Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.

J
DENGAN DIAGNOSA POST OPERASI SECTIO CESARIA HARI KE 3
DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DIRUANG GEDONG
GINCU 3 RSUD KABUPATEN INDRAMAYU

Disusun Oleh:
Ismania Hanna Rofiqo
NIM R210415034

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Sectio Caessarea


1. Pengertian Sectio Cesarea
Sectio Cesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Menurut Mochtar (2011) Sectio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tindakan operasi Sectio
Cesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan
bahaya atau komplikasi yang akan terjadi apabila ibu melahirkan secara
pervaginam (Sukowati et al, 2010). Sectio Cesarea adalah suatu cara melahirkan
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Amrusofian, 2012).

2. Etiologi Sectio Cesarea


a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primagravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), panggul
sempit. Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fesal distres atau gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forceps ekstraksi (Nurarif & Hardhi, 2015).

3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada pasien persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvik, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, preeklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu section caesarea (SC).
Dalam peroses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam peroses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamine dan prostaglandin yang akan menibulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalsah resiko infeksi
Phatway :
4. Komplikasi Sectio Cesarea
Komplikasi Sectio Cesarea menurut Jitowiyono (2010) yaitu :
a. Pada ibu
1) Infeksi puerpereal Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan
suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya.
2) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
3) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, emboli paru dan sebagainya
sangat jarang terjadi.
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesuah Sectio Cesarea
secara klasik.
b. Pada janin
Seperti halnya dengan ibu, nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio
Cesarea banyak tergantung drai keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
Sectio Cesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal
dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca Sectio Cesarea berkisar antara
4-7 %.

4. Jenis-jenis Sectio Caesarea


Menurut Wiknjosastro (2007), sectio caesarea dapat diklasifikasikan
menajdi 3 jenis, yaitu :
a. Sectio caesarea transperitonealis profunda
Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan cara
menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa keuntungan menggunakan
jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka insisi yang tidak banyak , bahaya
peritonitis yang tidak besar, parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya
rupture uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas ibu pada segmen
bagian bawah uterus tidak banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri
sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea corporal
Merupakan tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi pada bagian
tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika
vasio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada halangan untuk melakukan
proses sectio caesarea Transperitonealis profunda, misal karena uterus melekat
dengan kuat pada dinding perut karena riwayat persalinan sectio caesarea
sebelumnya, insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya dari perdarahan
banyak yang berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta previa.
Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya resiko peritonitis dan 4
kali lebih bahaya ruptur uteri pada kehamilan selanjutnya.
c. Sectio caesarea ekstraperitoneal
Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus dipisahkan secara
tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah sedangkan lipatan peritoneum dipotong
ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus. Jenis pembedahan ini
dilakukan untuk mengurangi bahaya dari infeksi puerpureal, namun dengan adanya
kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan sectio caesarea ini tidak
banyak lagi dilakukan karena sulit dalam melakukan pembedahannya.

5. Penatalaksanaan
d. Perawatan pre operasi Sectio Cesarea
1) Persiapan kamar operasi
a) Kamar operasi sudah di bersihkan dan siap untuk dipakai.
b) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi.
2) Persiapan pasien
a) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
b) Informed concent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
c) Perawat memberi support kepada pasien
d) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik)
e) Pemeriksaan tanda tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit
yang pernah di derita oleh pasien
f) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
g) Pemeriksaan USG
h) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
e. Perawatan post operasi Sectio Cesarea
1) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata – rata dapat disuntik 75 mg meperidin (IM)
setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat
disuntikkan dengan cara serupa 10 mg morfin.
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan 50
mg
b) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
meperidin
c) Obat obat antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan
bersama sama dengan pemberian preparat narkotik
2) Tanda tanda vital
Tanda tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,
nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan funfus harus
diperiksa.
3) Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup
selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian,
jika output urine jauh dibawah 30 ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali
paling lambat pada hari kedua
4) Vesica urinaria dan usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama
setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah dan usus baru aktif
kembali pada hari ketiga
5) Ambulasi Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan
dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang kurangnya 2x pada hari kedua
pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
6) Perawatan luka Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut
luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara
normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari keempat setelah pembedahan.
Paling lambat hari ketiga post partum, klien dapat mandi tanpa membahayakan luka
insisi.
7) Laboratorium Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi
hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang
tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
8) Perawatan payudara Pemberian ASI bisa langsung diberikan setelah
operasi pada bayi dengan IMD terlebih dahulu.
9) Memulangkan pasien dari RS Memulangkan pasien mungkin lebih aman
bila diperbolehkan pulang dari RS pada hari ke empat dan kelima post operasi,
aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan
bantuan orang lain (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).

B. Analisa Data

Data penunjang Etiologi Masalah.kep

Ds Plasenta previa Nyeri Akut


- Pasien mengatakan nyeri

Menutupi jalan lahir


Do
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak meringis Sectio Cesarea

Luka post op.

