Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

Vulnus Combutio Grade II

DISUSUN OLEH:

dr. Anggi Riani

KONSULEN PEMBIMBING:

dr. Mahendra, Sp. B

DOKTER PENDAMPING:

dr. Evi Desrianti

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

RUMAH SAKIT TK. IV 01.07.04 PEKANBARU

PROVINSI RIAU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak terhadap
panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti bahan-
bahan korosif), bahan-bahan elektrik (arus listrik atau lampu), friksi, atau energi
elektromagnetik dan radian. Luka bakar merupakan satu jenis trauma yang memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus
mulai fase awal hingga fase lanjut.1
Setiap tahun di Indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena kecelakaan.
Kecelakaan yang biasa terjadi adalah jatuh, terbakar dan tenggelam. Hampir semuanya
dapat dicegah dan dapat diatasi jika orang tua tahu apa yang harus mereka lakukan
untuk mencegah kecelakaan dan jika terjadi kecelakaan). Luka bakar karena
kebakaran merupakan satu dari banyak tipe luka bakar yang paling fatal dan sering
terjadi ketika anak bermain dengan korek api dan secara tidak sengaja membuat diri
(dan rumah) anak terbakar. Anak berisiko tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka
bakar terjadi dirumah misalnya pada waktu memasak, memanaskan air atau
menggunakan alat listrik yang paling sering menyebabkan kejadian ini. Kecelakaan
industri juga dapat menyebabkan luka bakar.
Luka bakar menempati urutan kelima penyebab kematian terkait kecelakaan yang
tidak disengaja pada anak, terutama apabila daerah yang terkena cukup luas. Dalam
penanganan luka bakar harus dipertimbangkan jenis, lokasi, luas dan dalamnya luka
bakar serta adanya kondisi khusus seperti pada anak.1 Perawatan luka bakar kompleks
umumnya memerlukan pendekatan multidisiplin., dan merupakan tantangan besar bila
hal tersebut terjadi pada anak. Penanganan luka bakar pada anak dan dewasa pada
dasarnya sama hanya akibat yang ditimbulkan dapat lebih serius pada anak. Hal itu
disebabkan secara anatomi kulit anak lebih tipis, lebih mudah terjadi kehilangan cairan
dan elektrolit serta kemungkinan terjadi hipotermi cukup besar.2
Di Amerika Serikat sekitar 120.000 anak per tahun mengalami luka bakar dan
merupakan penyebab ketiga terbesar kecelakaan non-fatal. Angka kejadian pada laki-
laki dibandingkan perempuan 3:2, dan sekitar 58 % kasus mengenai anak usia < 6
tahun. Luka bakar akibat air panas atau uap panas merupakan penyebab tersering yaitu
52,2 % diikuti oleh api 32,5 % dengan angka kematian 0,9/100.000 anak per
tahun.Berbeda dengan hasil yang dilaporkan di Pakistan pada 1725 anak usia di bawah
15 tahun yaitu usia terbanyak (67,5 %) adalah 3-6 tahun dengan rerata 5,04 (SB 2,78)
tahun, dan sekitar 70,3 % disebabkan tersiram air panas. Daerah tangan dan lengan
bawah merupakan bagian tubuh yang sering terkena (36%), diikuti daerah muka dan
leher (21,1 %).

Berdasarkan inventarisasi penanganan pasien luka bakar dari 14 rumah sakit besar
yang ada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Jember,
Mataram, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Palembang, ditemukan sepanjang
2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar. Angka kejadian luka bakar dalam datanya
terus meningkat dari 1.186 kasus pada 2012 menjadi 1.123 kasus (2013) dan 1.209
kasus (2014). Angka tersebut sebenarnya belum bisa dijadikan indikator nasional sebab
kasusnya mirip fenomena gunung es, dimana kasus yang terjadi sebenarnya jauh
lebih besar dari jumlah kasus yang dilaporkan. Kasus luka bakar yang terjadi pada anak
berdasarkan riskesdas 2013 ditemukan pada kelompok umur kurang dari 1 tahun
sebesaar 0,7%, kelompok umum 1-4 tahun sebesar 1,5% dan kelompok umur 5-14
tahun sebesar 0,6%.3

Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Luka Bakar Pada
Anak dari faktor risiko, etiologi hingga upaya pelaksanaannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik,
maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat
dan basa kuat.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik,
maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat
dan basa kuat.

