KELOMPOK 4
Heru mardiyono
Natalya purwanto
Kimberly kaligis
Novita maasawet
T.A 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut
(Young et al, 2019). Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka
lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada
pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan di diami
oleh bakteri patogen, mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein
serta elektrolit, dan kerap kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh untuk
menghasilkan penutupan luka yang permanen (Rittenhouse et al, 2019). Luka bakar
disebabkan pemindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Kedalaman cedera
bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan durasi kontak dengan agen tersebut.
Luka bakar merusak kulit, yang memicu peningkatan kehilangan cairan, infeksi,
hipotermi, pembentukan jaringan parut, penurunan imunitas dan perubahan
fungsi,penampilan dan citra tubuh (Smeltzer & Bare, 2015, hal. 89). Menurut WIjaya &
Putri.
(2013), salah satu penyebab luka bakar adalah arus listrik. Luka bakar listrik terjadi
karena panas yang digerakan dari energi listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun
Direct Current (DC) yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai
tubuh. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012, secara global,
trauma luka bakar termasuk kedalam peringkat ke 15 penyebab utama kematian pada
anak-anak dan dewasa muda yang berusia 5-29 tahun. Angka mortalitas akibat trauma
luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun. Lebih dari 95% trauma luka bakar yang serius
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Asia Tenggara merupakan
wilayah penyumbang terbesar kasus luka bakar di dunia dengan angka kematian tertinggi
adalah perempuan dan anak-anak dibawah usia 5 tahun serta orang tua yang berusia lebih
dari 70 tahun. Sedangkan luka bakar karena lsitrik menyebabkan sekitar 1.000 kematian
per tahun. Sekitar 90% luka bakar terjadi di negara berkembang, secara keseluruhan
hampir 60% dari luka bakar yang bersifat fatal terjadi di Asia Tenggara dengan tingkat
kejadian 11,6 per 100.000 penduduk (Hasdianah & Suprapto, 2014). Berdasarkan data
dari American Burn Association (ABA) tahun 2010 insiden tentang luka bakar di
Amerika Serikat sejak tahun 2001 hingga Juni 2010 diperkirakan lebih dari 163.000
kasus, dimana 70% pasien adalah laki-laki dengan rata-rata usia sekitar 32 tahun, 18%
anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun dan 12% kasus berusia lebih dari 60 tahun.
Luka bakar dengan luas 10% Total Body Surface Area (TBSA) sebesar 7%. Penyebab
tertinggi akibat flame burn (44%) dan tingkat kejadian paling sering di rumah (68%).
Pada tahun 2016 sekitar 486.000 orang mengalami luka bakar dan mendapatkan
perawatan medis di Amerika Serikat, 40.000 orang membutuhkan rawat inap dirumah
sakit, jumlah rata-rata yang sembuh 93% dan 3275 orang meninggal sebelum dan
sesudah dirawat (American Burn Association, 2016).
B. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
C. Manfaat
Manfaat Bagi Masyarakat
Studi kasus ini dapat dijadikan pedoman masyarakat untuk mengetahui penyebab, gejala,
klasifikasi, dan komplikasi pada luka bakar.
Manfaat Bagi Pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Keperawatan Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian dalam keperawatan untuk membentuk praktek keperawatan
profesional terutama dalam penatalaksanaan luka bakar dan sebagai bahan acuan bagi
penulis selanjutnya dalam mengembangkan penulisan lanjut.
Manfaat Bagi Penulis
Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
luka bakar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Luka Bakar
2.1.1 Pengertian Luka
bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha, 2010). Luka bakar
adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), bahan kimia,
elektrik dan radiasi (Suryadi, 2001). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga disebabkan
oleh kontak dengan suhu rendah (Masjoer, 2003). Luka bakar adalah luka yang
disebabkan oleh trauma panas yang memberikan gejala tergantung luas dalam dan lokasi
lukanya (Tim Bedah, FKUA, 1999) Jadi, luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang
disebabkan oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.
2.1.2 Etiologi
Menurut Musliha 2010, luka bakar dapat disebabkan oleh ;
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
2.1.3 Tanda dan Gejala
Menurut Wong dan Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat
vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan
dibawah kulit), luka merah dan basah mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21-28 hari
tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan (seperti
merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan
(seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering,
lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).
