J
DENGAN DIAGNOSA POST OPERASI SECTIO CESARIA HARI KE 3
DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DIRUANG GEDONG
GINCU 3 RSUD KABUPATEN INDRAMAYU
Disusun Oleh:
Ismania Hanna Rofiqo
NIM R210415034
3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada pasien persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvik, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, preeklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu section caesarea (SC).
Dalam peroses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam peroses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamine dan prostaglandin yang akan menibulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalsah resiko infeksi
Phatway :
4. Komplikasi Sectio Cesarea
Komplikasi Sectio Cesarea menurut Jitowiyono (2010) yaitu :
a. Pada ibu
1) Infeksi puerpereal Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan
suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya.
2) Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
3) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, emboli paru dan sebagainya
sangat jarang terjadi.
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesuah Sectio Cesarea
secara klasik.
b. Pada janin
Seperti halnya dengan ibu, nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio
Cesarea banyak tergantung drai keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
Sectio Cesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal
dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca Sectio Cesarea berkisar antara
4-7 %.
5. Penatalaksanaan
d. Perawatan pre operasi Sectio Cesarea
1) Persiapan kamar operasi
a) Kamar operasi sudah di bersihkan dan siap untuk dipakai.
b) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi.
2) Persiapan pasien
a) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
b) Informed concent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
c) Perawat memberi support kepada pasien
d) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik)
e) Pemeriksaan tanda tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit
yang pernah di derita oleh pasien
f) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
g) Pemeriksaan USG
h) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
e. Perawatan post operasi Sectio Cesarea
1) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata – rata dapat disuntik 75 mg meperidin (IM)
setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat
disuntikkan dengan cara serupa 10 mg morfin.
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan 50
mg
b) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
meperidin
c) Obat obat antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan
bersama sama dengan pemberian preparat narkotik
2) Tanda tanda vital
Tanda tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,
nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan funfus harus
diperiksa.
3) Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup
selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian,
jika output urine jauh dibawah 30 ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali
paling lambat pada hari kedua
4) Vesica urinaria dan usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama
setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah dan usus baru aktif
kembali pada hari ketiga
5) Ambulasi Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan
dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang kurangnya 2x pada hari kedua
pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
6) Perawatan luka Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut
luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara
normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari keempat setelah pembedahan.
Paling lambat hari ketiga post partum, klien dapat mandi tanpa membahayakan luka
insisi.
7) Laboratorium Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi
hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang
tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
8) Perawatan payudara Pemberian ASI bisa langsung diberikan setelah
operasi pada bayi dengan IMD terlebih dahulu.
9) Memulangkan pasien dari RS Memulangkan pasien mungkin lebih aman
bila diperbolehkan pulang dari RS pada hari ke empat dan kelima post operasi,
aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan
bantuan orang lain (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
B. Analisa Data
Nyeri Akut
Luka post op
Risiko infeksi
Data penunjang Etiologi Masalah.kep
perdarahan
hipoksia
perdarahan
Do :
- Terdapat luka post sc di Sectio Cesarea
abdomen bawah
Luka post op
Perubahan sirukulasi
Risiko infeksi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak gelisah, pasien
tampak meringis
2. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi d.d Terdapat luka post
sc di abdomen bawah
3. Resiko cedera pada ibu d.d plasenta previa
4. Resiko cedera pada janin d.d plasenta previa
5. Risiko infeksi d.d tindakan invasif (Sectio Cesarea)
D. Intervensi Keperawatan
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, 1. Untuk mengetahui lokdanasi, durasi,
Nyeri Akut selama 1x24 jam diharapkan kualitas, intensitas, skala, respon frekuensi, intensitas, skala, respon
nyeri pasien dapat teratasi non verbal, faktor yang non verbal, faktor yang memperberat
dengan kriteria hasil: memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri.
nyeri
Ir Er 2. Berikan tindakan non farmakologis
(relaksasi nafas dalam). 2. Untuk melokalisir nyeri pada pasien
Keluhan 3 1
3. Ajarkan teknik non farmakologis
Nyeri
(Tarik nafas dalam)
3. Untuk pasien mengurangi nyeri
Meringis 3 1 4. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
Gelisah 3 5 4. Untuk mengurangi nyeri
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka dan 1. Untuk mengetahui karakteristik luka
Gangguan kep. Selama 1x24 jam tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda infeksi
integritas diharapkan gangguan 2. Lakukan perawatan luka 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi,
kulit integritas kulit dapat teratasi dan untuk mempercepat
dengan kriteria hasil: penyembuhan luka
3. Agar pasien mengetahui tanda-tanda
adanya infeksi
3. Jelaskan tanda-tanda infeksi
4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
Ir Er
9
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Kurusakan 3 5
lapisan kulit
Ir Er
Perdarahan 4 5
Frekuensi 4 5
nadi
Perdarahan 4 5
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Frekuensi 4 5
nadi
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Untuk mengetahui tanda dan gejala
keperawatan selama 2x24 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah infeksi
jam diharapkan risiko infeksi kontek dengan pasien
dapat teratasi dengan kriteria 2. Untuk menghindari terjadinya
hasil : 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi
4. Kolaborasi pemberian imunisasi
Ir Er 3. Agar pasien mengetahui tanda dan
gejala infeksi
Kemerahan 4 5
4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
Nyeri 4 5
DAFTAR PUSTAKA