2. Etiologi

a. Luka Bakar Termal

Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau


kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab
paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu
panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam
yang panas.

b. Luka Bakar Kimia


Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya
jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri
karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer.
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh. Luka bakar listrik ini biasanya lukanya
lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh.

d. Luka Bakar Radiasi


Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

3. Patofisiologi
Patofisiologi Kulit dapat bertahan terhadap panas sampai suhu
tertentu karena adanya kandungan air yang cukup. Pada daerah dengan
vaskularisasi yang banyak, memungkinkan terjadinya penghantaran panas dari
tempat luka bakar ke tempat lain sehingga mengurangi kedalaman luka bakar.
Luasnya luka bakar ditentukan oleh derajat panas, lamanya jaringan terpapar
dan ketebalan kulit yang terkena oleh sumber panas. Kerusakan jaringan pada
luka bakar jarang sekali homogen dan biasanya terbagi atas 3 zona yaitu zona
koagulasi, stasis dan hiperemia.
Zona ini dikenal sebagai teori Jackson (Jackson’s thermal wound
theory), yang biasanya terlihat sebagai bull’s-eye pattern. Zona koagulasi
merupakan jaringan mati yang membentuk parut, terletak di pusat luka
terdekat dengan sumber panas. Jaringan pada zona ini tidak dapat
diselamatkan karena telah terjadi koagulasi nekrosis. Jaringan yang masih
layak berdekatan dengan daerah nekrotik disebut zona stasis. Penurunan
perfusi didaerah tersebut dapat menyebabkan nekrosis. Edema yang
berlangsung lama, infeksi, intervensi bedah yang tidak perlu, dan hipotensi
dapat mengkonversi zona ini ke zona koagulasi. Pada zona hiperemia terjadi
peningkatan perfusi dan merupakan daerah dengan kerusakan minimal.

Kulit merupakan organ yang yang terbesar pada tubuh manusia,


dengan ketebalan bervariasi sesuai usia dan lokasi (1-2 mm). Ketebalan kulit
mempengaruhi kerentanan terhadap luka bakar, misalnya kulit di telapak
tangan dan kaki lebih tebal dan lebih tahan dibandingkan lengan atau kelopak
mata.
Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalamannya dibagi dalam 4 derajat, dengan
pembagian sebagai berikut:

Kedalaman luka Gambaran Melepuh Sensasi Waktu penyem-


bakar buhan

Epidermis merah tidak ada sangat nyeri 1 minggu

Superficial partial merah jambu, basah, waktu melepuh sangat nyeri 2-3 minggu
thickness pengisian kapiler cepat

Deep partial pucat, merah menetap, mungkin me- nyeri 3 minggu, skin
thick-
ness waktu pengisian kapiler lepuh berkurang graft, eksisi
kurang

Full thickness kulit putih atau coklat tidak tidak eksisi dan skin
graft

PENILAIAN DERAJAT LUKA BAKAR4

1. Luka bakar grade I


 Disebut juga luka bakar superficial
 Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
 Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
 Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
2. Luka bakar grade II
a. Superficial partial thickness:
 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
 Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka
bakar grade I
 Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
 Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah
 Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
 Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena
infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

b. Deep partial thickness


 Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
 disertai juga dengan bula
 permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah
 luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III


 Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
 Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
 Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
tulang

4. Luka Bakar grade IV


Berwarna hitam.
4. Luas luka bakar
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar
meliputi Rule of nine, Lund and Browder dan hand palm. Ukuran luka
bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang
terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut
metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan
luas luka bakar.