2.1.4 Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan
merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat
kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan
albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang
masif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak
pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam
setelah terjadi reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan
jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok
hipovelemik (burn syok).
2.1.5 Fase Luka Bakar
1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita
akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya
ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan)
yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
ditingkahi dengan problema instabilitas sirkulasi.
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan :
a. Proses inflamasi dan infeksi
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
Klasifikasi Luka Bakar (Menurut Musliha, 2010)
1. Dalamnya luka bakar
KASUS
I. PENGAKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama : Tn. S
No RM : 250429
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh harian
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Karangsono, Semarang
Ruang : Prabu Kresna
Tanggal MRS : 8 April 2013/ 17.00 WIB
Tanggal pengkajian : 8 April 2013/ 18.00 WIB
Dx. Medis : Combustio
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. L
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Karangsono Semarang
Hubungan dengan klien : Istri
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan panas dan nyeri pada luka bakar.
C. RIWAYAT PENYAKIT (KELUHAN) SEKARANG
Luka bakar muncul saat pasien membakar sampah yang terdapat bensin. Bakaran api
tersebut mengakibatkan luka bakar pada wajah, leher dan lengan kanan bawah. Klien
langsung dibawa ke UGD RSUD Kota Semarang 8 April 2013 pukul 17.00. Pada saat di
UGD (pukul 17.10) klien mendapatkan terapi RL 20 tpm. Ibu profen 1x400mg. Cefotaxim
2x1gr (IV), dan salep burnazen. klien dipindahkan di ruang rawat. Klien mengatakan
muncul rasa panas dan nyeri pada area luka terutama pada area wajah dan bertambah rasa
nyeri saat diberikan salep. Skala nyeri 7.
4. Kepala
a. Kepala : simetris, tidak ada lesi dan jaringan parut, rambut berwarna hitam tidak
mudah rontok, lembab, dan pendek.
b. Mata : terdapat luka bakar di area mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada peningkatan tekanan intra okuler, ada
reflek cahaya pada pupil
c. Hidung : terdapat luka bakar di area hidung, tidak ada polip, tidak ada sekret dan
pendarahan.
d. Mulut :terdapat luka bakar di area bibir, mukosa bibir pucat tidak ada sariawan ,
lidah berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan tonsil, tidak terdapat karies
pada gigi.
e. Telinga : simetris kanan dan kiri , sedikit purulern , tidak terdapat lesi dan nyeri
tekan, ketajaman pendengaran normal.
5. Leher
Terdapat luka bakar di area leher, tidak terjadi pembesaran tiroid, tidak terdapat
distensi vena jugularis. Luas luka bakar wajah dan leher 9%.
c. Perkusi : Sonor
7. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi :
Pulsasi : ( √ ) Kuat ( ) Lemah
Ictus cordis : teraba di interkosta V
c. Perkusi : tidak terdapat pembesaran, bunyi pekak.
d. Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan. Bunyi jantung I II reguler, gallop (-), mur-
mur (-)
8. Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada massa, tidak ada jaringan parut
b. Auskultasi : bising usus 8x/menit
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
d. Perkusi : bunyi timpani.
9. Genitalia :
genitalia klien bersih , tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas atas : simetris kanan dan kiri,. Kekuatan otot 4. Terdapat luka bakar
kemerahan di lengan atas kanan dengan luas 4.5 %.
- + - + - - - -
11. Ekstermitas bawah : simetris kanan dan kiri, tidak terdapat lesi dan nyeri tekan. Kekuatan
otot 5.
Tgl Kanan Kiri
Selasa Kesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri
9 April
2013
- - - - - - - -
G. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. Pola oksigenasi
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam bernapas.
b. Selama sakit : Klien tidak merasakan sesak nafas dan tidak membutuhkan alat
bantu.
4. Kebutuhan termoregulasi :
a. sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan mengenai suhu tubuh
b. selama sakit : klien mengatakan daerah wajah, leher, dan lengan atas terasa panas.
