Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Combustio ( Luka Bakar )”


Dosen : Dewi Apriliyanti, Ners., M.Kep

Disusun oleh:

Devia NIM : 2019.B.20.0502

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan
memberikan nikmat serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat rahmat dan kehendak-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini.
Makalah yang berjudul “Combustio ( Luka Bakar )”. Dalam penyusunan makalah ini penyusun
banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi
tidak luput dari kendala.
Penyusun menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan makalah ilmiah ini. Penyusun mengharapkan makalah ilmiah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi penyusun dan bagi rekan-rekan yang membaca makalah ilmiah ini pada
umumnya.

Palangka Raya, 12 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN                                                                                
1.1.  Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN      
2.1 Pengertian……………………………………………………………..
2.2 Etiologi…………………………………………………………………
2.3 Manifestasi Klinis………………………………………………………
2.4 Patofisiologi……………………………………………………………
2.5 Pemeriksaan penunjang………………………………………………..
2.6 Pathway………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.............................................................................................

                                                                                                               
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber panas,
kimia, listrik, atau radiasi disebut sebagai luka bakar. Cedera luka bakar terjadi ketika energy
dari sumber panas dipindahkan ke jaringan tubuh. (Black & Hawk, 2009). Perawatan luka
bakar telah meningkat dalam beberapa decade terakhir, menyebabkan tingkat mortalitas
korban cedera luka bakar yang lebih rendah. Pusat-pusat luka bakar yang khusus telah
didirikan dan di dalamnya anggota tim luka bakar multidisiplin bekerja sama untuk melayani
klien dengan luka bakar dan keluarganya. Kemajuan dalam perawatan prarumah sakit dan
rawat inap telah menyumbang banyak terhadap ketahanan hidup. (Black & Hawk, 2009).
Pada korban luka bakar usia kurang dari empat tahun dan korban yang berusia lebih dari 60
tahun terdapat insidensi komplikasi yang lebih tinggi dan dengan demikian angka mortalitas
juga lebih tinggi. Penanganan luka bakar yang agresif dan segera akan memperbesar peluang
pasien untuk bertahan hidup. Selanjutnya, tindakan suportif dan teknik steril yang ketat dapat
meminimalkan insidensi infeksi. Perawatan luka bakar yang teliti dan komprehensif dapat
memberikan perbadaan antara hidup dan mati. Kemungkinan untuk bertahan hidup dan
sembuh setelah mengalami luka bakar berat lebih besar jika luas luka bakar kurang dari 20%
luas total permukaan tubuh. (Jennifer P. Kowalak, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu combustio ?
2. Bagaimana etiologi combustio ?
3. Bagaimana manifestasi klinis combustio ?
4. Bagaimana patofisiologi combustio ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang combustio ?
6. Bagaimana pathway pada combustio ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu combustio
2. Untuk mengetahui etiologi pada combustio
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada combustio
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada combustio
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang pada combustio
6. Untuk mengetahui bagaimana pathway pada combustio
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Combustio atau luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas,
kimia/radioaktif. (Long, 1996). Combustio atau Luka bakar disebabkan oleh perpindahan
energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi/radiasi
elektromagnetik. (Effendi. C, 1999) Kecelakaan arus listrik dapat terjadi apabila arus listrik
dapat terjadi apabila arus/ledakan dengan tegangan tinggi. Energi panas yang timbul
menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh. Pada luka jenis ini yang khas adalah adanya
luka tempat masuk yang menimbulkan hiperemesis dan ditengahnya ada daerah nekrosis yang
dikelilingi daerah pucat (Junaidi. P, 1997).Metacarpal adalah jari-jari tangan. Tulang
metacarpal dapat bergerak fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi (Junaidi. P, 1997) Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa combustio metacarpal adalah kerusakan jaringan
yang mengenai jari-jari tangan akibat dari aliran listrik yang bertegangan tinggi. Luka pada
daerah masuknya arus listrik biasanya gosong dan tampak mencukung serta ditengahnya ada
daerah nekrosis yang dikelilingi derah pucat.

