lapisan sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah
mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari
mempunyai tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan
tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut
ada hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan
interselular.
e. Stratum Basal/Germinativum.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membrane disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran
Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium menonjol
pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit). Dipihak lain epidermis
menonjol kearah korium, tonjolan ini disebut Rute Ridges atau rete peg = prosessus
inter papilaris.
2. Lapisan Dermis.
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian bawahnya
sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari serabut-
serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus. Serabut ini saling
kelenturan pada kulit, dan retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar dan folikel
1) Unsur sel:
Unsure utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak yang
berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada
lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya areola mammae dan
sekitar anus.
2) Serat otot:
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas dihubungkan
dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran diseluruh dermis dalam
jumlah yang cukup banyak pada kulit, putting susu, penis, skrotum dan sebagian
perenium.
3. Lapisan Subkutis.
ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat
Lapisan lemak ini di sebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap
tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker = pegas/bila tekanan trauma
mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat
Manifestasi luka bakar antara lain adalah nyeri lokal, eritema, kemerahan, pucat,
menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, lepuh berisi air dan berselaput tipis, area yang
rusak berlilin dan putih, perubahan suara, batuk, mengi, sputum gelap pada luka bakar
Manifestasi tentang luka bakar dapat ketahui dengan derajat luka yang dibagi
warna kulit kemerahan, kering, pada tes jarum terdapat hiperalgesia, lama
b. Grade II: terdapat grade II a dimana jaringan yang rusak adalah sebagian
dermis, folikel rambut, dan kelenjar keringat utuh, rasa nyeri, warna
kemerahan pada lesi, adanya cairan pad bula, waktu sembuh 7-14 hari.
Dan pada grade II b dimana jaringan yang rusak sampai dermis, hanya
c. Grade III yaitu jaringan yang rusak meliputi seluruh epidermis dan dermis,
kulit kering, kaku, terlihat gosong, terasa nyeri karena ujung saraf rusak,
d. Grade IV dimana luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit, otot bahkan
6.PEMERIKSAAAN PENUNJANG
bakar yaitu:
a.Laboratorium
inflamasi
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
Albumin serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
luasnya cedera.
7.KOMPLIKASI
parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Konteraktur kulit dapat
estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk
c. Oedem paru
e. Anemia
f. Kontraktur
g. Kematian.
B.TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak ade kuat:
c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan, pembentukan edema,
a. Resiko tinggi Defisit volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute
pemasukan, perdarahan.
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital, cvp, 1. Memberikan pedoman untuk
meyakinkanrata-rata haluaran
pemasukan cairan
4. Penggantian masip/cepat
urine statis.
8. Awasi pemeriksaan
cepat
luka.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat : kerusakan
perlindungan kulit, jaringan traumatic, pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan HB,
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. Tekankan pentingnya 1. Mencegah kontaminasi
dengan pasien
5. Indikasi resiko
septikimia.
7. Membantu untuk
lebih lanjut.
c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan, pembentukan edema,
Kriteria hasil :
1). Pasien melaporkan rasa nyeri dalam batas yang dapat di toleransi
Intervensi Rasional
1. Tutup luka sesegera 1. Suhu berubah dan gerakan
udara terbuka.
untuk menurunkan
peninggian menurunkan
ketidaknyamanan serta
membantu menurunkan
3. Berikan tempat tidur
nyeri
ayunan sesuai indikasi
4. Gerakan dan latihan dapat
menurunkan kekakuan
4. Ubah posisi dengan sering
sendi dan kelelahan otot.
dan rentang gerak pasif
Latihan tergantung pada
dan aktif sesuai indikasi
lokasi dan luas cedera
pengahangat, penutup
debridemen.
7. Menurunkan terjadinya
sehubungan dengan
7. Lakukan penggantian
penggantian balutan dan
balutan dan debredemen.
debridemen.
8. Meningkatkan relaksasi
menburunkan tegangan
usia/kondisi
meningkatkan persepso
obat.
12. Berikan analgesik sesuai
indikasi
D.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus. 1. Ileus sering berhubungan
dimulai
2. Pertahankan jumlah
2. Pedoman tepat untuk
kalori ketat. Timbang
pemasukan kalori tepat.
tiap hari, kaji ulang
Sesuai penyembuhan
persen area permukaan
tubuh terbuka/luka tiap luka , presentasi area luka
membantu pencernaan
yang baik
Kolaborasi
7. Berguna dalam membuat
7. Rujuk ke ahli diet/tim
kebutuhan nutrisi individu.
dukungan nutrisi
8. Kalori (3000-5000/hari).
8. Berikan diet tinggi
Protein dan vitamin yang
kalori/protein dengan
dibutuhkan untuk
tambahan vitamin
memenuhi peningktan
kebutuhan metabolik,
mempertahankan berat
regrenasi jaringan.
9. Memberi makanan
9. Pasang/pertahankan
kontinu/tambahan bila
makanan sedikit
pasein tidak mampu untuk
melalui selang
mengkonsmsi kebutuhan
enterik/tambahan bila
kalori total harian secara
perlu dibutuhkan
oral
atau berlanjutnya
esofagial/gastrik yang
tidak memungkinkan
sehubungan dengan
kalori/protein.
12. Awasi pemeriksaan
12. Indikator kebutuhan nutrisi
laboratorium contoh
dan keadekuatan
albumin serum,
diet/terapi
kreatinin, transferin,
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma: kerusakan permukaan kulit karena
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Mandiri
Praoperasi
area graft.
Pascaoperasi 3.
antimikrobial topikal.
donor.
4. Menurunkan pembengkakan/
graft baru dan atau sisi donor tembus pandang tak reaktif
epitel baru/melindungi
6. Mengevaluasi keefektifan
adanya penyembuhan.
Kolaborasi 9.
9. Siapkan/bantu prosedur
ketebalan parsial.
f. Perubahan gangguan citra tubuh: penampilan, peran berhubungan dengan krisis situasi;
Tujuan :
Kriteria Hasil :
2.) Bicara dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan yang terjadi
4.) Memasukan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri 1. Episode traumatik
perbaikan optimal.
pemberi asuhan.
koping positif.
rehabilitasi. demonstrasi
keluarga.
9. meningkatkan ventilasi
pasien.