Ideal diri : Kesembuhan dan sehat semua diserahkan pada Tuhan YME
I. PROGRAM TERAPI
Jenis Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontraindiksi Efek samping
Terapi
Infus RL 500ml IV Indikasi : mengembalikan keseimbangan Ringer laktat menjadi kurang disukai Edema jaringan pada
12 tpm elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok karena menyebabkan hiperkloremia penggunaan volume yang
hipovolemik. dan asidosis metabolik, karena akan besar, biasanya paru-
Cara kerja : keunggulan terpenting dari larutan menyebabkan penumpukan asam paru.
Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan laktat yang tinggi akibat
konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang metabolisme anaerob.
dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium
merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.
Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi
dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan.
IbuProfe 400 mg oral Meredakan demam. Penderita gangguan fungsi ginjal, mual, muntah, diare,
n Mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, gagal jantung, hipertensi, dan konstipasi, nyeri
sakit gigi, nyeri otot, nyeri setelah operasi penyakit lain yang mengakibatkan lambung, ruam kulit,
pada gigi dan dismenore. retensi cairan tubuh, asma, gangguan pruritus, sakit kepala,
Terapi simptomatik rematoid artritis dan pembekuan darah, lupus ertematosus pusing dan heart burn.
osteoarthritis. sistemik.
Hati-hati penggunaan pada anak usia
Cara Kerja : di bawah 1 tahun, wanita hamil
buprofen merupakan derivat asam fenil trimester 1 dan 2, dan ibu menyusui.
propionat dari kelompok obat antiinflamasi Hati-hati pemberian pada penderita
nonsteroid (OAINS). Ibuprofen bekerja melalui tukak lambung atau mempunyai
penghambatan enzim siklooksigenase pada riwayat tukak lambung.
biosintesis prostaglandin, sehingga konversi Hati-hati pada penderita yang sedang
asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. mendapatkan antikoagulan kumarin.
Prostaglandin berperan pada patogenesis
inflamasi, analgesia dan demam. Dengan
demikian maka ibuprofen mempunyai efek
antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih
besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping yang lebih ringan terhadap lambung.
Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi
dengan cepat, berikatan dengan protein plasma
dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2
jam setelah pemberian. Adanya makanan akan
memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi
jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di
hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi
bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit
inaktif, sempurna dalam 24 jam.
Cefotaxi 1 gr IV Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen- Penderita dengan riwayat Reaksi hipersensitifitas,
me patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime hipersensitif terhadap antibiotik eosinofilia, neutropenia,
seperti : cephalosporin. Penderita ginjal yang leukopenia yang bersifat
- Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan berat. sementara, flebitisefek
tenggorokan. pada lambung-usus,
- Infeksi pada telinga. superinfeksi.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak. Peradangan iritatif dan
- Infeksi tulang dan sendi. nyeri pada tempat
- Infeksi genitalia, termasuk gonore non- penyuntikan.
komplikata.
- Infeksi abdominal.
Cara Kerja : Cetirizine merupakan
antihistamin potensial yang memiliki
efek sedasi (kantuk) ringan dengan sifat
tambahan anti alergi.
Ketorola 30 mg IV Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan Pasien yang sebelumnya Efek samping di bawah
c jangka pendek terhadap nyeri akut sedang pernah mengalami alergi dengan ini terjadi pada uji klinis
sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total obat ini, karena ada kemungkinan dengan Ketorolac IM 20
Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. sensitivitas silang. dosis dalam 5 hari.
Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan Pasien yang menunjukkan
segera setelah operasi. Harus diganti ke manifestasi alergi serius akibat Insiden antara 1 hingga
analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan pemberian Asetosal atau obat anti- 9% :
terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac inflamasi nonsteroid lain. Saluran cerna : diare,
tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat Pasien yang menderita ulkus dispepsia, nyeri
prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri peptikum aktif. gastrointestinal, nausea.
karena belum diadakan penelitian yang adekuat Penyakit serebrovaskular Susunan Saraf Pusat :
mengenai hal ini dan karena diketahui yang dicurigai maupun yang sudah sakit kepala, pusing,
mempunyai efek menghambat biosintesis pasti. mengantuk, berkeringat
prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi Diatesis hemoragik termasuk
fetus. gangguan koagulasi.
Sindrom polip nasal lengkap
atau parsial, angioedema atau
bronkospasme.