2.2 Etiologi
Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebab antara lain :
1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api)
2. Listrik : Voltage tinggi, petir
3. Kimia : asam kuat, basa kuat.
4. Radiasi : termasuk X-Ray
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar dipengaruhi oleh
cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal: suhu benda yang membakar, jenis
pakaian yang terbakar, api, air panas, minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi
ruangan saat terjadi kebakaran (Effendi. C, 1999)

 Luka bakar termal (panas)


Luka bakar termal disebabkan oleh paparan atau kontak langsung dengan api, cairan
panas, semi cairan (misalnya uap air), semipadat (misalnya ter), atau benda panas.
 Luka bakar kimia
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontak dengan asam kuat, basa kuat, atau senyawa
organik. Konsentrasi volume, dan jenis bahan kimia, serta rentang waktu kontak,
menentukan keparahan cedera kimia.
 Luka bakar listrik
Luka bakar listrik dapat disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh energi listrik
seiring listrik tersebut melewati tubuh. Cedera listrik dapat disebabkan oleh kontak
dengan kabel listrik yang terbuka atau bermasalah atau jalur listrik tegangan tinggi.
Orang yang tersambar petir juga menderita cedera listrik.
 Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi adalah jenis luka bakar yang paling jarang dan disebabkan oleh
paparan terhadap sumber radioaktif. jenis cedera ini terkait dengan kecelakaan radiasi
nuklir, dan penggunaan radiasi pengion di industry, dan iradiasi terapeutik. Luka bakar
matahari, yang ditimbulkan akibat paparan berkepanjangan terhadap sinar ultraviolet
(radiasi matahari), juga dianggap sebagai bentuk luka bakar radiasi.
 Cedera inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian (misalnya karbo monoksida) dan asap pada umumnya
terjadi pada cedera api, khususnya bila korban terperangkap dalam ruang yang tertutup
dan penuh asap (misalnya pada kebakaran rumah tinggal). (Black & Hawk, 2009)
 Faktor Resiko dan Pencegahan Cedera
Cedera luka bakar pada dewasa lebih cenderung terjadi pada laki-laki dengan
kelompok usia 20 hingga 40. Kontak dengan kebakaran atau api terjadi pada lebih dari
60% cedera. Kebakaran struktural menyebabkan kira-kira 5% masuknya klien kerumah
sakit terkait luka bakar bagaimanapun, ia menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait
luka bakar. Kira-kira 30% semua kematian terkait luka bakar adalah hasil akibat
kebakaran struktural, terlihat dari inhalasi asap yang terkait.
Luka bakar lepuh terjadi pada kira-kira 10% dewasa dan 30% pada anak-anak. Anak
berusia 2 hingga 4 tahun menderita lebih banyak cedera lepuh dibandingkan orang dari
kelompok usia lainnya. Cedara lepuh sering kali merupakan akibat dari kecelakaan pada
saat melakukan tugas sehari-hari seperti memandikan dan memasak.
Usaha paling utama untuk menurunkan cedera dan kematian akibat kebakaran di
perumahan adalah adanya detektor asap dan pemadam kebaran yang berfungsi. Usaha
pencegahan juga difokuskan pada mengesahkan undang-undang yang mengharuskan
produksi komersial dan penjualan rokok yang aman api yang dirancang dengan
kecenderungan yang lebih rendah untuk tersulut. Untuk menurunkan angka kejadian
cedera lepuh, komisi keamanan produk konsumen dan laboraturium penjamin telah
merekomendasikan suhu maksimum termostat air panas diturunkan dengan label
peringatan yang mengidentifikasi potensi cedera ditempel dengan pemanas air. (Black &
Hawk, 2009).
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan
kerusakannya :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 dan
tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka merah,
basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputih-putihan dan hitam
keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.

2.4 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang
berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya
kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya
integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan
mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada
permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke
ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida,
kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok
hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996).
Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate
Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan
untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan
adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase
diuresis.
2.5 Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan
dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan, hipokalemia terjadi
bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

2.6 Pathway
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/ radiasi elektromagnet. (Brunner & Suddarth,
2001).
DAFTAR PUSTAKA
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai