DISUSUN OLEH
Ayu Rohani Nainggolan
042020001
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN KASUS KELOLAAN
b. Etiologi
Etiologi Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal
(Brunner & Suddart, 2015), diantaranya adalah :
1) Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat.
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam),
dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya
(logam panas, dan lain-lain).
c. Patofisiologi
d. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis luka bakar dapat dikelompokkan menjadi trauma
primer dan sekunder, dengan adanya kerusakan langsung yang
disebabkan oleh luka bakar dan morbiditas yang
akan muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah sekitar luka, akan
ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau perubahan
sensasi. Efek sistemik yang ditemukan pada luka bakar berat seperti
syok hipovolemik, hipotermi, perubahan uji metabolik dan darah
(Rudall & Green, 2010).
Syok hipovolemik dapat terlihat pada pasien dengan luas luka
bakar lebih dari 25% LPTT. Hal tersebut disebabkan oleh
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah yang berlangsung secara
kontinyu setidaknya dalam 36 jam pertama setelah trauma luka bakar.
Berbagai protein termasuk albumin keluar menuju ruang interstitial
dengan menarik cairan, sehingga menyebabkan edema dan dehidrasi.
Selain itu, tubuh juga telah kehilangan cairan melalui area luka,
sehingga untuk mengkompensasinya, pembuluh darah perifer dan
visera berkonstriksi yang pada akhirnya akan menyebabkan
hipoperfusi. Pada fase awal, curah jantung menurun akibat
melemahnya kontraktilitas miokardium, meningkatnya afterload dan
berkurangnya volume plasma. Tumour necrosis factor-α yang
dilepaskan sebagai respon inflamasi juga berperan dalam penurunan
kontraktilitas miokardium (Rudall & Green, 2010).
Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat,
hal ini disebabkan akibat evaporasi cairan pada kulit karena suhu tinggi
luka bakar dan syok hipovolemik. Uji kimia darah menunjukkan
tingginya kalium (akibat kerusakan pada sel)
dan rendahnya kalsium (akibat hipoalbuminemia). Setelah 48 jam
setelah trauma luka, pasien dengan luka bakar berat akan menjadi
hipermetabolik (laju metabolik dapat meningkat hingga 3 kali lipat).
Suhu basal tubuh akan meningkat mencapai 38,5 0C
akibat adanya respon inflamasi sistemik terhadap luka bakar. Respon
imun pasien juga akan menurun karena adanya down regulation pada
reseptor sehingga meningkatkan resiko infeksi dan juga hilangnya
barier utama pertahanan tubuh yaitu kulit (Rudall & Green, 2010).
Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber yaitu
antara lain, sumber luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian
pembalut luka ataupun donor kulit. Setelah terjadinya luka, respon
inflamasi akan memicu dikeluarkannya berbagai mediator seperti
bradikinin dan histamin yang mampu memberi sinyal rasa nyeri
(Richardson & Mustard, 2009).
f) Punggung :9%
g) Bokong :9%
h) Genetalia :1%
100%
h. Pemeriksaan Penunjang
i. Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury,
2013).
1) Infeksi luka bakar
I. Pengkajian
Pengkajian menurut Majid (2013), meliputi:
e. Exposure
d. Review of system.
4: pasien sangaat
tergantung pada orang
lain
b. Observasi kemampuan
gerak motoric,
keseimbangan
c. Ubah posisi pasien tiap 2
jam
d. Bantu pasien dalam
memenuhi
kebutuhannya
e. Bantu pasien
melakukan perubahan
gerak (ROM) aktif dan
pasif
f. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain
(fisioterapi)
8 Resiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol Infeksi
faktor risiko tindakan keperawatan a. Monitor tanda dan
pertahanan diharapkan tidak ada gejala infeksi
primer tidak tanda-tanda infeksi b. Pertahankan tekhnik
adekuat; dengan kriteria hasil: aseptik
kerusakan Status imun c. Batasi pengunjung bila
kulit; jaringan setelah dilakukan perlu
traumatic. tindakan keperawatan d. Pertahankan hand
Pertahanan pasien tidak mengalami hygiene
sekunder tidak infeksi dengan kriteria e. Penatalaksanaan
adekuat; hasil : pemberian antibiotik
penurunan Hb, a. Klien bebas dari tanda f. Inspeksi kulit untuk
penekanan dan gejala infeksi adanya iritasi
respon (Rubor, Kalor, Tumor, g. Perhatikan keluhan klien
inflamasi. Dolor, dan fungsi terhadap keluhan
Laesa) peningkatan nyeri, rasa
b. Menunjukkan terbakar, eritema atau
kemampuan untuk bau tak sedap.
mencegah timbulnya h. Observasi luka
infeksi terhadap pembentukan
c. Jumlah leukosit bula, perubahan warna
dalam batas normal luka, bau
4,0-10,0 drainase yang
tidak sedap.
i. Lakukan perawatan luka
sesuai protocol dengan
tehnik steril.
j. Lakukan perlindungan
infeksi.
k. Berikan therapy
obat-obatan sesuai
indikasi; anti biotic, TT
dll.
l. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan untuk
setiap pasien
V. Evaluasi