DISUSUN OLEH:
KONSULEN PEMBIMBING:
DOKTER PENDAMPING:
PROVINSI RIAU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak terhadap
panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti bahan-
bahan korosif), bahan-bahan elektrik (arus listrik atau lampu), friksi, atau energi
elektromagnetik dan radian. Luka bakar merupakan satu jenis trauma yang memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus
mulai fase awal hingga fase lanjut.1
Setiap tahun di Indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena kecelakaan.
Kecelakaan yang biasa terjadi adalah jatuh, terbakar dan tenggelam. Hampir semuanya
dapat dicegah dan dapat diatasi jika orang tua tahu apa yang harus mereka lakukan
untuk mencegah kecelakaan dan jika terjadi kecelakaan). Luka bakar karena
kebakaran merupakan satu dari banyak tipe luka bakar yang paling fatal dan sering
terjadi ketika anak bermain dengan korek api dan secara tidak sengaja membuat diri
(dan rumah) anak terbakar. Anak berisiko tinggi mengalami luka bakar, sebagian luka
bakar terjadi dirumah misalnya pada waktu memasak, memanaskan air atau
menggunakan alat listrik yang paling sering menyebabkan kejadian ini. Kecelakaan
industri juga dapat menyebabkan luka bakar.
Luka bakar menempati urutan kelima penyebab kematian terkait kecelakaan yang
tidak disengaja pada anak, terutama apabila daerah yang terkena cukup luas. Dalam
penanganan luka bakar harus dipertimbangkan jenis, lokasi, luas dan dalamnya luka
bakar serta adanya kondisi khusus seperti pada anak.1 Perawatan luka bakar kompleks
umumnya memerlukan pendekatan multidisiplin., dan merupakan tantangan besar bila
hal tersebut terjadi pada anak. Penanganan luka bakar pada anak dan dewasa pada
dasarnya sama hanya akibat yang ditimbulkan dapat lebih serius pada anak. Hal itu
disebabkan secara anatomi kulit anak lebih tipis, lebih mudah terjadi kehilangan cairan
dan elektrolit serta kemungkinan terjadi hipotermi cukup besar.2
Di Amerika Serikat sekitar 120.000 anak per tahun mengalami luka bakar dan
merupakan penyebab ketiga terbesar kecelakaan non-fatal. Angka kejadian pada laki-
laki dibandingkan perempuan 3:2, dan sekitar 58 % kasus mengenai anak usia < 6
tahun. Luka bakar akibat air panas atau uap panas merupakan penyebab tersering yaitu
52,2 % diikuti oleh api 32,5 % dengan angka kematian 0,9/100.000 anak per
tahun.Berbeda dengan hasil yang dilaporkan di Pakistan pada 1725 anak usia di bawah
15 tahun yaitu usia terbanyak (67,5 %) adalah 3-6 tahun dengan rerata 5,04 (SB 2,78)
tahun, dan sekitar 70,3 % disebabkan tersiram air panas. Daerah tangan dan lengan
bawah merupakan bagian tubuh yang sering terkena (36%), diikuti daerah muka dan
leher (21,1 %).
Berdasarkan inventarisasi penanganan pasien luka bakar dari 14 rumah sakit besar
yang ada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, Jember,
Mataram, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Palembang, ditemukan sepanjang
2012-2014 terdapat 3.518 kasus luka bakar. Angka kejadian luka bakar dalam datanya
terus meningkat dari 1.186 kasus pada 2012 menjadi 1.123 kasus (2013) dan 1.209
kasus (2014). Angka tersebut sebenarnya belum bisa dijadikan indikator nasional sebab
kasusnya mirip fenomena gunung es, dimana kasus yang terjadi sebenarnya jauh
lebih besar dari jumlah kasus yang dilaporkan. Kasus luka bakar yang terjadi pada anak
berdasarkan riskesdas 2013 ditemukan pada kelompok umur kurang dari 1 tahun
sebesaar 0,7%, kelompok umum 1-4 tahun sebesar 1,5% dan kelompok umur 5-14
tahun sebesar 0,6%.3
Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Luka Bakar Pada
Anak dari faktor risiko, etiologi hingga upaya pelaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik,
maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat
dan basa kuat.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik,
maupun radiasi) atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat
dan basa kuat.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Patofisiologi Kulit dapat bertahan terhadap panas sampai suhu
tertentu karena adanya kandungan air yang cukup. Pada daerah dengan
vaskularisasi yang banyak, memungkinkan terjadinya penghantaran panas dari
tempat luka bakar ke tempat lain sehingga mengurangi kedalaman luka bakar.
Luasnya luka bakar ditentukan oleh derajat panas, lamanya jaringan terpapar
dan ketebalan kulit yang terkena oleh sumber panas. Kerusakan jaringan pada
luka bakar jarang sekali homogen dan biasanya terbagi atas 3 zona yaitu zona
koagulasi, stasis dan hiperemia.
