Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan

benda-benda yang menghasilkan panas (api, bahan kimia, listrik, maupun radiasi)

atau zat-zat yang bersifat membakar baik berupa asam kuat dan basa kuat

(Safriani, 2016).

Luka bakar merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan kulit

akibat perubahan suhu, panas/radiasi, dan zat kimia. Beratnya luka bakar

ditentukan berdasarkan luas, letak, dan dalamnya luka (Sjamsuhidajat, 2012: 103).

Luka bakar merupakan kerusakan integritas kulit atau jaringan organik

lainnya yang disebabkan oleh trauma akut. Luka bakar terjadi diakibatkan karena

cairan panas (luka bakar), padatan panas (luka bakar kontak), atau api (luka api)

termasuk juga radiasi, radioaktivitas, listrik, gesekan dan bahan kimia (Peck,

2011).

Jadi kesimpulan diatas Luka bakar merupakan kerusakan atau hilangnya

jariangan kulit akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang

menghasilkan panas dan radiasi. Beratnya luka bakar ditentukan berdasarkan luas,

letak dan kedalama lukanya.

B. KLASIFIKASI
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan

kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas

dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Rahayuningsih, 2017) :

1. Luka bakar derajat I atau luka bakar ringan

Luka bakar derajat I ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan

pada lapisan epidermis. Umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit, kulit

kemerahan pada bagian yang terbakar, bengkak ringan, nyeri namun kulit tidak

terkoyak karena melepuh, tidak terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf

sensorik teriritasi.

2. Luka bakar derajat II

Luka bakar derajat II terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis

dibawahnya, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Umumnya

memiliki gejala berupa kulit kemerahan, melepuh, bengkak yang tak hilang

selama beberapa hari, kulit terlihat lembab atau becek, nyeri, dan bercak-bercak

berwarna

merah muda.

3. Luka bakar derajat III

Luka bakar derajat III terjadi pada seluruh ketebalan kulit. Semua organ kulit

sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk melakukan regenerasi kulit

secara spontan atau repitelisasi. Umumnya memiliki gejala berupa daerah luka

tampak berwarna putih, kulit hancur, sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak

dan biasanya tidak melepuh.

4. Luka Bakar Derajat IV


Luka Bakar derajat IV disebut juga carring injury. Pada luka bakar ini kulit

tampak hitam seperti arang karena terbakarnya jaringan. Terjadi

kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang

akan gosong.

Berdasarkan derajat keparahannya, luka bakar dibagi menjadi 3 jenis yaitu

yang bersifat ringan, sedang, dan berat. Berikut ini adalah klasifikasinya:

1. Derajat Ringan (Minor Burns)

Luka bakar derajat dua pada dewasa dengan luas permukaan tubuh

kurang dari 15%, luka bakar derajat dua pada anak dengan luas permukaan tubuh

kurang dari 10%, luka bakar derajat tiga pada anak atau dewasa dengan luas

permukaan tubuh kurang dari 2%.

2. Derajat Sedang (Moderate Burns)

Luka bakar derajat dua pada dewasa yang melibatkan 15 – 25% luas

permukaan tubuh, luka bakar derajat dua pada anak yang melibatkan 10 – 20%

luas permukaan tubuh, luka bakar derajat tiga pada anak atau dewasa yang

melibatkan 10% luas permukaan tubuh.

3. Derajat Berat (Major Burn)

Pada dewasa, luka bakar derajat dua yang melibatkan lebih dari 25%

luas permukaan tubuh, pada anak, luka bakar derajat dua yang melibatkan lebih

dari 20% luas permukaan tubuh, pada anak atau dewasa, luka bakar derajat tiga

yang melibatkan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, cedera inhalasi, luka bakar

listrik, luka bakar dengan trauma tambahan (trauma kepala, trauma intraabdomen,
fraktur, luka bakar pada kehamilan, penyakit komorbid yang menyertai luka bakar

(diabetes melitus, penggunaan kortikosteroid, imunosupresi)

Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar (Clevo, 2017) :

Rumus Sembilan (Rule Of Nines) Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat

untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan

persentase dalam kelipatan Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas,

Wallace (2017), membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal

dengan Rule of Nines atau rule of Wallace yaitu:

a. Rumus Sembilan (Rule of Nines) pada Orang Dewasa

1) Kepala dan leher 9%

2) Lengan masing-masing 9% 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% 36%

4) Tungkai masing-masing 18% 36%

5) Genetalia / perineum 1%

b. Rumus Sembilan (Rule of Nines) pada Anak-anak

Wallace (2017), membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal

dengan Rule of Nines atau rule of Wallace yaitu:

1) Kepala dan leher 18%

2) Lengan masing-masing 9% 18%

3) Badan depan 18%, badan 36%

belakang 18%
4) Tungkai masing-masing 28%

7%

Metode Lund and Browder Metode Lund and Browder adalah metode

mementukan presentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, berubah

menurut pertumbuhan dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat

kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh. Metode Lund dan

Browder persentasenya disesuikan dengan usia (Wallace, 2017).

C. ETIOLOGI
Menurut (Wijaya dan putri, 2013) luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai

hal diantaranya adalah :

1. Suhu Tinggi (Termal Burn) Luka bakar karena panas (suhu tinggi)

merupakan luka bakar yang disebakan karena terpapr atau kontak dengan api,

cairan panas atau objek-objek panas laiinya seperti gas dan bahan padat (solid).

2. Bahan Kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya

kontak jaringan kulit dengan asam atau basa kuat (zat kimia). Konsentrasi zat

kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan

luasnya cidera karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi karena

misalnya luasnya cidera karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering

dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang

digunakan dalam bidang industri, pertanian, dan militer.

3. Sengatan Listrik (Electrical Burn) Luka bakar yang disebabkan oleh adanya

kontak antar tubuh manusia dengan energy listrik. Berat ringannya luka

dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage, dan cara gelombang elektrik

itu sampai mengenai tubuh. Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan

proporsi panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf

memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar). Dasar cedera

menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.

4. Radiasi (Radiation Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena tubuh

manusia terpapar dengan sumber radoiaktif. Tipe cidera ini seringkli berhubungan

dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau dari sumber radiasi untuk

keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Contoh lain adalah terpaparnya tubuh
manusia yang terlalu lama oleh sinar matahari juga merupakan salah satu tipe luka

bakar radiasi.

D. PATOFISIOLOGI

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.

Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,

derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi

jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit

dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan

subkutan tergantung pada penyebabnya.

Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam

tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit

tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi

perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler

yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma.

Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik

apabila tidak segera ditangani. Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan

aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun

sehingga haluaran urin meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan

intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan
adekuat, maka cairan interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga

terjadi fase diuresis.


E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis pada kliendengan luka bakar ialah sebagai berikut.

1. Luka bakar derajat pertama superfisial ditandai oleh kemerahan dan

nyeri.Dapat timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin terkelupas,

2. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superfisial ditandai

olehterjadinya lepuh ( dalam beberapa menit) dan nyeri hebat.


3. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh,

ataujaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang

kemudianter kelupas, luka mungkin tidak nyeri.

4. Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis, dan

kering.Dapat ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungin tampak

putih,merah atau hitam dan kasar.

5. Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau

mungkintampak sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung. Luka

bakarlistrik biasanya timbul dititik kontak listrik. Kerusakan internal akibat

lukabakar listrik mungkin jauh lebih parah daripada luka yang tampak

dibagianluar.

Luka bakar memiliki tanda dan gejala tergantung derajat keparahan dari

lukabakar tersebut, yaitu :

1. Derajat I: Kemerahan pada kulit (Erythema), terjadi

pembengkakanhanya pada lapisan atas kulit ari (Stratum Corneum), terasa sakit,

merahdan bengkak.

2. Derajat II : Melepuh (Bullosa) pembengkakan sampai pada lapisan kulitari,

luka nyeri, edema, terdapat gelembung berisi cairan kuning bersih

(eksudat).

3. Derajat III : Luka tampak hitam keputih-putihan (Escarotica), kulit

terbukadengan lemak yang terlihat, edema, tidak mumcat dengan tekanan, tidak

nyeri, folikel rambut dan kelenjar keringat rusak.


4. Derajat IV : Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih darikulit

ari dan kulit jangat sudah terbakar

F. KOMPLIKASI

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

2. Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas

kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke

dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan

bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap

pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan

obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.

3. Adult Respiratory Distress Syndrome

Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi

dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.

4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling Berkurangnya peristaltic usus dan bising

usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi

lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang

terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam

lambung) dapat ditandai oleh darahokulta dalam feces, regurgitasi muntahan

atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.

5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan

hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat.


Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status

respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah

janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.

6. Gagal ginjal akut Haluran urine yang tidak memadaidapat menunjukkan

resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin

terdektis dalam urine.(Tamahaya, 2014)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tatalaksana resusitasi luka bakar

1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

a. Intubasi

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan

manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dansebagai

fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

b. Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif

danmenimbulkan morbiditas lebih besar dibanding

intubasi.Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal

volume,lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien

dapatberbicara jika dibanding dengan intubasi.

c. Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologijalan

nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalampemberian


oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stressoksidatif, sehingga

akan terbentuk radikal bebas yang bersifatvasodilator dan modulator sepsis.

d. Perawatan jalan nafas

e. Penghisapan sekret (secara berkala)

f. Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumenjalan

nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.Terapi inhalasi

umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan

bronkodilator bila perlu. Selain itu biasditambahkan zat-zat dengan khasiat

tertentu seperti atropin sulfat(menurunkan produksi sekret), natrium

bikarbonat (mengatasi asidosisseluler) dan steroid (masih kontroversial)

g. Bilasan bronkoalveolar

h. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

i. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaikikompliansi

paru.

2. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang

adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional,sehingga

iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu

cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang

tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular

untuk menjamin survival/maksimal dariseluruh sel, serta meminimalisasi


respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan

keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan

sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang

tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke

kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawall

mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.

Adabeberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam 28. 2) Luas luka

bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam 29. 3) 2.000 cc glukosa 5%

per 24 jam 30. Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.

Sisanyadiberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan

setengahjumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah

jumlahcairan hari kedua. 31.

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL 33. Separuh dari jumlah cairan

diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanyadiberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada

hari kedua diberikan setengah, jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga

diberikan setengah jumlahcairan hari kedua.

3. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila

pasientidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube

(NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein,50-60%


karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awalini dapat

meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegahterjadinya atrofi vili

usus.

4. Perawatan luka bakar

Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari lukabakar

(Combustio) digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena(dosis dewasa

awal : 0,1-0,2 mg/kg dan „maintenance 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan

dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam).Tetapi ada juga yang menyatakan

pemberian methadone (5-10 mg dosisdewasa) setiap 8 jam merupakan terapi

penghilang nyeri kronik yangbagus untuk semua pasien luka bakar

dewasa. Jika pasien masihmerasakan nyeri walau dengan pemberian

morfin atau methadone,dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan

5. Terapi pembedahan pada luka bakar

6. Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan

debris(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari(biasanya

hari ke 5-7) pasca cedera termis.

7. Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi padaluka

bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produksintesis,

kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telahdiproses maupun

berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien(autograft). Daerah tubuh yang

biasa digunakan sebagai daerah donorautograft adalah paha, bokong dan


perut. Teknik mendapatkan kulitpasien secara autograft dapat dilakukan secara

split thickness skin graftatau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik –

teknik tersebutadalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor.

Untukmemaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebutdapat

direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor(seperti

jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai1 : 6) dengan

mesin. Metode ini disebut mess grafting. Ketebalan darikulit donor tergantung

dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting,usia pasien, keparahan luka dan

telah dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit

donor ini dapat dilakukan dengan mesin „dermatome atau pun dengan manual

dengan pisau Humbly atau‟Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor

diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi

H. PENGKAJIAN

1. Biodata

Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,

tanggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu

informasi selain dari klien (wali pasien).

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar(Combustio)adalah

nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam

melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality

(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga

timbulpenyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai

pada penurunan ekspansi paru.

3. Riwayat penyakit sekarang

Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya

kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama

menjalan perawatanketika dilakukan pengkajian.Apabila dirawat meliputi

beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola

bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari/bulan ), fase rehabilitatif

(menjelang klien pulang)

4. Riwayat penyakit masa lalu

Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien

sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien

mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau

penyalagunaan obat dan alcohol

5. Riwayat penyakit keluarga

Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang

berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,

6. Pola pola fungsional

a. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila

terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien, Penurunan

kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak padaarea yang sakit;

gangguan massa otot, perubahan tonus.

b. Pola Eliminasi

Terjadi penurunan jumlah urine/diuresis (setelah kebocoran kapiler dan

mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;

khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres

penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

c. Pola Nutrisi Metabolik Apakah terjadi anoreksia; mual/muntah.

d. Pola istirahat dan tidur

e. Pola konsep diri

Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body

image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami

gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan

perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal

ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit

dangelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar


mencapai derajat cukup berat, TTV Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu

dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah

pada 48 jam pertama

b. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala dan rambut

Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut

setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka

bakar, Mata Catat kesimetrisan adanya benda asing yang menyebabkan gangguan

penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat

luka bakar, Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan

dan bulu hidung yang rontok, Mulut Sianosis karena kurangnya supplay darah

ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang, Telinga Catat bentuk,

gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen6.Leher Catat

posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi

untuk mengataasi kekurangan cairan

2) Pemeriksaan thorak / dada

Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak

maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke

paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi

3) Abdomen

Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya

nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.

4) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi

merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi

sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.

5) Muskuloskletal

Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru

pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri

6) Pemeriksaan kulit

Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).

Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of

nine).AMPLEA : Alergi Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,

makanan), Medikasi/obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani

pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat,

Pertinent medical historyRiwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah

diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal), Last meal

obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam

sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam

komponen ini, Events Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera

(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama/ kronologi kejadian).

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan

hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit

dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap

pembuluh darah.

2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi

3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi

4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,

hipokalemia terjadi bila diuresis.

5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan

6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan

7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar

8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

selanjutnya.

J. ANALISA DATA

Data Senjang Etiologi/Penyebab Masalah

DS dan DO Keperawatan

Ds: dispnea, pusing, Termal, kimia, radiasi, Gangguan

penglihatan kabur listrik Pertukaran Gas

Do: PCO2 (D.0003)

meningkat/menurun, PO2 Inhalasi agen

menurun, takikardia, Ph arteri

meningkat/menurun, bunyi Cidera trancheobronkial


napas tambahan, sianosis,

diaphoresis, gelisah, napas Sembab mukosa/ edema

cuping hidung, pola napas

abnormal, warna kulit Obstruksi trakeobronkia

abnormal, kesadaran menurun

Gangguan Pertukaran

Gas

Ds: - Cairan sel pindah dari Gangguan

Do: kerusakan jaringan intravaskuler ke interstitel Integritas

dan/atau lapisan kulit, nyeri, Kulit/Jaringan

perdarahan, kemerahan, Vesikulasi (D.0129)

hematoma

Vesikel pecah dalam

keadaan luas

Luka terbuka, kulit

terkelupas, epidermis dan

dermis rusak

Gangguan Integritas

Kuit/Jaringan

Ds: mengeluh nyeri Agen pencedera kimiawi Nyeri Akut

Do: tampak meringis, (terbakar) (D.0077)


bersikap protektif, gelisah,

frekuensi nadi meningkat, Luka terbuka, kulit

sulit tidur, tekanan darah terkelupas, epidermis dan

meningkat, pola napas dermis rusak

berubah, nafsu makan

berubah, proses berpikir Merangsang mielin C

terganggu, menarik diri,

berfokus pada diri sendiri, Susunan Saraf Pusat

diaforesis
Eferen

Perifer

Alarm Nyeri

Nyeri Akut

Ds: merasa lemah, mengelus Kehilangan cairan aktif Hiporvolemia

haus (D.0023)

Do: frekuensi nadi Kegagalan mekanisme

meningkat, nadi teraba lemah, regulasi

tekanan darah menurun,

tekanan nadi menyempit, Peningkatan permeabilitas

turgor kulit menurun, kapiler


membrane mukosa kering,

volume urin menurun, Kekurangan intake cairan

hematokrit meningkat,

pengisi vena menurun, status Dehidrasi

mental berubah, suhu tubuh

meningkat, konsetrasi urin Hipovolemia

meningkat, berat badan turun

tiba-tiba

Ds: mengeluh sulit Cidera luka bakar Gangguan

menggerakan ekstremitas, Mobilitas Fisik

nyeri saat bergerak, enggan Gangguan musculoskeletal (D.0054)

melakukan pergerakan,

merasa cemas saat bergerak Penurunan kekuatan oto

Do: kekuatan otot menurun,

rentang gerak (ROM) Penurunan massa otot

menurun, sendi kaku, gerakan

tidak terkoordinasi, gerakan Gangguan Mobilitas

terbatas, fisik lemah Fisik

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Gangguan Pertukaran Gas B.d Inhalasi agen D.d dispnea, pusing, penglihatan

kabur, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, Ph arteri

meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas


cuping hidung, pola napas abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun

(D.0003)

2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan B.d Luka terbuka, kulit terkelupas,

epidermis dan dermis rusak D.d kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit, nyeri,

perdarahan, kemerahan, hematoma (D.0129)

3. Nyeri Akut B.d Agen pencedera kimiawi (terbakar) D.d mengeluh nyeri,

tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,

tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses

berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis (D.0077)

4. Hipovolemia B.d Dehidrasi D.d merasa lemah, mengelus haus, frekuensi

nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi

menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin

menurun, hematokrit meningkat, pengisi vena menurun, status mental berubah,

suhu tubuh meningkat, konsetrasi urin meningkat, berat badan turun tiba-tiba

(D.0023)

5. Gangguan Mobilitas Fisik B.d cidera luka bakar D.d mengeluh sulit

menggerakan ekstremitas, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,

merasa cemas saat bergerak, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)

menurun, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah

(D.0054)
L. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Perencanaan Keperawatan

Kep Tujuan Rencana Tindakan Rasional

SLKI SIKI

Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi

Pertukaran tindakan keperawatan O: Monitor frekuensi, 1. Untuk mengetahui

Gas selama 3x24 jam irama, kedalaman, frekuensi, irama,

diharapkan masalah upaya napas, pola kedalaman, upaya

gangguan pertukaran napas dan saturasi napas, pola napas dan

gas pasien dapat oksigen saturasi oksigen

teratasi dengan kriteria 2. Untuk mengetahui

hasil: N: Atur interval perkembangan kondisi

pemantauan respirasi pasien

Indikat I E sesuai kondisi pasien 3. Untuk

or R R E: Jelaskan tujuan dan meminimalisir

Dispne 3 5 prosedur pemantauan kesalahpahaman

PCO2 3 5

Bunyi 3 5

napas
tambah

an

Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi

Intergritas tindakan keperawatan 1. Untuk mengetahui

Kulit/Jaringan selama 3x24 jam O: Periksa sirkulasi nadi, CRT, warna

diharapkan masalah (Nadi, CRT, warna kulit, sianosis, suhu

perfusi perifer tidak kulit, suhu, sianosis)

efektif pasien dapat


2. Untuk mengurangi
teratasi dengan kriteria N: Lakukan
kerusakan kulit
hasil: pencegahan infeksi
yang lebih parah
(Aseptik dan prinsip