Terapi bersamaan dengan
ASA dan NSAID lain.
Hipovolemia akibat dehidrasi
atau sebab lain.
Gangguan ginjal derajat
sedang sampai berat (kreatinin
serum >160 mmol/L).
Riwayat asma.
Pasien pasca operasi dengan
risiko tinggi terjadi perdarahan atau
hemostasis inkomplit, pasien
dengan antikoagulan termasuk
Heparin dosis rendah (2.500–5.000
unit setiap 12 jam).
Terapi bersamaan dengan
Ospentyfilline, Probenecid atau
garam lithium.
Selama kehamilan,
persalinan, melahirkan atau laktasi.
Anak < 16 tahun.
Pasien yang mempunyai
riwayat sindrom Steven-Johnson
atau ruam vesikulobulosa.
Pemberian neuraksial
(epidural atau intratekal).
Pemberian profilaksis
sebelum bedah mayor atau intra-
operatif jika hemostasis benar-
benar dibutuhkan karena tingginya
risiko perdarahan.
Burnazin Cream Indikasi : Luka bakar semua derajat Burnazin tidak boleh digunakan pada dapat terjadi reaksi
10 Cara kerja : Burnazin krim adalah sediaan : lokal seperti rasa
mg/g x antimikroba topikal yang mengandung silver terbakar, gatal dan kulit
35 g sulphadiazine dalam dasar krim hidrofilik yang Penderita yang peka terhadap kemerahan.
lunak. Silver sulphadiazine mempunyai aktivitas golongan sulphonamide. Leukopenia,
antibakteri yang luas terhadap bakteri gram Wanita hamil tua, bayi baru lahir, gangguan darah lain,
positif dan gram negatif. karena dapat menimbulkan resiko hepatitis, dan nekrosis
kernicterus hepatoseluler
Gentami 3 mg Infeksi : Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Hipersensitif terhadap Gentamisin dan > 10% Susunan syaraf
sin Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), Aminoglikosida lain pusat : Neurotosisitas
infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit (vertigo, ataxia)
dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, Neuromuskuler dan
abdomen, endokarditis dan septikemia , skeletal : Gait instability
penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri Otic : Ototoksisitas
endokarditis dan tindakan bedah. (auditory), Ototoksisitas
(vestibular)
Ginjal : Nefrotoksik
( meningkatkan klirens
kreatinin)
1% – 10%
Cardiovaskuler :
Edeme
kemerahan
< 1%
Agranulositosis
Reaksi alergi
Dyspnea
Granulocytopenia
Fotosensitif
Pseudomotor Cerebral
Trombositopeni
J. ANALISA DATA
K. DIAGNOSA KEPERWATAN
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
M. IMPLEMENTASI
memberikan perawatan luka bakar (oles DS : klien menyatakan bersedia untuk diberi
burnazin) perawatan luka
DO : klien tampak tenang saat dilakukan
perawatan luka.
DP3 - memeriksa luka dan mencatat perubahan DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa
penampilan, bau, atau kuantitas drainase. lukanya.
DO: luka di wajah masih tampak kehitaman,
tidak terdapat bau pada luka pasien
- Mengukur TTV, mengkaji adanya diare dan
demam , DS: klien mengatakan tidak merasakan
demam, tidak mengalami diare
memberikan injeksi Ceftriakson 1x1A DO: TD: 120/80 mm/Hg, Suhu : 36,30C, Nadi :
80x/menit , RR : 18 kali/menit
DP 3 - memeriksa luka tiap hari, perhatikan/catat DS: klien menyatakan bersedia untuk diperiksa
perubahan penampilan, bau, atau kuantitas lukanya.
drainase. DO: luka di wajah masih tampak kehitaman,
tidak terdapat bau pada luka pasien
-mengawasi ttv
DS : klien menyatakan bersedia untuk diukur
ttv
DO : TD: 120/80 mm/Hg Suhu : 36,4 0C Nadi :
74x/menit RR : 20 kali/menit
N. EVALUASI
2 S: -
O: klien tampak tenang dan nyaman saat diberikan perawatan luka. Luka klien yang memrah di
tangan lengan atas itu sudah ada perbaikan
A: masalah teratasi
P : hentikan intervensi