a. Metode rule of nine

Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam


bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9% kecuali
daerah genitalia 1%. Metode ini adalah metode yang baik dan cepat
untuk menilai luka bakar menengah d an berat pada penderita yang
berusia diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi area 9%. Metode ini tidak
akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi tubuh anak dengan
dewasa.
b. Metode Hand Palm

Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan


pasien (termasuk jari tangan ) adalah sekitar 1% total luas permukaan
tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka bakar kecil.

c. Metode Lund and Browde

Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena


berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode yang
paling akurat pada anak bila digunakan dengan benar. Metode lund and
browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh
menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat
tentang luas luka bakar
Beberapa keadaan yang perlu diperhatikan pada luka bakar adalah inflamasi,
edema, kehilangan cairan dan elektrolit, infeksi. Pada luka bakar terjadi pelepasan mediator
inflamasi seperti histamin, serotonin, prostaglandin, tromboksan, komplemen dan sitokin
lainnya sebagai respons tubuh terhadap adanya trauma mekanis. Hal itu menyebabkan
permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan protein ke ruang
interstisial sehingga terjadi edema. Pada luka bakar yang luas terjadi pelepasan vasoaktif
ke sirkulasi sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sistemik. Selain itu
terjadi penurunan aktivitas potensial transmembran sel sehingga terjadi perpindahan
sodium dan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan pembengkakan sel.

Salah satu fungsi kulit adalah menapis masuknya kuman ke dalam sirkulasi.
Dengan hilangnya kulit (epidermis dan dermis) maka proses inhibisi kuman ke sirkulasi
terganggu. Kuman dapat langsung kontak ke sirkulasi sehingga proses infeksi mudah
terjadi. Infeksi secara luas akan menimbulkan sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Selain itu infeksi dapat terjadi akibat translokasi bakteri.

5. Tata laksana
Tata laksana luka bakar sangat tergantung pada derajat, luas, dan lokasi
luka bakarnya. Pada anak yang mengalami luka bakar yang berat, evaluasi dan tata
laksana awal harus diberikan secara simultan, meliputi menjaga patensi jalan napas,
pernapasan, sirkulasi, menghentikan dan penilaian proses luka bakar dan
pemberian cairan resusitasi.

a. Penilaian patensi jalan napas, pernapasan dan sirkulasi

Edema laring dapat terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah terhisap asap atau
uap panas sehingga memerlukan penanganan segera agar tidak terjadi obstruksi
jalan napas dan henti napas. Selain itu perlu diperhatikan tanda- tanda obstruksi
jalan napas yang lain seperti stridor, mengi, suara serak sehingga tindakan intubasi
dapat segera dilakukan karena keterlambatan melakukan penilaian dapat
menyebabkan terjadinya intubasi yang sulit. Bila ditemukan rambut hangus
terbakar, wajah terbakar, serak, disfoni, batuk, jelaga di mulut dan hidung, tanpa
disertai dengan distres napas, harus dicurigai kemungkinan adanya edema yang
mengancam di jalan napas atas dan bawah. Penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi perlu dilakukan dengan melihat usaha napas anak, ekspansi dada, suara
napas dan adanya sianosis. Pulse oksimetri dapat digunakan untuk menilai saturasi
pada anak dengan luka bakar, tetapi perlu hati-hati pada pasien anak dengan kadar
karboksihemoglobin yang tinggi dapat terlihat “normal” saturasinya. Pada anak
dengan luka bakar berat sebaiknya diberikan oksigen 100%.
Gangguan sirkulasi pada anak dengan luka bakar sangat kompleks, dan
biasanya anak lebih rentan untuk terjadinya renjatan dibandingkan dewasa.
Penilaian sirkulasi meliputi kesadaran, nadi, warna kulit, waktu pengisian
kapiler dan suhu ekstremitas. Pemberian cairan intravena bertujuan untuk
memperbaiki hipovolemia akibat dari kebocoran kapiler kulit yang terluka.
Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi secara proporsional sesuai
dengan luas dan kedalaman luka bakar.

b. Penilaian luka bakar

Penilaian luas dan derajat luka bakar dilakukan setelah stabilisasi fungsi vital.
Perhitungan luasnya permukaan luka bakar dengan menggunakan the rule of nine
kurang akurat pada anak karena perbedaan proporsi tubuh antara anak dan dewasa.
Pada anak area kepala lebih besar sedangkan area ekstremitas lebih kecil
sehingga pengukuran luas permukaan tubuh yang lebih akurat pada anak < 15 tahun
dengan mempergunakan Lund-Browder chart. Penilaian luas permukaan luka bakar
ini hanya perkiraan saja sehingga penilaiannya harus dilakukan berulang-ulang.

c. Pemberian cairan resusitasi

Penilaian status hidrasi anak dengan luka bakar merupakan proses yang dinamis
sehingga memerlukan evaluasi dan terapi yang berkesinambungan. Pada luka
bakar yang ringan yang meliputi 10-15 % luas permukaan tubuh cukup
diberikan cairan rehidrasi oral atau cairan rumatan intravena. Tetapi pada luka
bakar yang luasnya > 15 % memerlukan cairan resusitasi dengan 2 jalur
intravena. Bila ditemukan tanda-tanda renjatan bisa diberikan loading cairan
Ringer laktat 20 ml/kgBB secara cepat sampai renjatan teratasi, setelah itu
dapat diberikan cairan kristaloid sesuai formula Parkland yaitu: 4 mL/kgBB/%
BSA untuk luka bakar derajat dua dan tiga. Setengahnya diberikan dalam 8
jam, sisanya dilanjutkan 16 jam kemudian, tambahkan rumatan dengan
dekstrosa 5 % pada anak < 5 tahun.

Rumus lain yang bisa digunakan adalah Galveston Shriners yaitu: 5.000

mL/m2/% BSA untuk luka bakar derajat dua dan tiga, setengahnya diberikan
dalam 8 jam, sisanya dilanjutkan 16 jam kemudian serta tambahkan rumatan

dekstrosa 5 % sebanyak 2.000 mL/m2/hari. Modifikasi Brooke system bisa


digunakan dengan rumus 2 mL/kgBB/% BSA dalam 24 jam. Pemberian cairan
koloid pada resusitasi awal tidak dianjurkan karena akan memperberat edema di
jaringan, sedangkan pemberian albumin 5 % dapat dipertimbangkan setelah 24 jam
pertama. Pemantauan pemberian cairan merupakan hal yang mutlak sehingga
evaluasi harus dilakukan selama 24 jam untuk menghindari kelebihan cairan,
dengan memantau pengeluaran urin 1 mL/kgBB/jam untuk anak < 10 tahun dan
0,5 mL/kgBB/jam untuk anak > 10 tahun.

Dewasa : (Baxter) RL 4cc/kg BB/ % LB/ 24 jam + dextran 500 – 1000


ml(sth 18 jam)

Anak : 2 cc x BB x luas Luka Bakar (%) + kebutuhan faali (RL :


Dextran = 17 : 3)

Kebutuhan Faali :

 <1 tahun : BB x 100cc

 1-3 tahun : BB x 75cc

 3-5 tahun : BB x 50cc

½  8 jam pertama

½  16 jam berikutnya5

d. Kontrol infeksi

Diagnosis infeksi pada pasien dengan luka bakar merupakan tantangan


tersendiri. Dengan berkembangnya tehnik antiseptik dan antibiotik topikal dapat
mengurangi jumlah bakteri dan risiko infeksi. Pemberian antibiotik profilaksis
spektrum luas pada luka bakar ringan tidak dianjurkan karena menambah risiko
resistensi antibiotik. Pada pasien ini cukup diberikan krim silver sulfadiazin untuk
mencegah infeksi, tetapi tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, dan bayi kurang dari 2 bulan. Alternatif lain adalah dengan
menggunakan krim basitrasin. Pada luka bakar yang luas dan dalam kemungkinan
infeksi dan terjadinya sepsis cukup besar, antibiotik spektrum luas dapat diberikan
sampai menunggu kultur sehingga antibiotik yang lebih tepat dapat diberikan.
e. Perawatan luka bakar

Tujuan utama dari perawatan luka ini adalah untuk mengurangi kehilangan
cairan, mencegah pengeringan kulit yang masih layak, mempercepat
penyembuhan dan mencegah terjadinya infeksi. Tata laksana awal luka bakar adalah
melakukan pembersihan dan membuang jaringan yang tidak vital dengan sabun dan
air. Eksisi dan skingraft pada luka bakar yang dalam menjadi pilihan yang utama
walaupun belum ada penelitian terkontrol yang membuktikannya.

f. Nutrisi

Pemberian nutrisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk mengantisipasi


proses katabolik yang terjadi pada anak dengan luka bakar. Pada luka bakar yang
signifikan kebutuhan metabolisme basal dapat meningkat sampai 40 %. Pemberian
nutrisi enteral lebih diutamakan bila anak dalam kondisi stabil yang dapat diberikan
segera dalam 24 jam pertama. Pemantauan klinis, kebutuhan nutrisi, tipe dan cara
pemberian nutrisi sangat penting pada pasien luka bakar untuk memenuhi
kebutuhan medis dan surgikal.

6. Prognosis

Prognosis luka bakar pada anak sangat tergantung pada luasnya, derajat, dan
lokasi luka bakarnya. Pada luka bakar derajat 1 angka kesembuhan sekitar 90-100 %
tanpa adanya kontraktur. Sedangkan derajat 2, 3, dan 4 angka kejadian kontraktur
berturut-turut sekitar 30-34 %, 50-70 %, dan 90-100%. Angka perawatan sekitar 17,2 %
dengan rerata luas luka bakar sekitar 27,1 (SB 10,84 %) dengan lama rawat sekitar
15,6 (SB 5,01) hari. Angka kematian secara keseluruhan 9,1 % sedangkan pada derajat 3
dan 4 sekitar 50-100 % .
BAB III

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien

Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2,5 tahun
No. RM : 88 02 02
Alamat : Jl. Kartika Sari Ujung
Pekerjaan :-
Suku : Minang

1.2. Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 2,5 tahun datang ke IGD RS. Tk. IV
01.07.04 Pekanbaru diantar oleh orang tuanya pada tanggal 19 Mei 2021
Pukul 15.00 WIB dengan :
1. Keluhan Utama :
Luka bakar pada bagian tubuh sejak 15 menit SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RS. Tk. IV Pekanbaru diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan terdapat luka bakar pada bagian tubuh anak sejak lebih
kurang 15 menit SMRS. Keluhan terjadi pada saat pasien bermain dekat
bakaran sampah yang di bakar oleh ibunya, setelah terkena api anak
menangis dan ibu membawa anaknya ke RS. Luka bakar dirasakan nyeri
secara terus menerus dan anak menangis karena kesakitan. Luka tampak
seperti melepuh di bagian tubuh seperti di lengan sebelah kanan, perut,
kemaluan, paha kanan dan kiri.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak Ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak Ada

5. Riwayat Alergi :
Tidak Ada

1.3. Pemeriksaan Fisik

Status Present
 KeadaanUmum : Tampak Sakit Sedang

Vital Sign
 Sensorium : Compos Mentis
 Tekanan Darah :-
 Nadi : 90x/menit
 RR : 22 x/menit
 Suhu : 36,5 oC
 Tinggi Badan : 90 cm
 Berat Badan : 13 kg

Pemeriksaan Umum
 Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor (kembali cepat)
 Kepala : Normocepali
 Mata : Anemis(-/-), Ikterik(-/-),
 Hidung: Hidung luar: Bentuk (Normal), hiperemis (-), Nyeritekan
(-), Deformitas (-).
 Mulut : Hiperemis pharing (-), Pembesaran tonsil (-)
 Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)

