Disusun oleh
Andik Pambudi
190070300011026
2. Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar
kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau
dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar
oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu
tipe luka bakar radiasi.
3. Klasifikasi
1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain
kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme
injuri dan usia
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas:
a. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada
elemen kulit yang rusak.
Tabel Kedalaman Luka Bakar
(tingkat II) Jilatan api kepada pakaian. Pucat bial ditekan dengan ujung jari,
bila tekanan dilepas berisi kembali.
Superfisial Jilatan langsung kimiawi.
Dalam
Sinar ultra violet.
Ketebalan sepenuhnya Kontak dengan bahan cair Kering disertai kulit mengelupas.
atau padat.
(tingkat III) Pembuluh darah seperti arang terlihat
Nyala api. dibawah kulit yang mengelupas.
4. Manifestasi Klinik
1. Fase Resusitasi :
Defisit volume cairan
Kerusakan pertukaran gas
Nyeri
Resiko terhadap cedera
Resiko terhadap infeksi
Resiko terhadap inefektif koping, individu/ keluarga
2. Fase Akut :
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan luka bakar dan immobilitas
Resiko terhadap infeksi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Inefektif Termoregulasi
Kurang pengetahuan berhubung dengan perawatan luka bakar
3. Fase Rehabilitasi :
Perubahan status nutrisi
Nyeri dan pruritus
Kerusakan integritas kulit
Gangguan body image
Resiko tinggi inefektif koping individu
11 – 20 Nyeri kepala
Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment of inhalation
injuries. Critical Care Clinics of North America, 3(2), 195.
6. Komplikasi
1. Hipertrofi Jaringan Parut
Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien
dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan
tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
Kedalaman luka bakar
Sifat kulit
Usia pasien
Lamanya waktu penutupan kulit
Penanduran kulit.
2. Kontraktur
Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan.
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi
kontraktur adalah :
Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika
ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV,
NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif).
Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang
bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure
grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya
kontraktur.
3. Infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat
mengalami sepsis.
4. Curling’s ulcer (tukak curling)
Ini merupakan indiksi serius, biasanya muncul pada malam kelima atau hari
kesepuluh terjadi ulkus duadenum atau ulkus lambung, kadang-kadang di temui
hematomesis.
5. Gangguan jalan nafas
Paling dini muncul di bandigkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama.
Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
1. Gagal Nafas Akut (ARDS)
2. Syok Hipovolemik
3. Gagal Ginjal Akut (ARF)
4. Sindrom kompartemen
5. Ileus paralitik
6. Ulcus Pepticum
7. Pencegahan
HATI-HATI
8. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a. Udara panas ,mukosa rusak, oedem, obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin, iritasi,
Bronkhokontriksi, obstruksi, gagal nafas.
2) Sirkulasi :
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke
ekstra vaskuler, hipovolemi relatif, syok, ATN, gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
- Tulle.
2. Non-Farmakologi
Perawatan Luka Bakar
Adapun tujuan perawatan luka bakar adalah menjaga luka tetap bersih,
mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan dan
komplikasi.
9. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik/Sistemik
1. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik),
takikardia (syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema
jaringan (semua luka bakar).
2. Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
3. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi), penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
4. Makanan/cairan:
Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
5. Neurosensori
Gejala : area batas, kesemutan.
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi
corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik),
ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka
bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
7. Respirasi/Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda : serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru);
stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
10. Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan menurut Teori
1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada klien
dengan luka bakar adalah :
Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor medical record dan diagnosa medis
serta identitas penanggung jawab yang meliputi : Nama, Jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, agama dan hubungan
dengan klien.
b. Riwayat kesehatan sekarang yang terdiri dari keluhan utama,
riwayat perjalanan penyakit dan kapan timbulnya penyakit
c. Riwayat Psikologis dan spiritual
d. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah klien sudah pernah
mengalami penyakit seperti yang di alami klien saat ini.
e. Riwayat kesehatan keluarga, apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang sama seperti yang dialami klien yang
menyokong diagnosa, pengetahuan dan pengertian keluarga
terhadap penyakit yang diderita klien.
f. Riwayat aktifitas sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Sebelum dan sesudah klien masuk rumah sakit, berapa kali
klien makan, porsi makan di habiskan atau tidak, apakah ada
makanan pantangan, berapa banyak klien minum, jenis
minumannya dan berapa banyak klien minum dalam sehari.
2. Pola Eliminasi
Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, berapa kali BAB,
bagaimana konsistennya, apakah padat, lembek atau cair,
bagaimana warnanya kuning atau coklat, berapa kali klien BAK
bagaimana warnanya kuning atau keruh.
3. Pola Aktifitas
Sebelum dan sesudah klien masuk rumah sakit, apakah
aktifitas klien terganggu, siapa yang memenuhi kebutuhan sehari-
harinya.
4. Pola Istirahat
Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, bagaimana pola
tidur, apakah klien tidur siang, berapa jam sehari dan berapa jam
klien tidur malam.
5. Personal Hygiene
Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, berapa kali klien
mandi, apakah klien mandi menggunakan sabun mandi, berapa
kali klien gosok gigi dan ganti pakaian.
Analisa data
Setelah data-data terkumpul dari haril pengkajian, selanjutnya
data tersebut dianalisis dan di cari penyebab dan masalah-masalah
yang aktual maupun potensial
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan
2. Diagnosa
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for
planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan obtruksi trakeabronkial, edema mukosa dan hilangnya
kerja silia. Luka bakar daerah leher, kompresi jalan nafas thorak
dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan
: status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer
tidak adekuat, kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan
respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh
debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi
aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas
dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 %-60% lebih besar
dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme
protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan
tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan
krisis situasi, kejadian traumatik peran klien tergantung,
kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi
Tidak mengenal sumber informasi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor.
Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Bulechek. Gloria dkk. (2013). Nursing intervention Classification (NIC). Edisi 6 Bahasa
Indonesia. Singapura : Elshevier
Doengoes, M.E., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC, Jakarta.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media
Erick Chandowo. 2011. Laporan Pendahuluan Luka Bakar 3. Available.on
http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAHULUAN_LUKA_BAKAR
_3 diakses tanggal 22 Nopember 2016
https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combustio_,diakses
tanggal 22 Nopember 2016
Herdman, T. Heather.2018.NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi
2018-2020.Jakarta : EGC
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on
Mansjoer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media Aeuscullapius
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Moorhead Sue dkk. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC). Edisi 5 Bahasa
Indonesia. Singapura : Elshevier
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC