Disusun oleh :
Dimas Dwi Setiawan
Semester/Tingkat : V/IIIA
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah
ini dengan sangat mudah dan tepat waktu dengan judul “ MAKALAH TENTANG LUKA
BAKAR”.
Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai
penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua mahasiswa/i di Akper Dharma Wacana Metro. Seiring dengan itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Ibu Dosen yang memberikan Mata Kuliah
ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan kepada kita semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan kimia, radiasi,
atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh manusia menyebabkan urutan
kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling berat menyebabkan destruksi jaringan
ireversibel. Rentang keparahan luka bakar mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan
terluar kulit sampai cedera komplek yang melibatkan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi
dari aplikasi sederhana agens antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim
antardisiplin, multisistem, dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka bakar.
Diperkirakan bahwa 500.000 milyar cedera luka bakar yang memerlukan intervensi medis
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan dari jumlah tersebut, sekitar 40.000 memerlukan
hospitalisasi dengan perkiraan sekitar 4.000 cedera luka bakar mengakibatkan kematian
(American burn Association [ABA], 2007).
Rumah merupakan tempat yang paling umum terjadinya luka bakar terkait kebakaran (43 %).
Kebakaran rumah menyebabkan 92,5 % dari semua kematian terkait kebakaran. Sebagian
besar kebakaran tempat tinggal disebabkan oleh memasak yang tidak di awasi, yang
disebabkan oleh minyak yang mudah terbakar, lemari, penutup dinding, gorden, dan kantong
kertas atau plastik. Bahkan roko, termasuk sigaret, cerutu, dan rokok tipa, merupakan
penyebab utama kematian akibat kebakaran rumah. Sampah, kasur, dan perabot yang dilapisi
dengan kain pelapis merupakan bahan yang sering terbakar dirumah.
1.3 Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa memahami tentang luka bakar.
BAB II
KONSEP TEORI
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap sumber
panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab
luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga (Sjamsuhidajat, 2005 )
2.1.2 Etiologi
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,
baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah
yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah
terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
kedalaman luka bakar.
Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar
derajat I, II, atau III:
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh
dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai
eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka
bakar derajat I adalah sunburn.
Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal
rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh
dalam 2-3 minggu.
Tanda dan gejala bergantung pada tipe luka bakar dan dapat meliputi :
Nyeri dan eritema setempat yang biasa terjadi tanpa lepuh dalam waktu 24 jam
pertama (luka bakar derajat I)
Menggigil, sakit kepala, edema lokal dan nausea serta vomitus ( pada luka bakar
derajat I yang lebih berat )
Lepuhan berdinding tipis berisi cairan, yang muncul dalam tempo beberapa menit
sesudah cedera disertai edema ringan hingga sedang dan rasa nyeri (luka bakar derajat 2
dengan ketebalan parsial- superfasial )
Tampilan putih seperti lilin pada daerah yang rusak (luka bakar derajat 2 dengan
ketebalan parsial- dalam)
Jaringan seperti bahan dari kulit yang berwarna putih, cokelat, atau hitam dengan
pembuluh darah yang terlihat dan mengalami trombosis akibat destruksi elastisitas kulit
(bagian dorsum tangan merupakan lokasi paling sering terdapat vena yang mengalami
trombosis) tanpa disertai lepuhan (luka bakar derajat 3).
Daerah yang menonjol dan berwarna seperti perak, yang biasa terlihat pada tempat
terkena arus listrik (luka bakar elektrik).
Bulu hidung yang berbau sangit, luka bakar mukosa, perubahan suara, batuk batuk,
mengi, hangus pada mulut atau hidung, dan sputum berwarna gelap (karena inhalasi asap dan
kerusakan paru).
2.1.5 Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka
bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap.
Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang
baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal,
pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi
pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman
saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini
biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai
antibiotik.
` Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram
negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin
lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman
memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan
granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka
bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis
pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga
jaringan yang didarahinya nanti.
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka
bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram
negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat
menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin
kuman yang menyebar di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal
rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh
sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang
atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat
menurun karena kekurangan ion kalium.
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang dapat membakar,dan
daerah kulit yang terkena harus segera di rendam dalam air dingin untuk menghentikan
kerusakan lebih lanjut. Pemberian es harus di hindari karena dapat menurunkan aliran darah
ke daerah yang terkena dan memperburuk derajat luka bakar. Pakaian yang dikenakan tidak
boleh di lepas pada luka bakar serius, karena melepas luka bakar berarti melepas kulit.
Pemberian cairan intravena molekul makro dengan volume besar seperti
albumin,dextran,dan glukosa, dapat men ingkatkan edema dsaerah yang tidak terkena luka,
tetapi tidak terjadi pada derah yang terkena.
Heparin dapat mempertahankan aliran darah pada daerah yang terkena tetapi dapat
juga menimbulkan edema.
Luka bakar derajat pertama dapat direndam dalam air dingin atau kompres dingin dan
obat anti implamasi dalam waktu yang lama.
Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial memerlukan balutan khusus yang
merangsang pembelahan sel dan pertumbuhan
Penatalaksanaan nyeri adalah tujuan utama terapi luka bakar. Peredaan nyeri yang
adekuat dapat menghilangkan trauma psikologis akibat luka bakar dan sebagian bertahan
seiring dengan penyembuhan kulit.
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai
stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi
autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada pasien
luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam penelitian dilaporkan SIRS dan MODS
keduanya menjadi penyebab 81% kematian pasca trauma; dan dapat dibuktikan pula bahwa
SIRS sendiri mengantarkan pasien pada MODS.
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection, injury,
inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury. Kriteria klinik yang
digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of Chest phycisians dan the Society
of Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut
selama beberapa hari, yaitu:
Pada dasarnya MODS adalah kumpulan gejala dengan adanya gangguan fungsi organ
pada pasien akut sedemikian rupa, sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan tanpa
intervensi. Bila ditelusuri lebih lanjut, SIRS sebagai suatu proses yang berkesinambungan
sehingga dapat dimengerti bahwa MODS menggambarkan kondisi lebih berat dan merupakan
bagian akhir dari spektrum keadaan yang berawal dari SIRS.
1). Pengkajian
Setelah keseimbangan cairan tercapai, klien berpindah ke fase akut perawatan luka
bakar. Selama fase ini, penutupan luka adalah focus utama perawatan. Luka dikaji setiap hari
dengan setiap penggantian balutan sebagai tanda penyembuhan pada infeksi. Area pengkajian
lainnya meliputi kondisi pernafasan : kendali nyeri, status gizi, dan ulserasi stres; mobilitas
dan kontraktur ; serta penyesuaian psikologi oleh klien dan keluarganya.
PEMBAHASAN KHASUS
Liputan6.com, Jakarta:
Sembilan korban ledakan tabung gas yang dirawat di Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih,
Jakarta Pusat, Sabtu (17/4) kebanyakan mengalami luka bakar sampai 80 persen. Seorang di
antaranya dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU). Empat di antara sembilan pasien
adalah anak-anak. Penderitaan dirasakan Zidan, pasien RSI Cempaka Putih yang meringis
menahan sakit. Sekujur tubuh dan wajah bocah empat tahun itu terbakar. Orangtua sampai
turun tangan menenangkan erangan Zidan. Hamid, orangtua Zidan menuturkan ketika tabung
gas meledak, Zidan sedang melintas bersama teman-temannya. Kebetulan korban hendak
membeli mainan di Jalan Haji Ung, Kelurahan Harapan Mulya, Kemayoran, Jakpus. Usai
terkena ledakan orangtua langsung membawa sang buah hati ke rumah sakit.
Purwaningsih, pemilik gas yang meledak bingung dengan kejadian di rumahnya. Ia
tidak tahu kenapa tabung gas miliknya meledak. Kebetulan waktu itu sedang duduk di depan
rumah. Kepala Kepolisian Resor Jakpus Komisaris Besar Hamidin mengatakan, polisi
menyita tabung serta regulator yang diduga menjadi penyebab ledakan.
Pada umumnya kasus meledaknya tabung gas dari tabung tiga kilogram. Pertamina
mengumbar janji kalau tabung gas tiga kilogram diansuransikan. Korban ledakan juga
berharap Pertamina membantu membiayai para korban di rumah sakit AIS.
1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi.
Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien
dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang
di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada
setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi
cairan bebas yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular
untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi
dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam
cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan
adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat
mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal
mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini:
Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini
dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat
melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15%
protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan
demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya
SIRS dan MODS.
BAB IV
PENUTUP
4.1.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan
terhadap sumber panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009). Luka bakar
merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab
lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar
selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2005 )
4.1.2 Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar,
tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan
masyarakat umum
DAFTAR PUSTAKA