Indikator IR ER steril)

CRT 3 5
3. Untuk membantu
E: Anjurkan
Turgor 3 5
dalam
perawatan Kulit yang
Kulit
penyembuhan
tepat (Debridement)
Sianosis 3 5 kulit/jaringan

Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

tindakan keperawatan O : Identifikasi lokasi 1. Untuk mengetahui

selama 3x24 jam karakterisitik , karakterisitik nyeri

diharapkan nyeri akut insensitas nyeri

pasien dapat teratasi T : Berikan tehnik non 2. Untuk mengurangi


dengan kriteria hasil: farmakologis ( Tarik rasa nyeri

nafas dalam ) 3. Untuk mengetahui

Kriteria IR ER E : Jelaskan penyebab apa saja penyebab

hasil dan pemicu nyeri nyeri tersebut

Keluhan 3 5 K : Kolaborasi 4. Untuk mengurangi

nyeri pemberian analgetik atau meredakan nyeri

menurun (jika perlu)

Tampak 3 5

meringis

menurun

Sikap 3 5

proektif

menurun

Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen

tindakan keperawatan Hipovolemia 1. untuk mengontrol

selama 2x24 jam O: Monitor intake dan kebutuhan cairan

diharapkan hipovolemi output cairan pasien

pada dapat teratasi T: Hitung kebutuhan 2. untuk mengetahui

dengan kriteria hasil : cairan balance cairan pasien

Indikator IR ER E: Anjurkan 3. untuk mencegah

Orput 3 5 memperbanyak asupan dehidrasi

pasien cairan oral

E: Kolaborasi 4. untuk memenuhi


Membran 3 5
mukosa pemberian cairan iv kebutuhan cairan

lembab isotonis

Ganggua Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi

Mobilitas tindakan keperawatan O: Identifikasi


1. Untuk mengetahui
fisik selama 3x24 jam toleransi fisik
toleransi fisik
diharapkan gangguan melakukan pergerakan
melakukan
mobilitas fiisk pasien
pergerakan
dapat teratasi dengan N: Fasilitas aktivitas
2. Untuk mengetahui
kriteria hasil: mobilisasi dengan alat
alat bantu yang pas
bantu
untuk pasien
Kriteria IR ER
3. Untuk mengetahui
hasil E: Jelaskan tujuan dan
pasien jelas atau
Rentang 3 5 prosedur mobilisasi
tidak denga
gerak Anjurkan melakukan
prosedur yang akan
(ROM) mobilisasi dini
dilakukan

Kekuatan 3 5

otot

Kelemaha 3 5

n fisik
M. DAFTAR PUSTAKA

Arbi. (2014). Penatalalsanaan luka bakar combustio. “http://www.e-

jurnal.com/2014/11/penatalalsanaan-luka-bakar-combustio.html?m=1 diakses

pada minggu, 02 januari 2022, pukul: 19.00 WIB

Cecep. (2014). http//askep33.com/2016/06/24/laporan-pendahuluan-

combustio-luka-bakar.hmtl?=1diakses pada minggu, 02 januari 2022, pukul:

20.05 WIB

Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Rapha

Publishing

Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA

NIC-NOC.Yogyakarta: Nuha Medika

Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan NANDANIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan

Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta:PPNI

Wiwing, (2014). “Laporan Pendahuluan Combustio/Luka Bakar”

(http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-combustio-

luka-bakar.html?m=1) diakses pada minggu, 02 januari 2022, pukul: 21.49 WIB

Anda mungkin juga menyukai