Agen pencedera fisik

Nyeri Akut

Ds : Plasenta previa Risiko infeksi

Do : Menutupi jalan lahir


- Terdapat luka bekas SC
Sectio Cesarea

Luka post op

Efek prosedur invasif

Risiko infeksi
Data penunjang Etiologi Masalah.kep

Ds : Plasenta previa Resiko cedera pada


janin

Pembentukan segmen bawah


uterus dan dilatasi ovarium
Do : uteri
- Tampak perdarahan pada
vagina
kontraksi uterus

perdarahan

volume darah menurun

hipoksia

Resiko cedera pada janin

Ds : Plasenta previa Resiko cedera pada


ibu

Do : Pembentukan segmen bawah


uterus dan dilatasi ovarium
- Tampak perdarahan pada uteri
vagina
- Pasien tampak pucat
kontraksi uterus

perdarahan

volume darah menurun

Resiko cedera pada ibu

Ds : Plasenta previa Gangguan integritas


kulit
- Pasien mengatakan nyeri
Menutupi jalan lahir
Data penunjang Etiologi Masalah.kep

Do :
- Terdapat luka post sc di Sectio Cesarea
abdomen bawah

Luka post op

Efek prosedur invasif

Perubahan sirukulasi

Risiko infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak gelisah, pasien
tampak meringis
2. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi d.d Terdapat luka post
sc di abdomen bawah
3. Resiko cedera pada ibu d.d plasenta previa
4. Resiko cedera pada janin d.d plasenta previa
5. Risiko infeksi d.d tindakan invasif (Sectio Cesarea)
D. Intervensi Keperawatan

No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional

1 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, 1. Untuk mengetahui lokdanasi, durasi,
Nyeri Akut selama 1x24 jam diharapkan kualitas, intensitas, skala, respon frekuensi, intensitas, skala, respon
nyeri pasien dapat teratasi non verbal, faktor yang non verbal, faktor yang memperberat
dengan kriteria hasil: memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri.
nyeri
Ir Er 2. Berikan tindakan non farmakologis
(relaksasi nafas dalam). 2. Untuk melokalisir nyeri pada pasien
Keluhan 3 1
3. Ajarkan teknik non farmakologis
Nyeri
(Tarik nafas dalam)
3. Untuk pasien mengurangi nyeri
Meringis 3 1 4. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
Gelisah 3 5 4. Untuk mengurangi nyeri
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka dan 1. Untuk mengetahui karakteristik luka
Gangguan kep. Selama 1x24 jam tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda infeksi
integritas diharapkan gangguan 2. Lakukan perawatan luka 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi,
kulit integritas kulit dapat teratasi dan untuk mempercepat
dengan kriteria hasil: penyembuhan luka
3. Agar pasien mengetahui tanda-tanda
adanya infeksi
3. Jelaskan tanda-tanda infeksi
4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
Ir Er

Kerusakan 3 5 4. Kolaborasi pemberian antibiotik


jaringan

9
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional

Kurusakan 3 5
lapisan kulit

3 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab kehilangan 1. Untuk mengetahui penyebab


Resiko cedera keperawatan selama 1x24 darah (mis, atonia uteri atau kehilangan darah
pada ibu jam diharapkan resiko cedera robekan jalan lahir) 2. Untuk menghentikan perdarahan
pada pasien dapat teratasi 2. Berikan kompres dingin 3. Untuk mencegah pembekuan darah
dengan kriteria hasil : 3. Kolaborasi pemberian antikoagulan

Ir Er

Perdarahan 4 5

Frekuensi 4 5
nadi

Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab kehilangan 1. Untuk mengetahui penyebab


4 keperawatan selama 2x24 darah (mis, atonia uteri atau robekan kehilangan darah
Resiko jam diharapkan risiko cedera jalan lahir) 2. Untuk menghentikan perdarahan
cedera janin janin dapat teratasi dengan 3. Untuk mencegah pembekuan darah
kriteria hasil : 2. Berikan kompres dingin
3. Kolaborasi pemberian antikoagulan
Ir Er

Perdarahan 4 5
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional

Frekuensi 4 5
nadi

Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
keperawatan selama 2x24 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah infeksi
jam diharapkan risiko infeksi kontek dengan pasien
dapat teratasi dengan kriteria 2. Untuk menghindari terjadinya
hasil : 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi
4. Kolaborasi pemberian imunisasi
Ir Er 3. Agar pasien mengetahui tanda dan
gejala infeksi
Kemerahan 4 5
4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
Nyeri 4 5
DAFTAR PUSTAKA

Ayurai. 2010. Komplikasi Dalam Persalinan. Jakarta: EGC


Elisabeth, S. W. & Endang, P. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: MediAction
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan
Edisi 1. Jakarta: PPNI
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai