Combustio
Pembimbing :
Oleh :
R.Aj.Erlinda Manggarsari
202220401011171
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
SMF Bedah dan saya menyadari bahwa responsi kasus ini tidaklah
sempurna. Untuk itu saya mohon maaf atas segala kesalahan dalam
responsi kasus ini. Saya sangat menghargai segala kritik dan saran
sehingga responsi kasus ini bisa menjadi lebih baik dan dapat lebih
Penulis
BAB 1
PENDAH
ULUAN
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
2019).
tubuh, yang menghancurkan dan / atau merusak kulit manusia (luka bakar
termal). Selain luka bakar termal, juga terdapat luka bakar listrik, kimia,
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit, sekitar
mortalitas yang tinggi, terutama pada luka bakar derajat II dan III yang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
bakar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut (Sulastri et al., 2022)
trauma suhu/ termal seperti api, air panas, listrik atau zat-zat yang bersifat
membakar seperti asam kuat dan basa kuat. Luka bakar dengan ketebalan
parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun
hanya merusak sebagian dari epitel. Luka bakar dengan ketebalan penuh
et al., 2020).
2.2 Epidemiologi
wilayah Asia Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi,
27% dari angka keseluruhan secara global meninggal dunia dan hampir
selama periode 2 tahun adalah 303 pasien. Perbandingan antara pria dan
wanita adalah 2,26: 1 dan usia rata-rata adalah 25,7 tahun (15-54 tahun).
Sebagian besar pasien dengan luka bakar berat 20-50% adalah 45, 87%.
sebanyak 34% pada tahun 2012 dan sebanyak 33% pada tahun 2011. Data
dari RSUP daerah diluar Jakarta, RSU. Sanglah Denpasar tahun 2012 dari
total 154 pasien yang dirawat 13 orang meninggal (8,42%) akibat ledakan
api dengan lukabakar luas dan dalam, RSUP Sardjito Yogyakarta, pada
tahun 2012 terjadi bencana gunung merapi meletus yag kedua kali, dari
total pasien 49 yang dirawat di unit luka bakar, 30 pasien adalah korban
Surabaya tahun 2011 dari total pasien 145, 127 pasien (87.6%)
(KEMENKES ,2019).
kemajuan dalam perawalan luka bakar. Walaupun luka bakar pada pasien
2.3 Etiologi
menjadi:
Paparan api
luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau
cairan.
Uap panas
luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi
oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
distal di paru.
Gas panas
Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat
tambahan.
Radiasi
2.4 Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas
kontak dengan sumber tenaga panas dan pigmentasi permukaan. Saraf dan
gelombang mikro, sinar ultraviolet, dan cahaya tampak. Radiasi ini dapat
merusak jaringan baik dengan panas (gelombang mikro) atau ionisasi
yang terbatas yang dapat ditoleransi. Diatas 5loC, protein terdenaturasi dan
penyinaran sangat singkat yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang
sirkulasi; tetapi pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak efektif
(Stanojcic et al., 2018) . Akibat pertama luka bakar adalah syok karena
kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat I.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi
syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi
wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau
stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga ( Sjamsuhidajat
tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang
sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang
tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain
berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman
De Jong, 2017).
2. Zona statis
jaringan
3. Zona hiperemi
diagnosis, yaitu
a. Berdasarkan penyebab
basa kuat)
Tidak dijumpai bulae. Terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris yang
bulae. Terasa nyeri akibat ujung saraf sensoris yang teriritasi. Dasar luka
berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
lama dari derajat II-A tergantung pada jumlah epitel yang masih
kerusakan. Tidak ada bula, dan tidak terasa nyeri dan hilang
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar
dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode
luka bakar hanya dhitung pada pasien dengan derajat luka II (IIA & IIB)
atau III.
Pada dewasa digunakan “Rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada,
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki
kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
o Pada anak dibawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai
o 14%. Torso dan lengan presentasenya sama dengan dewasa
Metode palmar
Metode palmar digunakan untuk mengestimasi luas luka bakar
pada luka bakar yang tidak luas dapat menggunakan area palmar
(jari dan telapak tangan) dari tangan pasien yang dianggap memiliki
1% total body surface area (TBSA). Metode ini sangat berguna bila
pasien memiliki luka bakar kecil yang tersebar sehingga tidak dapat
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka
bakar, yaitu:
Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi
Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau
3. Fase lanjut
Jong, 2017).
2.7 Tatalaksana
- Berdasarkan penyebab
Berikut adalah beberapa prinsip dalam penatalaksanaan luka bakar secara umum,
antara lain :
yaitu : luka bakar yang bersifat asam kuat jangan diatasi dengan
Primary Survey
jelaga (black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak
pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan
Circulation
(melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu
penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan
pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak
dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat
ada atau telah diatasi. Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis yang
tepat.
b. Mekanisme trauma
1) Luka bakar :
- Durasi paparan
- Suhu dan Kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air
panas
2) Trauma tajam :
- Kecepatan proyektil
- Jarak
- Panjang pisau, jarak dimasukkan, arah
3) Trauma tumpul:
- Ejeksi (terlontar)
support)
a. Eskarotomi
Prosedur:
1) Diagnosis:
a) Eskar melingkar di dada dan esktremitas.
1. Kebutuhan cairan
cairan RL, 50% total perhitungan cairan dibagi menjadi 2 tahap dalam
maintenance cairan mengandung NaCl dengan Na+ 1-2 mEq/kg/24 jam dan
pasien. Resusitasi dengan rute oral dapat dilakukan juga pada TBSA
< 20%
TBSA.
(contoh: urine yang sedikit dapat disebabkan karena kekurangan cairan, kateter
urine yang tersumbat, SIADH dll.) Pemantauan resusitasi: Cara yang paling
pemasangan kateter urin. Pemasangan kateter urin menjadi sangat penting pada
perifer lengkap, analisis gas darah, elektrolit serum, serum lactate, albumin,
SGOT, SGPT, Ureum/ Creatinin, glukosa darah, urinalisa, dan foto toraks.
2. Kebutuhan Nutrisi
pasien ini tidak terpenuhi, maka akan meningkatkan risiko malnutrisi pada
dapat melindungi mukosa usus halus dari kerusakan yang timbul pasca
imun, kadar hemoglobin dan kadar albumin serum lebih baik menurunkan
jaringan.
memadai.
(KEMENKES, 2019)
2.8 Komplikasi
Luka bakar dapat memberikan komplikasi pada setiap fasenya. Antara lain :
1. Syok hipovolemik
2. Oedem laring
muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap,
uap panas yang terhisap, udem yang terjadi dapat menyebabkan
yang timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan
3. Keracunan gas CO
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman dari saluran nafas atas
darah.
2.9 Prognosis
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan
menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and
prediction of outcome ; yang mana bersifat bersifat kompleks. Prognosis luka
bakar tergantung pada
Hal yang dapat terjadi pada penderita luka bakar setelah mengalami suatu cedera
luka bakar diantaranya sebagai berikut :
3. Meninggal
Identitas
Nama : An. Y
Usia : 6 th
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Alamat : Jombang
Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan tambahan
- -
RPS
I. PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran: composmentis
GCS: 456
TB: 90 cm
BB: 18,9 kg
RR: 28 x/menit
a. Status Interna
Sclera icterus - / -
Dyspnea (-)
b. Status Lokalis
Kepala dan Leher: 0%
Trunkus Anterior: 0%
Trunkus Posterior: 0%
Abdomen : 1 %
Bokong : 5%
Genetalia: 1%
Total: 19 %
PLANNING DIAGNOSIS
III. DIAGNOSIS
718 cc
(inf RL)
(RL+Dextran)
- Pasang DK
V. PLANNING MONITORING
Keluhan pasien
Produksi urine
Observasi luka
Nutrisi
VI. KIE
Kesimpulan
oleh kontak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik,
dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak
kedalaman luka bakar. Beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan
Bolenbaucher, R., Cotner-Pouncy, T. & Edwards, C., 2016. Burn Clinical Practice
Anderson, J., Mandell, S. & Gibran, N., 2019. Burns. Dalam: Schwartz’s
262.
Hakim, A. M. (2020). Efektifitas Aloe vera terhadap Luka Bakar. Jurnal Ilmiah
& Logsetty, S. (2020). Burn injury. Nature Reviews Disease Primers, 6(1).
https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Stanojcic, M., Abdullahi, A., Rehou, S., Parousis, A., & Jeschke, M. G. (2018).
267(3). https://doi.org/10.1097/SLA.0000000000002097
Sulastri, T., Safitri, R., & Luzien, N. (2022). Edukasi Kesehatan Penanganan
https://doi.org/10.56303/jppmi.v1i1.25
Wang, Y., Beekman, J., Hew, J., Jackson, S., Issler-Fisher, A. C., Parungao, R.,
Lajevardi, S. S., Li, Z., & Maitz, P. K. M. (2018). Burn injury: Challenges
https://doi.org/10.1016/j.addr.2017.09.018