Zona ini dikenal sebagai teori Jackson (Jackson’s thermal wound
theory), yang biasanya terlihat sebagai bull’s-eye pattern. Zona koagulasi
merupakan jaringan mati yang membentuk parut, terletak di pusat luka
terdekat dengan sumber panas. Jaringan pada zona ini tidak dapat
diselamatkan karena telah terjadi koagulasi nekrosis. Jaringan yang masih
layak berdekatan dengan daerah nekrotik disebut zona stasis. Penurunan
perfusi didaerah tersebut dapat menyebabkan nekrosis. Edema yang
berlangsung lama, infeksi, intervensi bedah yang tidak perlu, dan hipotensi
dapat mengkonversi zona ini ke zona koagulasi. Pada zona hiperemia terjadi
peningkatan perfusi dan merupakan daerah dengan kerusakan minimal.
Superficial partial merah jambu, basah, waktu melepuh sangat nyeri 2-3 minggu
thickness pengisian kapiler cepat
Deep partial pucat, merah menetap, mungkin me- nyeri 3 minggu, skin
thick-
ness waktu pengisian kapiler lepuh berkurang graft, eksisi
kurang
Full thickness kulit putih atau coklat tidak tidak eksisi dan skin
graft
Salah satu fungsi kulit adalah menapis masuknya kuman ke dalam sirkulasi.
Dengan hilangnya kulit (epidermis dan dermis) maka proses inhibisi kuman ke sirkulasi
terganggu. Kuman dapat langsung kontak ke sirkulasi sehingga proses infeksi mudah
terjadi. Infeksi secara luas akan menimbulkan sepsis yang dapat menyebabkan kematian.
Selain itu infeksi dapat terjadi akibat translokasi bakteri.
5. Tata laksana
Tata laksana luka bakar sangat tergantung pada derajat, luas, dan lokasi
luka bakarnya. Pada anak yang mengalami luka bakar yang berat, evaluasi dan tata
laksana awal harus diberikan secara simultan, meliputi menjaga patensi jalan napas,
pernapasan, sirkulasi, menghentikan dan penilaian proses luka bakar dan
pemberian cairan resusitasi.
Edema laring dapat terjadi dalam 24-48 jam pertama setelah terhisap asap atau
uap panas sehingga memerlukan penanganan segera agar tidak terjadi obstruksi
jalan napas dan henti napas. Selain itu perlu diperhatikan tanda- tanda obstruksi
jalan napas yang lain seperti stridor, mengi, suara serak sehingga tindakan intubasi
dapat segera dilakukan karena keterlambatan melakukan penilaian dapat
menyebabkan terjadinya intubasi yang sulit. Bila ditemukan rambut hangus
terbakar, wajah terbakar, serak, disfoni, batuk, jelaga di mulut dan hidung, tanpa
disertai dengan distres napas, harus dicurigai kemungkinan adanya edema yang
mengancam di jalan napas atas dan bawah. Penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi perlu dilakukan dengan melihat usaha napas anak, ekspansi dada, suara
napas dan adanya sianosis. Pulse oksimetri dapat digunakan untuk menilai saturasi
pada anak dengan luka bakar, tetapi perlu hati-hati pada pasien anak dengan kadar
karboksihemoglobin yang tinggi dapat terlihat “normal” saturasinya. Pada anak
dengan luka bakar berat sebaiknya diberikan oksigen 100%.
Gangguan sirkulasi pada anak dengan luka bakar sangat kompleks, dan
biasanya anak lebih rentan untuk terjadinya renjatan dibandingkan dewasa.
Penilaian sirkulasi meliputi kesadaran, nadi, warna kulit, waktu pengisian
kapiler dan suhu ekstremitas. Pemberian cairan intravena bertujuan untuk
memperbaiki hipovolemia akibat dari kebocoran kapiler kulit yang terluka.
Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi secara proporsional sesuai
dengan luas dan kedalaman luka bakar.
Penilaian luas dan derajat luka bakar dilakukan setelah stabilisasi fungsi vital.
Perhitungan luasnya permukaan luka bakar dengan menggunakan the rule of nine
kurang akurat pada anak karena perbedaan proporsi tubuh antara anak dan dewasa.
Pada anak area kepala lebih besar sedangkan area ekstremitas lebih kecil
sehingga pengukuran luas permukaan tubuh yang lebih akurat pada anak < 15 tahun
dengan mempergunakan Lund-Browder chart. Penilaian luas permukaan luka bakar
ini hanya perkiraan saja sehingga penilaiannya harus dilakukan berulang-ulang.
Penilaian status hidrasi anak dengan luka bakar merupakan proses yang dinamis
sehingga memerlukan evaluasi dan terapi yang berkesinambungan. Pada luka
bakar yang ringan yang meliputi 10-15 % luas permukaan tubuh cukup
diberikan cairan rehidrasi oral atau cairan rumatan intravena. Tetapi pada luka
bakar yang luasnya > 15 % memerlukan cairan resusitasi dengan 2 jalur
intravena. Bila ditemukan tanda-tanda renjatan bisa diberikan loading cairan
Ringer laktat 20 ml/kgBB secara cepat sampai renjatan teratasi, setelah itu
dapat diberikan cairan kristaloid sesuai formula Parkland yaitu: 4 mL/kgBB/%
BSA untuk luka bakar derajat dua dan tiga. Setengahnya diberikan dalam 8
jam, sisanya dilanjutkan 16 jam kemudian, tambahkan rumatan dengan
dekstrosa 5 % pada anak < 5 tahun.
Rumus lain yang bisa digunakan adalah Galveston Shriners yaitu: 5.000
mL/m2/% BSA untuk luka bakar derajat dua dan tiga, setengahnya diberikan
dalam 8 jam, sisanya dilanjutkan 16 jam kemudian serta tambahkan rumatan
Kebutuhan Faali :
½ 8 jam pertama
½ 16 jam berikutnya5
d. Kontrol infeksi
Tujuan utama dari perawatan luka ini adalah untuk mengurangi kehilangan
cairan, mencegah pengeringan kulit yang masih layak, mempercepat
penyembuhan dan mencegah terjadinya infeksi. Tata laksana awal luka bakar adalah
melakukan pembersihan dan membuang jaringan yang tidak vital dengan sabun dan
air. Eksisi dan skingraft pada luka bakar yang dalam menjadi pilihan yang utama
walaupun belum ada penelitian terkontrol yang membuktikannya.
f. Nutrisi
6. Prognosis
Prognosis luka bakar pada anak sangat tergantung pada luasnya, derajat, dan
lokasi luka bakarnya. Pada luka bakar derajat 1 angka kesembuhan sekitar 90-100 %
tanpa adanya kontraktur. Sedangkan derajat 2, 3, dan 4 angka kejadian kontraktur
berturut-turut sekitar 30-34 %, 50-70 %, dan 90-100%. Angka perawatan sekitar 17,2 %
dengan rerata luas luka bakar sekitar 27,1 (SB 10,84 %) dengan lama rawat sekitar
15,6 (SB 5,01) hari. Angka kematian secara keseluruhan 9,1 % sedangkan pada derajat 3
dan 4 sekitar 50-100 % .
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2,5 tahun
No. RM : 88 02 02
Alamat : Jl. Kartika Sari Ujung
Pekerjaan :-
Suku : Minang
1.2. Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 2,5 tahun datang ke IGD RS. Tk. IV
01.07.04 Pekanbaru diantar oleh orang tuanya pada tanggal 19 Mei 2021
Pukul 15.00 WIB dengan :
1. Keluhan Utama :
Luka bakar pada bagian tubuh sejak 15 menit SMRS.
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RS. Tk. IV Pekanbaru diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan terdapat luka bakar pada bagian tubuh anak sejak lebih
kurang 15 menit SMRS. Keluhan terjadi pada saat pasien bermain dekat
bakaran sampah yang di bakar oleh ibunya, setelah terkena api anak
menangis dan ibu membawa anaknya ke RS. Luka bakar dirasakan nyeri
secara terus menerus dan anak menangis karena kesakitan. Luka tampak
seperti melepuh di bagian tubuh seperti di lengan sebelah kanan, perut,
kemaluan, paha kanan dan kiri.
5. Riwayat Alergi :
Tidak Ada
Status Present
KeadaanUmum : Tampak Sakit Sedang
Vital Sign
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah :-
Nadi : 90x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Tinggi Badan : 90 cm
Berat Badan : 13 kg
Pemeriksaan Umum
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor (kembali cepat)
Kepala : Normocepali
Mata : Anemis(-/-), Ikterik(-/-),
Hidung: Hidung luar: Bentuk (Normal), hiperemis (-), Nyeritekan
(-), Deformitas (-).
Mulut : Hiperemis pharing (-), Pembesaran tonsil (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-)
Jantung
Paru
Inspeksi :Pergerakan nafas simetris, retraksi costae (-/-)
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi :Vesikuler seluruh lapang paru, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, terdapat Hiperemis (+), Bula (+),Nyeri
(+)
Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Auskultasi : Peristaltik (+)
Ekstremitas : Edema (-/-)
Atas : Hiperemis (+), Bula (+), Nyeri (+)
Bawah : Hiperemis (+), Bula (+), Nyeri (+)
Genitalia : Hiperemis (+), Bula (+), Nyeri (+)
1.4. Laboratorium
Pemeriksaan Darah Tanggal 19 Mei 2021
1.5. Resume
An. A, usia 2,5 tahun ke IGD RS. Tk. IV Pekanbaru diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan terdapat luka bakar pada bagian tubuh anak sejak lebih kurang 15
menit SMRS. Keluhan terjadi pada saat pasien bermain dekat bakaran sampah
yang di bakar oleh ibunya, setelah terkena api anak menangis dan ibu membawa
anaknya ke RS. Luka bakar dirasakan nyeri secara terus menerus dan anak
menangis karena kesakitan. Luka tampak seperti melepuh di bagian tubuh seperti
di lengan sebelah kanan, perut, kemaluan, paha kanan dan kiri.