Jantung

 Inspeksi :ictus cordis tidak terlihat


 Palpasi :ictus cordis teraba 1 jari linea parasternalis sinistra
SIK VII
 Perkusi : Batas Jantung Normal
 Auskultasi : Bunyi Jantung I,II reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Paru
 Inspeksi :Pergerakan nafas simetris, retraksi costae (-/-)
 Palpasi : Fremitus kiri = kanan
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi :Vesikuler seluruh lapang paru, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen
 Inspeksi : Datar, Simetris, terdapat Hiperemis (+), Bula (+),Nyeri
(+)
 Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
 Perkusi : Nyeri Ketok (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Ekstremitas : Edema (-/-)
Atas : Hiperemis (+), Bula (+), Nyeri (+)
Bawah : Hiperemis (+), Bula (+), Nyeri (+)
 Genitalia : Hiperemis (+), Bula (+), Nyeri (+)
1.4. Laboratorium
Pemeriksaan Darah Tanggal 19 Mei 2021

Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hemoglobin 12,0 12-14 gr/dl
Leukosit 11.200 5.000-10.000 /mm
Hitung Jenis
Eosinofil 2 0-4 %
Basofil 0 0-1 %
Neutrofil 75 40-70 %
Limfosit 18 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Trombosit 282.000 150.000-450.000 /mm
Hematokrit 33 40-50 %
Eritrosit 4,3 3,5-6,0 Jt/mm3
MCV 76 80-94 fl
MCH 27 27-31 pg
MCHC 36 32-36 g/dl

1.5. Resume

An. A, usia 2,5 tahun ke IGD RS. Tk. IV Pekanbaru diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan terdapat luka bakar pada bagian tubuh anak sejak lebih kurang 15
menit SMRS. Keluhan terjadi pada saat pasien bermain dekat bakaran sampah
yang di bakar oleh ibunya, setelah terkena api anak menangis dan ibu membawa
anaknya ke RS. Luka bakar dirasakan nyeri secara terus menerus dan anak
menangis karena kesakitan. Luka tampak seperti melepuh di bagian tubuh seperti
di lengan sebelah kanan, perut, kemaluan, paha kanan dan kiri.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang,


Sensorium Compos Mentis, Nadi 90x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 36,5 oc, Tinggi
Badan 90 cm, Berat Badan 13 kg. pada pemeriksaan abdomen didapatkan
abdomen datar, simetris, terdapat hiperemis (+), bula (+),nyeri (+). pada
ekstremitas atas : hiperemis (+), bula (+), nyeri (+), bawah: hiperemis (+), bula
(+), nyeri (+) dan genitalia : hiperemis (+), bula (+), nyeri (+).
Dari pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan leukosit 11.200/mm
dan hitung jenis neutrofil 75%.

1.6. Diagnosa Kerja


Vulnus Combutio Grade 2

1.7. Rencana Kerja


- Dilakukan tindakan pembedahan berupa debridement di ruang operasi
- Identifikasi luka bakar
- Cuci luka bakar
- Balut luka
- Rawat inap

1.8. Tatalaksana
IGD
- Resusitasi cairan
- Luas luka bakar :
Brachium dextra : 4%
Trnkus Anterior : 13%
Genitalia : 1%
Paha Kanan : 6,5%
Paha Kiri : 6,5%
Total : 31%

Rumus : 2 x BB x Luas Luka Bakar


= 2 x 13 x 31 = 806
Cairan Ringer Laktat :
8 jam pertama : ½ sebanyak = 403 cc selama 8 jam
16 jam kedua : ½ sebanyak = 403 cc selama 16 jam berikutnya
- Pemberian antibiotik : ceftriaxon ½ ampul
- Rujuk ke dr. Mahendra, Sp.B
- Dilakukan debridement
Di ruangan rawat inap:
- Terapi cairan RL 1.150 cc dalam 24 jam
- Ceftriaxon 2 x 500 mg
- Ketorolac 3 x 0,3cc

1.9. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Follow Up
19 Mei 2021 20 Mei 2021 21 Mei 2021
S Bula (+), hiperemis (+), nyeri (+) Bula (+), hiperemis (+), nyeri (+) -
O Keadaan Umum:Tampak Sakit Keadaan Umum:Tampak Sakit Keadaan Umum:Tampak
Sedang Sedang Sakit Ringan
Sensorium:Compos Mentis Sensorium:Compos Mentis Sensorium:Compos Mentis
Nadi : 90x/menit Nadi : 82x/menit Nadi : 88x/menit
RR : 22 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC Suhu : 36,7 oC Suhu : 36,3 oC
Pada abdomen : Inspeksi: Datar, Nyeri post debridement vulnus
Simetris, terdapat Hiperemis (+), combutio grade 2
Bula (+),Nyeri (+) Dilakukan penutupan luka
Ekstremitas : Edema (-/-)
Atas : Hiperemis (+),
Bula (+), Nyeri (+)
Bawah : Hiperemis (+),
Bula (+), Nyeri (+)
Genitalia : Hiperemis (+),
Bula (+), Nyeri (+)

A Vulnus Combutio Grade II Vulnus Combutio Grade II Vulnus Combutio Grade II


P Cairan Ringer Laktat : - Terapi cairan RL 1.150 cc Pasien pulang :
8 jam pertama : ½ sebanyak = 403 dalam 24 jam - Cefixime syr 2x1/2
cc selama 8 jam - Ceftriaxon 2 x 500 mg cth
16 jam kedua : ½ sebanyak = 403 - Ketorolac 3 x 0,3cc - Ibuprofen syr 3x1
cc selama 16 jam berikutnya cth
- Pemberian antibiotik :
ceftriaxon ½ ampul
- Rujuk ke dr. Mahendra,
Sp.B
- Dilakukan debridement
Di ruangan rawat inap:
- Terapi cairan RL 1.150 cc
dalam 24 jam
- Ceftriaxon 2 x 500 mg
- Ketorolac 3 x 0,3cc
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini anak, 2,5 tahun dengan diagnose vulnus combutio grade II.
Dalam kasus ini, diagnose vulnus combutio grade III, ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium
darah lengkap.

Dari anamnesis didapatkan bahwa An. A, usia 2,5 tahun ke IGD RS. Tk. IV
Pekanbaru diantar oleh orang tuanya dengan keluhan terdapat luka bakar pada
bagian tubuh anak sejak lebih kurang 15 menit SMRS. Keluhan terjadi pada saat
pasien bermain dekat bakaran sampah yang di bakar oleh ibunya, setelah terkena
api anak menangis dan ibu membawa anaknya ke RS. Luka bakar dirasakan nyeri
secara terus menerus dan anak menangis karena kesakitan. Luka tampak seperti
melepuh di bagian tubuh seperti di lengan sebelah kanan, perut, kemaluan, paha
kanan dan kiri.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum Tampak Sakit Sedang,


Sensorium Compos Mentis, Nadi 90x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 36,5 oc, Tinggi
Badan 90 cm, Berat Badan 13 kg. pada pemeriksaan abdomen didapatkan
abdomen datar, simetris, terdapat hiperemis (+), bula (+),nyeri (+). pada
ekstremitas atas : hiperemis (+), bula (+), nyeri (+), bawah: hiperemis (+), bula
(+), nyeri (+) dan genitalia : hiperemis (+), bula (+), nyeri (+).
Dari pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan leukosit 11.200/mm.
dari hasil darah lengkap tersebut didapatkan bahwa leukosit melebihi angka
normal, maka dapat di ambil bahwa anak mengalami leukositosis.
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering
yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti
terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas.