1.8. Tatalaksana
IGD
- Resusitasi cairan
- Luas luka bakar :
Brachium dextra : 4%
Trnkus Anterior : 13%
Genitalia : 1%
Paha Kanan : 6,5%
Paha Kiri : 6,5%
Total : 31%
1.9. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Follow Up
19 Mei 2021 20 Mei 2021 21 Mei 2021
S Bula (+), hiperemis (+), nyeri (+) Bula (+), hiperemis (+), nyeri (+) -
O Keadaan Umum:Tampak Sakit Keadaan Umum:Tampak Sakit Keadaan Umum:Tampak
Sedang Sedang Sakit Ringan
Sensorium:Compos Mentis Sensorium:Compos Mentis Sensorium:Compos Mentis
Nadi : 90x/menit Nadi : 82x/menit Nadi : 88x/menit
RR : 22 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC Suhu : 36,7 oC Suhu : 36,3 oC
Pada abdomen : Inspeksi: Datar, Nyeri post debridement vulnus
Simetris, terdapat Hiperemis (+), combutio grade 2
Bula (+),Nyeri (+) Dilakukan penutupan luka
Ekstremitas : Edema (-/-)
Atas : Hiperemis (+),
Bula (+), Nyeri (+)
Bawah : Hiperemis (+),
Bula (+), Nyeri (+)
Genitalia : Hiperemis (+),
Bula (+), Nyeri (+)
Pada kasus ini anak, 2,5 tahun dengan diagnose vulnus combutio grade II.
Dalam kasus ini, diagnose vulnus combutio grade III, ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium
darah lengkap.
Dari anamnesis didapatkan bahwa An. A, usia 2,5 tahun ke IGD RS. Tk. IV
Pekanbaru diantar oleh orang tuanya dengan keluhan terdapat luka bakar pada
bagian tubuh anak sejak lebih kurang 15 menit SMRS. Keluhan terjadi pada saat
pasien bermain dekat bakaran sampah yang di bakar oleh ibunya, setelah terkena
api anak menangis dan ibu membawa anaknya ke RS. Luka bakar dirasakan nyeri
secara terus menerus dan anak menangis karena kesakitan. Luka tampak seperti
melepuh di bagian tubuh seperti di lengan sebelah kanan, perut, kemaluan, paha
kanan dan kiri.
Pada luka bakar grade 2 Superficial partial thickness: Luka bakar meliputi
epidermis dan lapisan atas dari dermis, Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa
nyeri lebih berat daripada luka bakar grade I, Ditandai dengan bula yang muncul
beberapa jam setelah terkena luka, Bila bula disingkirkan akan terlihat luka
bewarna merah muda yang basah, Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih
pucat bila terkena tekanan, Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu
( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
Sedangkan pada luka bakar grade 2 Deep partial thickness: Luka bakar
meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis, disertai juga dengan bula,
permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi
pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan
yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah, dan luka akan sembuh
dalam 3-9 minggu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa luka bakar
yang terjadi pada pasien anak usia 2,5 tahun didapatkan luka bakar yang terdapat
bula (+), hiperemis (+), dan terdapat nyeri (+).
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
Luka bakar pada anak memerlukan perhatian khusus karena anak bukan
orang dewasa kecil. Perbedaan dalam fisiologi cairan dan elektrolit, kebutuhan
energi dan proporsi tubuh pada anak menyebabkan penatalaksaan luka bakar
pada anak harus dilihat dengan perspektif yang berbeda dibandingkan orang
dewasa. Tata laksana meliputi tunjangan hidup dasar dan lanjut, perawatan
luka, pemberian cairan resusitasi, mengontrol nyeri dan infeksi, nutrisi yang
adekuat dan mengatasi respons metabolik yang terjadi, serta pemantauan
sekuele jangka panjang.
V.2. SARAN
Penanganan luka bakar harus cepat dilakukan agar tidak terjadi komplikasi
yang berat, dilakukan resusitasi cairan agar tidak terjadi dehidrasi, dan apabila
cairan overload dapat menyebabkan edema paru pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
2. Tatalaksana Luka Bakar Pada Anak. Dewi, Rismala. 2014. Diakses dari:
https://id.scribd.com/document/383721199/Buku-PKB-68-pdf