Pada luka bakar grade 2 Superficial partial thickness: Luka bakar meliputi
epidermis dan lapisan atas dari dermis, Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa
nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I, Ditandai dengan bula yang muncul
beberapa jam setelah terkena luka, Bila bula disingkirkan akan terlihat luka
bewarna merah muda yang basah, Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih
pucat bila terkena tekanan, Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu
( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

Sedangkan pada luka bakar grade 2 Deep partial thickness: Luka bakar
meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis, disertai juga dengan bula,
permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi
pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan
yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah, dan luka akan sembuh
dalam 3-9 minggu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa luka bakar
yang terjadi pada pasien anak usia 2,5 tahun didapatkan luka bakar yang terdapat
bula (+), hiperemis (+), dan terdapat nyeri (+).

Untuk penataksanaan pasien pertama kali datang ke IGD dilakukan tindakan


berupa penilaian jalan napas dan sirkulasi. Penilaian sirkulasi meliputi kesadaran,
nadi, warna kulit, waktu pengisian kapiler dan suhu ekstremitas. Pemberian cairan
intravena bertujuan untuk memperbaiki hipovolemia akibat dari kebocoran kapiler kulit
yang terluka. Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi secara proporsional sesuai
dengan luas dan kedalaman luka bakar. Lalu dilakukan resusitasi cairan dengan
menghitung luas bakar terlebih dahulu dan didapatkan luas luka bakar sebesar 31%.
Didapatkan cairan yang di butuhkan kurang lebih sekitar 806 cc, 8 jam pertama
sebanyak : 403 cc, dan 16 jam berikutnya sebanyak : 403 cc.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap dilanjutkan terapi cairan RL resusitasi IGD
dan dilakukan injeksi antibiotik ceftriaxon sebanyak 2x500 mg. lalu dilakukan
debridement oleh dokter spesialis bedah dan dilakukan pembersihan luka lalu
dilakukan penutupan luka.

BAB V

PENUTUP

V.1. KESIMPULAN

 Pada pasien ini ditegakkan diagnosis vulnus combutio grade II


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
berupa darah lengkap.
 Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar dapat teratasi sebagian,
dengan adanya penurunan skala nyeri pasien.
 Resiko kekurangan volume cairan dapat terjadi pada pasien dengan luka
bakar, maka harus dilakukan resusitasi cairan agar tidak terjadi dehidrasi
yang berat.

 Luka bakar pada anak memerlukan perhatian khusus karena anak bukan
orang dewasa kecil. Perbedaan dalam fisiologi cairan dan elektrolit, kebutuhan
energi dan proporsi tubuh pada anak menyebabkan penatalaksaan luka bakar
pada anak harus dilihat dengan perspektif yang berbeda dibandingkan orang
dewasa. Tata laksana meliputi tunjangan hidup dasar dan lanjut, perawatan
luka, pemberian cairan resusitasi, mengontrol nyeri dan infeksi, nutrisi yang
adekuat dan mengatasi respons metabolik yang terjadi, serta pemantauan
sekuele jangka panjang.

V.2. SARAN
Penanganan luka bakar harus cepat dilakukan agar tidak terjadi komplikasi
yang berat, dilakukan resusitasi cairan agar tidak terjadi dehidrasi, dan apabila
cairan overload dapat menyebabkan edema paru pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Luka Bakar. N, Azizah. 2017. Diakses dari:


http://repository.unimus.ac.id/567/3/BAB%20II.pdf

2. Tatalaksana Luka Bakar Pada Anak. Dewi, Rismala. 2014. Diakses dari:
https://id.scribd.com/document/383721199/Buku-PKB-68-pdf

3. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes Ri

4. Penanganan Luka Bakar. Yovita, Safriani. 2017.Diakses dari:


https://www1-media.acehprov.go.id/uploads/PENANGANAN_LUKA_B
AKAR.pdf

5. Luka Bakar. Saputro, Iswinarno. 2010. Diakses dari:


http://spesialis1.bpre.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/kuliah-
klasik-luka-bakar.pdf

Anda mungkin juga menyukai